You are on page 1of 72

Siti Rufaidah adalah perawat profesional Islam pertama dalam sejarah Islam.

Rufaidah binti Sa ad memiliki nama lengkap Rufaidah binti Sa ad Al Bani Aslam Al Khazraj, yang tinggal di Madinah, dia lahir di Yathrib dan termasuk kaum Ansar (golongan yang pertama kali menganut Islam di Madinah). Ayahnya seorang dokter, dan dia mempelajari ilmu keperawatan saat bekerja membantu ayahnya. Dan saat kota Madinah berkembang, Rufaidah mengabdikan diri merawat kaum muslim yang sakit, dan membangun tenda di luar Masjid Nabawi saat damai. Biografi Siti Rufaidah Perawat Islam Pertama dari Google Biografi Prof. Dr. Omar Hasan Kasule, Sr, 1998 dalam studi Paper Presented at the 3rd International Nursing Conference Empowerment and Health: An Agenda for Nurses in the 21st Century yang diselenggarakan di Brunei Darussalam 1-4 Nopember 1998, menggambarkan Rufaidah adalah perawat profesional pertama dimasa sejarah islam. Beliau hidup di masa Nabi Muhammad SAW di abad pertama Hijriah/abad ke-8 Sesudah Masehi, dan diilustrasikan sebagai perawat teladan, baik dan bersifat empati. Rufaidah adalah seorang pemimpin, organisatoris, mampu memobilisasi dan memotivasi orang lain. Dan digambarkan pula memiliki pengalaman klinik yang dapat ditularkan kepada perawat lain, yang dilatih dan bekerja dengannya. Dia tidak hanya melaksanakan peran perawat dalam aspek klinikal semata, namun juga melaksanakan peran komunitas dan memecahkan masalah sosial yang dapat mengakibatkan timbulnya berbagai macam penyakit. Rufaidah adalah public health nurse dan social worker, yang menjadi inspirasi bagi profesi perawat di dunia Islam. Saat perang Badar, Uhud, Khandaq dan Perang Khaibar dia menjadi sukarelawan dan merawat korban yang terluka akibat perang. Dan mendirikan Rumah sakit lapangan sehingga terkenal saat perang dan Nabi Muhammad SAW sendiri memerintahkan korban yang terluka dirawat olehnya. Pernah digambarkan saat perang Ghazwat al Khandaq, Sa ad bin Ma adh yang terluka dan tertancap panah di tangannya, dirawat leh Rufaidah hingga stabil/homeostatis. 5)(Omar Hassan, 1998). Rufaidah melatih pula beberapa kelompok wanita untuk menjadi perawat, dan dalam perang Khaibar mereka meminta ijin Nabi Muhammad SAW, untuk ikut di garis belakang pertempuran untuk merawat mereka yang terluka, dan Nabi mengijinkannya. Tugas ini digambarkan mulia untuk Rufaidah, dan merupakan pengakuan awal untuk pekerjaaannya di bidang keperawatan dan medis. Konstribusi Rufaidah tidak hanya merawat mereka yang terluka akibat perang. Namun juga terlibat dalam aktifitas sosial di komuniti. Dia memberikan perhatian kepada setiap muslim, miskin, anak yatim, atau penderita cacat mental. Dia merawat anak yatim dan memberikan bekal pendidikan. Rufaidah digambarkan memiliki kepribadian yang luhur dan empati sehingga memberikan pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasiennya dengan baik pula. Sentuhan sisi kemanusiaan adalah hal yang penting bagi perawat, sehingga perkembangan sisi tehnologi dan sisi kemanusiaan (human touch) mesti seimbang. 5). Rufaidah juga digambarkan sebagai pemimpin dan pencetus Sekolah Keperawatan pertama di dunia Isalam, meskipun lokasinya tidak dapat dilaporkan (Jan, 1996), dia juga merupakan penyokong advokasi pencegahan penyakit (preventif care) dan menyebarkan pentingnya penyuluhan kesehatan (health education).

Sejarah islam juga mencatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah seperti : Ummu Ammara, Aminah, Ummu Ayman, Safiyat, Ummu Sulaiman, dan Hindun. Beberapa wanita muslim yang terkenal sebagai perawat adalah : Ku ayibat, Aminah binti Abi Qays Al Ghifari, Ummu Atiyah Al Ansariyat dan Nusaibat binti Ka ab Al Maziniyat 6). Litelatur lain menyebutkan beberapa nama yang terkenal menjadi perawat saat masa Nabi Muhammad SAW saat perang dan damai adalah : Rufaidah binti Sa ad Al Aslamiyyat, Aminah binti Qays al Ghifariyat, Ummu Atiyah Al Anasaiyat, Nusaibat binti Ka ab Al Amziniyat, Zainab dari kaum Bani Awad yang ahli dalam penyakit dan bedah mata8) Ummu Ammara juga dikenal juga sebagai Nusaibat binti Ka ab bin Maziniyat, dia adalah ibu dari Abdullah dan Habi, anak dari Bani Zayd bin Asim. Nusaibat dibantu suami dan anaknya dalam bidang keperawatan. Dia berpartisipasi dalam Perjanjian Aqabat dan perjanjian Ridhwan, dan andil dalam perang Uhud dan perang melawan musailamah di Yamamah bersama anak dan suaminya. Dia terluka 12 kali, tangannya terputus dan dia meninggal denan luka2nya. Dia terlibat dalam perang Uhud, merawat korban yang luka dan mensuplai air dan juga digambarkan berperang menggunakan pedang membela Nabi.

Siti Aisyah atau dikenal juga dengan Aisyah binti Abu Bakar adalah putri Abu Bakar Ashidiq yang juga merupakan istri Nabi Muhammad yang paling muda. Aisyah merupakan sosok wanita yang sangat cerdas dan kaya dengan lautan ilmu. Ia merupakan wanita yang istimewa karena kemahirannya dalam menyampaikan ilmu kepada para sahabat yang lain dan merupakan istri Nabi yang menghafal banyak hadits. Aisyah masuk Islam ketika masih kecil sesudah 18 orang yang lain. Ia merupakan istri Nabi yang sangat dikasihinya. Ia dinikahi pada tahun 2 H saat usianya masih 9 tahun. Kelahiran Aisyah adalah putri Abdullah bin Quhafah bin Amir bin Amr bin Kaab bin Saad bin Tamim bin Marrah bin Kaab bin Luay, yang lebih dikenal dengan nama Abu Bakar ash-Shiddiq dan berasal dari suku Quraisy at-Taimiyah al-Makkiyah. Ayahnya adalah ash-Shiddiq dan orang pertama yang mempercayai Rasulullah ketika terjadi Isra Miraj, saat orang-orang tidak mempercayainya. Menurut riwayat, ibunya bernama Ummu Ruman. Akan tetapi, riwayat-riwayat lain mengatakan bahwa ibunya adalah Zainab atau Waid binti Amir bin Uwaimir bin Abdi Syams. Aisyah pun digolongkan sebagai wanita pertama yang masuk Islam, sebagaimana perkataannya, Sebelum aku berakal, kedua orang tuaku sudah menganut Islam. Ummu Ruman memberikan dua orang anak kepada Abu Bakar, yaitu Abdurrahman dan Aisyah. Anak Iainnya, yaitu Abdullah dan Asma, berasal dan Qatlah binti Abdul Uzza, istri pertama yang dia nikahi pada masa jahiliyah. Ketika masuk Islam, Abu Bakar menikahi Asma binti Umais yang kemudian melahirkan Muhammad, juga menikahi Habibah binti Kharijah yang melahirkan Ummu Kultsum. Aisyah dilabirkan empat tahun sesudah Nabi diutus menjadi Rasulullah. Ketika dakwah Islam dihambat oleh orang-orang musyrik, Aisyah melihat bahwa ayahnya menanggung

beban yang sangat besar. Semasa kecil dia bermain- main dengan lincah, dan ketika dinikahi Rasulullah usianya belum genap sepuluh tahun. Dalam sebagian besar riwayat disebutkan bahw Rasulullah membiarkannya bermain-main dengan teman-temannya. Pernikahan yang Penuh Berkah Dua tahun setelah wafatnya Khadijah r.a, datang wahyu kepada Nabi Shallallahu alaihi wassalam. untuk menikahi Aisyah . Setelah itu Rasulullah berkata kepada Aisyah, Aku melihatmu dalam tidurku tiga malam berturut-turut. Malaikat mendatangiku dengan membawa gambarmu pada selembar sutera seraya berkata, Ini adalah istrimu. Ketika aku membuka tabirnya, tampaklah wajahmu. Kemudian aku berkata kepadanya, Jika ini benar dari Allah, niscaya akan terlaksana. Mendengar kabar itu, Abu Bakar dan istrinya sangat senang, terlebih lagi ketika Rasulullah setuju menikahi putri mereka, Aisyah. Beliau mendatangi rumah mereka dan berlangsunglah pertunangan yang penuh berkah itu. Setelah pertunangan itu, Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. hijrah ke Madinah bersama para sahabat, sementara istri-istri beliau ditinggalkan di Mekah. Setelah beliau menetap di Madinah, beliau mengutus orang untuk menjemput mereka, termasuk di dalamnya Aisyah . Karena cuaca buruk yang melanda Madinah, Aisyah sakit keras dan badannya menyusut seperti juga dialami orang-orang Muhajirin. Menyaksikan hal itu, Rasulullah berdoa, Ya Allah, jadikanlah karni sebagai orang yang mencintai Madinah sebagaimana cinta kami kepada Mekah, atau bahkan lebih lagi. Sembuhkanlah penghuninya dan penyakit. Berikanlah keberkahan kepada kami dalam timbangan dan takarannya. Lindungilah kami dan penyakit, dan alihkanlah penyakit itu ke Juhfah. Allah mengabulkan doa Rasulullah, dan cuaca berangsur membaik, sehingga hilanglah penyakit yang melanda kaum muhajirin. Aisyah pun sembuh dan bersiap-siap menghadapi hari pernikahan dengan Rasuhillah Shallallahu alaihi wassalam. Dengan izin Allah menikahlah Aisyah dengan maskawin lima ratus dirham. Ketika ditanya oleh Abu Salamah bin Abdurrahman tentang jumlah mahar yang diberikan Rasulullah: Aisyab menjawab, Mahar Rasulullah kepada istri-irstrinya adalah dua belas uqiyah dan satu nasy. Tahukah kamu satu nasy itu? Dijawab, Tidak. Kemudian lanjut Aisyah. Satu nasy itu sama dengan setengah uqiyah, yaitu lima ratus dirham. Maka inilah mahar Rasulullah terhadap istriistri beliau. (HR. Muslim) Istri Kecintaan Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam Aisyah tinggal di kamar yang berdampingan dengan Masjid Nabawi. Di kamar itulah wahyu banyak turun, sehingga kamar itu disebut juga sebagai tempat turunnya wahyu. Di hati Rasulullah, kedudukan Aisyah sangat istimewa, dan itu tidak dialami oleh istri-istri beliau yang lain. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik dikatakan, Cinta pertama yang terjadi di dalam Islam adalah cintanya Rasulullah kepada Aisyah . Di dalam riwayat Tirmidzi dikisahkan, Bahwa ada seseorang yang menghina Aisyah di hadapan Ammar bin Yasir sehingga Ammar berseru kepadanya, Sungguh celaka kamu. Kamu telab menyakiti istri kecintaan Rasulullah.

Selain itu ada juga kisah lain yang menunjukkan besarnya cinta Nabi kepada Aisyah, dan itu sudah diketahui oleh kaurn muslimin saat itu. Oleh karena itu, kaum muslimin senantiasa menanti-nanti datangnya hari giliran Rasulullah pada Aisyah sebagai hari untuk menghadiahkan sesuatu kepada Nabi Shallallahu alaihi wassalam. Keadaan seperti itu menimbulkan kecemburuan di kalangan istri Rasulullah lainnya. Tentang hal itu Aisyah pernah berkata: Orang-orang berbondong-bondong memberi hadiah pada hari giliran Rasulullah padaku. Karena itu, teman-temanku (istri Nabi yang lainnya) berkumpul di tempat Ummu Salamah. Mereka berkata, Hai Ummu Salamah, demi Allah, orang-orang berbondong-bondong mernberikan hadiah pada hari giliranRasulullah di rumah Aisyah, sedangkan kita juga ingin rnemperoleh kebaikan sebagaimana yang diinginkan oleh Aisyah. Melihat reaksi seperti itu, Rasulullah meminta kaum muslimin untuk memberikan hadiah kepada beliau pada hari giliran istri Rasulullah yang mana saja. Ummu Salamah pun telah menyatakan keberatan kepada Rasulullah. Dia berkata, Rasulullah berpaling dariiku. Ketika beliau mendatangi aku, akupun kernbali mernperingatkan hal itu, tetapi beliau berbuat hal yang serupa. Ketika aku rnenginatkan beliau untuk yang ketiga kalinya, beliau tetap berpaling dariku, sehingga akhirnya beliau bersabda, Demi Allah, wahyu tidak turun kepadaku selama aku berada di dekat kalian, kecuali ketika aku dalam satu selimut bersama Aisyah. (HR. Muslim). Sekalipun perasaan cemburu istri-istri Rasulullah terhadap Aisyah sangat besar, mereka tetap menghargai kedudukan Aisyah yang sangat terhormat. Bahkan ketika Aisyah wafat, Ummu Salamah berkata, Demi Allah, dia adalah manusia yang paling beliau cintai setelah ayahnya (Abu Bakar). Suatu waktu, Rasulullah ditanya oleh Amru bin Aash, Siapakah manusia yang paling engkau cintai? Beliau menjawab, Aisyah! Amru bertanya lagi, Dan dari kalangan laki-laki? Beliau menjawab, Ayahnya! (Hadits muttafaqirn alaihi) Di antar istri-istri Rasulullah, Saudah binti Zumah sangat memahami keutamaan- keutamaan Aisyah, sehingga dia merelakan seluruh malam bagiannya untuk Aisyah. Suatu hari Shafiyah bin Huyay meminta kerelaan Rasulullah melalui Aisyah, yaitu sebagaimana diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Aisyah. Suatu ketika Rasulullah enggan mendekati Shafiyah binti Huyay bin Ahthab. Karena itu Shafyyah berkata kepada Aisyah, Hai Aisyah, apakah engkau dapat merelakan Rasulullah kepadaku? Dan engkau akan mendapatkan hari bagianku. Aisyab menjawab, Ya! Kernudian Aisyah mengambil kerudung yang ditetesi zafaran dan disiram dengan air agar lebih harum. Setelah itu dia duduk di sebelah Rasulullah, narnun beliau bersabda, Ya Aisyah, menjauhlah engkau dariku. Hari ini bukan hari bagianmu. Aisyab berkata, Ini adalah keutamaan yang diberiikan Allah kepada dia yang dikehendaki-Nya. Aisyah kemudian menceritakan duduk permasalahannya dan Rasulullah pun rela kepada Shafyyah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Aisyah sangat memperhatikan sesuatu yang menjadikan Rasulullah rela. Dia menjaga agar jangan sampai beliau menemukan sesuatu yang tidak menyenangkan darinya. Karena itu, salah satunya, dia senantiasa mengenakan pakaian yang bagus dan selalu berhias untuk Rasulullah. Menjelang wafat, Rasulullah meminta izin kepada istri-istrinya untuk beristirahat di rumah Aisyah selama sakitnya hingga wafatnya. Dalam hal ini Aisyah berkata, Merupakan kenikmatan bagiku karena Rasulullah wafat di pangkuanku.

Fitnah Terhadapnya Aisyah pernah mengalami fitnah yang mengotori lembaran sejarah kehidupan sucinya, hingga turun ayat Al-Q uran yang menerangkan kesucian dirinya. Kisahnya bermula dari sini. Seperti biasanya, sebelum berangkat perang, Rasulullah mengundi istrinya yang akan menyertainya berperang. Ternyata undian jatuh kepada Aisyah, sehingga Aisyah yang menyertai beliau dalam Perang Bani al-Musthaliq. Saat itu bertepatan dengan turunnya perintah memakai hijab. Setelah perang selesai dan kaum muslimin memetik kemenangan, Rasulullah kembali ke Madinah. Ketika tentara Islam tengah beristirahat di sebuah pelataran, Aisyah masih berada di dalam sekedup untanya. Pada malam harinya, Rasulullah mengizinkan rombongan berangkat pulang. Ketika itu Aisyah pergi untuk hajatnya, dan kembali. Ternyata, kalung di lehernya jatuh dan hilang, sehingga dia keluar dan sekedup dan mencari-cari kalungnya yang hilang. Ketika pasukan siap berangkat, sekedup yang mereka angkat ternyata kosong. Mereka mengira Aisyah berada di dalam sekedup. Setelah kalungnya ditemukan, Aisyah kembali ke pasukan, namun alangkah kagetnya karena tidak ada seorang pun yang dia temukan. Aisyah tidak meninggalkan tempat itu, dan mengira bahwa penuntun unta akan tahu bahwa dirinya tidak berada di dalamnya, sehingga mereka pun akan kembali ke tempat semula. Ketika Aisyah tertidur, lewatlah Shafwan bin Muthil yang terheran-heran melihat Aisyah tidur. Dia pun mempersilakan Aisyah menunggangi untanya dan dia menuntun di depannya. Berawal dari kejadian itulah fitnah tersebar, yang disulut oleh Abdullah bin Ubay bin Salul. Ketika tuduhan itu sarnpai ke telinga Nabi, beliau mengumpulkan para sahabat dan meminta pendapat mereka. Usamah bin Zaid berkata, Ya Rasulullah, dia adalah keluargamu yang kau ketahui hanyalah kebaikan semata. Ali juga berpendapat, Ya Rasulullah, Allah tidak pernah mempersulit engkau. Banyak wanita selain dia. Dari perkataan Ali, ada pihak yang memperuncing masalah sehingga terjadilah pertentangan berkelanjutan antara Aisyah dan Ali. Mendengar pendapat-pendapat dari para sahabat Nabi, bentambah sedihlah Aisyah, terlebih setelah dia melihat adanya perubahan sikap pada diri Nabi. Ketika Aisyah sedang duduk-duduk bersarna orang tuanya, Rasulullah menghampirinya dan bersabda: Wahai Aisyah aku mendengar berita bahwa kau telah begini dan begitu. Jika engkau benarbenar suci, niscaya Allah akan menyucikanmu. Akan tetapi, jika engkau telah berbuat dosa, bertobatlah dengan penuh penyesalan, niscaya Allah akan mengampuni dosamu. Aisyah menjawab, Demi Allah, aku tahu bahwa engkau telah mendengar kabar inmi, dan ternyata engkau mempercayainya. Seandainya aku katakan bahwa aku tetap suci pun, niscaya hanya Allahlah yang mengetahui kesucianku, dan tentunya engkau tak akan mempercayaiku. Akan tetapi, jika aku mengakui perbuatan itu, sedangkan Allah mengetahui bahwa aku tetap suci, maka kau akan mempercayai perkataanku. Aku hanya dapat mengatakan apa yang dikatakan Nabi Yusuf, Maka bersabar itu lebih baik. Dan Allah pula yang akan menolong atas apa yang engkau gambarkan. Aisyah sangat mengharapkan Allah menurunkan wahyu berkaitan dengan masalahnya, namun wahyu itu tidak kunjung turun. Baru setelah beberapa saat, sebelum seorang pun meninggalkan rumah Rasulullah, wahyu yang menerangkan kesucian Aisyah pun turun kepada beliau.

Rasulullah segera menemui Aisyah dan berkata, Hai Aisyah, Allah telah menyucikanmu dengan firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat Balasan dari dosa yang dikerjakannya. dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar. (QS. An-Nuur:11) Demikianlah kemulian yang disandang Aisyah, sehingga bertambahlah kemuliaan dan keagungannya di hati Rasulullah. Perjalanan Hidup yang Mulia Pada hakikatnya, setiap manusia memiliki kelemahan, begitu juga halnya dengan Aisyah, yang selain memiliki kehormatan dan martabat juga memiliki kekurangan. Dalam hal ini dia pernah berkata, Aku tidak pernah melihat pembuat makanan seperti Shafiyyah. Dia selalu menghadiahi makanan kepada Rasulullah. Tanpa sadar aku pernah memecahkan tempat makanan yang dibawa Shafiyyah. Aku bertanya kepada Rasulullah apa yang dapat dijadikan sebagai tempat yang pecah itu. Rasulullab menjawab, Tempat diganti dengan tempat dan makanan diganti dengan makanan. (HR. Bukhari) Aisyah pernah berkata: Halah binti Khuwailid, saudara perempuan Khadijah, meminta izin kepada Rasulullah. Ketika itu Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. merasa bahwa cara Halah meminta izin sama dengan cara Khadijah meminta izin, dan beliau merasa senang atas semua itu. Lalu beliau berkata, Ya Allah, inilah Halah binti Khuwailid. Aku berkata, Apa yang engkau sebut itu adalab seorang nenek dari nenek-nenek kaum Quraisy, yang kedua sudut mulutnya merah. Dia telah tua renta ditelan masa. Semoga Allah memberi untukmu pengganti yang lebih baik daripada dia. Mendengar itu Rasulullah menjawab, Allah tidak akan memberikan pengganti yang lebib baik darpada Khadijah. Dia telah beriman kepadaku ketika orang lain mengingkariku. Dia telah mempercayaiku ketika orang lain mendustakanku. Dia telah mendermakan harta bendanya untuk perjuanganku ketika orang lain menolak memberikan harta mereka. Allah telah memberkahiku dengan putra-putri lewat Khadijah ketika yang lain tidak memberiku anak. (HR. Ahmad dan Muslim) Terdapat beberapa pendirian yang tegas dan pemecahan problema hukum yang penting, baik khusus yang berkaitan dengan wanita maupun secara umum yang berkaitan dengan kehidupan kaum muslimin secara umum. Diriwayatkan bahwa pada zaman dahulu seorang laki-laki dapat menceraikan istrinya dengan sekehendak hati. Wanita itu akan kembali menjadi istrinya jika suaminya membujuk kembali dalam keadaan iddah, sekalipun dia telah menceraikannya seratus kali. Bahkan suami itu berkata kepada istrinya, Demi Allah, aku akan menceraikanmu sehingga engkau menjadi jelas, dan aku tidak akan memberimu nafkah selamanya. Istrinya menemui Aisyah dan menceritakan. Dia menjawab, Aku menceraikanmu jika iddahmu hampir berakhir, dan jika engkau telah suci kembali, aku akan merujukmu kembali. Istrinya menemui Aisyah dan menceritakan masalah yang dihadapinya. Aisyah terdiarn hingga Rasulullah datang. Beliau pun diam tidak dapat menyelesaikan masalah tersebut hingga turunlah ayat:

Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelab itu boleh rujuk lagi dengan cara yang maruf atau menceraikannya dengan cara yang baik. (al-Baqarah: 229) Dalam penetapan hukum pun, Aisyah kerap langsung menemui wanita-wanita yang melanggar syariat Islam. Suatu ketika dia mendengar bahwa kaum wanita dari Hamash di Syam mandi di tempat pemandian umum. Aisyah mendatangi mereka dan berkata, Aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. bersabda, Perempuan yang menanggalkan pakaiannya di rumah selain rumah suaminya maka dia telah membuka tabir penutup antara dia dengan Tuhannya. (HR. Ahmad, Abu Daud, dan Ibnu Majah) Aisyah pun pernah menyaksikan adanya perubahan pada pakaian yang dikenakan wanita-wanita Islam setelah Rasulullah wafat. Aisyah menentang perubahan tersebut seraya berkata, Seandainya Rasulullah melihat apa yang terjadi pada wanita (masa kini), niscaya beliau akan melarang mereka memasuki masjid sebagaimana wanita Israel dilarang memasuki tempat ibadah mereka. Di dalam Thabaqat Ibnu Saad mengatakan bahwa Hafshah binti Abdirrahman menemui UmmulMukminin Aisyah . Ketika itu Hafsyah mengenakan kerudung tipis. Secepat kilat Aisyah menarik kerudung tersebut dan menggantinya dengan kerudung yang tebal. Hadist yang Diriwayatkan Aisyah Aisyah memiliki wawasan ilmu yang luas serta menguasai masalah-masalah keagamaan, baik yang dikaji dari Al-Quran, hadits-hadits Nabi, maupun ilmi fikih. Tentang masalah ilmu-ilmu yang dimiliki Aisyah ini, di dalam Al-Mustadrak, al-Hakim mengatakan bahwa sepertiga dari hukum-hukum syariat dinukil dan Aisyah. Abu Musa al-Asyaari berkata, Setiap kali kami menemukan kesulitan, kami temukan kemudahannya pada Aisyah. Para sahabat sering meminta pendapat jika menemukan masalah yang tidak dapat mereka selesaikan sendiri. Aisyah pun sering mengoreksi ayat, hadits, dan hukum yang keliru diberlakukan untuk kemudian dijelaskan kembali maksud yang sebenarnya. Salah satu contoh adalah perkataan yang diungkapkan oleh Abu Hurairah. Ketika itu Abu Hurairah merujuk hadits yang diriwayatkan oleh Fadhi ibnu Abbas bahwa barang siapa yang masih dalam keadaan junub pada terbit fajar, maka dia dilarang berpuasa. Ketika Abu Hurairah bertanya kepada Aisyah, Aisyah menjawab, Rasulullah pernah junub (pada waktu fajar) bukan karena mimpi, kemudian beliau meneruskan puasanya. Setelah mengetahui hal itu, Abu Hurairah berkata, Dia lebih mengetahui tentang keluarnya hadits tersebut. Kamar Aisyah lebih banyak berfungsi scbagai sekolah, yang murid-muridnya berdatangan dari segala penjuru untuk menuntut ilmu. Bagi murid yang bukan mahramnya, Aisyah senantiasa membentangkan kain hijab di antara mereka. Aisyah tidak pernah mempermudah hukum kecuali jika sudah jelas dalilnya dari A1-Quran dan Sunnah. Aisyah adalah orang yang paling dekat dengan Rasulullah sehingga banyak menyaksikan turunnya wahyu kepada beliau, sebagairnana perkataannya ini: Aku pernah melihat wahyu turun kepada Rasulullah pada suatu hari yang sangat dingin sehingga beliau tidak sadarkan diri, sementara keringat bercucuran dari dahi beliau. (HR. Bukhari) Aisyah pun memiliki kesempatan untuk bertanya langsung kepada Rasulullah jika menemukan sesuatu yang belum dia pahami tentang suatu ayat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dia memperoleh ilmu langsung dan Rasulullah sebagaimana ungkapannya ini: Aku bertanya kepada Rasulullah tentang ayat Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan dengan hati yang takut. (QS. Al-Muminun: 60). Apakah yang

dimaksud dengan ayat di atas adalah para peminum khamar dan pencuri? Beliau menjawab, Bukan, putri ash-Shiddiq! Mereka adalah orang yang berpuasa, shalat, dan bersedekah, tetapi takut (amal mereka tidak diterima). Mereka menyegerakan diri dalam kebaikan, tetapi mendahului (menentukan sendiri) kebaikan tersebut. (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi). Aisyah berkata lagi: Aku bertanya kepada Rasulullah tentang firman Allah: Yauma tabdalulardhu ghairal-ardha was-samawati. Di manakah manusia berada, wahai Rasulullah? Beliau menjawab, Manusia berada di atas shirath. (HR. Muslim) Aisyah termasuk wanita yang banyak menghafalkan hadits-hadits Nabi Shallallahu alaihi wassalam, sehingga para ahli hadits menernpatkan dia pada urutan kelima dari para penghafal hadits setelah Abu Hurairah, Ibnu Umar, Anas bin Malik, dan Ibnu Abbas. Aisyah memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki siapa pun, yaitu meriwayatkan hadits yang langsung dia peroleh dan Rasulullah dan menghafalkannya di rumah. Karena itu, sering dia meriwayatkan hadits yang tidak pernah diriwayatkan oleh perawi hadits lain. Para sahabat penghafal hadits sering mengunjungi rurnah Aisyah untuk langsung memperoleh hadits Rasulullah karena kualitas kebenarannya sangat terjamin. Jika berselisih pendapat tentang suatu masalah, tidak segan-segan mereka meminta penyelesaian dari Aisyah. Qasim bin Muhammad bin Abu Bakar, anak saudara laki-laki Aisyah, mengatakan bahwa pada masa kekhalifahan Abu Bakar, Umar, dan Utsman, Aisyah rnenjadi penasihat pemerintah hingga wafat. Aisyah dikenal sebagai perawi hadits yang mengistinbath hukum sendiri ketika kejelasan hukumnya tidak ditemukan dalam Al-Quran dan hadits lain. Dalam hal ini, Abu Salamah berkata, Aku tidak pernah melihat seorang yang lebih mengetahui Sunnah Rasulullah, lebih benar pendapatnya jika dia berpendapat, lebih mengetahui bagaimana Al-Quran turun, serta lebih mengenal kewajibannya selain Aisyah. Suatu ketika Saad bin Hisyam menemui Aisyah, dan berkata, Aku ingin bertanya tentang bagaimana pendapatmu jika aku tetap membujang selarnanya. Aisyah menjawab, Janganlah kau lakukan hal itu, karena aku mendengar Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. bersabda tentang firman Allah: Telah kami utus rasul-rasul sebelummu, dan Kami telah ciptakan bagi mereka istri-istri dan keturunan. Oleh karena itu, janganlah kamu membujang. Urwah bin Zubeir, salah seorang murid Aisyah, sangat mengagumi keluarbiasaan penguasaan ilmu Aisyah. Dia berkata, Aku berpikir tentang urusanmu. Sungguh aku mengagumimu. Menurutku engkau adalah manusia yang paling banyak mengetahui sesuatu. Aisyah berkata, Apa yang menyebabkanmu berpendapat seperti itu? Dia menjawab, Engkau adalah istri Nabi Shallallahu alaihi wassalam dan putri Abu Bakar. Engkau mengetahui hari-hari, nasab, dan syair orangorang Arab. Dia berkata lagi, Apa yang menyebabkan engkau dan ayahmu menjadi orang yang paling pandai dariipada seluruh orang Quraisy? Aku sangat mengagumi kepandaianmu tentang ilmu medis. Dari manakah engkau mendapatkan ilmu itu? Aisyah menjawab, Wahai Urwah, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. sering sakit, sehingga dokter-dokter Arab dan bukan Arab datang mengobati beliau. Dari merekalah aku belajar. Tentang penguasaan bahasa dan sastranya, kembali Urwah berkomentar, Demi Allah, aku belum pernah melihat seorang pun yang lebih fasih dariipada Aisyah selain Rasulullah sendiri. Al-Ahnaf bin Qais berkata, Aku telah mendengar khutbah Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan Alii bin Abi Thalib. Hingga saat ini aku belum pernah mendengar satu

perkataan pun dari makhluk Tuhan yang lebih berisi dan baik daripada perkataan Aisyah. Salah satu contoh kefasihannya dapat kita lihat dari kata-katanya pada kuburan ayahnya, Abu Bakar: Allah telah mengilaukan wajahmu, dan bersyukur atas kebaikan yang telah engkau perbuat. Engkau merendahkan dunia karena engkau berpaling darinya. Akan tetapi, untuk engkau adalah mulia, karena engkau selalu menghadap untuknya. Kalau peristiwa terbesar setelah Rasulullah wafat dan musibah terbesar adalah kematianmu, Kitab Allah rnenghibur dengan kesabaran dan menggantikan yang baik selainmu. Aku merasakan janji Allah yang telah ditetapkan bagirnu dan ikhlas atas kepergianmu. Dengan memohon dari-Nya gantimu dan aku berdoa untukmu. Kami hanyalah milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali. Bagimu salam sejahtera dan rahmat Allah. Dari Aisyah pun sering keluar kata-kata hikmah yang terkenal, seperti: Bagi Allah mutiara takwa. Takkan ada kesembuhan bagi orang yang di dalarn hatinya terbersit kemarahan. Pernikahan adalah perbudakan, maka seseorang hendaklah melihat kepada siapa dia mengabdikan putri kemuliaannya. Rasulullah Wafat dan Dikuburkan di Kamarnya Bagi Aisyah, menetapnya Rasulullah selama sakit di kamarnya merupakan kehormatan yang sangat besar karena dia dapat merawat beliau hingga akhir hayat. Di bawah ini dia melukiskan detik-detik terakhir beliau menjelang wafat: Sungguh merupakan nikmat Allah bagiku, Rasulullab wafat di rurnahku pada hariku dan dalam dekapanku. Allah telah menyatukan ludahku dan ludah beliau menjelang wafat. Abdurrahman menemuiku, di tangannya tergenggam siwak, sementara aku menyandarkan beliau. Aku melihat beliau menoleh ke arah Abdurrahman, aku segera memahami bahwa beliau menyukai siwak. Aku berbisik kepada beliau, Bolehkah aku haluskan siwak untukmu? beliau memberi isyarat dengan kepala, sepertinya mengisyaratkan ya. Kemudian beliau menyuruhku menghentikan menghaluskan siwak, sernentara di tangan beliau ada bejana berisi air. Beliau mernasukkan kedua belab tangan dan mengusapkannya ke wajah seraya berkata, Laa ilaaha illahu setiap kematian mengalami sekarat (beliau mengangkat tangannya) pada Allah Yang Maha Tinggi. Beliau menggenggam tangan dan perlahan-lahan tangan beliau jatuh ke bawab. (HR. Muttafaq Alaih) Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam. dikuburkan di kamar Aisyah, tepat di tempat beliau meninggal. Sementara itu, dalam tidurnya, Aisyah melihat tiga buah bulan jatuh ke kamarnya. Ketika dia memberitahukan hal itu kepada ayahnya, Abu Bakar berkata, Jika yang engkau lihat itu benar, maka di rumahmu akan dikuburkan tiga orang yang paling mulia di muka bumi. Ketika Rasulullah wafat, Abu Bakar berkata, Beliau adalah orang yang paling mulia di antara ketiga bulanmu. Ternyata Abu Bakar dan Umar dikubur di rumah Aisyah. Setelah Rasulullah Wafat Setelah Rasulullah wafat, Aisyah senantiasa dihadapkan pada cobaan yang sangat berat, namun dia menghadapinya dengan hati yang sabar, penuh kerelaan terhadap takdir Allah, dan selalu berdiam diri di dalam rumah semata-mata untuk taat kepada Allah. Allah Subhanahu wa taala berfirman:

Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliah yang dahulu, dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah berrnaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlulbait, dan membersihkan kamu sebersih- bersihnya. (QS. Al-Ahzab:33) Rumah Aisyah senantiasa dikunjungi orang-orang dari segala penjuru untuk menimba ilmu atau untuk berziarah ke makam Nabi Shallallahu alaihi wassalam. Ketika istri-istri Nabi hendak mengutus Utsman menghadap Khalifh Abu Bakar untuk menanyakan harta warisan Nabi yang merupakan bagian mereka, Aisyah justru berkata, Bukankah Rasulullah telah berkata, Kami para nabi tidak meninggalkan harta warisan. Apa yang kami tinggalkan itu adalah sedekah. Semasa kekhalifahan Abu Bakar, kadar keilmuan Aisyah tidak begitu tampak di kalangan kaum muslimin, karena dengan jarak waktu wafatnya Rasulullah sangat dekat, juga karena kaum muslimin sedang disibukkan oleh perang Riddah (perang melawan kaum murtad). Setelah dua tahun tiga bulan dan sepuluh malam, khalifah pertama, Abu Bakar, meninggal dunia. Sebelum meninggal, Abu Bakar berwasiat kepada putrinya agar menguburkannya di sisi Rasulullah. Aisyah melaksanakan perintah ayahnya, dan ketika Abu Bakar rneninggal, Aisyah menguburkan jenazahnya di sisi Nabi, kepalanya diletakkan pada sisi pundak Nabi. Ilmu Aisyah mulai tampak pada masa kekhalifahan Umar, sehingga para sahabat besar senantiasa merujuk pendapat Aisyah jika mereka dihadapkan pada permasalahan- permasalahan yang berkenaan dengan kaum muslimin. Di dalam Thabaqat, dari Mahmud bin Luhaid, lbnu Saad berkata, Para istri Nabi banyak rnenghafal hadits Nabi, namun hafalan Aisyah dan Ummu Salamah tidak ada yang dapat menandingi. Aisyah adalah penasihat kekhalifahan Umar dan Utsman hingga dia meninggal. Pada waktu itu, Umar sangat memperhatikan keadaan istri-istri Nabi. Tentang hal itu Aisyah berkata, Umar bin Khaththab selalu memperhatikan keadaan kami dari ujung kepala sampai ujung kaki. Dia memiliki tempat kurma besar yang selalu diisi buahbuahan dan kemudian dikirimkan kepada istri-istrii Nabi Shallallahu alaihi wassalam. Begitu juga dengan Utsman bin Affan. Aisyah sangat menghormati Utsman karena kedudukannya sangat terhormat di hati Rasulullah. Utsman bin Affan memiliki kedermawanan dan rasa malu yang besar, sehingga Aisyah pernah berkata, Nabi Shallallahu alaihi wassalam. sangat malu jika bertemu dengan Utsman. Jika Nabi bertemu dengannya, beliau akan duduk di sampingnya dan merapikan bajunya. Ketika Aisyah menanyakan hal itu, beliau menjawab, Aku merasa malu kepada seseorang yang kepadanya malaikat sangat malu. Di dalam hadits Nabi, Aisyah meriwayatkan bahwa Rasulullah berwasiat kepada Utsman agar jangan turun dari kekhalifahan jika belum terlaksana dengan sempurna. Beliau bersabda, Wahai Utsman, sesungguhnya pada suatu hari nanti Allah akan mengangkatmu dalam urusan ini. Jika orang-orang munafik menginginkan agar engkau meninggalkan baju kebesaran yang Allah pakaikan kepadamu, janganlah engkau melepaskannya. Beliau mengulang perkataan tersebut tiga kali. Ketika Utsman meninggal di tangan pemberontak, Aisyahlah yang pertama menuntut balas atas kematiannya. Berkaitan dengan masalah permusuhan Aisyah dan Ali, terdapat hadits dari Aisyah sendiri yang menetralkan isu tersebut. Aisyah dan Ali memiliki kedudukan yang mulia dan terhormat, dan tentunya Aisyah tidak akan melupakan bahwa Ali adalah anak paman Rasulullah sekaligus sebagai suami dari putri Rasulullah. Aisyah pun tentu tidak akan melupakan kegigihan Ali dalam

berjihad di jalan Allah dan menjadi orang pertama yang masuk Islam dari kalangan anak-anak. Isu pertentangan Ali dan Aisyah tentu saja tidak beralasan karena Aisyah sangat meyakini kualitas ilmu dan sifat amanah Ali. Ketika Suraih bin Hani menanyakan kepada Aisyah tentang mengusap khuffain (penutup kepala) ketika berwudhu, maka Aisyah menjawab, Datanglah kepada Ali, karena dia selalu bepergian (safar) bersama Rasulullah. Setelah Ali wafat, Aisyah senantiasa berada di rumah dan memberikan pelajaran hadits dan tafsir ayat Al-Quran. Aisyah tidak pernah rela membiarkan sepak terjang Muawiyah bin Abu Sufyan yang banyak bertentangan dengan syariat Islam walaupun Muawiyah senantiasa berusaha menarik simpatik dan kerelaan Aisyah. Suatu saat, Muawiyah mengutus seseorang untuk meminta fatwa kepada Aisyah yang isinya, Tuliskan untukku, dan jangan terlalu banyak! Aisyah menjawab, Salam sejahtera buatmu. Aku mendengar Rasululiah Shallallahu alaihi wassalam. bersabda, Barang siapa yang mencari keridhaan Allah sementara manusia marah, niscaya Allah cukupkan baginya pemaafan manusia. Dan barang siapa yang mencari keridhaan manusia dengan kemurkaan Allah, niscaya Allah wakilkan masalah tersebut kepada manusia. Salam sejahtera untukmu. Wafatnya Aisyah Dalam hidupnya yang penuh dengan jihad, Sayyidah Aisyah wafat pada usia 66 tahun, bertepatan dengan bulan Ramadhan, tahun ke-58 hijriah, dan dikuburkan di Baqi. Kehidupan Aisyah penuh kernuliaan, kezuhudan, ketawadhuan, pengabdian sepenuhnya kepada Rasulullah, selalu beribadah, serta senantiasa melaksanakan shalat malam. Bahkan dia sering memberikan anjuran untuk shalat malam kepada kaum muslimin. Dari Abdullah bin Qais, Imam Ahmad menceritakan, Aisyah berkata, Janganlah engkau tinggalkan shalat malam, karena sesungguhnya Rasulullah tidak pernah meninggalkannya. Jika beliau sakit atau sedang malas, beliau melakukannya sambil duduk. Aisyah memiliki kebiasaan untuk memperpanjang shalat, sebagaimana diriwayatkan oleh Ahmad dan Abdullah bin Abu Musa, Mudrik atau Ibnu Mudrik mengutusku kepada Aisyah untuk menanyakan segala urusan. Aku tiba ketika dia sedang shalat dhuha, lalu aku duduk sampai dia selesai melaksanakan shalat. Mereka berkata, Sabar-sabarlah kau menunggunya. Aisyah pun senantiasa memperbanyak doa, sangat takut kepada Allah, dan banyak berpuasa sekalipun cuaca sedang sangat panas. Di dalam Musnad-nya, Ahmad berkata, Abdurrahman bin Abu Bakar menemui Aisyah pada hari Arafah yang ketika itu sedang berpuasa sehingga air yang dia bawa disiramkan kepada Aisyah. Abdurrahman berkata, Berbukalah. Aisyah menjawab, Bagaimana aku akan berbuka sementara aku mendengar Rasulullah telah bersabda, Sesungguhnya puasa pada hari Arafah akan menebus dosa-dosa tahun sebelumnya. Selain itu, Aisyah banyak mengeluarkan sedekah sehingga di dalam rumahnya tidak akan ditemukan uang satu dirham atau satu dinar pun. Nabi Shallallahu alaihi wassalam. pernah bersabda, Berjaga dirilah engkau dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Di dalam riwayat lain dikatakan, Aku didatangi oleh seorang ibu yang membawa dua orang putrinya. Dia meminta sesuatu dariku sedangkan aku tidak memiliki apa pun untuk diberikan kepada mereka selain satu biji kurma. Aku memberikan kurma itu kepadanya, dan ibu itu membaginya kepada kedua anaknya. Dia berdiri kern udian pergi. Setelab itu Rasulullab masuk

dan bersabda, Barang siapa mengasuh anak-anak itu dan berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan rnenjadi penghalang baginya dari api neraka. (HR. Muttafaq Alaihi). Ada juga riwayat lain yang membuktikan kedermawanan Aisyah. Urwah berkata, Muawiyah memberikan uang sebanyak seratus ribu dirham kepada Aisyah. Demi Allah, sebelum matahari terbenam, Aisyah sudah membagi-bagikan sernuanya. Budaknya berkata, Seandainya engkau belikan daging untuk kami dengan uang satu dirham. Aisyah menjawab, Seandainya engkau katakan hal itu sebelum aku membagikan seluruh uang itu, niscaya akan aku lakukan hal itu untukmu.

Fatimah Az-Zahra adalah putri kesayangan Nabi Muhammad hasil buah cintanya dengan Siti Khadijah. Ia dilahirkan beberapa saat sebelum Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam diutus sebagai Nabi. Ia sangat mencintai dan dicintai Nabi Muhammad sehingga ia dijuluki Ummu Abiha, putri Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Nabi shallallahu alaihi wasallam sangat mencintainya dan memuliakannya. Dia memiliki banyak keistimewaan, dia juga sosok yang sabar, baik hati, menjaga diri, menerima dan bersyukur kepada Allah Taala.

Fatimah radhiallahu anha adalah pemimpin kaum wanita dunia pada zamannya, yaitu pada masa kenabian. Dia adalah wanita pilihan, ia diberi kuniah (dijuluki) Ummu Abiha, putri Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, al-Qurasyiyah, al-Hasyimiyah, dan Ummu al-Husain. Dia dilahirkan beberapa saat sebelum Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam diutus sebagai Nabi. Kelahiran Fatimah Az Zahra adalah anak perempuan ke empat pasangan Nabi Muhammad dan Ummul mu'minin Khadijah. (Nabi Muhammad dan Siti Khadijah dikaruniai empat orang putri; Zeinab, Raqayyah, Ummi Kultsum dan Fatimah). Mayoritas sejarawan Syiah dan Ahlussunnah menetapkan bahwa ia lahir di Makkah pada tanggal 20 Jumadits Tsani 5 H (akhir lima tahun sebelum bi'tsah (turun wahyu kepada Nabi Muhammad)). Akan tetapi, sebagian yang lain menyatakan bahwa hal itu jatuh pada tahun 3 H, dan kelompok ketiga menetapkannya pada tahun 2 H. Salah seorang sejarawan dan ahli hadis dari kalangan Ahlussunnah menyatakan bahwa kelahirannya jatuh pada tahun 1 H. Kelahiran Fahimah disambut gembira oleh Nabi Muhammadu alaihi wassalam dengan memberikan nama Fathimah dan julakannya Az-Zahra, sedangkan kunyahnya adalah Ummu Abiha (Ibu dari bapaknya). Fatimah adalah putri yang mirip dengan ayahnya, Ia tumbuh dewasa dan ketika menginjak usia 5 tahun terjadi peristiwa besar terhadap ayahnya yaitu turunnya wahyu dan tugas berat yang diemban oleh ayahnya. Dan ia juga menyaksikan kaum kafir melancarkan gangguan kepada ayahnya. Sampai cobaan yang berat dengan meninggal ibunya Khadijah. Ia sangat pun sedih dengan kematian ibunya. Fathimah a.s. dididik di rumah ayahnya, sebuah rumah kenabian dan tempat turunnya wahyu. Rumah tempat kelahiran kelompok pertama yang beriman kepada keesaan Allah dan dengan

tegar memegang iman mereka. Rumah itu adalah satu-satunya rumah dari sekian banyak rumah di jazirah Arab yang dari dalamnya berkumandang suara Allahu Akbar, dan Fathimah a.s. adalah satu-satunya anak wanita yang mengalami kehangatan semacam itu. Ia berada di rumah itu sendirian dan masa kecilnya ia lalui dengan segala kesendirian. Dua saudarinya, Ruqaiyah dan Ummi Kultsum lebih besar beberapa tahun dari dirinya. Mungkin salah satu rahasia kesendiriannya adalah supaya ia dapat memfokuskan diri terhadap penggemblengan raga dan jiwa. Kasih Sayang Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam Kepadanya Diriwayatkan dari Aisyah Ummul Mukminin radhiallahu anha, dia berkata, Aku tidak pernah melihat seorang pun yang perkataan dan pembicaraannya menyerupai Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam selain Fatimah, dan jika Fatimah menghadap Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, maka beliau berdiri lalu menciumnya dan memanjakan dirinya. Begitu juga Fatimah memperlakukan Nabi shallallahu alaihi wasallam. Aisyah radhiallahu anha berkata, Fatimah hidup selama enam bulan setelah Nabi shallallahu alaihi wasallam wafat. Kemudian beliau diwafatkan pada malam hari. Al-Waqidi berkata, Ini adalah pendapat yang paling kuat menurut kami. Al-Abbas radhiallahu anhu ikut menshalatinya. Kemudian Al-Abbas, Ali, dan Al Fadhl radhiallahu anhum turun ke liang lahadnya saat jasadnya dikubur. Diriwayatkan dari masruq rahimahullah, bahwa Aisyah pernah berkata kepadaku : suatu hari istri-istri Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam berkumpul disisinya, tidak satupun diantara mereka yang pergi. Kemudian Fatimah datang dengan langkah yang jauh berbeda dengan langkahnya Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Ketika beliau melihatnya, beliau menyambutnya seraya bersabda, Selamat datang anakku ! Kemudian dia didudukkan disamping kanan atau kirinya, lalu berbisik kepadanya hingga ia menangis. Setelah itu Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam berbisik lagi kepadanya hingga Fatimah tertawa. Ketika beliau berdiri aku berkata kepada Fatimah, Hanya karena Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam berbisik kepadamu, kamu menangis. Aku sebenarnya ingin tahu, apa yang dibisikkan beliau kepadamu dan aku punya hak untuk mengetahuinya darimu. Ketika dia ingin menjelaskan kepadaku apa yang menjadikannya tertawa dan menangis, dia berkata, Aku tidak akan menyebarluaskan rahasia Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam. Setelah Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam wafat, aku bertanya kepadanya, Aku masih ingin mengetahui sesuatu yang berhak aku ketahui darimu. Fatimah menjawab, Kalau sekarang aku mau menceritakannya. Pertama, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam mengatakan kepadaku bahwa biasanya malaikat Jibril turun menemui beliau dengan Al-Quran setiap tahun sekali, namun kemudian beliau mengatakan bahwa Jibril mendatanginya pada tahun ini setahun dua kali. Lalu beliau bersabda, Maka aku tidak mengira kecuali bahwa ajalku telah dekat. Oleh karena itu, bertaqwalah kepada Allah dan bersabarlah. Aku pun menangis. Ketika beliau melihatku sedih, beliau bersabda, Apakah kamu tidak rela jika nanti kamu menjadi pemimpin wanita dunia atau pemimpin wanita umat ini ? Aku pun tertawa. (HR. al-Bukhari).

Rasullah sangat menyayangi Fathimah, setelah Nabi Muhammad bepergian ia lebih dulu menemui Fathimah sebelum menemui istri-istrinya. Aisyah berkata , Aku tidak melihat seseorang yang perkataannya dan pembicaraannya yang menyerupai Nabi Muhammad selain Fathimah, jika ia datang mengunjungi Nabi Muhammad, Nabi Muhammad berdiri lalu menciumnya dan menyambut dengan hangat, begitu juga sebaliknya yang diperbuat Fathimah bila Nabi Muhammad datang mengunjunginya.. Nabi Muhammad mengungkapkan rasa cintanya kepada putrinya takala diatas mimbar: Sungguh Fathima bagian dariku , Siapa yang membuatnya marah bearti membuat aku marah. Dan dalam riwayat lain disebutkan, Fathimah bagian dariku, aku merasa terganggu bila ia diganggu dan aku merasa sakit jika ia disakiti.. Setelah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wasalam menjalankan haji wada dan ketika ia melihat Fathimah, beliau menemuinya dengan ramah sambil berkata, Selamat datang wahai putriku. Lalu Beliau menyuruh duduk disamping kanannya dan membisikan sesuatu, sehingga Fathimah menangis dengan tangisan yang keras, tak kala Fathimah sedih lalu Beliau membisikan sesuatu kepadanya yang menyebabkan Fathimah tersenyum. Pernikahannya dengan Ali bin Abu Thalib Radhiallahu Anhu Dia dinikahi oleh Ali bin Abi Thalib pada bulan Dzul Qadah, atau sebelumnya dua tahun setelah perang Badar. Nabi shallallahu alaihi wasallam sangat mencintainya dan memuliakannya. Dia memiliki banyak keistimewaan, dia juga sosok yang sabar, baik hati, menjaga diri, menerima dan bersyukur kepada Allah Taala. Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah marah kepadanya ketika sampai berita bahwa Abu Hasan (Ali bin Abi Thalib) ingin menikahi putri Abu Jahal. Ketika itu beliau bersabda, Demi Allah, putri Nabiyullah tidak boleh dicampur dengan putri musuh Allah. Sesungguhnya Fatimah merupakan bagian dariku. Sesuatu yang meragukanku berarti meragukannya dan sesuatu yang menyakitiku berarti menyakitinya. Ali bin Abi Thalib akhirnya tidak jadi meminang putri Abu Jahal karena menjaga kehormatan Fatimah. Oleh karena itu, Ali tidak menikah dengan wanita lain dan tidak membeli budak perempuan.setelah Fatimah meninggal, Ali radhiallahu anhu menikah lagi dan membeli budak perempuan. Pada saat kaum muslimin hijrah ke madinah, Fathima dan kakaknya Ummu Kulsum tetap tinggal di Makkah sampai Nabi mengutus orang untuk menjemputnya.Setelah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassalam menikah dengan Aisyah binti Abu Bakar, para sahabat berusaha meminag Fathimah. Abu Bakar dan Umar maju lebih dahulu untuk meminang tapi nabi menolak dengan lemah lembut.Lalau Ali bin Abi Thalib datang kepada Nabi Muhammad untuk melamar, lalu ketika nabi bertanya, Apakah engkau mempunyai sesuatu ?, Tidak ada ya Nabi Muhammad, jawabku. Dimana pakaian perangmu yang hitam, yang saya berikan kepadamu, Tanya beliau. Masih ada padaku wahai Nabi Muhammad, jawabku. Berikan itu kepadanya (Fatihmah) sebagai mahar,.kata beliau. Lalu Ali bergegas pulang dan membawa baju besinya, lalu Nabi menyuruh menjualnya dan baju besi itu dijual kepada Utsman bin Affat seharga 470 dirham, kemudian diberikan kepada Nabi Muhammad dan diserahkan kepada Bilal untuk membeli perlengkapan pengantin. Kaum muslim merasa gembira atas perkawinan Fathimah dan Ali bin Abi Thalib, setelah setahun menikah lalu

dikaruniai anak bernama Al- Hasan dan saat Hasan genap berusia 1 tahun lahirlah Husein pada bulan Syaban tahun ke 4 H. Pada tahun kelima H ia melahirkan anak perempuan bernama Zainab dan yang terakhir benama Ummu Kultsum. Fatimah, memiliki banyak julukan, julukannya yang paling masyhur adalah Az Zahra yang artinya bercahaya,berkilau. Ulama berbeda pendapat dalam sebab dijulukinya Az Zahra, ada yang mengatakan karena Fatimah adalah bunga Nabi Muhammad, yang lain mengatakan karena fatimah berkulit putih, pendapat ketiga mengatakan karena apabila fatimah beribadah dalam mihrabnya (musholah) maka cahayanya menerangi mahkluq yang ada di langit seperti halnya cahaya bintang menerangi makhluq yang ada di bumi. Selain Az Zahra, fatimah mendapat julukan Ash Shiddiqah (orang yang percaya), Al Mubarakah, At Thahirah, Az Zakiyyah, Ar Radhiyah, Al Murdhiyyah. Di samping julukan-julukan di atas, Fatimah mendapat julukan Al butul, sebagaimana Siti Maryam mendapat julukan tersebut. Yang dimaksud dengan al butul di sini adalah memutuskan hubungan dengan dunia untuk beribadah kepada Allah. Julukan yang tidak kurang istimewanya dari julukan-julukan di atas adalah julukan ibu dari bapaknya "ummu abiha" Para ulama berusaha menafsirkan julukan ini dengan berbagai penafsiran di antaranya: 1. Fatimah adalah anak bungsu Nabi Muhammad SAW. Dan ialah satu-satunya anak Nabi Muhammad yang tinggal bersama Nabi Muhammad setelah Khadijah wafat. Maka ialah yang menggantikan ibunya menyediakan keperluan Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu Fatimah dijuluki "ummu abiha". 2. Dijuluki "ummu abiha", karena Nabi Muhammad melalui wahyu sudah mengetahui bahwa hanya Fatimah lah di antara putra putrinya yang akan meneruskan keturunannya. 3. Dijuluki Nabi Muhammad "ummu abiha", karena sama namanya dengan ibu asuh Nabi Muhammad Fatimah binti Asad. Fatimah Az Zahra, anak teladan Tak sedikit riwayat yang menegaskan keistimewaan Fatimah di hati Nabi Muhammad, di antaranya adalah riwayat yang menceritakan ketika Rasul mengajak keluarganya untuk memeluk Islam, dalam khutbahnya yang masyhur Nabi Muhammad memilih Fatimah di antara putriputrinya yang lain. Ketika itu ia berseru "Ya Fatimah binti Nabi Muhammad mintalah padaku apa yang kamu mau, tapi kelak di hadapan Allah aku tidak bisa berbuat apa-apa untukmu." Atau dalam riwayat lain ketika Nabi Muhammad mendengar kaum Muslim tidak melakukan hukuman potong tangan karena yang melakukan pencurian berasal dari pembesar Quraisy, Nabi Muhammad menyatakan statemennya yang spektrakuler: "Apabila Fatimah binti Nabi Muhammad mencuri maka akan aku potong tangannya." Dua peristiwa ini sebagai bukti begitu dekatnya fatimah di hati Nabi Muhammad SAW. Apakah dengan demikian Fatimah menjadi anak manja dan besar kepala? Tidak ada waktu bagi seorang putri Nabi Muhammad untuk bermanja, bayangkan di usianya yang baru menginjak 12 tahun Fatimah sudah mengalami apa yang kita kenal dengan embargo ekonomi dan sosial kaum quraisy terhadap kaum Muslimin. Selama tiga tahun ia mengalami kelaparan yang sangat dan

menyaksikan bagaimana kaum muslimin meninggal satu demi satu untuk mempertahankan aqidahnya. Belum lagi ia menikmati berakhirnya embargo yang dilakukan kaum Quraisy, ia harus kehilangan kakek yang dicintainya, Abu Thalib, motivator dakwah ayahnya, Nabi Muhammad. Yang menambah kesedihannya adalah Abu Thalib wafat dalam keadaan musyrik menolak untuk masuk Islam. Tidak cukup duka yang menimpa gadis kecil Fatimah, tak lama kemudian ibunda Khadijah dipanggil oleh Sang Pencipta. Setelah puas menangis dengan penuh kesabaran ia menggantikan posisi ibunya dalam menyiapkan segala keperluan Nabi Muhammad SAW. Walaupun Fatimah berusaha semaksimal mungkin untuk mengurus segala keperluan Nabi Muhammad, tapi ia menyadari bahwa Nabi Muhammad memerlukan pendamping, tempat berbagi suka dan duka. Oleh karenanya ketika Nabi Muhammad menikah lagi, ia tidak menentang sedikitpun dengan apa yang dilakukan Nabi Muhammad SAW. Fatimah, sebagaimana disinggung di atas adalah anak kesayangan Nabi Muhammad, sering Nabi Muhammad mengatakan bahwa: "Fatimah adalah bagian dariku, apa yang membuatnya marah maka membuatku marah" (HR. Bukhari, Turmudzi, Ahmad, Hakim). Demikian sebaliknya,sebagai anak berbakti Fatimah selalu berusaha untuk melakukan apa yang membuat ayahnya senang. Pernah suatu hari Fatimah berkunjung ke rumah ayahnya, Nabi Muhammad, ketika itu ia memakai seuntai kalung emas hanya seuntai kalung sementara wanita yang lain waktu itu memakai jauh lebih banyak darinya- ia tidak tahu kalau hal itu akan membuat Nabi Muhammad marah. Ketika keduanya tengah bercengkrama, pandangan Nabi Muhammad tertuju pada kalung yang dikenakan Fatimah. Air muka Nabi Muhammad langsung berubah dan beliau langsung membisu. Fatimah mengerti dan minta izin. Sepanjang perjalanan ia berfikir dan menyimpulkan bahwa Nabi Muhammad marah kepadanya karena ia mengenakan kalung emas, Fatimah memutuskan untuk menjual kalung tersebut dan asil penjualannya akan ia belikan seorang budak untuk membantu pekerjaannya. Tapi keberadaan budak tersebut di rumahnya akan selalu mengingatkan Nabi Muhammad SAW. Bahwa itu hasil penjualan kalung emas yang menyebabkan kemarahannya. Akhirnya untuk mendapatkan ridho ayahnya ia memutuskan untuk membeli budak dengan hasil penjualan kalung dan membebaskan budak tersebut. Setelah itu pergilah Az Zahra mengunjungi Nabi Muhammad, Nabi Muhammad langsung mencari-cari kalung yang dikenakan Fatimah ketika kunjungannya terakhir tetapi ia tidak menemukannya. Belum sempat Nabi Muhammad bertanya, Fatimah mendahului menjelaskan apa yang ia lakukan dengan kalungnya. Wajah Nabi Muhammad langsung berubah cerah dan sumringah setelah mendengar apa yang dituturkan Fatimah. Maka keluarlah ucapan Nabi Muhammad untuk Fatimah: Anti bintu abik "kamu betul-betul anak bapakmu." Demikianlah, Fatimah Az Zahra sebagai anak. Ia meninggalkan perhiasan bukan karena haram baginya, ia tahu mubah hukumnya bagi wanita mengenakan perhiasan emas, tapi ketika ia mengetahui ayahnya tidak menyukainya, maka ia rela meninggalkannya. Fatimah Az Zahra, istri teladan

Sudah lama Ali menyembunyikan keinginan untuk memperistri Fatimah. Keinginan tersebut bertambah menggebu setelah Nabi Muhammad menikah dengan Siti 'Aisyah. Bagi Fatimah, Ali bukanlah orang asing, ia adalah anak paman Nabi Muhammad, Abu Thalib. Keduanya dibesarkan dalam rumah yang sama dengan orang tua yang sama (Ali dikafil oleh Nabi Muhammad sebagai balas jasa Nabi Muhammad terhadap Abu Thalib). Tapi apa daya Ali tidak memiliki apa-apa untuk dijadikan sebagai mahar. Abu Bakar dan Umar mendahului Ali melamar Fatimah, keduanya ditolak Nabi Muhammad dengan halus. Setelah penolakan itu keduanya menemui Ali agar melamar Fatimah. Maka pergilah Ali menemui Nabi Muhammad untuk melamar Fatimah. Karena malu Ali menyampaikan lamarannya dengan cara halus. Nabi Muhammad hanya menjawab: "Ahlan wamarhaban" lalu keduanya sama-sama diam. Keesokan harinya Ali kembali menemui Nabi Muhammad, kali ini dengan terang-terangan ia melamar Fatimah, dan menjadikan baju bsinya sebagai mahar. Kemudian atas perintah Nabi Muhammad ia menjual baju besinya seharga 470 dirham untuk keperluan perkawinannya. Demikianlah perkawinan putri Nabi Muhammad, dengan Ali, pemuda faqir yang hanya memiliki baju besi untuk dijadikan mahar. Ketika itu usia Fatimah 18 tahun. Dibanding dengan saudari-saudarinya, dari segi materi, Fatimah lah yang paling sengsara. Ali tidak mampu membayar pembantu untuk meringankan pekerjaan Fatimah. Fatimah dengan ikhlas mengerjakan semua pekerjaan rumah, dibantu oleh Ali sepulang mencari nafkah. Suatu hari Ali mendengar bahwa Nabi Muhammad mendapat beberapa orang budak. Maka iapun meminta kepada Fatimah untuk pergi menemui Nabi Muhammad guna meminta salah satu budak agar bisa meringankan pekerjaan Fatimah. Pergilah Fatimah memenuhi permintaan Ali, tapi sesampainya di tempat Nabi Muhammad ia malu menyampaikan maksud kedatangannya, iapun pamit pulang. Sesampainya di rumah ia menceritakannya pada Ali. Lalu Ali mengajak Fatimah kembali menemui Nabi Muhammad, karena Fatimah diam saja, akhirnya Ali lah yang meminta kepada Nabi Muhammad untuk memberi mereka salah satu budak agar bisa meringankan pekerjaan Fatimah. Tapi Nabi Muhammad tidak bisa mengabulkan permintaan keduanya, karena hasil penjualan budak-budak tersebut akan dibelikan makanan untuk para fakir miskin. Pulanglah pasangan tersebut tanpa ada sedikitpun rasa kecewa di hati keduanya. Tapi pemandangan itu menyentuh hati Nabi Muhammad sebagai seorang ayah. Malamnya Nabi Muhammad mendatangi putrinya Fatimah, beliau bersabda: "Maukah kalian berdua aku beri sesuatu yang lebih baik dari apa yang kalian minta?" keduanya menjawab dengan serentak: "tentu ya Nabi Muhammad." Nabi Muhammad berkata: "kalimat yang diajarkan Jibril; Membaca tasbih 10 kali, tahmid 10 kali dan takbir 10 kali setiap selesai sholat. Dan apabila kalian hendak tidur bacalah tasbih 33 kali , tahmid 33 kali dan takbir 34 kali." Demekianlah semestinya seorang ayah. Sebagai seorang ayah, Nabi Muhammad ingin membantu anaknya, tapi apa daya beliau tak memiliki apa yang anaknya perlukan, tapi beliau berusaha menyenangkan anaknya walau hanya sekedar dengan perhatian dan kata-kata penyejuk hati. Sangking susahnya kehidupan keluarga Fatimah dan Ali. Pernah suatu hari Nabi Muhammad berkunjung ke rumah Fatimah (setelah Hasan dan Husein lahir), beliau hanya menemukan Fatimah, ketika beliau menanyakan keberadaan Ali, Hasan dan Husein, Fatimah menjawab: Ali membawa kedua anaknya berjalan-jalan agar mereka tidak meminta makan, sementara di rumah tidak ada yang bisa dimakan."

Demikianlah Fatimah, putri Nabi Muhammad dengan sabar dan qana'ah dan penuh keridhoan, ia jalani kehidupan rumah tangganya dengan Ali. Maka tak mengherankan betapa sakit hatinya Fatimah ketika Ali berniat akan menikah dengan wanita lain. Apalagi setelah tahu siapa wanita yang akan dinikahi Ali, yaitu; putri dari musuh Allah Amr bin Hisyam atau yang lebih dikenal dengan julukan Abu Jahal. Adapun Ali, tidak ada niat sedikitpun untuk menyakiti hati Fatimah apalagi hati Nabi Muhammad SAW. Dalam pandangannya selama ini, Nabi Muhammad tidak membeda-bedakan antara putrinya dengan yang lain. Buktinya Nabi Muhammad pernah berkata bahwa apabila Fatimah mencuri, maka akan dipotong tangannya sebagaimana yang lain. Berarti sebagaimana wanita muslimah yang lain boleh dimadu demikian halnya dengan Fatimah. Tapi ternyata dugaan Ali salah, Fatimah sangat marah dengan apa yang diniatkan Ali, demikian halnya Nabi Muhammad. Nabi Muhammad naik ke mimbar dan berkata: " Aku tidak mengijinkan Ali menikah dengan anak perempuan bani Hisayam, kecuali jika Ali menceraikan Fatimah, Aku bukan mengharamkan yang halal, tapi demi Allah tidak bersatu antara putri Nabi Muhammad dan putri musuh Allah pada satu laki-laki." Begitu istimewanya Fatimah di hati Nabi Muhammad, sampai beliau tidak tega melihatnya dimadu. Hal ini merupakan kekhususan Az Zahra sebagaimana kekhususannya dalam dilarangnya ia mengenakan perhiasan. Az Zahra memiliki dua orang putra, Hasan dan Husein. Dan dua orang putri: Ummu Kultsum dan Zeinab. Takala Aisyah bertanya tentang apa yang dibisiknnya lalu Fathimah menjawab, Saya tak ingin membuka rahasia. Setelah Nabi Muhammad wafat, Aisyah bertanya lagi kepada Fathimah tentang apa yang dibisikan Nabi Muhammad kepadanya sehingga membuat Fathimah menangis dan tersenyum. Lalu Fathimah menjawab, Adapun yang Beliau kepada saya pertama kali adalah beliau memberitahu bahwa sesungguhnya Jibril telah membacakan al-Quraan dengan hapalan kepada beliau setiap tahun sekali, sekarang dia membacakannya setahun 2 kali, lalu Beliau berkata Sungguh saya melihat ajalku telah dekat, maka bertakwalah dan bersabarlah, sebaik baiknya Salaf (pendahulu) untukmu adalah Aku.. Maka akupun menangis yang engkau lihat saat kesedihanku. Dan saat Beliau membisikan yang kedua kali, Beliau berkata, Wahai Fathimah apakah engkau tidak suka menjadi penghulu wanita wanita penghuni surga dan engkau adalah orang pertama dari keluargaku yang akan menyusulku. Kemudian saya tertawa. Wafat Sebelum Nabi Muhammad SAW meninggal dunia, segala kesulitan hidup yang dialaminya sirna dengan melihat wajah berseri sang ayah. Bertemu dengan sang ayah dapat membasmi semua kepenatan dan menganugerahkan ketenteraman dan kekuatan baru. Akan tetapi, meninggalnya sang ayah, terzaliminya sang suami, hilangnya kebenaran dan lebih penting dari semua itu, penyelewengan-penyelewengan yang terjadi setelah meninggalnya Nabi Muhammad SAWW dalam waktu yang sangat singkat, sangat menyakiti jiwa dan kemudian raga Fathimah a.s. Berdasarkan pembuktian sejarah, sebelum sang ayah meninggal dunia, ia tidak pernah memiliki penyakit raga.

Fatimah Az Zahra adalah wafat 6 bulan setelah Rasulullah wafat, sementara putra-putri Rasulullah yang lain wafat sebelum Rasulullah. Az Zahra wafat pada usia 28 tahun dan dikuburkan di Baqi'. Pada akhirnya putri Nabi Muhammad SAW itu mengucapkan selamat tinggal kepada dunia ini dan berjumpa dengan Tuhannya. Imam Ali a.s. menguburkan jasadnya pada malam hari sehingga tidak ada kesempatan bagi Abu Bakar untuk menghadiri penguburannya. Ia meninggal dunia sebagai syahid yang terzalimi. Berkenaan dengan tanggal wafatnya, pendapat yang masyhur adalah 13 Jumadil Ula 11 H., dan pendapat lain menyatakannya jatuh pada tanggal 3 Jumadits Tsani 11 H.

Ummu Salamah adalah seorang wanita jelita yang menjadi isteri rosulullah setelah suaminya Abu Salamah wafat dalam peperangan. Ummu Salamah mempunyai nama lengkap Hindun bintu Abi Umayyah bin Al-Mughirah bin Abdillah bin Umar bin Makhzum bin Yaqzhah bin Murrah Al-Qurasyiyyah Al-Makhzumiyyah. Dia seorang istri yang penuh cinta bagi suaminya, Abu Salamah Abdullah bin Abdil Asad bin Hilal bin Abdillah bin Umar bin Makhzum bin Yaqzhah bin Murrah bin Ka b Al-Makhzumi radhiyallahu anhu. Dalam beratnya cobaan dan gangguan, mereka meninggalkan negeri Makkah menuju Habasyah untuk berhijrah, membawa keimanan. Di negeri inilah Ummu Salamah radhiyallahu anha melahirkan anak-anaknya, Salamah, Umar, Durrah dan Zainab. Biografi Ummu Salamah dari Google Biografi Tatkala terdengar kabar tentang Islamnya penduduk Makkah, mereka pun kembali bersama kaum muslimin yang lain. Namun, ternyata semua itu berita hampa semata, hingga mereka pun harus beranjak hijrah untuk kedua kalinya menuju Madinah. Di sanalah mereka membangun hidup bersama Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Selang beberapa lama di Madinah, seruan perang Badr bergema. Abu Salamah radhiyallahu anhu masuk dalam barisan para shahabat yang terjun dalam kancah pertempuran. Begitu pula ketika perang Uhud berkobar, Abu Salamah radhiyallahu anhu ada di sana, hingga mendapatkan luka-luka. Tak lama Ummu Salamah radhiyallahu anha berdampingan dengan kekasihnya, karena Abu Salamah harus kembali ke hadapan Rabb-nya akibat luka-luka yang dideritanya. Ummu Salamah melepas kepergian Abu Salamah pada bulan Jumadits Tsaniyah tahun keempat Hijriyah dengan pilu. Dia mengatakan, Siapakah yang lebih baik bagiku daripada Abu Salamah? Berulang kali dia berucap demikian, hingga akhirnya diucapkannya doa yang pernah diajarkan oleh kekasihnya, Abu Salamah, jauh hari sebelum Abu Salamah tiada. Kala itu, Ummu Salamah berkata kepada suaminya, Aku telah mendengar bahwa seorang wanita yang suaminya tiada, dan suaminya itu termasuk ahli surga, kemudian dia tidak menikah lagi sepeninggalnya, Allah mengumpulkan mereka berdua di surga. Mari kita saling berjanji agar engkau tidak menikah lagi sepeninggalku dan aku tidak akan menikah lagi sepeninggalmu. Mendengar perkataan istrinya, Abu Salamah mengatakan, Apakah engkau mau taat kepadaku? Kata Ummu Salamah, Ya. Abu Salamah berkata lagi, Kalau aku kelak

tiada, menikahlah! Ya Allah, berikan pada Ummu Salamah sepeninggalku nanti seseorang yang lebih baik dariku, yang tak akan membuatnya berduka dan tak akan menyakitinya. Waktu terus berjalan. Ummu Salamah pun telah melalui masa iddahnya sepeninggal Abu Salamah. Datang seorang yang paling mulia setelah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu anhu untuk meminang Ummu Salamah. Namun Ummu Salamah menolaknya. Setelah itu, datang pula Umar ibnul Khaththab radhiyallahu anhu, menawarkan pinangan pula ke hadapan Ummu Salamah. Kembali Ummu Salamah menyatakan penolakannya. Ternyata Allah Subhanahu wa Ta ala hendak menganugerahkan sesuatu yang lebih besar daripada itu semua. Datanglah Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam kepada Ummu Salamah radhiyallahu anha, membuka pintu baginya untuk memasuki rumah tangga nubuwwah. Ummu Salamah radhiyallahu anha menjawab tawaran itu, Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku adalah wanita yang sudah cukup berumur, dan aku memiliki anak-anak yatim, lagi pula aku wanita yang sangat pencemburu. Dari balik tabir, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menanggapi, Adapun masalah umur, sesungguhnya aku lebih tua darimu. Adapun anak-anak, maka Allah akan mencukupinya. Sedangkan kecemburuanmu, maka aku akan berdoa kepada Allah agar Allah menghilangkannya. Tak ada lagi yang memberatkan langkah Ummu Salamah untuk menyambut uluran tangan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Bulan Syawwal tahun keempat setelah hijrah adalah saat-saat yang indah bagi Ummu Salamah radhiyallahu anha, mengawali hidupnya di samping seorang yang paling mulia, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Berita tentang kecantikan Ummu Salamah radhiyallahu anha sempat meletupkan kecemburuan Aisyah radhiyallahu anha. Ketika itu Aisyah radhiyallahu anha sangat bersedih. Dia menahan diri sampai memiliki kesempatan melihat Ummu Salamah. Tatkala datang kesempatan itu, Aisyah melihat kecantikan Ummu Salamah berkali lipat daripada gambaran yang sampai padanya. Dia beritahukan hal itu kepada Hafshah radhiyallahu anha. Hafshah pun menjawab, Tidak, demi Allah. Itu tidak lain hanya karena kecemburuanmu saja. Dia tidaklah seperti yang kaukatakan, namun dia memang cantik. Aisyah pun mengisahkan, Setelah itu, aku sempat melihatnya lagi dan dia memang seperti yang dikatakan oleh Hafshah. Ummu Salamah radhiyallahu anha memulai rangkaian kehidupannya di sisi Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam. Banyak rentetan peristiwa dilaluinya bersama beliau. Satu dialaminya dalam Perjanjian Hudaibiyah. Kala itu, pada bulan Dzulqa dah tahun keenam setelah hijrah, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersama seribu empat ratus orang muslimin ingin menunaikan umrah di Makkah sembari melihat kembali tanah air mereka yang sekian lama ditinggalkan. Ummu Salamah radhiyallahu anha turut menyertai perjalanan beliau ini. Namun setiba beliau dan para shahabat di Dzul Hulaifah untuk berihram dan memberi tanda hewan sembelihan, kaum musyrikin Quraisy menghalangi kaum muslimin. Dari peristiwa ini tercetuslah perjanjian Hudaibiyah. Perjanjian itu di antaranya berisi larangan bagi kaum

muslimin memasuki Makkah hingga tahun depan. Betapa kecewanya para shahabat saat itu, karena mereka urung memasuki Makkah. Usai menyelesaikan penulisan perjanjian itu, Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam pun memerintahkan kepada para shahabat, Bangkitlah, sembelihlah hewan kalian, kemudian bercukurlah! Namun tak satu pun dari mereka yang bangkit. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam mengulangi perintahnya hingga ketiga kalinya, namun tetap tak ada satu pun yang beranjak. Kemudian Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menemui Ummu Salamah radhiyallahu anha dan menceritakan apa yang terjadi. Ummu Salamah pun memberikan gagasan kepada beliau, Wahai Rasulullah, apakah engkau ingin agar mereka melakukannya? Bangkitlah, jangan berbicara pada siapa pun hingga engkau menyembelih hewan dan memanggil seseorang untuk mencukur rambutmu. Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam berdiri, kemudian segera melaksanakan usulan Ummu Salamah radhiyallahu anha. Seketika itu juga, para shahabat yang melihat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallammenyembelih hewannya dan menyuruh seseorang untuk mencukur rambutnya serta merta bangkit untuk memotong hewan sembelihan mereka dan saling mencukur rambut, hingga seakan-akan mereka akan saling membunuh karena riuhnya. Semenjak bersama Abu Salamah radhiallahu anhu, Ummu Salamah radhiyallahu anha meraup banyak ilmu. Terlebih lagi setelah berada dalam naungan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, di bawah bimbingan nubuwwah, Ummu Salamah mendulang ilmu. Juga dari putri Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, Fathimah radhiyallahu anha. Ummu Salamah menyampaikan apa yang ada pada dirinya hingga bertaburanlah riwayat dari dirinya. Tercatat deretan panjang nama-nama ulama besar dari generasi pendahulu yang mengambil ilmu darinya. Dia termasuk fuqaha dari kalangan shahabiyah. Ummu Salamah radhiyallahu anha telah melalui rentang panjang masa hidupnya dengan menebarkan banyak faidah. Masa-masa kekhalifahan pun dia saksikan hingga masa pemerintahan Yazid bin Mu awiyah. Pada masa inilah terjadi pembunuhan cucu Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhuma. Ummu Salamah sangat berduka mendengar berita itu. Dia benar-benar merasakan kepiluan. Tak lama setelah itu, Ummu Salamah radhiyallahu anha kembali menghadap Rabb-nya. Tergurat peristiwa itu pada tahun keenam puluh satu setelah hijrah.

Siti Khadijah adalah istri pertama Nabi Muhammad SAW, wanita terbaik dari golongan Islam. Nabi Muhammad sangat mencintai Khadijah karena jasanya yang sangat besar untuk perkembangan da'wah Nabi Muhammad. Khadijah juga merupakan golongan yang pertama (assabiquunal awwaluun) mempercayai kenabian Muhammad. Ia merupakan teladan utama dari para pemilik akidah yang penyabar, akhlak yang suci dan perilaku yang luhur. Khadijah adalah wanita kaya yang hidup dari usaha perniagaan. Dan untuk menjalankan perniagaannya itu ia memiliki beberapa tenaga laki-laki, diantaranya adalah Muhammad shallallahu alaihi wa sallam yang kemudian menjadi suaminya. Khadijah mempunyai julukan

Ratu Mekkah karena terkenal dalam kaya raya dan mahir dalam perniagaannya. Setelah menjadi istri Nabi Muhammad, sebagian besar hartanya digunakan untuk perjuangan da'wah Nabi Muhammad. Nama Nasab Dan Gelar Khadijah mempunyai nama lengkap Khadijah binti Khuwailid bin Asad bin Abdul Uzza bin Qushai. Khadijah al-Kubra, anak perempuan dari Khuwailid bin Asad dan Fatimah binti Za'idah, berasal dari kabilah Bani Asad dari suku Quraisy. Khadijah lahir di Mekah tahun 68 sebelum Hijrah, 15 tahun sebelum tahun gajah atau 15 tahun sebelum kelahiran Muhammad SAW. Ia memiliki nasab yang suci, luhur dan mulia laksana untaian mutiara yang berkilauan. Ayahnya, Khuwailid bin Asad, adalah tokoh pembesar Quraisy yang terkenal hartawan dan dermawan. Khuwailid sangat mencintai anggota keluarga dan kaumnya, menghormati tamu dan suka memberdayakan serta membantu kaum miskin dan kaum papa. Ia termasuk sahabat Abdul Mutahalib, datuk Nabi Muhammad SAW. Ayah Siti Khadijah ini juga merupakan salah seorang delegasi Quraisy yang diutus ke Yaman untuk memberi ucapan selamat kepada rajanya yang berbangsa Arab iaitu Saif bin Dziyazin, atas keberhasilannya mengusir pasukan Abessinia dari negerinya. Peristiwa ini terjadi dua tahun sesudah peristiwa penyeragan Mekah pada tahun Gajah. Ibunya bernama Fatimah binti Zaidah. Silsilah nasabnya berujung pada Amir bin Luai. Neneknya adalah Halah Binti Abdul Manaf yang tersambung sampai Luai bin Ghalib. Masingmasing silsilah ayahanda dan ibundanya berasal dari keturunan Quraisy yang terhormat dan mulia. Nasab Khadijah dari pihak ayahanda berhimpun dengan nasab Rasulullah SAW pada kakeknya yang ke-empat, Qushai bin Kilab. Qushai bin Kilab adalah pemimpin Quraisy yang berhasil merebut kekuasaan kota Mekah dari tangan kaum Khuzaah pada abad ke-5M yang telah lama menguasai kota ini selama berabad-abad. Setelah itu, Qushai menjadi pemimpin agama dan pemerintahan kota Mekah yang kemudian diteruskan oleh keturunannya. Nasab Khadijah dari pihak ibundanya berhimpun dengan nasab Rasulullah SAW pada kakeknya yang ke-tiga, Abdul Manaf. Dengan demikian, dari pihak ayah mahupun ibu, Khadijah dan Rasulullah SAW memiliki kekerabatan yang sangat dekat. Dan beliau merupakan isteri Rasulullah SAW yang paling dekat nasabnya dengan beliau berbanding istri yang lain. Khadijah biasa dipanggil dengan nama Ummu Hindun dan mendapat gelaran ath-thhirah (wanita suci) atau ummul mukminin ( ibu orang-orang mukmin). Gelaran ath-thahirah diperolehi sebelum kedatangan Islam kerana kesucian budi pekertinya, kedudukannya yang mulia di tengah-tengah kaumnya, dan kesucian dirinya dari noda-noda paganisme (kepercayan spiritual) pada zaman jahiliyah. Khadijah juga diberi gelar ummul mukminin (ibu orang-orang mukmin) kerana ia adalah sebaikbaik isteri yang dan mempunyai suri teladan yang baik bagi insan yang mahu mengikutinya. Ia telah menyediakan rumah yang nyaman dan tenteram untuk Nabi Muhammad SAW sebelum baginda diutus sebagai seorang Rasul.

Menikah dengan Muhammad Pada tahun 575 Masehi, Siti Khadijah ditinggalkan ibunya. Sepuluh tahun kemudian ayahnya, Khuwailid, menyusul. Sepeninggal kedua orang tuanya, Khadijah dan saudara-saudaranya mewarisi kekayaannya. Kekayaan warisan menyimpan bahaya. Ia bisa menjadikan seseorang lebih senang tinggal di rumah dan hidup berfoya-foya. Bahaya ini sangat disadari Khadijah. Ia pun memutuskan untuk tidak menjadikan dirinya pengangguran. Kecerdasan dan kekuatan sikap yang dimiliki Khadijah mampu mengatasi godaan harta. Karenanya, Khadijah mengambil alih bisnis keluarga. Pada mulanya, Siti Khadijah menikah dengan Abu Halah bin Zurarah at-Tamimi. Pernikahan itu membuahkan dua orang anak yang bernama Halah dan Hindun. Tak lama kemudian suamianya meninggal dunia, dengan meninggalkan kekayaan yang banyak, juga jaringan perniagaan yang luas dan berkembang. Lalu Siti Khadijah menikah lagi untuk yang kedua dengan Atiq bin Aid bin Abdullah al-Makhzumi. Setelah pernikahan itu berjalan beberapa waktu, akhirnya suami keduanya pun meninggal dunia, yang juga meninggalkan harta dan perniagaan. Dengan demikian, saat itu Siti Khadijah menjadi wanita terkaya di kalangan bangsa Quraisy. Karenanya, banyak pemuka dan bangsawan bangsa Quraisy yang melamarnya, mereka ingin menjadikan dirinya sebagai istri. Namun, Siti Khadijah menolak lamaran mereka dengan alas an bahwa perhatian Khadijah saat itu sedang tertuju hanya untuk mendidik anak-anaknya. Juga dimungkinkan karena, Khadijah merupakan saudagar kaya raya dan disegani sehingga ia sangat sibuk mengurus perniagaan. Siti Khadijah mempunyai saudara sepupu yang bernama Waraqah bin Naufal. Beliau termasuk salah satu dari hanif di Mekkah. Ia adalah sanak keluarga Khadijah yang tertua. Ia mengutuk bangsa Arab yang menyembah patung dan melakukan penyimpangan dari kepercayaan nenek moyang mereka (nabi Ibrahim dan Ismail). Suatu ketika, Muhammad berkerja mengelola barang dagangan milik Siti Khadijah untuk dijual ke Syam bersama Maisyarah. Setibanya dari berdagang Maysarah menceritakan mengenai perjalanannya, mengenai keuntungan-keuntungannya, dan juga mengenai watak dan kepribadian Muhammad. Setelah mendengar dan melihat perangai manis, pekerti yang luhur, kejujuran, dan kemampuan yang dimiliki Muhammad, kian hari Khadijah semakin mengagumi sosok Muhammad. Selain kekaguman, muncul juga perasaan-perasaan cinta Khadijah kepada Muhammad. Tibalah hari suci itu. Maka dengan maskawin 20 ekor unta muda, Muhammad menikah dengan Siti Khadijah pada tahun 595 Masehi. Pernikahan itu berlangsung diwakili oleh paman Khadijah, Amr bin Asad. Sedangkan dari pihak keluarga Muhammad diwakili oleh Abu Thalib dan Hamzah. Ketika Menikah, Muhammad berusia 25 tahun, sedangkan Siti Khadijah berusia 40 tahun. Bagi keduanya, perbedaan usia yang terpaut cukup jauh dan harta kekayaan yang tidak sepadan di antara mereka, tidaklah menjadi masalah, karena mereka menikah dilandasi oleh cinta yang tulus, serta pengabdian kepada Allah. Dan, melalui pernikahan itu pula Allah telah memberikan keberkahan dan kemuliaan kepada mereka.

Setelah menikah dengan baginda Rasulullah SAW, beliau dikurniakan enam orang anak. Padahal, saat menikah dengan Rasulullah SAW ia sudah menginjak usia 40 tahun. Berarti keenam orang anaknya hasil pernikahannya dengan baginda lahir setelah ia berusia 40 tahun. Sungguh luar biasa anugerah dan kehendak Yang Maha Kuasa. Khadijah melahirkan 2 orang putra dan 4 orang putri. Anak pertama sekaligus putra pertama Rasulullah bernama Qasim. Dengan nama ini, Rasulullah mendapat julukan Abu Qasim. Putra kedua beliau bernama Abdullah, biasa dipanggil ath-thahir dan ath-thayyib keraa dilahirkan setelah kedatangan Islam. Kedua putra ini meninggal dunia ketika masih bayi. Anak ketiga bernama Zainab, putri sulung yang lahir sebelum Nabi Muhammad SAW diutus Allah sebagai rasul. Zainab menikah dengan Abu Al-Ash dan berhijrah memeluk islam lebih awal dari suaminya Abu Al-Ash. Zainab meninggal dunia pada awal tahun ke-lapan sesudah memeluk Islam dan dimakamkan di Baqi. Anak ke-empat dan ke-lima adalah Ruqayyah dn Ummu Kultsum. Kedua putri beliau ini dinikahi oleh kedua anak Abu Lahab, Atabah dan Utaibah. Apabila mengetahui kedua anaknya menikahi putri Rasulullah SAW, Abu Lahab jadi marah seraya berkata : Aku tidak akan berkumpul dengan kalian bila kalian tidak menceraikan kedua anak Muhammad itu. maka keduanya menceraikan istri masing-masing sebelum sempat menggaulinya. Setelah itu, Ruqayyah menikah dengan Utsman bin Affan. Ia ikut berhijrah ke kota Madinah bersama suaminya. Ia meninggal di Madinah dan dimakamkan di Baqi. Sepeninggalan Ruqayyah, Utsman menikah lagi dengan Ummu Kultsum. Namun, tidak lama kemudian, Ummu Kultsum juga kembali ke rahmatullah. Kerana menikah dengan kedua puri baginda, utsman dijuluki dengan Dzun Nurain (pemilik dua cahaya) Anak yang ke-enam adalah Fatimah Az-Zahra. Menikah dengan seorang sahabat yang terkenal dan disegani iaitu Ali bin Abi Thalib. Ia adalah ibunda Hassan dan Husein. Fatimah telah menghembuskan nafas terakhir pada tahun 11 H dalam usia 30 tahun. Jenazahnya dimakamkan di Baqi. Dengan yang demikian, putra putri Rasulullah SAW lahir dari rahim Khadijah, kecuali Ibrahim yang lahir dari rahim Maria al Qibthiyah, seorang budak perempun yang diterima pleh Rasulullah SAW sebagai hadiah dari Muqaiqis, raja Mesir. Keperibadian Dan Keutamaan Keistimewaan dan keutamaan wanita suci ini sungguh tidak terbilang. Perjalanan hidupnya bertabur kemuliaan yang tidak terbatas. Keperibadian dan perilakunya yang lurus benar-benar sesuai dengan sifat orang mukmin. Terdapat banyak hadits dan informasi dari data sejarah Islam yang menerangkan pelbagai keutamaan wanita suci nan mulia ini. Diantaranya adalah seperti berikut : Iman, agama dan kedalaman pemahamannya.

Pada masa Jahiliyah, Khadijah tidak seperti wanita Quraisy pada umumya. Ia begitu istimewa kerana memiliki kehormatan, kedudukan yang tinggi, keimanan sejati, berjiwa besar dan perilaku yang suci sehingga memperoleh gelaran sebagai ath-thairah atau wanita suci. Ia adalah wanita yang dekat dengan sumber-sumber keimanan. Di dalam jiwaya, ia banyak merasakan kegelisahan terhadap fenomena paganisme jahiliyah. Oleh kerana itu, tidak jarang ia mencurahkan kegelisahannya kepada Waraqah bin Naufal. Sebelum berpijaknya Islam, Khadijah menganut agama hanif (agama yang dibawa oleh Nabi Ibrahim a.s) yang berpegang kepada manhaj tauhid. Keimanannya sama sekali tidak pernah tercemar dengan lumpur ataupun noda-noda paganisme jahiliyah yang masih tersebar. Demikianlah potret dan kualiti keimanan wanita terbaik penghuni syurga ini sebelum kedatangan Islam. Setelah Khadijah dipilih oleh Allah SWT menjadi pendamping hidup Muhammad SAW, ia menjadi wanita yang pertama memeluk Islam, percaya dan beriman kepada Allah SWT serta Rasulullah SAW. Tentang keimanan Khadijah, Rasulullah SAW bersabda : "Allah tidak pernah memberiku pengganti yang lebih baik dari Khadijah. Ia telah beriman kepada ku ketika orang lain kufur, dia mempercayai ku ketika orang-orang mendustai ku. Ia memberikan hartanya kepadaku ketika tidak ada orang lain yang membantuku. Dan, Allah SWT juga menganugerahkan aku anak-anak melalui rahimnya, sementara isteri-isteri ku yang lain tidak memberikan aku anak. (Hadits Riwayat Bukhari, Ahmad dan Thabrani). Keimanan Khadijah lahir dari ketajaman pandangan, keyakinan, kepercayaan dan penyucian yang ditempuh untuk keimanan tersebut. Sebagai bukti, pada saat Rasulullah masih berada di puncak bukit, dalam perjalanan yang penuh ketakutan, Jibril masih menampakkan dirinya antara langit dan bumi. Nabi Muhammad SAW tidak berpaling sedikit pun hingga melihtinya dengan jelas. Kemudian Nabi Muhammad pulang ke rumah menemui Khadijah dalam keadaan gementar kerana merasakan ketakutan. Nabi Muhammad pulang dengan tubuh menggigil ketakutan. Apabila melihat Rasulullah dalam kedaan yang sedemikian, Khadijah tetap sahaja menyambut kepulangan suami tercinta dengan manisnya senyuman dan menyembunyikan raut kebimbangannya yang mula bersarang. Khadijah berusaha menenangkan hati suaminya itu dan menguatkan pendirian baginda Rasulullah SAW. Ia mengatakan kepada Rasulullah SAW : Tidak suami ku, demi Allah Allah itu tidak akan mungkin sekali pun merendahkan dirimu. Kerana engkau selalu menyambung silaturrahmi, memikul beban, menghormti orang tamu, membantu orang miskin dan engkau selalu menolong siapa sahaja. Bergembiralah engkau wahai pura bapa saudara ku, dan teguhkanlah hatimu. Demi Tuhan, yang diriku atas kekuasaan-Nya, Sesungguhnya aku sangat berharap engkau akan menjadi Nabi bagi umat ini.

Begitulah Khadijah dengan lemah lembut dan santunnya keperibadian isteri solehah, dialah suri teladan. Dengan suara yang rendah dia berusaha menenangkan hati sekaligus coba menguatkan pendirian Nabi Muhammad kala itu. Khadijah juga selalu menghibur baginda dan Rasulullah tidak pernah melihat sesuatu yang menyedihkan dari Khadijah, tidak pernah membantah dan mendustai Rasulullah. Bahkan Khadijah selalu melapangkan hati dan menghilangkan kesedihan Rasulullah SAW. Hal seperti ini sudah jelas muncul dari keimanan yang dalam, pemikiran yang cermat serta pemahamam yang baik terhadap hakikat suatu permasalahan. Menurut pemahaman Khadijah, suaminya memiliki semua sifat-sifat terpuji, maka Allah tidak akan mungkin merendahkan Nabi Muhammad. Wanita Solehah Khadijah merupakah salah satu wanita terbaik di dunia. Hal ini jelas apbila merujuk kepada sebuah hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Anas r.a bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda : "Cukuplah bagimu empat wanita terbaik di dunia, yaitu Maryam binti Imran, Khadijah Binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad dan Asiah, isteri Firaun. (Hadits Riwayat Ahmad, Abdurrazaq, Tirmidzi, Ibnu Hibban dan Hakim) Ia adalah wanita terbaik di golongan Islam sebagaimana Maryam binti Imran yang menjadi wanita terbaik dari golongan Nasrani. Hal ini shahih berdasarkan Hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Ali bin Abi Thalib bahwa : "Wanita terbaik dari golongan itu adalah Maryam binti Imran dan wanita terbaik dari golongan ini adalah Khadijah binti Khuwailid. (Hadits Riwayat Bukhari dan Muslim) Selain itu juga ia termasuk salah satu di antara empat wanita terbaik penghuni syurga. Ibnu Abbas berkata, bahwa suatu ketika Rasulullah SAW menggambar empat garis di atas tanah, lalu beliau bertanya : Tahukah kalian apa ini? Para sahabat mejawab, Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu. Rasulullah SAW lalu bersabda : Sebaik-baik wanita yang menghuni syurga adalah Khadijah binti Khuwailid, Fatimah binti Muhammad, Maryam binti Imran dan Asiah isteri Firaun. Semua ahli hadits sepakat mengatakan bahawa ke-empat-empat wanita yang disebutkan itu adalah wanita-wanita paling utama dan paling mulia di seluruh semesta alam. Namun ada yang berselisihan pendapat dalam menentukan siapakah diantara mereka yang paling utama dan paling mulia. Mendapat salam dari Allah SWT dan berita gembira

Berdasarkan Hadits Rasulullah SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Khadijah binti Khuwailid adalah wanita yang mendapat salam dari Allah SWT dan berita gembira dengan sebuah rumah yang terbuat dari kayu di syurga, yang didalamnya tidak ada kepayahan dan kesusahan. Seperti sabda Rasulullah : Ketika Jibril datang kepada Rasulullah SAW, ia berkata : "Wahai Rasulullah, ini adalah Khadijah, ia datang dengan membawa sebuah bejana dan wadah yang berisikan lauk-makanan serta minuman. Maka, jika ia telah sampai kepadamu, sampaikanlah kepadanya salam dari Tuhannya dan dari ku, dan beritahukanlah kepadanya sebuah kabar gembira berupa sebuah rumah di dalam syurga yang terbuat dari kayu yang didalamnya menyenangkan, dan tidak ada kepayahan serta kesusahan. (Hadits Riwayat Bukhari) Anas Bin Malik berkata : Suatu ketika Jibril datang menemui Rasulullah pada saat itu beliau sedang bersama Khadijah. Maka Jibril pun berkata : Sesungguhnya Allah menyampaikan salam kepada Khadijah. Maka Khadijah menyahut : Sesungguhnya Allah itulah As-Salam. Salam (sejahtera) pula atas Jibril dan atasmu pula salam dari Allah beserta rahmat dan berkah-Nya. (Hadits Riwayat Nasai dan Hakim)

Semua putra-putri Rasulullah SAW lahir dari rahimnya, kecuali Ibrahim Khadijah adalah wanita yang subur rahimnya. Bagaimana tidak, sebelum berkahwin dengan Rasulullah, ia telah dikurniakan tiga orang anak hasil pernikahannya dengan suami pertama dan keduanya.

Dijuluki Ummul Mukminin yang paling utama Khadijah adalah seorang ummul mukminim iaitu ibu orang-orang mukmin yang paling utama. Ia lebih utama dibanding isteri Rasulullah lainnya. Ia memperolehi keutamaan ini kerana beliau merupakan wanita pertama yang beriman, yang pertama memeluk Islam, yang pertama mempercayai ajaran Rasulullah SAW, yang berjuang bersama baginda, yag menemani baginda Rasulullah SAW di kala suka mahupun duka, yang menenangkan dan meneguhkan hati dikala baginda menghadapi siksaan dan kezalimi kaum Quraisy, yang turut mendampingi baginda dan bersama-sama merasakan beban penderitaan dalam aksi boikot yang dilancarkan kaum Quraisy ke atas beliau dan segenap Bani Hasyim, dan kerana Khadijah, ummul mukminin ini melahirkan putra putri baginda Rasulullah kecuali Ibrahim.

Wafat Setelah berakhirnya pemboikotan kaum Quraisy terhadap kaum muslim, Siti Khadijah sakit keras akibat beberapa tahun menderita kelaparan dan kehausan. Semakin hari kondisi kesehatan badannya semakin memburuk. Dalam sakit yang tidak terlalu lama, dalam usia 60 tahun, wafatlah seorang mujahidah suci yang sabar dan teguh imannya, Sayyidah Siti Khadijah alKubra binti Khuwailid. Siti Khadijah wafat dalam usia 65 tahun pada tanggal 10 Ramadhan tahun ke-10 kenabian, atau tiga tahun sebelum hijrah ke Madinah atau 619 Masehi. Ketia itu, usia Rasulullah sekitar 50 tahun. Beliau dimakamkan di dataran tinggi Mekkah, yang dikenal dengan sebutan al-Hajun. Karena itu, peristiwa wafatnya Siti Khadijah sangat menusuk jiwa Rasulullah. Alangkah sedih dan pedihnya perasaan Rasulullah ketika itu. Karena dua orang yang dicintainya (Khadijah dan Abu Thalib) telah wafat, maka tahun itu disebut sebagai Aamul Huzni (tahun kesedihan) dalam kehidupan Rasulullah.

Abu Bakar Ashidiq adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad SAW yang mulia dan merupakan golongan Assabiquunal awwaluun (orang-orang yang pertama masuk Islam). Abu Bakar lahir di Mekkah pada tahun 572 M dan wafat pada tanggal 23 Agustus 634/ 21 Jumadil Akhir 13 H. Abu Bakar merupakan keturunan Bani Tamim ( Attamimi ), suku bangsa Quraish. Setelah Rasulullah wafat, Abu Bakar menjadi khalifah yang pertama Khulafaur Rasyidin pada tahun 632.

Biografi Abu Bakar Ashidiq dari Biografi Web


Nama Abu Bakar Ia bernama lengkap 'Abd Allah ibn 'Uthman ibn Amir ibn Amru ibn Ka'ab ibn Sa'ad ibn Taim ibn Murrah ibn Ka'ab ibn Lu'ai ibn Ghalib ibn Fihr al-Quraishi at-Tamimi'. Panggilan Abu Bakar Sidik ini sebenarnya adalah sebagai gelar saja. Abu artinya bapak, Bakar artinya dengan segera (beliau dinamai demikian karena beliau masuk Islam dengan segera, mendahului yang lain). Kemudian Ash-Shiddiq, artinya yang amat membenarkan. Karena beliau amat membenarkan berbagai pengalaman dan ajaran yang dibawa Nabi Muhammad SAW, terutama peristiwa Isra Miraj. Ayahnya bernama Abu Quhafah bin Amir dan ibunya bernama Salma Ummul Khair.

Abu Bakar berasal dari kabilah Taim bin Murrah bin Kab. Nasabnya bertemu dengan Nabi pada Adnan. Abu Bakar itu tidak terbatas hanya pada kabilahnya saja seperti yang sudah kami sebutkan sebutkan, tetapi mereka memulai juga dengan menyebut namanya dan nama kedua orang tuanya. Lalu melangkah ke masa anak-anak, masa muda dan masa remaja, sampai apa yang dikerjakannya. Disebutkan bahwa namanya Abdullah Abi Quhafah, dan Abu Quhafah ini pun nama sebenarnya Usman bin Amir, dan ibunya, Ummul Khair As-Sahmi binti Shakhr bin Amir, sebenarnya Salma bint Sakhr bin Amir. Ibunya menjelaskan, suatu saat Rasulullah shallallahu alaihi wasallam melihat Abu Bakar lalu menjulukinya atiiqullah minan nar, orang yang dibebaskan Allah dari api neraka.

Era bersama Nabi


Ketika Muhammad menikah dengan Khadijah binti Khuwailid, Muhammad saw. pindah dan hidup dengannya. Pada saat itu Muhammad menjadi tetangga Abu Bakar. Sama seperti rumah Khadijah, rumahnya juga bertingkat dua dan mewah. Sejak saat itu mereka berkenalan satu sama lainnya. Mereka berdua berusia sama, pedagang dan ahli berdagang.

Memeluk Islam
Istrinya Qutaylah bint Abd-al-Uzza tidak menerima Islam sebagai agama sehingga Abu Bakar menceraikannya. Istrinya yang lain, Um Ruman, menjadi Muslimah. Juga semua anaknya kecuali 'Abd Rahman ibn Abi Bakar menerima Islam. Sehingga ia dan 'Abd Rahman berpisah. Masuknya Abu Bakar berpegaruh besar dalam Islam. Teman - teman dekatnya diajak untuk masuk Islam. Mereka yang masuk Islam karena diajak oleh Abu Bakar adalah :
y y y y y y y y y y y

Utsman bin Affan (yang akan menjadi Khalifah ketiga) Al-Zubayr Talhah Abdur Rahman bin Awf Sa`d ibn Abi Waqqas Umar ibn Masoan Abu Ubaidah ibn al-Jarrah Abdullah bin Abdul Asad Abu Salma Khalid bin Sa`id Abu Hudhaifah bin al-Mughirah

Jasa Abu Bakar di dalam Mengumpulkan Al-Quran


Pada tahun 12 H., Abu Bakar memerintahkan Zaid bin Tsabit agar mengumpulkan Al-Quran dari berbagai tempat penulisan, baik yang ditulis di kulit-kulit, dedaunan, maupun dari hafalan yang tersimpan dalam dada kaum muslimin. Peristiwa itu terjadi setelah para Qari penghafal AlQuran banyak yang terbunuh dalam peperangan Yamamah. Zaid bin Tsabit pernah berkata,

Abu Bakar mengirim surat kepadaku tentang orang-orang yang terbunuh di perang Yamamah. Pada saat aku mendatanginya, aku melihat Umar bin Khathab berada disampingnya. Abu bakar lalu berkata, Umar mendatangiku dan berkata, Sesungguhnya banyak Qari penghafal AlQuran yang telah gugur dalam peperangan Yamamah. Aku takut jika para Qari yang masih hidup, lalu di kamudian hari terbunuh dalam peperangan, akan mengakibatkan hilangnya sebagaian besar dari ayat Al-Quran. Menurut pendapatku, engkau harus menginstruksikan agar segera mengumpulkan dan membukukan Al-Quran. Aku (Abu Bakar) bertanya kepada Umar, Bagaimana aku melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan Rasulullah? Umar menjawab, Demi Allah, ini adalah kebaikan! Dan Umar terus menuntut Abu Bakar hingga Allah melapangkan dadanya untuk segera melaksanakannya, akhirnya Abu Bakar pun setuju dengan pendapat Umar. Zaid bin Tsabit berkata, Kemudian Abu Bakar berkata kepadaku, Engkau adalah seorang pemuda yang jenius, berakal, dan penuh amanah. Selain itu, engkau pun telah terbiasa menulis wahyu untuk Rasulullah, maka carilah seluruh ayat Al-Quran yang berserakan dan kumpulkanlah. Lalu, Zaid berkata pada dirinya sendiri, Demi Allah, jika mereka memerintahkan aku untuk memikul gunung, tentulah lebih ringan bagiku daripada melaksanakan perintah Abu Bakar untuk mengumpulkan Al-Quran. Kemudian Zaid bin Tsabit pun mulai mengumpulkan tulisan-tulisan Al-Quran yang tertulis di daun-daunan, kulit, maupun dari hafalan para penghafal Al-Quran.

Kedermawanan Abu Bakar


Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Umar Bin Khathab, dia berkata, Rasulullah menyuruh kami untuk mengeluarkan sedekah. Kebetulan saat itu aku sedang mamiliki harta. Lalu aku katakan, Hari ini aku akan mengalahkan Abu Bakar dimana aku tidak pernah mengalahkan Abu Bakar sebelum ini. Aku datang kepada Rasulullah untuk menginfakkan sebagian dari harta milikku. Rasulullah bertanya kepadaku, Lalu apa yang kamu sisakan untuk keluargamu? Aku katakan kepada Rasulullah bahwa aku meninggalkan (untuk keluargaku) seperti apa yang aku infakkan (masih tersisa setengah harta untuk keluargaku red-) Kemudian Abu Bakar datang kepada Rasulullah dengan menginfakkan seluruh hartanya. Rasulullah menanyakan padanya, Lalu apa yang engkau sisakan untuk keluargamu? Abu Bakar menjawab, Aku menyisakan untuk mereka Allah dan Rasulullah. Aku (Umar) berkata setelah itu bahwa aku tidak mungkin untuk mengalahkannya dalam segala hal untuk selamanya. (HR. Abu Daud, Tirmidzi).

Kecerdasan Abu Bakar


Ibnu Umar pernah ditanya, Siapa yang memberikan fatwa di zaman Rasulullah? Dia berkata, Abu Bakar dan Umar. Aku tidak tahu orang lain selain mereka berdua. Pada suatu saat, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam berkhutbah dihadapan para sahabat, lalu beliau bersabda, Sesungguhnya Allah Yang Mahaagung telah memberikan pilihan kepada seorang hamba antara dunia dan akhirat. Lalu, hamba itu memilih apa yang ada di sisi Allah. Ketika mendengar hal itu, Abu Bakar menangis lalu berkata, Kami menjadikan anak-anak dan ibu-ibu kami sebagai

jaminan. Kami (para sahabat red-) merasa aneh dengan tangisannya yang spontan tatkala Rasulullah memberitahukan tentang seorang hamba yang diberi dua pilihan. Rasulullah adalah orang yang diberi pilihan itu, sedangkan Abu Bakar adalah orang yang pandai di antara kami. Rasulullah kemudian bersabda, Sesungguhnya orang yang paling setia dalam persahabatannya denganku dan dalam hartanya, adalah Abu Bakar. Andaikata aku mengambil seseorang mejadi kekasih selalin Tuhanku, niscaya aku akan jadikan Abu Bakar sebagai kekasih. Namun aku menjadikan dia sebagai saudara seagama yang penuh cinta. (HR. Bukhari-Muslim). Ibnu Katsir berkata, Abu Bakar adalah sahabat yang paling baik bacaannya-yakni dialah yang paling mengerti tentang Al-Quran. Oleh karena itu, Rasulullah menjadikannya sebagai imam shalat para sahabat. Selain paham Al-Quran, Abu Bakar merupakan orang yang paling paham sunnah.

Abu bakar Merupakan Sahabat yang Paling Utama


Imam Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Umar, dia berkata, Kami diperintahkan memilih orang-orang (yang paling utama) di zaman Rasulullah, lalu kami memilih Abu Bakar, lalu Umar, kemudian Utsman. Diriwayatkan dari Muhammad bin Ali bin Abi Thalib, dia berkata, Aku menanyakan pada ayahku, siapa manusia yang paling baik setelah Rasulullah? Beliau menjawab, Abu Bakar. Kemudian aku tanyakan lagi, Siapa setelahnya? Beliau menjawab, Umar. Dan aku takut jika dia menyebut Utsman setelahnya. Maka kukatakan, Setelah itu pasti Anda. Namun beliau menjawab, Aku hanyalah salah seorang dari kaum muslimin. (HR. Bukhari).

Menjadi Khalifah
Selama masa sakit Rasulullah SAW saat menjelang ajalnya, dikatakan bahwa Abu Bakar ditunjuk untuk menjadi imam salat menggantikannya, banyak yang menganggap ini sebagai indikasi bahwa Abu Bakar akan menggantikan posisinya. Segera setelah kematiannya (632), dilakukan musyawarah di kalangan para pemuka kaum Anshar dan Muhajirin di Madinah, yang akhirnya menghasilkan penunjukan Abu Bakar sebagai pemimpin baru umat Islam atau khalifah Islam. Apa yang terjadi saat musyawarah tersebut menjadi sumber perdebatan. Penunjukan Abu Bakar sebagai khalifah adalah subyek yang sangat kontroversial dan menjadi sumber perpecahan pertama dalam Islam, dimana umat Islam terpecah menjadi kaum Sunni dan Syi'ah. Di satu sisi kaum Syi'ah percaya bahwa seharusnya Ali bin Abi Thalib (menantu nabi Muhammad) yang menjadi pemimpin dan dipercayai ini adalah keputusan Rasulullah SAW sendiri sementara kaum sunni berpendapat bahwa Rasulullah SAW menolak untuk menunjuk penggantinya. Kaum sunni berargumen bahwa Rasulullah mengedepankan musyawarah untuk penunjukan pemimpin.sementara muslim syi'ah berpendapat kalau Rasulullah saw dalam hal-hal terkecil seperti sebelum dan sesudah makan, minum, tidur, dll, tidak pernah meninggal umatnya tanpa hidayah dan bimbingan apalagi masalah kepemimpinan umat terahir.dan juga banyak hadits di Sunni maupun Syi'ah tentang siapa khalifah sepeninggal Rasulullah saw, serta jumlah pemimpin

islam yang dua belas. Terlepas dari kontroversi dan kebenaran pendapat masing-masing kaum tersebut, Ali sendiri secara formal menyatakan kesetiaannya (berbai'at) kepada Abu Bakar dan dua khalifah setelahnya (Umar bin Khattab dan Usman bin Affan). Kaum sunni menggambarkan pernyataan ini sebagai pernyataan yang antusias dan Ali menjadi pendukung setia Abu Bakar dan Umar. Sementara kaum syi'ah menggambarkan bahwa Ali melakukan baiat tersebut secara pro forma, mengingat beliau berbaiat setelah sepeninggal Fatimah istri beliau yang berbulan bulan lamanya dan setelah itu ia menunjukkan protes dengan menutup diri dari kehidupan publik.

Pemerintahan di Masa Abu Bakar


Pengangkatan Abu Bakar menjadi khalifah, pada satu sisi memberikan kemudahan tersendiri bagi berlanjutnya pemerintahan negara Madinah, namun pada sisi lain munculnya penolakan orang-orang Arab, terutama orang yang baru masuk Islam untuk memberikan baiat kepada Abu Bakar, bahkan mereka menentang Islam. Hal ini tidak mengherankan karena mereka menganggap bahwa masuknya mereka kedalam Islam disebabkan oleh perjanian yang dibuat dengan Muhammad, dan dengan kematian beliau, maka batallah perjanjian tersebut. Mereka adalah para muallaf yang belum memahami prinsip-prinsip keimanan dan ajaran Islam yang lain, disebabkan belum cukup waktu bagi nabi yang sangat tidak mungkin dapat dijangkau oleh utusan agama yang datang pada mereka. Pada masa awal pemerintahannya, Abu Bakar banyak menghadapi gangguan dari berbagai golongan, antara lain orang-orang murtad, golongan yang tidak mau membayar zakat, dan nabi palsu. Adanya orang-orang murtad ini disebabkan karena mereka belum memahami benar tentang Islam, mereka baru dalam taraf pengakuan, ataui masuk Islam karena terpaksa. Sehingga ketika Rasulullah wafat, mereka langsung kembali kepada agama semula. Karena mereka beranggapan bahwa kaum Quraisy tidak akan bangun lagisetelah pemimpinnya, Nabi Muhammad SAW meninggal dunia. Di samping itu mereka tidak dapat memisahkan antara agama dan Rasul pembawanya. Maka setelah meninggalnya Rasulullah, mereka tidak terikat lagi dengan agama Islam lalu kembali kepada ajaran agamanya semula. Golongan orang yang tidak mau membayar zakat, kebanyakan berasal dari kabilah yang banyak yang tinggal di kota Madinah, seperti Bani Gathfan , Bani Bakar, dan lain-lain. Mereka beranggapan bahwa membayar zakat hanya kepada Nabi Muhammad, dan setelah Nabi wafat, maka tidak ada lagi kewajiban untuk membayar zakat. Sedangkan orang-orang yang mengaku sebagai nabi, sudah mulai muncul pada hari-hari terakhir kehidupan Nabi Muhammad, walaupun mereka masih menyembunyikan tujuan mereka sebenarnya.Namun setelah Nabi Muhammad wafat, mereka semakin berani menunjukkan keinginan mereka, sebagai pengacau dan nabi-nabi palsu. Untuk mengatasi kekacauan tersebut, khalifah Abu Bakar bermusyawarah dengan para sahabat, tindakan apa yang harus dilakukan. Akhirnya dengan kesepakatan bersama, semua golongan yang telah menyeleweng itu harus diperangi, salah satunya adalah perang Riddah, sampai mereka mau kembali kepada kebenaran.

Perang Riddah
alam perang Ridda peperangan terbesar adalah memerangi "Ibnu Habib al-Hanafi" yang lebih dikenal dengan nama Musailamah Al-Kazab (Musailamah si pembohong), yang mengklaim dirinya sebagai nabi baru menggantikan Nabi Muhammad SAW. Musailamah kemudian dikalahkan pada pertempuran Akraba oleh Khalid bin Walid.Perang Riddah (perang melawan kemurtadan) pun berjalan alot. Di bawah kepemimpinan Khalid ibnu Walid, akhirnya perang dapat diakhiri dengan kemenangan ditangan pemerintahan Abu Bakar. Namun akibat yang muncul adalah tewasnya banyak diantara sahabat yang hafal Al-Quran (Qori) karena keikut sertaan mereka dalam perang tersebut. Mereka adalah penghafal bagian-bagian Al-Quran. Melihat situasi ini, Umar merasa cemas karena mungkin makin bertamnya para Qori yang tewas akan menghilangkan sebagian Al-Quran. dengan alasan inilah akhirnya Umar mengusulkan kepada Abu Bakar untuk membukukan Al-Quran.Abu Bakar pada mulanya tidak setuju dengan usulan tersebut, karena tidak ada otoritas dari nabi untuk membukukan Al-Quran, namun kemudian ia setuju dan memberikan tugas tersebut kepada Zaid bin Tsabit untuk menuliskannya.

Ekspansi Khilafah Abu Bakar


Perilaku politik lain yang di jalankan Abu Bakar adalah melakukan ekspansi. Ada dua ekspansi yang dilakukan Abu Bakar, yaitu : 1. Ekspansi ke wilayah Persia di bawah pimpinan Khalid bin Walid . Dalam ekspansi ini (tahun 634 M), pasukan Islam dapat menguasai dan menaklukkan Hirah, sebuah kerajaan Arab yang loyal kepada Kisra di Persia. Daerah ini merupakan penyebaran bangsa Arab dari selatan, namun mereka dijadikan pintu masuk penyebaran islam ke wilayah di belahan timur dan utara. 2. Ekspansi ke Romawi di bawah empat panglima perang, yaitu Ubaidah, Amr bin Ash, Yazid ibn Sufyan dan Syurahbil. Ekspansi ke wilayah Romawi yakni kerajaan Ghassaniyah, yang merupakan daerah protektorat Romawi dan menjadi benteng pertahanan dari serbuan Persia. Usaha Abu Bakar melakukan dakwah Islam itulah yang dikagumi. Barang kali ada juga orang yang berpandangan semacam dia, merasa sudah cukup puas dengan mempercayainyasecara diam-diam dan tak perlu berterang-terang di depan umum agar percagangannya selamat, berjalan lancar. Dan barang kali Nabi Muhammad pun merasa cukup puas dengan sikap demikian itu dan sudah boleh dipuji. Tetapi Abu Bakar dengan menyatakan terang-terangan keislamannya itu, lalu mengajak orang kepada ajaran Allah dan Rasulullah dan meneruskan dakwahnya untuk meyakinkan kaum Muslimin yang mula-mula untuk mempercayai Muhammad dan mengikuti ajaran agamnya, inilah yang belum pernah dilakukan orang;kecuali mereka yang sudah begitu tinggi jiwanya, yang sudah sampai pada tingkat membela kebenaran. Dalam menjalankan dakwah itu, Abu BAkar tidak hanya berbicara saja dengan kawan-kawannya dan meyakinkan mereka, dan dalam menghibur kaum duafa dan orang-orang miskin yang disiksa dan dianiaya oleh musuh-musuh dakwah, tidak hanya dengan kedamaian jiwanya dengan

sifatnya yang lemah lembut, tetapi ia menyantuni mereka dengan hartanya. Digunakannya hartanya itu untuk membela golongan lemah dan orang-orang tak punya, yang telah mendapat petunjuk Allah ke jalan yang benar, tetapi lalu dianiaya oleh musuh kebenaran itu. Tetapi abu bakar sendiri pun tidak bebas dari gangguan Quraisy. Sama halnya dengan Muhammad sendiri byang juga tidak lepas dari gangguan itudengan kedudukannya yang sudah demikian rupa di kalangan kaum nya serta perlindungan bani hasyim kepadanya. setiap Abu Bakar melihat Muhammad di ganggu oleh Quraisy ia selalu siap membelanya dan mempertaruhkan nyawanyauntuk melindunginya. Ibn Hisyam menceritakan,bahwa perlakuan yang paling jahat dilakukan quraisy terhadap rasulullah ialah setelah agama dan dewa-dewa mereka di cela. Khalifah abu bakar adalah panglima tertinggi dalam angkatan perang. dia yang menunjuk panglima besar dan kepala-kepala pasukan.Strategi dan taktik perang banyak yang didiktekan dari madina. sungguhpun demikian khalid, panglima besarnya, kita lihat banyakn di beri kekuasaan dan kepercayaan. munurut sewajarnya, khalifah sendiri yang memimpin angkatan jihad ke medan perang. tetapi front dan medan pertempuran telah dua tiga dan urusan kenegaraan telah begitu berjalin, maka untuk komando umum ditunjukkan sahabat-sahabat yang ahli dalam ketentaraan. adapun shalat jamaah dan shalat jumat di ibu kota tetap di tangan khalifah abu bakar, karena shalat dan jumat adalah tiang agama. Organisasi dan mekanisme pemerintahan abu bakar adalah begitu kuat dan merata. Perhubungan antara pusat (Madinah) dengan daerah sampai kepada instansi yang terendah di suku-suku kabilah rapat sekali. Itu adalah juga sebagai hasil dari kemenangan Abu Bakar di peperangan Riddah. Hal yang demikian sangat memberikan kemungkinan kepada Hukum untuk timbul menonjol tinggi, dan kepadanya Kekuasaan untuk mengembangkan sayapnya. Maka sebagai kelanjutannya dari itu, lahirlah masa baru dan zaman gemilang yaitu masa kemakmuran dan kebahagiaan hidup menuruti filsafat islam yang tersimpul di dalam Baldatun taiyiban wa rabbun gafur(Negara makmur dilindungi tuhan yang pengampun). Prestasi dan Pesan Abu Bakar Prestasi Abu Bakar Pada Masa Pemerintahannya dalam jangka waktu dua tahun tiga bulan bangsa-bangsa yang memberontak itu dapat kembali tenang dan menjadi bangsa bersatu yang kuat, disegani dan berwibawa, yang akhirnya malah dapat menerobos dua imperium besar yang ketika itu menguasai dunia dan menentukan arah kebudayaannya. Kedaulatan ini pula yang kemudian mengemban peradaban di dunia selama berabad-abad sesudahnya. Adapun prestasi yang lain yang ditempuh pada masa pemerintahan Abu Bakar adalah : 1. Perbaikan sosial (masyarakat) 2. Pengumpulan ayat-ayat Al-Quran 3. Perluasan dan penyebaran agama Islam 4. Menghadapi orang murtad dan orang yang tidak membayar zakat 5. Memberantas orang-orang yang menganggapnya beliau sebagai nabi.

Wafat Abu Bakar


Abdullah bin Umar Radhiyallahu Anhuma mengabarkan bahwa Abu Bakar Radhiyallahu Anhu sakit karena wafatnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam hingga menyebabkan kematiannya. Khalifah Abu Bakar ra. meniggal dunia pada hari Senin, 23 agustus 624 M setelah lebih kurang 15 hari terbaring di tempat tidur. Dia berusia 63 tahun dan kekhalifahannya berlangsung 2 tahun 3 bulan 11 hari. Abu Bakar memimpin sebagai khalifah selama dua tahun tiga bulan. Beliau wafat pada umar 63 tahun. Di antara wasiat Abu Bakar kepada Aisyah, Aku tidak meninggalkan harta untuk kalian kecuali hewan yang sedang hamil, serta budak yang selalu membantu kita membuat pedang kaum muslimin. Oleh karena itu, jika aku wafat, tolong berikan seluruhnya kepada Umar. Ketika Aisyah menunaikan wasiat itu kepada Umar, maka Umar berkata, Semoga Allah merahmati Abu Bakar. Sesungguhnya dia telah membuat kesulitan (untuk mengikutinya) bagi orang-orang yang menjadi khalifah setelahnya. Beliau dimakamkan berdampingan dengan makam Rasulullah yang terletak di kamar Aisyah. Beliau pun di shalatkan oleh Umar bin Khathab.

Umar bin Khattab adalah salah seorang sahabat terdekat nabi yang menjadi khalifah ke dua (khulafaur rosyidin) setelah Abu Bakar Ashidiq pada tahun 634-644. Umar bin Khattab memiliki nama lengkap Umar bin Khattab bin Nafiel bin abdul Uzza, dari Bani Adi, salah satu rumpun suku Quraisy. Ayahnya bernama Khaththab bin Nufail Al Shimh Al Quraisyi dan ibunya Hantamah binti Hasyim. Umar bin Khattab lahir di Mekkah pada tahun 581 dan wafat pada November 644. Umar bin Khattab sosok yang disiplin, tegas, adil, bijaksana, sederhana dan sangat mencintai umat. Inilah sosok salah satu pemimpin terbaik yang dimiliki oleh umat Islam setelah Nabi Muhammad SAW. Umar memiliki julukan yang diberikan oleh Muhammad yaitu Al-Faruq yang berarti orang yang bisa memisahkan antara yang haq dan bathil. Keluarga Umar tergolong keluarga kelas menengah, ia bisa membaca dan menulis yang pada masa itu merupakan sesuatu yang jarang. Umar juga dikenal karena fisiknya yang kuat dimana ia menjadi juara gulat di Mekkah. Umar sebagai Khalifah tidak sekadar kepala negara dan kepala pemerintahan, lebihlebih dia sebagai pemimpin umat. Ia sangat dekat dengan rakyatnya, ia menempatkan diri sebagai salah seorang dari mereka. Tradisi Jahiliyah Sebelum Islam, sebagaimana tradisi kaum jahiliyah mekkah saat itu, Umar bin Khattab mengubur putrinya hidup-hidup. Sebagaimana yang ia katakan sendiri, "Aku menangis ketika menggali kubur untuk putriku. Dia maju dan kemudian menyisir janggutku". Mabuk-mabukan juga merupakan hal yang umum dikalangan kaum Quraish. Beberapa catatan mengatakan bahwa

pada masa pra-Islam, Umar suka meminum anggur.Setelah menjadi muslim, ia tidak menyentuh alkohol sama sekali. Tetapi, setelah masuk Islam, belum diturunkan larangan meminum khamar (yang memabukkan) secara tegas. Sehingga ada kisah, Pada malam hari, Umar bermabukmabukkan sampai Subuh. Ketika waktu Subuh tiba, beliau pergi ke masjid dan ditunjuk sebagai imam. Ketika membaca surat Al-Kafirun, karena ayat 3 dan 5 bunyinya sama, setelah membaca ayat ke 5, beliau ulang lagi ke ayat 4 terus menerus. Akhirnya, Allah menurunkan larangan bermabuk-mabukkan yang tegas. Memeluk Islam Ketika ajakan memeluk Islam dideklarasikan oleh Nabi Muhammad SAW, Umar mengambil posisi untuk membela agama tradisional kaum Quraish (menyembah berhala). Pada saat itu Umar adalah salah seorang yang sangat keras dalam melawan pesan Islam dan sering melakukan penyiksaan terhadap pemeluknya. Dikatakan bahwa pada suatu saat, Umar berketetapan untuk membunuh Muhammad SAW. Saat mencarinya, ia berpapasan dengan seorang muslim (Nu'aim bin Abdullah) yang kemudian memberi tahu bahwa saudara perempuannya juga telah memeluk Islam. Umar terkejut atas pemberitahuan itu dan pulang ke rumahnya. Di rumah Umar menjumpai bahwa saudaranya sedang membaca ayat-ayat Al Qur'an (surat Thoha), ia menjadi marah akan hal tersebut dan memukul saudaranya. Ketika melihat saudaranya berdarah oleh pukulannya ia menjadi iba, dan kemudian meminta agar bacaan tersebut dapat ia lihat. Ia kemudian menjadi sangat terguncang oleh isi Al Qur'an tersebut dan kemudian langsung memeluk Islam pada hari itu juga. Masuk Islamnya beliau menjadi kekuatan bagi kaum muslimin lagi kemenangan yang nyata. Segera setelah itu mereka mengikrarkan keislaman setelah sekian lama dipendam. Beliaulah ikon pemisah antara kebenaran dan kebatilan hingga dikisahkan Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam menjulukinya pada hari tersebut dengan Al Faruq ( Sang Pembeda). Umar bin Khattab sangat kuat memegang agama, keras dalam hal kebenaran, tidak peduli celaan demi perintah Allah, cerdas pikirannya, tajam akalnya dan terang mata hatinya. Allah menjadikan kebenaran ada lisan dan hatinya. Umar Bin Khattab menjabat Khalifah setelah Ash Shiddiq. Masa pemerintahannya menjadi kunci pembuka kemenangan Islam dan penyangga perjuangan ditandai dengan jatuhnya singgasana Kisra ( Raja Persi) dan Qaisar (Raja Romawi), Raja dua negeri besar pada saat itu. Kehidupan di Madinah Umar bin Khattab adalah salah seorang yang ikut pada peristiwa hijrah ke Yatsrib (Madinah) pada tahun 622 Masehi. Ia ikut terlibat pada perang Badar, Uhud, Khaybar serta penyerangan ke Syria. Ia adalah salah seorang sahabat dekat Nabi Muhammad SAW. Pada tahun 625, putrinya (Hafsah) menikah dengan Nabi Muhammad. Kematian Muhammad SAW Setelah sakit dalam beberapa minggu, Nabi Muhammad SAW wafat pada hari senin tanggal 8 Juni 632 (12 Rabiul Awal, 10 Hijriah), di Madinah.Persiapan pemakamannya dihambat oleh

Umar yang melarang siapapun memandikan atau menyiapkan jasadnya untuk pemakaman. Ia berkeras bahwa Nabi tidaklah wafat melainkan sedang tidak berada dalam tubuh kasarnya, dan akan kembali sewaktu-waktu. (Hayatu Muhammad, M Husain Haikal). Abu Bakar yang kebetulan sedang berada di luar Madinah, demi mendengar kabar itu lantas bergegas kembali. Ia menjumpai Umar sedang menahan muslim yang lain dan lantas mengatakan: "Saudara-saudara! Barangsiapa mau menyembah Muhammad, Muhammad sudah mati. Tetapi barangsiapa mau menyembah Allah, Allah hidup selalu tak pernah mati." Abu Bakar kemudian membacakan ayat dari Al Qur'an : "Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur." (surat Ali 'Imran ayat 144) Umar lantas menyerah dan membiarkan persiapan penguburan dilaksanakan. Masa kekhalifahan Abu Bakar Pada masa Abu Bakar menjabat sebagai khalifah, Umar merupakan salah satu penasehat kepalanya. Kemudian setelah meninggalnya Abu Bakar pada tahun 634, Umar ditunjuk menggantikannya. Pengangkatannya Sebagai Khalifah Ketika Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallohu anhu merasakan telah dekat ajalnya, maka beliau berfikir mencari penggantinya untuk memimpin kaum Muslimin. Sehingga beliau memutuskan untuk mengangkat Umar, lalu beliau memanggil Utsman bin Affan, lalu berkata: Tulislah! maka Utsman me-nulisnya: "Bismillahirrohmaanirrohiim" Ini adalah pernyataan Abu Bakar, Muhammad shalallohu alaihi wa sallam di saat akhir hidupnya di dunia, dan mulai memasuki gerbang akhirat, di mana orang kafir beriman, orang yang zalim yakin, dan pendusta akan jujur, aku mengangkat setelahku untuk memimpin kalian Umar bin alKhath-thab. Dengarkan dan taatilah ia. Sesungguhnya aku menginginkan kebaikan untuk Alloh, Rosul-Nya, agama-Nya, diriku dan kalian. Jika ia berbuat adil, maka itulah dugaan dan ijtihadku tentangnya. Dan jika ia berubah, maka aku tidak mengetahui perkara ghoib, setiap orang akan menda-patkan apa yang diusahakannya. Dan orang-orang zalim akan mengetahui tempat kembali mereka. Kemudian beliau memerintahkan berbaiat, dan dibacakan kepada kaum Muslimin. Mereka berkata: Kami dengar dan kami taati. Masa Pemerintahan Ummar bin Khattab

Selama pemerintahan Umar bin Khattab, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia (yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria, Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Sejarah mencatat banyak pertempuran besar yang menjadi awal penaklukan ini. Pada pertempuran Yarmuk, yang terjadi di dekat Damaskus pada tahun 636, 20 ribu pasukan Islam mengalahkan pasukan Romawi yang mencapai 70 ribu dan mengakhiri kekuasaan Romawi di Asia Kecil bagian selatan. Pasukan Islam lainnya dalam jumlah kecil mendapatkan kemenangan atas pasukan Persia dalam jumlah yang lebih besar pada pertempuran Qadisiyyah (th 636), di dekat sungai Eufrat. Pada pertempuran itu, jenderal pasukan Islam yakni Sa`ad bin Abi Waqqas mengalahkan pasukan Sassanid dan berhasil membunuh jenderal Persia yang terkenal, Rustam Farrukhzad. Pada tahun 637, setelah pengepungan yang lama terhadap Yerusalem, pasukan Islam akhirnya mengambil alih kota tersebut. Umar diberikan kunci untuk memasuki kota oleh pendeta Sophronius dan diundang untuk salat di dalam gereja (Church of the Holy Sepulchre). Umar memilih untuk salat ditempat lain agar tidak membahayakan gereja tersebut. 55 tahun kemudian, Masjid Umar didirikan ditempat ia salat. Umar bin Khattab melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun 638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan Masjid Nabawi di Medinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam. Umar bin Khattab dikenal dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana. Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah. Jasa-Jasanya a. Perhatian Terhadap Umat. Sebagai khalifah, hidup sahabat Nabi shalallohu alaihi wa sallam yang dikenal dengan Abu Hafsh radhiallohu anhu ini benar-benar didedikasikan untuk mencapai ridha Ilahi. Ia berjuang bagi kepentingan umat, benar-benar memperhatikan kesejahteraan umat. Pada malam hari, ia sering melakukan investigasi untuk menge-tahui keadaan rakyat jelata yang sebenarnya. Suatu malam, beliau mendengar suara samar-samar dari gubuk kecil, Umar radhiallohu anhu mendekat dan memperhatikan dengan seksama suara itu, ia melihat seorang ibu yang dikelilingi anak-anaknya yang sedang menangis. Ibunya kelihatan memasak sesuatu. Tiap kali anakanaknya menangis, sang ibu berkata: Tunggulah, sebentar lagi makanannya akan matang. Sebuah rayuan darinya. Umar bin Khattab penasaran. Setelah memberi salam dan minta izin, ia masuk dan bertanya: Mengapa anak-anak ibu tak berhenti menangis?

Mereka kelaparan! jawab sang ibu. Mengapa tak ibu berikan makanan yang sedang ibu masak sedari tadi? tanya Umar. Tak ada makanan. Periuk yang dari tadi saya masak hanya berisi batu untuk mendiamkan anakanak. Biarlah mereka berfikir bahwa periuk itu berisi makanan. Mereka akan berhenti menangis karena kelelahan dan tertidur. Mengapa ibu tidak meminta pertolongan kepada khalifah? Mungkin ia dapat menolong ibu dan anak-anak dengan memberikan uang dari Baitul Mal? Itu akan membantu kehidupan ibu dan anak-anak., ujar Umar menasehati. Khalifah telah menzalimi saya. jawab sang ibu. Bagaimana khalifah bisa berbuat zalim kepada ibu? Umar keheranan. Saya sangat menyesalkan pemerintahannya. Seharus-nya ia melihat kondisi rakyatnya dalam kehidupan nyata. Siapa tahu, ada banyak orang yang bernasib sama dengan saya., jawab sang ibu yang menyentuh hati Umar. Umar bin Khattab berdiri dan berkata: Tunggu sebentar bu, saya akan kembali. Walaupun malam semakin larut, Umar bin Khattab bergegas menuju Baitul Mal. Ia segera mengangkat sekarung gandum di pundaknya. Satu sahabatnya, membantu membawa minyak samin untuk memasak. Karena merasa kasihan kepada khalifah, sahabatnya berniat membantu Umar bin Khattab memikul karung itu. Tapi dengan tegas Umar radhiallohu anhu menolak tawarannya: Apakah kamu mau memikul dosa-dosa saya di akhirat kelak? b. Baitul Mal Orang yang pertama kali membuat sistem Baitul Mal adalah Umar bin Khattab radhiallohu anhu, pemasukannya dari zakat kaum Muslimin dan pembayaran jizyah Ahli dzimmah (orang kafir yang minta perlindungan Islam), seperlima dari hasil rampasan perang, dan warisan orang Muslim yang meninggal tidak mempunyai ahli waris. Baitul Mal yang terlepas dari kezaliman, bersih dari perbuatan-perbuatan para raja yang mengambil harta rakyatnya dengan ke-zaliman. Adapun penyaluran uang Baitul Mal; zakat diberikan kepada yang berhak mendapatkan zakat. Jizyah disalurkan di jalan Alloh subhanahu wa taala, yaitu untuk biaya menambah pasu-kan perang. Seperlima hasil rampasan perang untuk Alloh subhanahu wa taala dan Rosul-Nya shalallohu alaihi wa sallam, kerabatnya, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin dan Ibnu sabil. c. Sistem Administrasi Rapi Umar bin Khattab adalah seorang administrator ulung. Bukti dan kenyataan dari hal tersebut adalah semenjak ia memegang tampuk kekuasaannya. Pekerjaan pertama yang dilakukan oleh khalifah Umar bin Khattab adalah menetapkan penanggalan atau kalender Hijriyah. Alasannya, surat-surat administrasi yang disampaikan padanya oleh para pegawai pemerintahan dan para panglima perangnya, hanya mencantumkan tanggal dan bulan saja, tanpa tahun. Hal ini disebabkan umat Islam belum me-miliki kalender khusus milik mereka sendiri. Melihat hal itu, Umar bin Khattab merasa prihatin dan meminta para sahabat Nabi shalallohu alaihi wa sallam agar menetapkan kalender bagi kaum Muslimin. Umar bin Khattab

mengusulkan agar menjadikan peris-tiwa hijrahnya Nabi shalallohu alaihi wa sallam dari Makkah ke Madinah sebagai awal permulaan kalender Islam. Alasannya, hijrah Nabi shalallohu alaihi wa sallam merupakan pondasi awal bagi pembentukan negara Islam yang mencakup jazirah Arab di bawah naungan panji-panji Islam, kemudian meluas hingga mencakup Mesir, Irak dan sebagian besar negeri Persi. Pekerjaan kedua, membagi harta rampasan. Hasil pajak dan upeti dibagi: 4/5-nya bagi bala tentaranya, sedang sisanya yang 1/5 untuk Umar bin Khattab. Apabila seseorang memiliki tanah, ia mempunyai hak untuk memetik hasilnya dengan memberikan pajak penghasilan. Umar bin Khattab juga menerima 1/5 dari pajak bumi dan upeti, yang dibeban-kan bagi musuh yang kalah berperang dan tidak masuk Islam. Dengan demikian beliau memiliki harta yang banyak dan melimpah. Ia mendirikan sebuah kantor yang mengurusi semua harta yang masuk padanya agar dapat dibagikan kepada umatnya secara merata (adil). Umar bin Khattab menyuruh tiga orang Quraisy, agar masing-masing mendata warga kabilahnya yang dimulai dari warga Bani Hasyim. Tujuan itu semua adalah bahwa harta tidak boleh dibagikan kecuali untuk tujuan yang baik (jelas), yaitu biaya untuk memperkuat armada perang. Apabila mereka berperang, Amirul Mukminin wajib memberikan hak mereka dari harta tersebut dan membiarkan mereka berhak atas harta rampasan. Umar bin Khattab juga menetapkan hak-hak bagi para keluarga dan janda-janda mereka. Umar bin Khattab menyerahkan hak tersebut kepada umatnya, dengan caranya sendiri. Beliau memulainya dari keluarga Nabi shalallohu alaihi wa sallam baru kemudian kaumnya, sesuai dengan fungsi dan jabatannya. Saat memberikan hak, ia mengurutkan umatnya sesuai jangka lamanya seseorang memeluk Islam, pengorbanannya bagi Islam dan ketekunannya membaca alQuran. Bagi kaum Muhajirin sebelum Fathu Makkah, Umar menetapkan hak sebesar 3.000 dirham setiap tahun, dan bagi yang ikut perang Badar sebanyak 5.000 dirham. Sedang-kan bagi yang ikut hijrah ke Habasyah dan mengikuti pe-rang Uhud memperoleh jatah 4.000 dirham. Sementara bagi keluarga yang ditinggal perang Badar memperoleh bagian sebanyak 3.000 dirham kecuali Hasan dan Husain, kepada mereka Umar bin Khattab memberi sebanyak yang diberikan ke-pada ayah mereka berdua, yaitu 5.000 dirham. Dan bagi Usamah bin Zaid sebesar 4.000 dirham. Mengetahui pembagian ini, putra beliau yang bernama Abdullah bin Umar radhiallohu anhuma protes, Mengapa engkau tetapkan bagiku hanya sebesar 3.000 dirham, sedangkan bagi Usamah engkau berikan 4.000 dirham? Umar bin Khattab, Aku lebihkan bagiannya sebab ia lebih dicintai Rosululloh shalallohu alaihi wa sallam daripada engkau, dan karena ayahnya lebih dicintai Rosululloh shalallohu alaihi wa sallam daripada ayahmu. d. Ekspansi di Zaman Umar bin Khattab Setelah orang-orang membaiat Umar bin Khattab, beliau langsung melanjutkan tugas-tugas yang diemban Abu Bakar radhiallohu anhu. Di antara tugasnya adalah meneruskan penaklukan kota-kota di Syam, Persia dan benua Afrika, sehingga banyak kota yang terbuka di masa Umar radhiallohu anhu, di antaranya kota Babel, Basath, Jalaula, Masabdzan, al-Ahwaz, Nahawand, Khura-san, Sijistan, Damaskus, Homs, Mesir, dan kota-kota lain-nya. Zaman Umar bin Khattab

termasuk zaman yang gemilang dengan melimpahnya uang, hingga anak yang masih dalam kandungan pun sudah diberikan jatah untuk kehidupan-nya oleh khalifah. e. Pembangunan Kota. Ada dua pembangunan kota besar setelah Madinah dan Makkah, yaitu: a) Kota Kufah. Kota ini dibangun pada tahun 17 H. Arsiteknya ada-lah Abi Hayyaj bin Malik. Ia menjadikan lebar jalan utamanya 14 kaki, dan jalan kecilnya 7 kaki. Pertama kali yang dibangun adalah masjid, dan di sana dibangun juga istana Kufah dan rumah-rumah penduduknya sangat teratur, baik bentuk bangunannya maupun jarak antara rumah-rumahnya. Kota ini terletak di tepi sungai sebelah barat sungai Eufrat, di antara keduanya dibatasi kebun-kebun kurma yang saling berdekatan, hijaunya dapat dilihat sejauh pandangan mata. b) Kota Bashrah. Pada tahun yang bersamaan juga dibangun kota Basrah, sebuah kota dekat Teluk Persia di sebelah kota Dajlah. Umar bin al-Khattb menjadikan ibukota Irak menjadi dua bagian; sebelah atas ibukotanya Kufah, dan gubernurnya Saad radhiallohu anhu dan sebelah bawah ibu kota-nya Basrah dan gubernurnya Utbah radhiallohu anhu. f. Pembentukan Pos-Pos Perhubungan Di antara sistem informasi yang baru pada zaman Umar bin Khattab adalah beliau membuat pos-pos setiap 50 mil yang dihuni oleh beberapa orang disertai seekor kuda. Kegunaan pos ini, ketika Amirul Mukminin memberikan perintah kepada pimpinan tentara atau gubernur di daerah yang biasa ditempuh selama sebulan dapat ditempuh dengan waktu setengahnya, setiap utusan berhenti, istirahat di setiap pos, dan memberikan surat Amirul Mukminin kepada penjaga tersebut, lalu ia digantikan orang yang di pos tersebut melanjutkan perjalanannya, begitu selanjutnya pada setiap pos. Pujian Para Sahabat Terhadapnya Abu Bakar ash Shiddiq radhiallohu anhu berkata, Tidak ada seorang laki-laki yang lebih aku cintai di muka bumi ini selain dari Umar. Abu Bakar radhiallohu anhu tidak melihat orang yang lebih tepat untuk memegang jabatan khalifah sepeninggal beliau selain Umar radhiallohu anhu, maka beliau pun berwasiat agar penggantinya sebagai khalifah adalah Umar radhiallohu anhu . Ketika orang-orang bertanya kepada Abu Bakar, Apa yang akan engkau katakan kepada Robb-mu sementara engkau telah menunjuk Umar sebagai khalifah? Beliau menjawab, Akan aku katakan kepada-Nya, aku tunjuk untuk memimpin mereka orang yang ter-baik di antara mereka..

Ibnu Umar radhiallohu anhu berkata: Kami memilih siapa orang yang terbaik pada zaman Rosululloh shalallohu alaihi wa sallam, lalu kami memilih Abu Bakar, kemudian Umar dan kemudian Utsman (HR. al-Bukhari) Ibnu Umar radhiallohu anhu berkata, Aku tidak melihat seorang laki-laki pun setelah Nabi radhiallohu anhu semenjak beliau wafat, orang yang lebih tegas dan pemurah selain dari Umar. Hudzaifah bin al-Yaman radhiallohu anhu berkata, Demi Alloh, aku tidak mengetahui seorang laki-laki yang tidak takut di jalan Alloh kepada celaan orang-orang yang suka mencela selain Umar. Abdullah bin Masud radhiallohu anhu berkata: Sesungguhnya masuk Islamnya Umar merupakan pe-naklukan, hijrahnya adalah sebuah kemenangan, dan pe-merintahannya adalah sebuah rahmat. Kabar Gembira Untuknya Abu Hurairah radhiallohu anhu meriwayatkan bahwa Rosululloh shalallohu alaihi wa sallam bersabda: Ketika aku tidur, aku bermimpi di surga. Ada seorang wanita berwudhu di samping istana, aku bertanya, Punya siapa istana ini?. Mereka menjawab, Kepunyaan Umar.. Maka aku teringat akan rasa cemburumu. Lalu aku pun berpaling ke belakang. Maka Umar pun menangis dan berkata, Apakah kepada-mu aku akan cemburu wahai Rosululloh? (HR. al-Bukhari dan Muslim) Ali bin Abi Thalib radhiallohu anhu berkata bahwa Rosululloh shalallohu alaihi wa sallam pernah bersabda: Abu Bakar dan Umar adalah penghulu para penghuni surga dari kalangan orang tua mulai dari orang-orang yang pertama (al-awwalin) sampai orang-orang yang terakhir (al-akhirin), selain para nabi dan rosul. Janganlah engkau beri tahu mereka berdua wahai Ali ketika mereka berdua masih hidup (HR. Ibnu M jah dan at-Tirmidzi, dishahihkan oleh al-Albani) Abdullah bin Abbas radhiallohu anhuma berkata, Ketika Umar telah diletakkan di atas pembaringannya (sehabis ditikam), maka orang-orang mengelilingi dan mendoakannya sebelum beliau diangkat, ketika itu aku berada di antara mereka, tiba-tiba seorang laki-laki muncul dari belakangku sambil memegang pundakku, ternyata ia adalah Ali. Ia mendoakan rahmat bagi Umar seraya berkata, Tidaklah aku tinggalkan seorang laki-laki yang aku ingin menghadap kepada Alloh dengan membawa amal seperti amalnya selain engkau wahai Umar. Demi Alloh, aku menduga bahwa Alloh akan mengumpulkanmu bersama kedua sahabatmu, karena sering sekali aku mendengar Nabi berkata, Aku pergi bersama Abu Bakar dan Umar, aku masuk bersama Abu Bakar dan Umar, aku keluar bersama Abu Bakar dan Umar. (HR. al-Bukhari)

Wafatnya Keberhasilan Umar bin al-Khattab radhiallohu anhu dalam memer-dekakan negara-negara dunia yang cukup luas, membuat para musuh Islam dipenuhi perasaan iri dan dendam, ter-lebih Yahudi dan Persia. Untuk itulah muncul berbagai upaya untuk melakukan pembunuhan terhadap Umar radhiallohu anhu. Hingga terlaksananya pembunuhan yang dilakukan oleh seorang budak Persia yang bernama Abu Luluah al-Majusi. Ia adalah budak Mu-ghirah bin Syubah yang menikam beliau dengan 6 tikaman dengan belati yang memiliki dua mata kail (badik) hingga melukai Umar radhiallohu anhu dan beberapa sahabat ketika sedang shalat Shubuh. Tatkala seseorang mengetahui larinya, ia pun melempar mantel ke arahnya, maka seketika itu pula Abu Luluah bunuh diri. Akhirnya Umar bin Khattab syahid pada tahun 23 H. Setelah diangkat menjadi khalifah selama 10 tahun 6 bulan, beliau wafat dalam usia 63 tahun dengan gelar syahid (martir). Anas bin Malik radhiallohu anhu bercerita: Bahwa Rosululloh shalallohu alaihi wa sallam, Abu Bakar, Umar, dan Utsman naik gunung uhud, kemudian gunung itu bergoncang. Maka Nabi shalallohu alaihi wa sallam bersabda: tetaplah, wahai Uhud, sesungguhnya di atasmu ada seorang Nabi, seorang Siddiq, dan dua orang syahid. (HR. al-Bukhari) Abu Luluah membunuh Umarbin Khattab karena rasa ketidakpuasannya atas keadilan yang diberikan oleh Umar bin Khattab terhadapnya menyangkut permasalahan kharraj (upeti) dan dihancurkannya kerajaan Persia. Abu Luluah pernah mengadu pada Umar bin Khattab tentang berat dan banyaknya upeti yang harus dikeluarkannya. Tetapi Umar menjawab: Kharrajmu tidak terlalu banyak. Kemudian ia menggerutu, Keadilan Umar menyangkut semua orang kecuali aku. Ketika diberitakan kepada Umar bahwa yang membunuhnya adalah Abu Luluah, Khalifah Umar bin Khattab berkata: Segala puji bagi Alloh yang tidak menjadikan kematianku di tangan orang yang mengaku Muslim. Kemudian Umar bin Khattab berwasiat kepada putranya: Wahai Abdulloh, periksalah utangutangku! Menjelang wafatnya, beliau membentuk dewan pemilihan khalifah yang terdiri dari 6 orang sahabat, yaitu Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Saad bin Abi Waqqash, Abdur Rahman bin Auf, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah radhiallohu anhum. Setelah itu Umar bin Khattab juga menyuruh anaknya untuk menghadap Aisyah radhiallohu anha (isteri Nabi shalallohu alaihi wa sallam) guna meminta izin untuk dikuburkan berdampingan dengan kedua sahabat-nya (Nabi shalallohu alaihi wa sallam dan Abu Bakar radhiallohu anhu). Maka Aisyah radhiallohu anha pun memberikan izin kepadanya. Maka selesailah tugas Khalifah Umar bin Khattab dalam mengendalikan roda kepemimpinan kaum Muslimin.

Utsman bin Affan adalah salah satu sahabat Nabi Muhammad yang paling pemalu. Ia termasuk salah satu Khalifah (Khulafaur Rosyidin) ke tiga yang memerintah setelah kematian sahabat Umar bin Khattab. Utsman bin Affan memerintah dari tahun 644 M (umur 6970 tahun) hingga 656 M (selama 1112 tahun). Selain pemalu, Utsman bin Affan merupakan ekonom yang sangat handal dan saudagar yang kaya raya tetapi sangatlah dermawan. Rasulullah Saw sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang paling jujur dan rendah hati diantara kaum muslimin. Diriwayatkan oleh Imam Muslim bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah Saw, Abu Bakar masuk tapi engkau biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk dan membetulkan pakaian, mengapa? Rasullullah menjawab, Apakah aku tidak malu terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya? Kelahiran dan Nasab Utsman bin Affan memiliki nama lengkap Utsman bin Affan Al-Amawi Al-Quarisyi, berasal dari Bani Umayyah. Lahir pada akhir tahun 574 Masehi. Nama ibu beliau adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. Beliau masuk Islam atas ajakan Abu Bakar, yaitu sesudah Islamnya Ali bin Abi Thalib dan Zaid bin Haristah. Beliau adalah salah satu sahabat besar dan utama Nabi Muhammad SAW, serta termasuk pula golongan as-Sabiqun al-Awwalin, yaitu orang-orang yang terdahulu Islam dan beriman. Nasab Utsman bin Affan adalah Utsman bin Affan ra. bin Abil Ash bin Umayyah bin Abdusy Syams bin Abdu Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Kaab bin Luwai bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Maaddu bin Adnan.659 Abu Amr, Abu Abdullah660 al-Quraisy, al-Umawi Amirul mukminin Dzun Nurain yang telah berhijrah dua kali dan suami dari dua orang putri Rasulullah saw. Ibu beliau bernama Arwa binti Kuraiz bin Rabiah bin Hubaib bin Abdusy Syams dan neneknya bernama Ummu Hakim Bidha binti Abdul Muththalib paman Rasulullah saw.. Ciri-ciri dan Akhlak Utsman bin Affan Utsman bin Affan salah seorang dari sepuluh sahabat yang diberitakan masuk surga dan salah seorang anggota dari enam orang anggota Syura serta salah seorang dari tiga orang kandidat khalifah dan akhirnya terpilih menjadi khalifah sesuai dengan kesepakatan kaum Muhajirin dan Anshar juga merupakan khulafaur Rasyidin yang ketiga, imam mahdiyin yang diperintahkan untuk mengikuti jejak mereka. Utsman bin Affan menikahi 8 wanita, empat diantaranya meninggal yaitu Fakhosyah, Ummul Banin, Ramlah dan Nailah. Dari perkawinannya lahirlah 9 anak laki-laki; Abdullah al-Akbar, Abdullah al-Ashgar, Amru, Umar, Kholid, al-Walid, Said dan Abdul Muluk. Dan 8 anak perempuan. Utsman bin Affan adalah seorang yang rupawan, lembut, mempunyai jenggot yang lebat, berperawakan sedang, mempunyai tulang persendian yang besar, berbahu bidang, berambut

lebat, bentuk mulut bagus yang berwarna sawo matang. Dikatakan pada wajah beliau terdapat bekas cacar. Dari az-Zuhry berkata, Beliau berwajah rupawan, bentuk mulutbagus, berbahu bidang, berdahi lebar dan mempunyai kedua telapak kaki lebar. Beliau memiliki akhlak yang mulia, sangat pemalu, dermawan dan terhormat, mendahulukan kebutuhan keluarga dan familinya dengan memberikan perhiasan dunia yang fana. Mungkin beliau bermaksud untuk mendorong mereka agar lebih mendahulukan sesuatu yang kekal daripada sesuatu yang fana. Sebagaimana yang telah dilakukan Rasulullah saw. Terkadang beliau memberikan harta kepada suatu kaum dan tidak memberi kaum yang lain karena khawatir mereka akan dimasukkan oleh Allah SWT. ke dalam neraka. Sebagian kaum memprotes beliau karena perlakuan tersebut sebagaimana yang telah dilakukan oleh orang-orang Khawarij terhadap Rasulullah saw. atas pembagian harta rampasan perang Hunain. Utsman adalah seorang yang saudagar yang kaya tetapi dermawan. Beliau adalah seorang pedagang kain yang kaya raya, kekayaan ini beliau belanjakan guna mendapatkan keridhaan Allah, yaitu untuk pembangunan umat dan ketinggian Islam. Beliau memiliki kekayaan ternak lebih banyak dari pada orang arab lainya. Ketika kaum kafir Quarisy melakukan penyiksaan terhadap umat islam, maka Utsman bin Affan diperintahkan untuk berhijrah ke Habsyah (Abyssinia, Ethiopia). Ikut juga bersama beliau sahabat Abu Khudzaifah, Zubir bin Awwam, Abdurahman bin Auf dan lain-lain. Setelah itu datang pula perintah Nabi SAW supaya beliau hijrah ke Madinah. Maka dengan tidak berfikir panjang lagi beliau tinggalkan harta kekayaan, usaha dagang dan rumah tangga guna memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya. Beliau Hijrah bersama-sama dengan kaum Muhajirin lainya. Islam dan Jihad Utsman bin Affan Utsman bin Affan ra. masuk Islam melalui dakwah Abu Bakar ra. ash-Shiddiq. Beliau adalah orang pertama yang hijrah ke negri Ethiopia bersama istrinya Ruqayah binti Rasulullah saw. Kemudian kembali ke Makkah dan hijrah ke Madinah. Beliau tidak dapat ikut serta pada perang Badar karena sibuk mengurusi putri Rasulullah saw. (istri beliau) yang sedang sakit. jadi beliau hanya tinggal di Madinah. Rasulullah SAW memberikan bagian dari harta rampasan dan pahala perang tersebut kepada beliau dan beliau dianggap ikut serta dalam peperangan. Ketika istri beliau meninggal, Rasulullah SAW menikahkannya dengan adik istrinya yang bernama Ummu Kaltsum yang pada akhirnya juga meninggal ketika masih menjadi istri beliau. Utsman bin Affan ikut serta dalam peperangan Uhud, Khandaq, Perjanjian Hudaibiyah yang pada waktu itu Rasulullah SAW membaiatkan untuk Utsman dengan tangan beliau sendiri. Utsman bin Affan ra. juga ikut serta dalam peperangan Khaibar, Tabuk, dan beliau juga pernah memberikan untuk pasukan Usrah sebanyak tiga ratus ekor unta dengan segala perlengkapannya.Dari Abdurrahman bin Samurah bahwa pada suatu hari Utsman bin Affan datang membawa seribu dinar dan meletakkannya di kamar Rasulullah saw. Rasulullah saw. bersabda, Tidak ada dosa bagi Utsman setelah ia melakukan ini (diucapkan dua kali). Rasulullah saw. pergi menunaikan haji Wada bersama Utsman bin Affan. Rasulullah SAW wafat dalam keadaan ridha terhadap Utsman bin Affan ra.. Kemudian beliau menemani Abu

Bakar dengan baik dan Abu Bakar wafat dalam keadaan ridha terhadap Utsman bin Affan. Beliau menemani Umar dengan baik dan Umar wafat dalam keadaan ridha terhadap Utsman bin Affan, serta menetapkan bahwa beliau adalah salah seorang dari enam orang anggota Syura dan beliau sendiri adalah orang yang paling istimewa di antara anggota lainnya. Utsman bin Affan ra. menjadi khalifah setelah Umar ra.. banyak menaklukkan berbagai negara melalui tangan beliau. Semakin lebarlah wilayah negara Islam dan bertambah luaslah negara Muhammadiyah ini serta sampailah misi Rasulullah saw. Ke sebelah timur dan barat bumi ini. Nampaklah kebenaran Firman Allah SWT. ,Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang shAli ra.h bahwa Dia sungguhsungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan merobah (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang yangfasik. (AnNur: 55). Firman Allah SWT. , Dia-lah yang mengutus RasulNya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orangorang musyrik bend. (Ash-Shaf: 9). Rasulullah saw. bersabda: jika Kaisar mati maka tidak lagi kaisar setelahnya dan jika Kisra meninggal maka tiada lagi Kisra setelahnya, demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya harta-harta karun mereka akan di gunakan untuk perang di jalan Allah. Semua ini terjadi dan terbukti pada zaman Utsman bin Affan ra.. Berita Gembira TTG Beliau Penduduk Surga. Rasulullah saw. bersabda: Siapa saja yang menggali Sumur Rumata maka untuknya surga. Maka sumur tersebut digali oleh Utsman. Beliau bersabda lagi: Barangsiapa yang mendanai pasukan Usrah maka untuknya surga. Maka Utsman bin Affan ra. mendanai pasukan tersebut. Dari Abu Musa al-Asyary bahwa Rasulullah saw. masuk ke dalam sebuah kebun dan memerintahkanku untuk menjaga pintu kebun tersebut. Kemudian datang seorang lelaki meminta izin untuk masuk, beliau bersabda: Izinkan ia masuk kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga. Ternyata lelaki tersebut adalah Abu Bakar ra.. Lantas datang lelaki lain meminta izin agar diizinkan masuk, beliau bersabda, Izinkan ia masuk kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga. Ternyata lelaki tersebut adalah Umar ra. bin Khaththab. Kemudian datang seorang lelaki meminta izin untuk masuk, beliau terdiam sejenak lalu bersabda, Izinkan ia masuk kemudian beritakan kepadanya bahwa ia masuk surga disertai dengan cobaan yang menimpanya. Ternyata lelaki tersebut adalah Utsman bin Affan ra.. Hammad berkata, Telah mengatakan kepada kami Ashim al-Ahwal dan Ali ra. Bin al-Hakam, mereka berdua telah mendengar bahwa Abu Utsman al-Hindy menceritakan dari Abu Musa seperti hadits tersebut dan Ashim manambahkan bahwa Nabi sedang duduk di suatu tempat yang disana terdapat air sambil

menyingkapkan kedua betis beliau atau lututnya di saat Utsman bin Affan ra. masuk beliau menutup lututnya. Utsman Memenuhi Panggilan Allah SWT. dan RasulNya dan Berhijrah Dua Kali. Dari Ibnu Syihab ia berkata,Urwah telah mengabarkan kepadaku bahwa Ubaidillah bin Ady bin al-Khiyar telah mengabarkan kepadaku bahwa Miswar bin Makhramah dan Abdur Rahman bin al-Aswad bin Abdul Yaghuts telah berkata, Apa yang menghalangimu untuk berbicara kepada Utsman tentang saudaranya Al-Walid, karena orang-orang sedang sibuk membicarakan tentang permasalahan tersebut. Aku berniat menemui Utsman hingga ia keluar untuk mengerjakan shalat. Kukatakan kepadanya, Ada yang perlu aku bicarakan denganmu yang isinya merupakan nasihat untukmu. Beliau berkata, Hai lelaki menjauhlah! -Mamar berkata, Aku mengira beliau berkata, Aku berlindung kepada Allah SWT. dari kejahatanmu.Kemudian aku pun kembali menemui keduanya. Kemudian datanglah utusan dari Utsman dan aku mendekatinya. Ia berkata, Apa isi nasihatmu? Aku katakan, Se-sungguhnya Allah telah mengurus Muhammad dengan membawa kebenaran serta menurunkan kitab kepada beliau sedang kamu adalah salah seorang yang memenuhi panggilan Allah dan RasulNya, engkau juga telah melakukan hijrah dua kali, telah menemani Rasulullah saw. dan telah melihat langsung sunnah beliau. Lihatlah masyarakat sedang sibuk membicarakan tentang kasus Al-Walid. Ia bertanya, Apakah engkau sempat menemui Rasulullah saw.? Aku jawab, Tidak, tetapi ilmu beliau yang murni telah sampai kepadaku sebagaimana sucinya seorang perawan dibalik hijabnya. Ia berkata, Amma Badu, Sesungguhnya Allah SWT. telah mengurus Muhammad Saw dengan membawa kebenaran dan aku termasuk salah seorang yang memenuhi panggilan Allah SWT. dan RasulNya, aku beriman dan apa yang dibawa beliau, aku juga melakukan hijrah dua kali sebagaimana yang telah engkau katakan- dan aku juga telah menemani dan membaiat Rasulullah saw. lDemi Allah SWT. aku tidak pernah mendurhakai dan mengkhianari beliau hingga Allah SWT. mewafatkan beliau, demikian juga Abu Bakar ra. dan Umar ra. kemudian aku diangkat menjadi khalifah, bukankah aku memiliki haq seperti haq mereka? Aku jawab, Benar. Ia berkata lagi, Ada apa dengan berita-berita yang sampai kepadaku? Adapun tentang permasalahan Al-Walid akan kita selesaikan dengan benar insya Allah. Kemudian beliau memanggil Ali ra. bin Abi Thalib dan memerintahkannya agar mendera Al-Walid sebanyak delapan puluh kali Kabar Gembira Bahwa Beliau Mati Syahid Diriwayatkan dari Qatadah bahwa Anas bin Malik berkata, Rasulullah saw. memanjat gunung Uhud bersama Abu Bakar ra., Umar ra. dan Utsman lantas gunung tersebut bergetar. Beliau bersabda: Tenanglah wahai Uhud! -aku perkirakan beliau menghentakkan kakiny tidak ada siapa-siapa di atasmu melainkan hanya seorang Nabi, AshShiddiq dan dua orang syahid. Tingkat Keistimewaan Utsman bin Affan

Diriwayatkan dari Ibnu Umar ra. berkata, Pada zaman Rasulullah saw. Kami tidak menyamakan Abu Bakar ra. dengan sahabat yang lain kemudian Umar ra. Dan kemudian Utsman. Setelah itu kami tidak mengistimewakan antara satu sahabat dengan sahabat yang lain. Persaksian Ibnu Umar ra. TTG Keistimewaan Utsman dan Pembelaannya Terhadap Beliau Diriwayatkan dari Utsman bin Mauhab ia berkata, Seorang lelaki datang dari Mesir untuk melaksanakan haji, lantas ia melihat suatu kaum sedang duduk-duduk, ia bertanya, Siapa mereka? Mereka mengatakan, Mereka adalah kaum Quraisy. Ia bertanya lagi, Siapa yang paling Alin ra. di antara mereka? Mereka jawab, Abdullah bin Umar ra.. Kemudian ia berkata kepadanya, Wahai Ibnu Umar ra., aku ingin bertanya sesuatu kepada anda maka tolong dijawab! Apakah anda tahu bahwa Utsman lari meninggalkan pasukan pada perang Uhud? Ibnu Umar ra. menjawab, Benar. Ia kembali bertanya, Apakah anda tahu bahwa ia tidak ikut dalam perang Badar? Ibnu Umar ra. menjawab, Benar. Ia kembali bertanya, Apakah anda tahu bahwa ia tidak ikut pada Baiat Ridhwan? Ibnu Umar ra. menjawab, Benar. Lelaki itu berkata, Allahu Akbar. Ibnu Umar ra. berkata, Kemarilah aku akan jelaskan kepadamu tentang permasalahan tersebut. Adapun mengenai larinya beliau dari perang Uhud sesungguhnya ia telah mendapat ampunan dari Allah SWT., ia tidak dapat ikut serta dalam perang Badar karena ia sedang disibukkan mengurus istri beliau yakni putri Rasulullah saw. yang sedang sakit dan Rasulullah saw. bersabda kepadanya, Sesungguhnya engkau mendapatkan pahala seorang yang ikut serta dalam perang Badar dan engkau juga mendapatkan bagian pada harta rampasannya. Adapun ketidak ikutsertaan beliau pada Baiat Ridhwan, kalaulah sekiranya ada seorang yang lebih terhormat di Kota Makkah selain Utsman tentunya Rasulullah saw akan menggantikan Utsman dengan orang tersebut. Namun Rasulullah saw. tetap mengirimkan Utsman ke Makkah dan Baiat Ridhwan terjadi setelah kepergian Utsman ke Makkah, Rasulullah saw. mengisyaratkan dengan tangan kanannya seraya bersabda, Ini adalah tangan Utsman. Lantas menepukkannya dengan tangan beliau dan bersabda, Ini adalah baiat Utsman. Ibnu Umar ra. berkata kepada lelaki itu, Nah bawalah berita ini karena sekarang engkau sudah tahu. Rasa Malu yang Dimiliki Utsman bin Affan Imam Ahmad berkata, Hajjaj telah mengatakan kepada kami dan berkata, Laits telah mengatakan kepada kami dan berkata, Uqail telah mangabarkan kepadaku dari Ibnu Syihab dari Yahya bin Said bin al-Ash bahwa Said bin al-Ash telah menceritakan kepadaku bahwa Aisyah ra. Istri Nabi dan Utsman telah menceritakan kepadanya bahwa Abu Bakar ra. me minta izin kepada Rasulullah saw. dan beliau sedang berbaring di tempat tidurnya sambil berselimut dengan selimut Aisyah ra.. Rasulullah saw. Memberinya izin dan beliau masih dalam posisi semula. Setelah Abu Bakar ra. menyelesaikan hajatnya, ia pun pergi. Kemudian Umar ra. datang meminta izin kepada Rasulullah saw. Rasulullah saw. memberinya izin dan beliau masih dalam posisi semula.

Setelah Umar ra. menyelesaikan hajatnya, ia pun pergi. Lalu Utsman berkata, Lantas aku pun minta izin lalu Rasulullah saw. duduk dan bersabda kepada Aisyah ra.1, Ambillah selimutmu! Setelah aku menyelesaikan hajatku, akupun pergi. Aisyah ra. berkata, Ya Rasulullah saw.! Aku melihat engkau menyambut Abu Bakar ra. dan Umar ra. tidak seperti sambutanmu terhadap Utsman? Rasulullah saw. bersabda, Sesungguhnya Utsman adalah seorang pemalu, aku khawatir jika aku menyambutnya dalam posisi seperti itu, ia tidak jadi mengungkapkan keperluannya. Laits berkata, Sekelompok orang berkata, Sesungguhnya Rasulullah saw. Bersabda kepada Aisyah ra., Tidakkah aku merasa malu sebagaimana malunya malaikat terhadap dirinya?. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari hadits Muhammad bin Abi Har-malah dari Atha dan Sulaiman (keduanya adalah anak Yasar) dan Abi Sala-mah bin Abdur Rahman dari Aisyah ra.. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Abu Yala al-Mushily dari Suhail dan Ayahnya dari Aisyah ra.. Dan diriwayatkan Jubair bin Nufair dan Aisyah ra. binti Thalhah dari Aisyah ra.. Imam Ahmad berkata, Waqi telah mengatakan kepada kami dari Sufyan dari Khalid alHadzdza dari Abi Qilabah dari Anas, ia berkata bahwa Rasulullah saw. bersabda, Orang yang paling penyayang di antara umatku adalah Abu Bakar ra., yang paling tegas terhadap agama Allah adalah Umar ra., yang paling pemalu adalah Utsman, yang paling mengetahui tentang halal dan haram adalah Muadz bin Jabal, yang paling hafal tentang al-Quran adalah Ubay dan yang paling mengetahui tantang ilmu trans adalah Zaid bin Tsabit. Setiap umat mem-punyai seorang yang terpercaya dan orang yang terpercaya di kalangan umatku adalah Abu Ubaidah bin alJarrah. Hadits ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, an-Nasai, Ibnu Majah, dari hadits Khalid al- Hadzdza. At-Tirmidzi berkata, Hadits ini hasan shahih. Kedudukan Utsman bin Affan di Tengah Umat Imam Ahmad berkata, Abu Dawud -Umar ra. bin Saad- telah mengatakan kepada kami, Badar bin Utsman telah mengatakan kepada kami dari Ubaidah bin Marwan dari Abi Aisyah ra. dari Umar ra. ia berkata, Rasulullah saw. keluar mendatangi kami setelah terbit matahari dan bersabda, Aku melihat sebelum fajar seakan-akan aku diberi al-maqalid dan timbangan. Adapun almaqalid adalah kunci-kunci dan timbangan adalah alat yang biasa kalian pakai untuk menimbang. Kemudian aku diletakkan pada daun timbangan yang satu dan umatku diletakkan pada daun timbangan yang lain dan ternyata aku lebih berat. Kemudian didatangkan Abu Bakar ra. dan ditimbang dengan mereka, ternyata Abu Bakar ra. lebih berat dari mereka. Lantas didatangkan Umar ra. dan ditimbang dengan mereka, ternyata Umar ra. lebih berat dari mereka. Lalu didatangkan Utsman dan ditimbang dengan mereka, ternyata Utsman lebih berat dari mereka. Kemudian mimpi tersebut terputus. Hadits hanya diriwayatkan oleh Imam Ahmad. Sufyan bin Yaqub berkata, Hisyam bin Ammar telah mengatakan kepada kami dan berkata, Amr bin Waqqid telah mengatakan kepada kami dan berkata, Yunus bin Maisarah telah mengatakan kepada kami dari Abi Idris dari Muadz bin Jabal berkata, Rasulullah saw. bersabda, Sesungguhnya aku melihat bahwa aku diletakkan di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan pada daun timbangan yang lain ternyata aku lebih berat dari mereka.

Kemudian diletakkan Abu Bakar ra. di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan pada daun timbangan yang lain ternyata dm lebih berat dari mereka. Lantas diletakkan Umar ra. Di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan pada daun timbangan yang lain ternyata dia lebih berat dari mereka. Lalu diletakkan Utsman di sebuah daun timbangan dan umatku diletakkan pada daun timbangan yang lain ternyata dia lebih berat dari mereka. Wasiat Nabi Kepada Utsman bin Affan Agar Tetap Sabar dan Tidak Memenuhi Tuntutan Agar la Turun dari Jabatan Imam Ahmad berkata, Abul Mughirah telah mengatakan kepada kami dan berkata, al-Walid bin Sulaiman telah mengatakan kepada kami dan berkata, Rabiah bin Yazid telah mengatakan kepadaku dari Abdullah bin Amir dari an-Numan bin Basyir dari Aisyah ia berkata, Rasulullah saw. mengutus kepada Utsman bin Affan ra. agar ia datang menghadap. Ketika ia datang Rasulullah saw. menyambut kedatangannya. Setelah kami melihat Rasulullah saw. menyambutnya maka salah seorang kamipun menyambut kedatangan yang lain dan ucapan terakhir yang diucapkan Rasulullah saw. sambil menepuk pundaknya, Wahai Utsman mudahmudahan Allah akan memakaikan untukmu sebuah pakaian dan orang-orang munafik ingin melepaskan pakaian tersebut maka jangan engkau lepaskan hingga engkau menemuiku (meninggal). Tiga kali.. Aku katakan, Ya Ummul Mukminin hadits ini aku riwayatkan darimu. Aisyah menjawab, Demi Allah aku sudah lupa. Kemudian aku beritakan hal tersebut kepada Muawiyah bin Abi Sufyan, namun ia kurang yakin hingga ia menulis surat kepada Ummul Mukminin, Tuliskan untukku tentang hadits ini! Maka Ummul Mukminin menuliskan tentang hadits tersebut. Abu Abdullah al-Jasry telah meriwayatkan dari Aisyah ra. dan Hafshah seperti hadits telah lalu. Qais bin Abi Hazim dan Abu Sahlah dari Aisyah ra. Abu Shalah meriwayatkan dari Utsman bahwa Rasulullah saw. meng-ambil suaru perjanjian dariku agar aku sabar melaksanakannya. Faraj bin Fudhalah meriwayatkan dari Muhammad bin al-Walid az-Zubaidy dari Zuhry dari Urwah dari Aisyah kemudian menyebutkan hadits tersebut.Adalah Darul Quthny berkata, Hanya al-Faraj bin Fudhalah yang meriwayatkan hadits ini. Persaksian Aisyah ra. Terhadap Utsman bin Affan Imam Ahmad berkata, Abdush Shamad telah mengatakan kepada kami dan berkata, Fathimah binti Abdurrahman telah mengatakan kepadaku bahwa ia berkata, Ibuku telah menceritakan kepadaku bahwa ia pernah bertanya kepada Aisyah ra. dengan mengutus pamannya, Salah seorang anakmu mengirimkan salam untukmu dan bertanya tentang Utsman yang sedang di-cela oleh banyak orang. Beliau menjawab, Semoga Allah SWT. melaknat orang yang melaknat Utsman. Demi Allah waktu itu ia sedang duduk di sisi Rasulullah saw. dan Rasulullah saw. sedang menyandarkan punggungnya kepadaku dan Jibril sedang menyampaikan wahyu alQuran, beliau bersabda, Tulislah wahyu tersebut ya Utsaim (Utsman). Aisyah ra. berkata, Tidaklah Allah SWT. menempatkan seseorang pada kedudukan seperti itu melainkan orang tersebut telah bersikap mulia terhadap Allah dan RasulNya.

Kemudian Imam Ahmad meriwayatkan dari Yunus dari Umar ra. bin Ibrahim al-Yasykary dari ibunya bahwa ia bertanya kepada Aisyah tentang Utsman di dekat Kabah. Kemudian ia menyebutkan hadits tersebut Berita Tentang Terjadinya Fitnah yang Menyebabkan terbunuhnya Utsman dan Beliau Berada di Atas Kebenaran Imam Ahmad berkata, Aswad bin Amir telah mengatakan kepada kami dan ia berkata, Sinan bin Harun telah mengatakan kepada kami dan ia berkata, Kulaib bin Waail telah mengatakan kepada kami dari Ibnu Umar ra. ia berkata bahwa Rasulullah saw.Pernah menceritakan tentang fitnah dan beliau bersabda, Orang yang menyelimuti mukanya ini, akan terbunuh secara zhalim pada waktu itu.Lalu aku melihat orang tersebut, ternyata ia adalah Utsman bin Affan ra.. Hadits ini juga diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Ibrahim bin Saad dari Syadzan. Beliau mengatakan, Hadits ini hasan gharib dari sisi ini dari hadits Ibnu Umar ra.. Imam Ahmad berkata, Affan telah mengatakan kepada kami dan ia berkata, Wuhaib telah mengatakan kepada kami dan ia berkata, Musa bin Utbah telah mengatakan kepada kami, kakekku dan bapak ibuku Abu Habibah telah mengatakan kepadaku bahwa ia masuk ke dalam rumah dan Utsman sedang terkepung di dalamnya. BeliaU mendengar Abu Hurairah yang meminta izin untuk bicara maka beliau mengizinkannya. Ia berdiri seraya memuji Allah SWT. lantas berkata, Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, Sesungguhnya engkau akan menemui fitnah dan perselisihan setelahku nanti atau beliau berkata perselisihan dan fitnahsalah seorang bertanya, Siapa yang hams kami ikuti ya Rasulullah saw.? Beliau menjawab, Ikutilah al-Amin ini dan para sahabatnya. Sambil menunjuk kepada Utsman. Ibnu Katsir berkata, Hanya Ahmad yang meriwayatkan hadits ini dengan sanad yang hasan jayyid. Tidak ada yang mengeluarkannya dari jalur ini. Imam Ahmad berkata, Abu Usamah Hamad bin Usamah telah mengatakan kepada kami dan ia berkata, Kahmas bin al-Hasan telah me-ngatakan kepada kami dari Abdullah bin Syaqiq ia berkata, Harmy bin Harits dan Usamah bin Khuraim (pada saat itu sedang berperang) telah mengatakan kepadaku dan mereka berdua mengisahkan satu hadits, mereka tidak menyangka bahwa masing-masing mereka telah menceritakan hadits tersebut kepadaku dari Murrah alBahzy ia berkata, Di saat kami bersama Rasulullah saw. di sebuah jalan yang ada di Madinah beliau bersabda, Apa yang akan kalian lakukan jika fitnah menerjang seluruh penjuru bumi bagaikan tanduk sapi? mereka bertanya, Apa yang harus kami lakukan ya Rasululah? Beliau menjawab, Ikutilah orang ini dan sahabat-sahabatnya. Akupun mempercepat jalanku agar jelas bagiku hingga aku mendekati lelaki tersebut lalu kukatakan, Apakah dia yang engkau maksud ya Rasulullah saw.? Rasulullah saw. menjawab, Ya dia. Ternyata lelaki itu adalah Utsman bin Affan ra.. Rasulullah saw. berkata lagi, Ya dia dan sahabat-sahabatnya. At-Tirmidzi berkata dalam Jaminya, Muhammad bin Basyar telah mengatakan kepada kami, Abdul Wahhab Ats-Tsaqafy telah mengatakan kepada kami dan ia berkata, Ayyub telah mengatakan kepada kami dari Abu Qilabah dari Abi al-Atsats ash- Shanany, bahwa para khatib berbicara di negeri Syam dan di antara mereka ada sahabat Nabi | kemudian berdiri orang yang terakhir bernama Murrah bin Kaab seraya berkata, Kalau tidak karena hadits dari Rasulullah saw. aku tidak akan berbicara. Lantas ia menyebutkan tentang fitnah dan

menyebutkan seorang lelaki yang sedang menyeli-muti mukanya dengan kain, kemudian Rasulullah saw. , bersabda, Adapun din ini pnda saat itu berada di atas petunjuk. Maka akupun mendatanginya yang ternyata adalah Utsman bin Affan ra., lalu aku menghadap Rasulullah saw. dan kukatakan, Apa dia yang engkau maksud? Beliau menjawab, Benar. Kemudian atTirmidzi berkata, Hadits ini sanadnya hasan shahih. Kesungguhan Utsman bin Affan Dalam Beribadah Telah diriwayatkan dari berbagai jalur bahwa beliau pernah shalat dengan mambaca semua alQuran pada satu rakaat di kamar al-Aswad pada musim haji. Dan ini adalah ketekunan beliau. Kami telah meriwayatkan dari Ibnu Umar ra. bahwa ia berkata tentang Firman Allah SWT. , (Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktuwaktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (adzab) akhirat dan mengharapkan rahmat Rabbnya. (Az-ZUmar ra.: 9). Bahwa yang dimaksud dalam ayat itu adalah Utsman bin Affan ra.. Ibnu Abbas dalam mengomentari Firman Allah SWT., Samakah orang itu dengan orang yang menyuruh berbuat keadilan, dan dia berada pula di atasjalan yang lurus. (An-Nahl: 76). Ia berkata, Maksudnya adalah Utsman bin Affan ra.. Hassan berkata, Berkorban hingga beruban sebagai tanda sujud, Memotong malam dengan bertasbih dan membaca al-Qur an. Istri dan Putra-putra Utsman bin Affan

Beliau menikahi:

1. Ruqayah binti Rasulullah saw. dan dianugrahi seorang anak yang bernama Abdullah dan menjadikannya sebagai kuniyah. Pada masa jahiliyah beliau berkuniah Abu Amr. 2. Seelah Ruqayah wafat, beliau menikahi adiknya yang bernama Ummu Kaltsum dan kemudian .Ummu Kaltsum pun wafat. 3. Kemudian beliau menikahi Fakhitah binti Ghazwan bin Jabir dan dianugrahi seorang anak yang bernama Abdullah al-Ashghar. 4. Lantas beliau menikahi Ummu Amr binti Jundub bin Amr al-Azdyah dan dianugrahi beberapa orang anak yang bernama Amr, Khalid, Aban, Umar ra. dan Maryam. 5. Lalu beliau menikah dengan Fathimah binti Al-Walid bin Abdusy Syamsy bin alMughirah al-Makhzumiyah dan lahirlah Al-Walid, Said dan Ummu Utsman. 6. Kemudian menikahi Ummu al-Banin binti Uyainah bin Hishn al-Fazariyah dan dianugerahi seorang anak yang bernama Abdul Malik dan dikatakan Utbah. 7. Lantas beliau menikahi Ramlah binti Syaibah bin Rabiah bin Abdusy Syamsy bin Abdul Manaf bin Qushay dan lahir beberapa orang anak yang bernama Aisyah, Ummu Aban, Ummu Amr dan Banat Utsman.

8. Lalu beliau menikah dengan Nailah binti al-Farafishah bin al-Ahwash bin Amr bin Tsalabah bin al-Harits bin Hishn bin Dhamdham bin Ady bin Junab bin Kalb dan dianugerahi seorang anak yang bernama Maryam dan dikatakan juga dengan Anbasah.

Wasiat-wasiat Utsman bin Affan Hisyam bin Urwah berkata dari ayahnya bahwa Utsman memberikan wasiat kepada Zubair. AlAshmai berkata, Dari al-Ala bin al-Fadhl dari ayahnya berkata, Ketika Utsman bin Affan ra. terbunuh mereka memeriksa lemari-lemarinya dan mereka dapati di dalamnya sebuah kotak yang terkunci. Setelah mereka buka ternyata isinya adalah selembar kertas yang bertuliskan: "Ini adalah wasiat Utsman Dengan Nama Allah Yang Malm Pengasih lagi Penyayang Utsman bin Affan ra. bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain Allah SWT. semata tiada sekutu bagiNya dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Surga itu benar adanya dan neraka itu juga benar adanya. Bahwasanya Allah SWT. akan membangkitkan manusia dari dalam kubur di hari yang tidak diragukan lagi dan Allah SWT. tidak akan menyelisihi janjiNya. Di atasnya manusia hidup dan di atasnya pula manusia mati dan di atasnya juga akan dibangkitkan kembali insya Allah SWT..

Kekhalifahan Utsman bin Affan Masa khilafahnya adalah sebelas tahun sebelas bulan dan tujuh belas hari. Utsman bin Affan diangkat menjadi khalifah atas dasar musyawarah dan keputusan sidang Panitia enam, yang anggotanya dipilih oleh khalifah Umar bin khatab sebelum beliau wafat. Keenam anggota panitia itu ialah Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, Saad bin Abi Waqas, Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Ubaidillah. Tiga hari setelah Umar bin khatab wafat, bersidanglah panitia enam ini. Abdurrahman bin Auff memulai pembicaraan dengan mengatakan siapa diantara mereka yang bersedia mengundurkan diri. Ia lalu menyatakan dirinya mundur dari pencalonan. Tiga orang lainnya menyusul. Tinggallah Utsman dan Ali. Abdurrahman ditunjuk menjadi penentu. Ia lalu menemui banyak orang meminta pendapat mereka. Namun pendapat masyarakat pun terbelah. Konon, sebagian besar warga memang cenderung memilih Utsman. Sidangpun memutuskan Ustman sebagai khalifah. Ali sempat protes. Abdurrahman adalah ipar Ustman. Mereka samasama keluarga Umayah. Sedangkan Ali, sebagaimana Muhammad, adalah keluarga Hasyim. Sejak lama kedua keluarga itu bersaing. Namun Abdurrahman meyakinkan Ali bahwa keputusannya adalah murni dari nurani. Ali kemudian menerima keputusan itu. Maka Utsman bin Affan menjadi khalifah ketiga dan yang tertua. Pada saat diangkat, ia telah berusia 70 tahun. Peristiwa ini terjadi pada bulan Muharram tahun 24 H. Pengumuman dilakukan

setelah selesai Shalat dimasjid Madinah. Masa kekhalifannya merupakan masa yang paling makmur dan sejahtera. Konon ceritanya sampai rakyatnya haji berkali-kali. Bahkan seorang budak dijual sesuai berdasarkan berat timbangannya. Beliau adalah khalifah kali pertama yang melakukan perluasan masjid al-Haram (Mekkah) dan masjid Nabawi (Madinah) karena semakin ramai umat Islam yang menjalankan rukun Islam kelima (haji). Beliau mencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya, membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara. Hal ini belum pernah dilakukan oleh khalifah sebelumnya. Abu Bakar dan Umar bin Khotob biasanya mengadili suatu perkara di masjid. Pada masanya, khutbah Idul fitri dan adha didahulukan sebelum sholat. Begitu juga adzhan pertama pada sholat Jumat. Beliau memerintahkan umat Islam pada waktu itu untuk menghidupkan kembali tanah-tanah yang kosong untuk kepentingan pertanian. Di masanya, kekuatan Islam melebarkan ekspansi. Untuk pertama kalinya, Islam mempunnyai armada laut yang tangguh. Muawiyah bin Abu Sofyan yang menguasai wilayah Syria, Palestina dan Libanon membangun armada itu. Sekitar 1.700 kapal dipakai untuk mengembangkan wilayah ke pulau-pulau di Laut Tengah. Siprus, Pulau Rodhes digempur. Konstantinopelpun sempat dikepung. Prestasi yang diperoleh selama beliau menjadi Khalifah

1. 2. 3. 4. 5. 6.

Menaklukan Syiria, kemudian mengakat Muawiyah sebagai Gubernurnya. Menaklukan Afrika Utara, dan mengakat Amr bin Ash sebagai Gubernur disana. Menaklukan daerah Arjan dan Persia. Menaklukan Khurasan dan Nashabur di Iran. Memperluas Masjid Nabawi, Madinah dan Masjidil Haram, Mekkah. Membakukan dan meresmikan mushaf yang disebut Mushaf Utsamani, yaitu kitab suci Al-quran yang dipakai oleh seluruh umat islam seluruh dunia sekarang ini. Khalifah Ustman membuat lima salinan dari Alquran ini dan menyebarkannya ke berbagai wilayah Islam. 7. Setiap hari jumat beliau memerdekakan seorang budak (bila ada) 8. Sebab-sebab Terjadinya Kekacauan dalam Pemerintahan Utsman

Konflik Selama Kekhalifahan Pada mulanya pemerintahan Khalifah Utsman berjalan lancar. Hanya saja seorang Gubernur Kufah, yang bernama Mughirah bin Syubah dipecat oleh Khalifah Utsman dan diganti oleh Saad bin Abi Waqqas, atas dasar wasiat khalifah Umar bin Khatab. Kemudian beliau memecat pula sebagian pejabat tinggi dan pembesar yang kurang baik, untuk mempermudah pengaturan, lowongan kursi para pejabat dan pembesar itu diisi dan diganti dengan famili-famili beliau yang kredibel (mempunyai kemampuan) dalam bidang tersebut.

Tindakan beliau yang terkesan nepotisme ini, mengundang protes dari orang-orang yang dipecat, maka datanglah gerombolan yang dipimpim oleh Abdulah bin Saba yang menuntut agar pejabat-pejabat dan para pembesar yang diangkat oleh Khalifah Utsman ini dipecat pula. Usulanusulan Abdullah bin Saba ini ditolak oleh khalifah Utsman. Pada masa kekhalifan Utsman bin Affan-lah aliran Syiah lahir dan Abdullah Bin Saba disebut sebagai pencetus aliran Syiah tersebut. Karena merasa sakit hati, Abdullah bin Saba kemudian membuat propoganda yang hebat dalam bentuk semboyan anti Bani Umayah, termasuk Utsman bin Affan. Seterusnya penduduk setempat banyak yang termakan hasutan Abdullah bin Saba. Sebagai akibatnya, datanglah sejumlah besar (ribuan) penduduk daerah ke madinah yang menuntut kepada Khalifah, tuntutan dari banyak daerah ini tidak dikabulkan oleh khalifah, kecuali tuntutan dari Mesir, yaitu agar Utsman memecat Gubernur Mesir, Abdullah bin Abi Sarah, dan menggantinya dengan Muhammad bin Abi Bakar. Karena tuntutan orang Mesir itu telah dikabulkan oleh khalifah, maka mereka kembali ke Mesir, tetapi sebelum mereka kembali ke Mesir, mereka bertemu dengan seseorang yang ternyata diketahui membawa surat yang mengatasnamakan Utsman bin Affan. Isinya adalah perintah agar Gubernur Mesir yang lama yaitu Abdulah bin Abi sarah membunuh Gubernur Muhammad Abi Bakar (Gubernur baru) Karena itu, mereka kembali lagi ke Madinah untuk meminta tekad akan membunuh Khalifah karena merasa dipermainkan. Setelah surat diperiksa, terungkap bahwa yang membuat surat itu adalah Marwan bin Hakam. Tetapi mereka melakukan pengepungan terhadap khalifah dan menuntut dua hal : Supaya Marwan bin Hakam di qishas (hukuman bunuh karena membunuh orang). Supaya Khalifah Utsman meletakan jabatan sebagai Khalifah. Kedua tuntutan yang pertama, karena Marwan baru berencana membunuh dan belum benarbenar membunuh. Sedangkan tuntutan kedua, beliau berpegang pada pesan Rasullulah SAW; Bahwasanya engkau Utsman akan mengenakan baju kebesaran. Apabila engkau telah mengenakan baju itu, janganlah engkau lepaskan Setelah mengetahui bahwa khalifah Utsman tidak mau mengabulkan tuntutan mereka, maka mereka lanjutkan pengepungan atas beliau sampai empat puluh hari. Situasi dari hari kehari semakin memburuk. Rumah beliau dijaga ketat oleh sahabat-sahabat beliau, Ali bin Thalib, Zubair bin Awwam, Muhammad bin Thalhah, Hasan dan Husein bin Ali bin Abu Thalib. Karena kelembutan dan kasih sayangnya, beliau menanggapi pengepung-pengepung itu dengan sabar dan tutur kata yang santun. Wafatnya Utsman bin Affan Setelah rangkaian konflik pada masa pemerintahannya, Khalifah Utsman kemudian dikepung oleh pemberontak selama 40 hari dimulai dari bulan Ramadhan hingga Dzulhijah. Meski Utsman mempunyai kekuatan untuk menyingkirkan pemberontak, namun ia berprinsip untuk tidak menumpahkan darah umat Islam. Hingga suatu hari, tanpa diketahui oleh pengawal-pengawal rumah beliau, masuklah kepala gerombolan yaitu Muhammad bin Abu Bakar (Gubernur Mesir yang Baru) dan membunuh Utsman bin Affan yang sedang membaca Al-Quran. Dalam riwayat

lain, disebutkan yang membunuh adalah Aswadan bin Hamrab dari Tujib, Mesir. Riwayat lain menyebutkan pembunuhnya adalah Al Ghafiki dan Sudan bin Hamran. Perihal peristiwa kematian ini persis seperti apa yang disampaikan Rasullullah Saw perihal kematian Utsman yang syahid nantinya. Utsman bin Affan wafat pada 18 Dzulhijah tahun 35 H. dalam usia 82 tahun setelah menjabat sebagai Khalifah selama 12 tahun. Beliau dimakamkan di kuburan Baqi di Madinah.

Ali bin Abi Thalib adalah sahabat yang terkemuka di kalangan umat Islam sekaligus sepupu Nabi Muhammad yang menjadi khalifah (khulafaur rosyidin) setelah kekhalifhan Utsman bin Affan. Ali adalah sosok yang cerdas dan tampan. Ali lahir pada tahun kedua puluh sebelum kenabian, tumbuh berkembang dalam didikan rumah tangga kenabian, dialah orang pertama yang masuk Islam dari golongan anak kecil. Sejak kecil Ali telah berada dalam didikan Rasulullah SAW, sebagaimana dikatakannya sendiri: "Nabi membesarkan aku dengan suapannya sendiri. Aku menyertai beliau kemanapun beliau pergi, seperti anak unta yang mengikuti induknya. Tiap hari aku dapatkan suatu hal baru dari karakternya yang mulia dan aku menerima serta mengikutinya sebagai suatu perintah". Kelahiran Ali dilahirkan di Mekkah, daerah Hejaz, Jazirah Arab, pada tanggal 13 Rajab. Menurut sejarawan, Ali dilahirkan 10 tahun sebelum dimulainya kenabian Muhammad, sekitar tahun 599 Masehi atau 600(perkiraan) dan ada juga yang menyebutkan tahun ke dua puluh sebelum kenabian. Muslim Syi'ah percaya bahwa Ali dilahirkan di dalam Ka'bah. Usia Ali terhadap Nabi Muhammad masih diperselisihkan hingga kini, sebagian riwayat menyebut berbeda 25 tahun, ada yang berbeda 27 tahun, ada yang 30 tahun bahkan 32 tahun. Ali bernama asli Haydar bin Abu Thalib, paman Nabi Muhammad SAW. Haydar yang berarti Singa adalah harapan keluarga Abu Thalib untuk mempunyai penerus yang dapat menjadi tokoh pemberani dan disegani diantara kalangan Quraisy Mekkah. Setelah mengetahui sepupu yang baru lahir diberi nama Haydar, Nabi SAW memanggil dengan Ali yang berarti Tinggi (derajat di sisi Allah). Ayahnya adalah: Abu Thalib, paman Nabi saw, bin Abdul Muththalib, bin Hasyim, bin Abdi Manaf, bin Qushayy. Ibunya adalah: Fathimah binti Asad, bin Hasyim, bin Abdi Manaf. Saudara-saudara kandungnya adalah: Thalib, 'Uqail, Ja'far dan Ummu Hani. Dengan demikian, jelaslah, Ali adalah berdarah Hasyimi dari kedua ibu-bapaknya. Keluarga Hasyim memiliki sejarah yang cemerlang dalam masyarakat Mekkah. Sebelum datangnya Islam, keluarga Hasyim terkenal sebagai keluarga yang mulia, penuh kasih sayang, dan pemegang kepemimpinan masyarakat. Ibunya adalah Fathimah binti Asad, yang kemudian menamakannya Haidarah. Haidarah adalah salah satu nama singa, sesuai dengan nama ayahnya: Asad (singa). Fathimah adalah salah seorang wanita yang terdahulu beriman dengan Risalah Nabi Muhammad Saw. Dia pula-lah yang telah mendidik Nabi Saw, dan menanggung hidupnya, setelah meninggalnya bapak-ibu beliau, Abdullah dan Aminah. Beliau kemudian membalas jasanya,

dengan menanggung kehidupan Ali, untuk meringankan beban pamannya, Abu Thalib, pada saat mengalami kesulitan ekonomi. Saat Fathimah meninggal dunia, Rasulullah Saw yang mulai mengkafaninya dengan baju qamisnya, meletakkannya dalam kuburnya, dan menangisinya, sebagai tangisan seorang anak atas ibunya. Kehidupan Awal Kelahiran Ali bin Abi Thalib banyak memberi hiburan bagi Nabi SAW karena beliau tidak punya anak laki-laki. Uzur dan faqir nya keluarga Abu Thalib memberi kesempatan bagi Nabi SAW bersama istri beliau Khadijah untuk mengasuh Ali dan menjadikannya putra angkat. Hal ini sekaligus untuk membalas jasa kepada Abu Thalib yang telah mengasuh Nabi sejak beliau kecil hingga dewasa, sehingga sedari kecil Ali sudah bersama dengan Muhammad. Ali adalah anak bungsu dari kedua orang tuanya, selain Ja'far, Uqail dan Thalib. Saat Abu Thalib mengalamai krisis ekonomi karena kekeringan yang melanda, seperti yang dialami oleh orangorang Quraisy, Rasulullah saw menyarankan kepada kedua pamannya: Hamzah dan Abbas untuk turut membantu meringankan beban saudaranya, Abu Thalib, dengan menanggung biaya hidup anaknya. Maka keduanya pun memenuhi permintaan tersebut. Mengetahui hal itu, Abu Thalib berkata kepada kedua saudaranya tersebut,: "Ambillah siapa yang kalian ingini, namun tinggalkanlah Uqail, untuk tetap aku didik." Uqail adalah anak yang paling disayangi oleh Abu Thalib. Maka Abbas mengambil Thalib, Hamzah mengambil Ja'far dan Rasulullah saw mengambil Ali. Adalah Nabi Saw bagi anak keponakannya, Ali KW, bertindak sebagai bapak, saudara, teman, dan guru pendidik. Dan Ali pun menerima beliau pengganti kedua orang tua, dan keluarganya. Sehingga ia pun terdidik dalam didikan Nabi Saw. Ia Merupakan keturunan puncak keluarga Hasyimiah, yang darinya terlahir kemuliaan, kedermawanan, sifat pemaaf, ksaih sayang dan hikmah yang lurus. Seperti diriwayatkan, ia tumbuh menjadi anak yang cepat matang. Di wajahnya tampak jelas kematangannya, yang juga menunjukkan kekuatan, dan ketegasan. Saat ia menginjak usia pemuda, ia segera berperan penuh dalam dakwah Islam, tidak seperti yang dilakukan oleh pemuda seusianya. Contoh yang paling jelas adalah keikhlasannya untuk menjadi tameng Rasulullah Saw saat beliau hijrah, dengan menempati tempat tidur beliau. Ia juga terlibat dalam peperangan yang hebat, seperti dalam perang Al Ahzab, dia pula yang telah menembus benteng Khaibar. Sehingga dia dijuluki sebagai pahlawan Islam yang pertama. Masa Remaja Ketika Nabi Muhammad SAW menerima wahyu, riwayat-riwayat lama seperti Ibnu Ishaq menjelaskan Ali adalah lelaki pertama yang mempercayai wahyu tersebut atau orang ke 2 yang percaya setelah Khadijah istri Nabi sendiri. Pada titik ini Ali berusia sekitar 10 tahun. Pada usia remaja setelah wahyu turun, Ali banyak belajar langsung dari Nabi SAW karena sebagai anak asuh, berkesempatan selalu dekat dengan Nabi hal ini berkelanjutan hingga beliau menjadi menantu Nabi. Hal inilah yang menjadi bukti bagi sebagian kaum Sufi bahwa ada

pelajaran-pelajaran tertentu masalah ruhani (spirituality dalam bahasa Inggris atau kaum Salaf lebih suka menyebut istilah 'Ihsan') atau yang kemudian dikenal dengan istilah Tasawuf yang diajarkan Nabi khusus kepada beliau tapi tidak kepada Murid-murid atau Sahabat-sahabat yang lain. Karena bila ilmu Syari'ah atau hukum-hukum agama Islam baik yang mengatur ibadah maupun kemasyarakatan semua yang diterima Nabi harus disampaikan dan diajarkan kepada umatnya, sementara masalah ruhani hanya bisa diberikan kepada orang-orang tertentu dengan kapasitas masing-masing. Didikan langsung dari Nabi kepada Ali dalam semua aspek ilmu Islam baik aspek zhahir (exterior) atau syariah dan bathin (interior) atau tasawuf menggembleng Ali menjadi seorang pemuda yang sangat cerdas, berani dan bijak. Sifat-sifat Ali bin Abi Thalib Imam Ali adalah seorang dengan perawakan sedang, antara tinggi dan pendek. Perutnya agak menonjol. Pundaknya lebar. Kedua lengannya berotot, seakan sedang mengendarai singa. Lehernya berisi. Bulu jenggotnya lebat. Kepalanya botak, dan berambut di pinggir kepala. Matanya besar. Wajahnya tampan. Kulitnya amat gelap. Postur tubuhnya tegap dan proporsional. Bangun tubuhnya kokoh, seakan-akan dari baja. Berisi. Jika berjalan seakan-akan sedang turun dari ketinggian, seperti berjalannya Rasulullah Saw. Seperti dideskripsikan dalam kitab Usudul Ghaabah fi Ma'rifat ash Shahabah: adalah Ali bin Abi Thalib bermata besar, berkulit hitam, berotot kokoh, berbadan besar, berjenggot lebat, bertubuh pendek, amat fasih dalam berbicara, berani, pantang mundur, dermawan, pemaaf, lembut dalam berbicara, dan halus perasaannya. Jika ia dipanggil untuk berduel dengan musuh di medan perang, ia segera maju tanpa gentar, mengambil perlengkapan perangnya, dan menghunuskan pedangnya. Untuk kemudian menjatuhkan musuhnya dalam beberapa langkah. Karena sesekor singa, ketika ia maju untuk menerkam mangsanya, ia bergerak dengan cepat bagai kilat, dan menyergap dengan tangkas, untuk kemudian membuat mangsa tak berkutik. Tadi adalah sifat-sifat fisiknya. Sedangkan sifat-sifat kejiwaannya, maka ia adalah sosok yang sempurna, penuh dengan kemuliaan. Keberaniannya menjadi perlambang para kesatria pada masanya. Setiap kali Ali menghadapi musuh di medan perang, maka dapat dipastikan Ali akan mengalahkannya. Seorang yang takwa tak terkira, tidak mau masuk dalam perkara yang syubhat, dan tidak pernah melalaikan syari'at. Seorang yang zuhud, dan memilih hidup dalam kesederhanaan. Ali makan cukup dengan berlaukkan cuka, minyak dan roti kering yang ia patahkan dengan lututnya. Dan memakai pakaian yang kasar, sekadar untuk menutupi tubuh di saat panas, dan menahan dingin di kala hawa dingin menghempas. Penuh hikmah, adalah sifatnya yang jelas. Dia akan berhati-hati meskipun dalam sesuatu yang ia lihat benar, dan memilih untuk tidak mengatakan dengan terus terang, jika hal itu akan membawa mudharat bagi umat. Ia meletakkan perkara pada tempatnya yang tepat. Berusaha berjalan seirama dengan rekan-rekan pembawa panji dakwah, seperti keserasian butiran-butiran air di lautan. Ali bersikap lembut, sehingga banyak orang yang sezaman dengannya melihat ia sedang bergurau, padahal hal itu adalah suatu bagian dari sifat kesempurnaan yang melihat apa yang ada

di balik sesuatu, dan memandang kepada kesempurnaan. Ali menginginkan agar realitas yang tidak sempurna berubah menjadi lurus dan meningkat ke arah kesempurnaan. Gurauan adalah 'anak' dari kritik. Dan ia adalah 'anak' dari filsafat. Ali terkenal kefasihannya. Sehingga ucapan-ucapannya mengandung nilai-nilai sastra Arab yang jernih dan tinggi. Baik dalam menciptakan peribahasa maupun hikmah. Ia juga mengutip dari redaksi Al Quran, dan hadits Rasulullah Saw, sehingga menambah benderang dan semerbak kata-katanya. Yang membuat dirinya berada di puncak kefasihan bahasa dan sastra Arab. Ali sangat loyal terhadap pendidiknya, Nabi-nya, juga Rabb-nya. Serta berbuat baik kepada kerabatnya. Amat mementingkan isterinya yang pertama, Fathimah az Zahra. Dan ia selalu berusaha memberikan apa yang baik dan indah kepada orang yang ia senangi, kerabatnya atau kenalannya. Ia berpendirian teguh, sehingga menjadi tokoh yang namanya terpatri dalam sejarah. Tidak mundur dalam membela prinsip dan sikap. Sehingga banyak orang yang menuduhnya bodoh dalam politik, tipu daya bangsa Arab, dan dalam hal melembutkan sikap musuh, sehingga kesulitan menjadi berkurang. Namun, sebenarnya kemampuannya jauh di atas praduga yang tidak benar, karena ia tahu apa yang ia inginkan, dan menginginkan apa yang ia tahu. Sehingga, di samping kemanusiaannya, ia seakan-akan adalah sebuah gunung yang kokoh, yang mencengkeram bumi. Itu emua adalah cermin dari percaya dirinya, keimanannya, dan keyakinanya terhadap Rabb-nya, lantas bagaimana mungkin ia menjadi lembek? Ali dengan teguh menolak sikap yang tidak sesuai dengan kebenaran, atau syari'ah, atau akhlak atau kemuliaan. Jiwanya yang mulia menolak untuk menipu seorang gubernur yang senang berkuasa, dan yang menghamburkan kekayaan umat untuk kepentingan hamba nafsunya. Ia tidak tidak peduli dengan orang yang membenci, atau orang yang memusuhinya.Ali adalah sifat orang yang kuat, baik dalam kepribadiaannya, pendapatnya dan dalam memegang kebenaran. Ali tidak bersifat lembek, namun ia lebih mementingkan persatuan umat. Karena orang-orang yang ikut bersidang saat itu sedang berada dalam kubu-kubu yang saling berbeda pendapat. Maka ia memilih untuk keluar dari kondisi terburuk menuju kondisi yang buruk. Ia telah menegaskan hal itu, dan memberi peringatan kepada para pengikutnya. Namun ternyata orangorang yang berada di sekitarnya tenggelam dalam perdebatan tanpa ujung dan pertikaian tanpa henti. Sehingga terjadilah peristiwa-peristiwa yang memilukan. Rasa kasih sayang dalam hatinya-lah yang mendorong dirinya untuk bersikap lunak dan tidak keras. Hal itu ia lakukan karena ingin menyelamatkan orang lain, sehingga ia rela meletakkan dirinya dalam bahaya. Ia rela untuk menebus nyawa orang yang ia kasihi, atau kelompok orang yang beriman, atau beberapa orang yang sedang diincar oleh musuh, dengan nyawanya. Sehingga diapun bersikap lunak, dan meminta jalan yang lebih baik. Agar kasih sayang mengalahkan kecemburuan, kecintaan mengalahkan kekerasan, dan menjauhkan orang-orang yang ia sayangi dari kebinasaan. Orang yang membaca apa yang ia pinta kepada Zubair bin Awwam dan Thalhah bin Abdullah, niscaya akan mengetahui bahwa keduanya telah mengkhianatinya, dan memeranginya. Maka iapun mengecam keduanya, dengan kecaman seorang penyayang terhadap orang yang ia sayangi. Ia mengingatkan keduanya tentang janji-janji

yang pernah mereka ucapkan, dan kebersamaan mereka dalam menegakkan kalimat Allah SWT. Apa yang ia lakukan saat terjadi bentrokan yang terjadi antara dirinya dan Aisyah menjadi bukti akan ketinggian sifat kasih sayangnya, kemuliaan perasaannya, dan usahanya yang keras untuk memadamkan tanda-tanda ambisi rendahan, yang tidak layak bagi tokoh besar seperti dirinya, juga bagi tokoh mulia semacam Aisyah r.a. Oleh karena itu, ia berusaha melakukan negosiasi yang hanya dapat dilakukan oleh orang besar semacam dirinya, yaitu para mujahidin yang mulia. Kehidupan di Mekkah sampai Hijrah ke Madinah Ali bersedia tidur di kamar Nabi untuk mengelabui orang-orang Quraisy yang akan menggagalkan hijrah Nabi. Beliau tidur menampakkan kesan Nabi yang tidur sehingga masuk waktu menjelang pagi mereka mengetahui Ali yang tidur, sudah tertinggal satu malam perjalanan oleh Nabi yang telah meloloskan diri ke Madinah bersama Abu Bakar. Kehidupan di Madinah Perkawinan Setelah masa hijrah dan tinggal di Madinah, Ali dinikahkan Nabi dengan putri kesayangannya Fatimah az-Zahra yang banyak dinanti para pemuda. Nabi menimbang Ali yang paling tepat dalam banyak hal seperti Nasab keluarga yang se-rumpun (Bani Hasyim), yang paling dulu mempercayai ke-nabi-an Muhammad (setelah Khadijah), yang selalu belajar di bawah Nabi dan banyak hal lain. Pernikahan dengan Fatimah az-Zahra Putra Ali melalui Fatimah:

y y y

Hasan bin Ali, yang digelari al-Mujtaba Husain bin Ali, yang digelari asy-Syahid Muhsin bin Ali, yang meninggal waktu masih dalam kandungan.

Putri Ali melalui Fatimah

y y y

Zainab binti Ali, yang dijuluki Zainab al-Kubra Ummu Kultsum, menikah dengan Umar bin Khattab. Zaid bin Umar.

Pernikahan dengan Umamah binti Zainab Umamah merupakan anak dari Abi Al Aa'sh dan Zainab binti Muhammad, kakak perempuan dari Fatimah az-Zahra, setelah meninggalnya Fatimah, Umamah kemudian menikah dengan Ali dan sampai meninggalnya pada tahun 66 H / 685 Masehi tidak memiliki anak seorangpun. Pernikahan dengan Ummu Banin binti Hizam Ummu Banin merupakan anak dari Hizam bin Khalid, memiliki 5 anak laki-laki, yaitu:

y y y y y

Jafar bin Ali, syahid di Karbala pada 10 Oktober 680 Abdullah bin Ali, syahid di Karbala pada 10 Oktober 680 Utsman bin Ali, syahid di Karbala pada 10 Oktober 680 Umar bin Ali, syahid di Karbala pada 10 Oktober 680 Abbas bin Ali

Pernikahan dengan Laila binti Mas'ud

y y

Ubaidullah bin Ali Abu Bakar bin Ali

Pernikahan dengan Khawlah binti Ja'far al-Hanafiah

Muhammad Abu Abdullah bin Ali, lebih dikenal dengan Muhammad bin al-Hanafiah, meninggal tahun 67 H.

Pernikahan dengan Al-Sahba' binti Rabi'ah

Umar bin Ali

Pernikahan dengan Asma binti Umais Asma menikah pertama kali dengan Ja'far bin Abu Thalib, kemudian setelah meninggalnya Ja'far, ia menikah dengan Abu Bakar, memiliki seorang anak, yang kemudian menjadi anak angkat dari Ali bin Abi Thalib, yang bernama Muhammad bin Abu Bakar. Setelah meninggalnya Abu Bakar, Asma binti Umais kemudian menikah dengan Ali bin Abi Thalib, dan memiliki dua anak laki-laki, yaitu:

y y

Yahya bin Ali Muhammad al-Ashgar bin Ali, syahid di Karbala pada tanggal 10 Oktober 680

Julukan Ketika Muhammad mencari Ali menantunya, ternyata Ali sedang tidur. Bagian atas pakaiannya tersingkap dan debu mengotori punggungnya. Melihat itu Muhammad pun lalu duduk dan membersihkan punggung Ali sambil berkata, "Duduklah wahai Abu Turab, duduklah." Turab yang berarti debu atau tanah dalam bahasa Arab. Julukan tersebut adalah julukan yang paling disukai oleh Ali. Pertempuran yang Diikuti pada Masa Nabi SAW Perang Badar Beberapa saat setelah menikah, pecahlah perang Badar, perang pertama dalam sejarah Islam. Di sini Ali betul-betul menjadi pahlawan disamping Hamzah, paman Nabi. Banyaknya Quraisy Mekkah yang tewas di tangan Ali masih dalam perselisihan, tapi semua sepakat beliau menjadi bintang lapangan dalam usia yang masih sangat muda sekitar 25 tahun. Perang Khandaq Perang Khandak juga menjadi saksi nyata keberanian Ali bin Abi Thalib ketika memerangi Amar bin Abdi Wud . Dengan satu tebasan pedangnya yang bernama dzulfikar, Amar bin Abdi Wud terbelah menjadi dua bagian. Perang Khaibar Setelah Perjanjian Hudaibiyah yang memuat perjanjian perdamaian antara kaum Muslimin dengan Yahudi, dikemudian hari Yahudi mengkhianati perjanjian tersebut sehingga pecah perang melawan Yahudi yang bertahan di Benteng Khaibar yang sangat kokoh, biasa disebut dengan perang Khaibar. Di saat para sahabat tidak mampu membuka benteng Khaibar, Nabi saw bersabda: "Besok, akan aku serahkan bendera kepada seseorang yang tidak akan melarikan diri, dia akan menyerang berulang-ulang dan Allah akan mengaruniakan kemenangan baginya. Allah dan Rasul-Nya mencintainya dan dia mencintai Allah dan Rasul-Nya". Maka, seluruh sahabat pun berangan-angan untuk mendapatkan kemuliaan tersebut. Namun, temyata Ali bin Abi Thalib yang mendapat kehormatan itu serta mampu menghancurkan benteng Khaibar dan berhasil membunuh seorang prajurit musuh yang berani bernama Marhab lalu menebasnya dengan sekali pukul hingga terbelah menjadi dua bagian.

Peperangan lainnya Hampir semua peperangan beliau ikuti kecuali perang Tabuk karena mewakili nabi Muhammad untuk menjaga kota Madinah. Setelah Nabi Wafat Sampai disini hampir semua pihak sepakat tentang riwayat Ali bin Abi Thalib, perbedaan pendapat mulai tampak ketika Nabi Muhammad wafat. Syi'ah berpendapat sudah ada wasiat (berdasar riwayat Ghadir Khum) bahwa Ali harus menjadi Khalifah bila Nabi SAW wafat. Tetapi Sunni tidak sependapat, sehingga pada saat Ali dan Fatimah masih berada dalam suasana duka orang-orang Quraisy bersepakat untuk membaiat Abu Bakar. Menurut riwayat dari Al-Ya'qubi dalam kitab Tarikh-nya Jilid II Menyebutkan suatu peristiwa sebagai berikut. Dalam perjalan pulang ke Madinah seusai menunaikan ibadah haji ( HijjatulWada'), malam hari Rasulullah saw bersama rombongan tiba di suatu tempat dekat Jifrah yang dikenal denagan nama "GHADIR KHUM." Hari itu adalah hari ke-18 bulan Dzulhijah. Ia keluar dari kemahnya kemudia berkhutbah di depan jamaah sambil memegang tangan Imam Ali Bin Abi Tholib. Dalam khutbahnya itu antara lain beliau berkata : "Barang siapa menanggap aku ini pemimpinnya, maka Ali adalah pemimpinnya.Ya Allah, pimpinlah orang yang mengakui kepemimpinannya dan musuhilah orang yang memusuhinya" Pengangkatan Abu Bakar sebagai Khalifah tentu tidak disetujui keluarga Nabi Ahlul Baitdan pengikutnya. Beberapa riwayat berbeda pendapat waktu pem-bai'at-an Ali bin Abi Thalib terhadap Abu Bakar sebagai Khalifah pengganti Rasulullah. Ada yang meriwayatkan setelah Nabi dimakamkan, ada yang beberapa hari setelah itu, riwayat yang terbanyak adalah Ali membai'at Abu Bakar setelah Fatimah meninggal, yaitu enam bulan setelah meninggalnya Rasulullah demi mencegah perpecahan dalam ummat. Ada yang menyatakan bahwa Ali belum pantas untuk menyandang jabatan Khalifah karena umurnya yang masih muda, ada pula yang menyatakan bahwa kekhalifahan dan kenabian sebaiknya tidak berada di tangan Bani Hasyim. Keislaman Ali bin Abi Thalib ra. dan Peran Beliau Sebelum Diangkat Menjadi Khalifah Ali binAbi Thalib ra. masuk Islam saat beliau berusia tujuh tahun, ada yang mengatakan delapan tahun, dan ada pula yang mengatakan sepuluh tahun. Dikatakan bahwa beliau adalah orang yang pertama kali masuk Islam. Namun yang shahih adalah beliau merupakan bocah yang pertama kali masuk Islam, sebagaimana halnya Khadijah adalah wanita yang pertama kali masuk Islam, Zaid bin Haritsah adalah budak yang pertama kali masuk Islam, Abu Bakar ra adalah lelaki merdeka yang pertama kali masuk Islam. Ali bin Abi Thalib ra. Memeluk Islam dalam usia muda disebabkan ia berada di bawah tanggungan Rasulullah saw. Yaitu pada saat penduduk Makkah tertimpa paceklik dan kelaparan, Rasulullah saw. mengambilnya dari ayahnya. Ali bin Abi Thalib kecil hidup bersama Rasulullah saw. Dan ketika Allah mengutus beliau menjadi seorang rasul yang membawa kebenaran, Khadijah serta ahli bait beliau, termasuk di dalamnya Ali bin Abi Thalib, segera memeluk Islam. Adapun keislaman yang bermanfaat dan menyebar manfaatnya kepada manusia adalah keislaman Abu Bakar ash-Shiddiq Diriwayatkan dari Ali

bahwa ia berkata, Aku adalah orang yang pertama kali masuk Islam. namun sanadnya tidak shahih. Telah diriwayatkan juga haditshadits yang semakna dengan ini yang diriwayatkan oleh Ibnu Asakir, namun kebanyakan dari hadits itu adalah munkar dan tidak shahih, wallahu alam. Muhammad bin Kaab al-Qurazhi berkata, Wanita pertama masuk Islam adalah Khadijah, kaum lelaki pertama yang masuk Islam adalah Abu Bakar dan Ali , hanya saja Abu Bakar menyatakan keislamannya sementara Ali menyembunyikannya. Menurut saya, Yang demikian itu karena ia takut kepada ayahnya, kemudian ayahnya memerintahkannya supaya mengikuti dan membela keponakannya. Ali turut berhijrah setelah Rasulullah saw. keluar dari kota Makkah. Rasulullah saw. menugaskannya untuk memberaskan hutang piutang beliau dan mengembalikan barangbarang yang dititipkan kepada beliau. Kemudian Ali menyusul beliau setelah melaksanakan perintah beliau dan turut berhijrah. Rasulullah saw. mempersaudarakannya dengan Sahal bin Hunaif . Ibnu Ishaq dan penulis sejarah lainnya menyebutkan, Rasulullah saw. mempersaudarakannya dengan diri beliau sendiri. Telah diriwayatkan banyak hadits tentangnya tapi tidak shahih, karena sanadnya dhaif. Dan sebagian matannya sangat ganjil, dalam sebuah matan disebutkan, Engkau adalah saudaraku, pewarisku, khalifah setelahku, dan sebaik-baik amir sepeninggalku. Hadits ini maudhu (palsu) dan bertentangan dengan hadits-hadits yang shahih dalam kitab Shahihain dan kitab-kitab hadits lainnya. Beliau ikut serta dalam perang Badar dan beliau memiliki jasa yang besar dalam peperangan tersebut. Beliau juga turut serta dalam peperangan Uhud, pada saat itu beliau tergabung dalam sayap kanan pasukan yang memegang panji setelah Mushab bin Umair. Beliau juga turut serta dalam perang Khandaq. Dalam peperangan ini beliau berhasil menewaskan jagoan Arab dan salah seorang pemberani mereka yang sangat populer, yakni Amru bin Abdi Wud al-Amiri. Beliau juga turut serta dalam perjanjian Hudaibiyah dan Baiatur Ridhwan. Beliau juga mengikuti peperangan Khaibar. Dalam peperangan ini beliau menunjukkan aksi yang luar biasa dan kepahlawanan yang mengagumkan. Allah member kemenangan lewat tangannya. Dan dalam peperangan ini beliau berhasil menewaskan Mirhab al-Yahudi. Beliau juga turut serta dalam Umrah Qadha. Pada saat itulah Rasulullah saw. berkata kepadanya, Engkau bagian dariku dan aku adalah bagian darimu. Adapun kisah yang banyak diceritakan oleh para qushshash (tukang cerita) bahwa beliau pernah bertarung melawan jin di sumur Dzatul ilmi,880 sebuah sumur di dekat Juhfah, adalah kisah yang tidak ada asal-usulnya. Kisah itu termasuk kisah yang diada-adakah oleh orang-orang jahil dan tukang cerita, janganlah terpedaya dengannya. Beliau juga mengikuti penaklukan kota Makkah, peperangan Hunain dan ath-Thaif. Beliau berperang dengan gagah berani lalu beliau berumrah bersama Rasulullah saw. dari al-Jiranah. Ketika Rasulullah saw. berangkat ke Tabuk, beliau mengangkatnya sebagai pengganti beliau di Madinah. la berkata kepada Rasulullah saw., Wahai Rasulullah saw. apakah engkau membiarkan aku bersama kaum wanita dan anak-anak? Rasulullah saw. berkata kepadanya, Tidakkah engkau ridha kedudukanmu di sisiku seperti kedudukan Harun di sisi Musa, hanya saja tidak ada nabi setelahku. Rasulullah saw. mengutusnya sebagai amir dan hakim di negeri Yaman bersama dengan Khalid bin al-Walid. Kemudian beliau menyusul Rasul pada haji wada ke Makkah dengan membawa

onta korban beliau. la bertahallul sebagaimana tahallulnya. Rasulullah saw. dan memberinya bagian dari hewan korban beliau. Lalu ia tetap mengenakan kain ihramnya bersama Rasulullah saw. dan menyembelih hewan korban bersama beliau setelah menyelesaikan manasik haji. Ketika Rasulullah saw. sakit, al-Abbas berkata kepadanya, Tanyalah kepada Rasulullah saw. , siapakah yang berhak meme-gang kepemimpinan setelah beliau? Ali berkata, Demi Allah aku tidak akan menanyakannya kepada beliau, sebab apabila beliau melarangnya dari kita maka orang-orang tidak akan menyerahkannya kepada kita selama-lamanya. Hadits-hadits yang shahih dan jelas menunjukkan bahwa Rasulullah saw. tidak mewasiatkan jabatan kekhalifahan kepadanya ataupun kepada selainnya. Bahkan beliau mengisyaratkan dengan menyebut Abu Bakar. Beliau member isyarat yang dapat dipahami dan sangat jelas sekali maksudnya. Seperti yang telah kami sebutkan dalam juz sebelumnya, alhamdulillah. Adapun kebohongan yang dilontarkan oleh orang-orang jahil dari kalangan Syiah dan tukang cerita yang bodoh bahwa Rasulullah saw. telah mewasiatkan jabatan kekhalifahan kepada Ali jelas merupakan sebuah kedustaan dan kebohongan yang sangat besar yang menjerumuskan mereka ke dalam kesalahan yang sangat besar pula. Seperti tuduhan para sahabat telah berkhianat dan bersepakat menggagalkan wasiat Rasulullah saw. dan menahannya dari orang yang telah diberi wasiat. Lalu menyerahkannya kepada orang lain tanpa alasan dan sebab. Setiap mukmin yang beriman kepada Allah dan RasulNya, meyakini bahwa Dienul Islam adalah haq pasti mengetahui batil-nya kedustaan ini. Karena para sahabat adalah sebaik-baik manusia setelah para nabi. Mereka adalah generasi terbaik umat ini yang merupakan umat terbaik di dunia maupun di akhirat berdasarkan nash al-Quran serta berda-sarkan ijma salaf dan khalaf, alhamdulillah. Adapun cerita yang disampaikan oleh orang-orang awam tukang cerita di pasar-pasar tentang wasiat-wasiat yang khusus diberikan kepada Ali dalam hal adab (etika), akhlak, adab makan dan minum, adab berpakaian, seperti cerita mereka, Wahai Ali, janganlah pakai imamah (sorban) sambil duduk. Wahai Ali, janganlah pakai celanamu sambil berdiri. Wahai Ali, janganlah memegang tiang pintu. Dan janganlah duduk di depan pintu. Janganlah menjahit pakaian yang sedangeng kau kenakan. Dan wasiat-wasiat sejenis-nya. Semua itu adalah cerita kosong yang tidak ada asal-usulnya. Bahkan termasuk dusta, bohong dan palsu. Kemudian, ketika Rasulullah saw. wafat, Ali termasuk salah seorang yang memandikan, mengkafani dan mengebumikan jenazah Rasulullah saw. Ketika Abu Bakar ash-Shiddiq dibaiat menjadi khalifah pada hari Saqifah, Ali termasuk salah seorang yang berbaiat di masjid, seperti yang telah kami jelaskan sebelumnya.885 Abu Bakar ash-Shiddiq dalam pandangan Ali bin Abi Thalib ra. sama seperti para umara dari kalangan sahabat yang lainnya, beliau berpandangan mentaati Abu Bakar merupakan kewajibannya dan merupakan perkara yang paling ia sukai. Ketika Fathimah wafat enam bulan setelah Rasulullah saw. ketika itu ia kurang puas terhadap beberapa keputusan Abu Bakar disebabkan warisan yang tidak ia peroleh dari ayahnya. Ia belum mengetahui nash khusus dalam masalah ini bagi para nabi, yakni mereka tidak mewariskan harta warisan kepada sanak famili. Ketika hal itu sampai kepadanya ia me-minta kepada Abu Bakar agar mengangkat suaminya sebagai pengawas sedekah (harta warisan) tersebut, akan tetapi Abu Bakar menolaknya. Maka ia

terus memendam ketidakpuasan terhadap Abu Bakar seperti yang telah kami jelaskan terdahulu. Maka Ali berusaha mengambil hati istrinya. Setelah Fathimah wafat, Ali memperbaharui kembali baiatnya kepada Abu Bakar ash-Shiddiq Ketika Abu Bakar wafat lalu Umar memegang jabatan khalifah atas dasar wasiat Abu Bakar kepadanya, Ali bin Abi Thalib ra. termasuk salah seorang sahabat yang membaiat Umar. Ali selalu bersama Umar dan memberikan masukan positif kepadanya. Disebutkan bahwa Umar memintanya menjadi qadhi (hakim) pada masa kekhalifahannya. Beliau menyertai Umar bersama para tokoh dari kalangan sahabat ke negeri Syam dan menghadiri khutbah Umar di al-Jabiyah. Ketika Umar ditikam dan beliau menyerahkan urusan musyarawah kepada enam orang sahabat, salah seorang di antaranya adalah Ali bin Abi Thalib ra. Lalu mereka menetapkan dua orang calon, yaitu Utsman dan Ali. Lalu Utsman terpilih menjadi khalifah. Namun begitu, Ali tetap mendengar dan taat kepada Utsman. Sebagai Khalifah Peristiwa pembunuhan terhadap Khalifah Utsman bin Affan mengakibatkan kegentingan di seluruh dunia Islam yang waktu itu sudah membentang sampai ke Persia dan Afrika Utara. Pemberontak yang waktu itu menguasai Madinah tidak mempunyai pilihan lain selain Ali bin Abi Thalib sebagai khalifah, waktu itu Ali berusaha menolak, tetapi Zubair bin Awwam dan Talhah bin Ubaidillah memaksa beliau, sehingga akhirnya Ali menerima bai'at mereka. Menjadikan Ali satu-satunya Khalifah yang dibai'at secara massal, karena khalifah sebelumnya dipilih melalui cara yang berbeda-beda. Sebagai Khalifah ke-4 yang memerintah selama sekitar 5 tahun. Masa pemerintahannya mewarisi kekacauan yang terjadi saat masa pemerintah Khalifah sebelumnya, Utsman bin Affan. Untuk pertama kalinya perang saudara antara umat Muslim terjadi saat masa pemerintahannya, Perang Jamal. 20.000 pasukan pimpinan Ali melawan 30.000 pasukan pimpinan Zubair bin Awwam, Talhah bin Ubaidillah, dan Ummul mu'minin Aisyah binti Abu Bakar, janda Rasulullah. Perang tersebut dimenangkan oleh pihak Ali. Peristiwa pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan yang menurut berbagai kalangan waktu itu kurang dapat diselesaikan karena fitnah yang sudah terlanjur meluas dan sudah diisyaratkan (akan terjadi) oleh Nabi Muhammad SAW ketika beliau masih hidup, dan diperparah oleh hasutan-hasutan para pembangkang yang ada sejak zaman Utsman bin Affan, menyebabkan perpecahan di kalangan kaum muslim sehingga menyebabkan perang tersebut. Tidak hanya selesai di situ, konflik berkepanjangan terjadi hingga akhir pemerintahannya. Perang Shiffin yang melemahkan kekhalifannya juga berawal dari masalah tersebut. Petikan Kata-kata Mutiara Ali bin Abi Thalib Ibnu Abid Duniya918 meriwayatkan bahwa Ali bin al-Jad meriwayatkan kepada kami, ia berkata, Amru bin Syimr menceritakan kepada kami, ia berkata, Ismail as-Suddi berkata, Aku mendengar Abu Arakah berkata, Aku pernah mengerjakan shalat fajar bersama Ali bin Abi Thalib ra. . Setelah ber-geser ke kanan beliau duduk sejenak seolah beliau sedang berduka. Ketika matahari meninggi di atas dinding masjid sejauh satu tombak beliau bangkit dan

mengerjakan shalat dua rakaat. Kemudian beliau membalikkan tangan lalu berkata, Demi Allah aku telah melihat sahabat Muhammad , namun sekarang aku tidak melihat seorangpun yang menyerupai mereka. Mereka mengerjakan shalat fajar dengan wajah coklat, rambut acak-acakan dan berdebu, di antara kedua mata mereka terdapat bekas kapalan (kulit yang mengeras) karena mereka melalui malam dengan sujud dan berdiri karena Allah. Mereka membaca Kitabullah, berdiri silih berganti antara dahi dan telapak kaki mereka. Pagi harinya mereka berdzikir mengingat Allah, mereka bergoyang seperti goyangnya pepohonan pada hari angin kencang. Air mata mereka berlinang hingga pakaian mereka basah. Demi Allah, seolah-olah orang sekarang melewati malam dalam keadaan lalai. Kemudian beliau bangkit dan tidak pernah terlihat beliau berhenti ibadah dan tertawa hingga musuh Allah, alFasiq Ibnu Muljam, membunuh beliau. Waki meriwayatkan dari Amru bin Munabbih dari Aufa bin Dalham dari Ali bin Abi Thalib bahwa beliau berkata, Tuntutlah ilmu niscaya kamu akan dikenal karenanya. Amalkanlah ilmu niscaya kamu akan menjadi ahlinya. Sebab akan datang satu zaman suatu saat nanti yang mana sembilan puluh persen dari kebenaran akan diingkari. Tidak akan selamat darinya kecuali setiap nuwamah yang memberantas penyakit. Merekalah imam di atas hidayah dan lentera ilmu, bukan orang yang sembrono dan madzayi budzur. Kemudian beliau berkata, Sesungguhnya dunia telah pergi berlalu dan akhirat akan datang menyongsong. Masing-masing memiliki anak. Jadilah kamu anak akhirat dan janganlah menjadi anak dunia. Ketahuilah, sesungguhnya orang zuhud di dunia adalah yang menjadikan bumi sebagai tikarnya, tanah sebagai pembaringannya, air sebagai wewangiannya. Ketahuilah, barangsiapa rindu kepada akhirat maka ia akan menahan diri dari syahwat. Barangsiapa takut kepada api neraka maka ia akan meninggalkan perkara haram. Barangsiapa mengejar surga maka ia akan segera berbuat taat. Barangsiapa zuhud di dunia maka akan. terasa ringan musibah baginya. Ketahuilah, sesungguhnya Allah memiliki hambahamba yang seakan-akan mereka melihat penduduk surga kekal di dalam surge dan melihat penduduk neraka diadzab di dalamnya. Keburukan mereka dapat diamankan, hati mereka senantiasa bersedih, diri mereka selalu terpelihara kesuciannya, kebutuhan mereka sedikit, mereka sabar melalui hari-hari yang tinggal sedikit dan pergi untuk memperoleh ketenangan abadi di akhirat. Pada malam hari mereka merapatkan kaki-kaki mereka dalam barisan shalat, air mata mereka mengalir di pipi mereka, mereka merintih memohon kepada Rabb mereka seraya berkata, Ya Rabbi, ya Rabbi! Mereka meminta pembebasan diri mereka (dari api neraka). Siang hari mereka adalah ulama yang santun, orang baik lagi bertakwa. Seolah-olah mereka tonggak yang dilihat oleh orangorang sembari berkata, Orang sakit! Padahal mereka bukanlah orang yang sakit. Waki meriwayatkan dari Amru bin Munabbih dari Aufa bin Dal-ham, ia berkata, Pada suatu hari Ali berkhutbah, ia berkata dalam khutbahnya, Amma badu, sesungguhnya dunia akan segera pergi dan mengucapkan selamat tinggal. Dan sesungguhnya akhirat akan segera tiba dan mengucapkan selamat datang. Sesungguhnya start pada hari ini dan finish pada esok hari. Ketahuilah, sesungguhnya kalian hidup pada masa-masa penuh harapan, di hadapannya telah

menunggu ajal. Barangsiapa menyia-nyiakan masa harapannya sebelum ajal tiba berarti siasialah amalnya. Beramallah hanya karena Allah pada saat senang sebagaimana kamu beramal pada saat takut. Ketahuilah, belum pernah aku melihat seperti surga, orang-orang yang ingin mengejarnya malah terlelap. Dan belum pernah aku melihat seperti neraka, orang-orang yang ingin lari darinya malah terlena. Ketahuilah, sesungguhnya kalian telah diperintahkan untuk berangkat dan telah ditunjukkan perbekalan kepadamu. Ketahuilah wahai hadirin sekalian, sesungguhnya dunia adalah materi yang telah tersedia, yang dapat dinikmati oleh orang baik dan orang jahat. Dan sesungguhnya akhirat adalah janji yang benar. Raja Yang Mahakuasa akan menjatuhkan hukumNya. Ketahuilah, sesungguhnya setan menakut-nakuti kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat jahat, sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan dan karunia. Dan Allah Maha luas karuniaNya dan Maha Mengetahui. Wahai sekalian manusia, berbuat baiklah sepanjang usiamu dan jagalah masa depanmu. Karena Allah telah menjanjikan surga bagi yang mentaatiNya dan mengancam dengan neraka terhadap orang yang mendurhakaiNya. Neraka yang tidak pernah tenang gejolaknya, tidak akan bisa lari tawanannya dan tidak akan dapat diperbaiki siapa saja yang hancur di dalamnya. Panasnya sangat tinggi, lubang-nya sangat dalam dan airnya adalah nanah. Sesungguhnya perkara yang sangat aku takutkan atas kamu adalah mengikuti hawa nafsu dan panjang angan-angan. Dalam riwayat lain disebutkan, Sesungguhnya mengikuti hawa nafsu dapat menghalanginya dari kebenaran dan panjang angan-angan dapat mem-buatnya lupa akhirat. Nash Wasiat Ali bin Abi Thalib Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penya-yang, ini adalah wasiat Ali bin Abi Thalib ra., bahwasanya dia bersaksi tiada ilah yang berhak disembah selain Allah semata tiada sekutu bagiNya. Dan bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusanNya. Yang telah mengutusnya dengan membawa hidayah dan dien yang haq agar mengatasi segala agama walaupun orang-orang musyrikin benci. Kemudian setelah itu, sesungguhnya shalatku, ibadahku (yakni penyembelihan korban), hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam, tiada sekutu bagiNya, demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku termasuk seorang muslim. Aku wasiatkan kepadamu hai Hasan, juga kepada seluruh putera-puteri, istri-istriku dan siapa saja yang sampai kepadanya wasiatku ini agar bertakwa kepada Allah dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam. Berpegang teguhlah kalian seluruhnya dengan tali Allah dan janganlah berpecah belah, sesungguhnya aku mendengar Abul Qasim s|i bersabda, Sesungguhnya mendamaikan dua pihak yang berselisih lebih utama daripada banyak ibadah shalat dan puasa. Perhatikanlah hak-hak karib kerabatmu, sambunglah tali silaturahim dengan mereka niscaya Allah akan meringankan hisabmu. Jagalah hak-hak anak yatim! Jangan sampai mulut mereka tidak berisi makanan (jangan sampai mereka kelaparan). Janganlah mereka terlantar di hadapan kalian. Peliharalah hak-hak tetanggamu, sesungguhnya nabi kalian telah berwasiat agar berbuat

baik kepada tetangga. Beliau senantiasa mewasiatkannya se-hingga kami mengira beliau akan memberi hak waris bagi tetangga. Jagalah hak-hak al-Quran, janganlah kalian didahului orang lain dalam mengamal-kannya. Jagalah ibadah shalat, karena shalat adalah tiang agama kalian. Jagalah hak-hak rumah Rabb kalian (masjid), janganlah sampai kosong selama kalian masih hidup. Sesungguhnya apabila kalian meninggalkannya niscaya kalian tidak akan dihiraukan. Peliharalah ibadah bulan Ramadhan. Karena berpuasa pada bulan Ramadhan adalah perisai dari api neraka. Peliharalah jihad fi sabilillah dengan harta dan jiwa raga kalian. Jagalah pembayaran zakat, karena zakat dapat memadamkan kemarahan Ar-Rabb. Jagalah hak-hak orang yang dilindungi oleh nabi kalian, janganlah mereka dizhalimi dihadapan kalian. Jagalah hak-hak sahabat nabi kalian, sesungguhnya Rasulullah saw. telah mewasiatkan agar menjaga hak-hak mereka. Jagalah hak-hak kaum faqir miskin, berilah mereka dari sebagian rezeki kalian. Jagalah hak-hak budak yang kalian miliki, karena itulah pesan terakhir yang disampaikan oleh Rasulullah saw. beliau bersabda, Aku mewasiatkan agar kalian memperhatikan dua manusia yang letnah, yakni wanita dan budak-budak yang kalian miliki. Jagalah ibadah shalat, jagalah ibadah shalat, janganlah kalian takut terhadap celaan orang-orang yang suka mencela dalam menegakkan agama Allah niscaya kalian akan terhindar dari kejahatan orang-orang yang bermak-sud jahat kepadamu dan ingin berlaku semena-mena terhadapmu. Berkatalah kepada manusia dengan perkataan yang baik seperti yang telah Allah perin-tahkan kepadamu. Janganlah kalian tinggalkan amar maruf nahi mungkar, jika tidak maka orang-orang yang jahat akan berkuasa atas kalian sehingga doa kalian tidak dikabulkan. Hendaklah kalian saling menyambung ikatan dan saling memberi, dan hindarilah saling membelakangi, saling memutus hubungan dan berpecah belah. Bertolongtolonganlah kamu dalam kebaikan dan ketakwaan, janganlah bertolong-tolongan dalam perbuatan dosa dan pelanggaran. Bertakwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Mahakeras siksaNya. Semoga Allah menjaga kalian dari dan semoga Allah menjaga nabi kalian di tengah-tengah kalian, aku ucapkan selamat berpisah wassalamu alaikum iva rahmatullah. Wafat Amirul Mukminin menghadapi masalah yang berat, kondisi negara saat itu tidak stabil, pasukan beliau di Iraq dan di daerah lainnya membang-kang perintah beliau, mereka menarik diri dari pasukan. Kondisi di wilayah Syam juga semakin memburuk. Penduduk Syam tercerai berai ke utara dan selatan. Setelah peristiwa tahkim penduduk Syam menyebut Muawiyah sebagai amir. Seiring bertambahnya kekuatan penduduk Syam semakin lemah pula kedudukan penduduk Iraq. Padahal amir mereka adalah Ali bin Abi Thalib ra. sebaik-baik manusia di atas muka bumi pada zaman itu, beliau yang paling taat, paling zuhud, paling alim dan paling takut kepada Allah. Namun walaupun demikian, mereka meninggalkannya dan membiarkannya seorang diri. Padahal Ali telah memberikan hadiah-hadiah yang melimpah dan harta-harta yang banyak. Begitulah perlakuan mereka terhadap beliau, hing-ga beliau tidak ingin hidup lebih lama dan mengharapkan kematian. Karena banyaknya fitnah dan merebaknya pertumpahan darah. Beliau sering berkata, Apakah gerangan yang menahan peristiwa yang dinanti-nanti itu? Mengapa ia belum juga terbunuh? Kemudian beliau berkata, Demi Allah, aku akan mewarnai ini sembari menunjuk jenggot beliau- dari sini! -sembari menunjuk kepala beliau.

Kronologis Terbunuhnya Ali Ibnu Jarir dan pakar-pakar sejarah lainnya menyebutkan bahwa tiga orang Khawarij berkumpul, mereka adalah Abdurrahman bin Amru yang dikenal dengan sebutan Ibnu Muljam al-Himyari alKindi sekutu Bani Jaba-lah dari suku Kindah al-Mishri, al-Burak bin Abdillah at-Tamimi dan Amru bin Bakr at-Tamimi. Mereka mengenang kembali perbuatan Ali bin Abi Thalib ra. yang membunuh teman-teman mereka di Nahrawan, mereka memo-hon rahmat buat teman-teman mereka itu. Mereka berkata, Apa yang kita lakukan sepeninggal mereka? Mereka adalah sebaikbaik manusia dan yang paling banyak shalatnya, mereka adalah penyeru manusia kepada Allah. Mereka tidak takut celaan orang-orang yang suka mencela dalam menegakkan agama Allah. Bagaimana kalau kita tebus diri kita lalu kita da tangi pemimpin-pemimpin yang sesat itu kemudian kita bunuh mereka sehingga kita membe-baskan negara dari kejahatan mereka dan kita dapat membalas dendam atas kematian teman-teman kita. Ibnu Muljam berkata, Aku akan menghabisi Ali bin Abi Thalib ra.! Al-Burak bin Abdillah berkata, Aku akan menghabisi Muawiyah bin Abi Sufyan. Amru bin Bakr berkata, Aku akan menghabisi Amru bin al-Ash. Merekapun berikrar dan mengikat perjanjian untuk tidak mundur dari niat semula hingga masing-masing berhasil membunuh targetnya atau terbunuh. Merekapun mengambil pedang masing-masing sambil menyebut nama sahabat yang menjadi targetnya. Mereka sepakat melakukannya serempak pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H. Kemudian ketiganya berangkat menuju tempat target masingmasing. Adapun Ibnu Muljam berangkat ke Kufah. Setibanya di sana ia menyembunyikan identitas, hingga terhadap teman-temannya dari kalangan Khawarij yang dahulu bersamanya. Ketika ia sedang duduk-duduk bersama beberapa orang dari Bani Taim ar-Ribab, mereka mengenang teman-teman mereka yang terbunuh pada peperangan Nahrawan. Tiba-tiba datanglah seorang wanita bernama Qatham binti Asy-Syijnah, ayah dan abangnya dibunuh oleh Ali pada peperangan Nahrawan. La adalah wanita yang sangat cantik dan populer. Dan ia telah mengkhususkan diri beribadah dalam masjid jami. Demi melihatnya Ibnu Muljam mabuk kepayang. Ia lupa tujuannya datang ke Kufah. Ia meminang wanita itu. Qatham mensyaratkan mahar tiga ribu dirham, seorang khadim, budak wanita dan membunuh Ali bin Abi Thalib ra. untuk dirinya. Ibnu Muljam berkata, Engkau pasti mendapatkannya, demi Allah tidaklah aku datang ke kota ini melainkan untuk membunuh Ali. Lalu Ibnu Muljam menikahinya dan berkumpul dengannya. Kemudian Qathami mulai mendorongnya untuk melaksanakan tugasnya itu. Ia meng-utus seorang lelaki dari kaumnya bernama Wardan, dari Taim Ar-Ribab, untuk menyertainya dan melindunginya. Lalu Ibnu Muljam juga menggaet seorang lelaki lain bernama Syabib bin Bajrah al-Asyjai al-Haruri. Ibnu Muljam berkata kepadanya, Maukah kamu memperoleh kemuliaan dunia dan akhirat? Apa itu? Tanyanya. Membunuh Ali! Jawab Ibnu Muljam. Ia berkata, Celaka engkau, engkau telah mengatakan perkara yang sangat besar! Bagaimana mungkin engkau mampu membunuhnya? Ibnu Muljam berkata, Aku mengintainya di masjid, apabila ia keluar untuk mengerjakan shalat subuh, kita mengepungnya dan kita membunuhnya. Apabila berhasil maka kita merasa puas dan kita telah membalas dendam. Dan bila kita terbunuh maka apa yang

tersedia di sisi Allah lebih baik dari-pada dunia. Ia berkata, Celaka engkau, kalaulah orang itu bukan Ali tentu aku tidak keberatan melakukannya, engkau tentu tahu senioritas beliau dalam Islam dan kekerabatan beliau dengan Rasulullah saw. Hatiku tidak terbuka untuk membunuhnya. Ibnu Muljam berkata, Bukankah ia telah membunuh teman-teman kita di Nahrawan? Benar! jawabnya. Marilah kita bunuh ia sebagai balasan bagi teman-teman kita yang telah dibunuhnya kata Ibnu Muljam. Beberapa saat kemudian Syabib menyambutnya. Masuklah bulan Ramadhan. Ibnu Muljam membuat kesepakatan dengan teman-temannya pada malam Jumat 17 Ramadhan. Ibnu Muljam berkata, Malam itulah aku membuat kesepakatan dengan teman-temanku untuk membunuh target masing-masing. Lalu mulailah ketiga orang ini bergerak, yakni Ibnu Muljam, Wardan dan Syabib, dengan menghunus pedang masing-masing. Mereka duduk di hadapan pintu yang mana Ali biasa keluar dari-nya. Ketika Ali keluar, beliau membangunkan orang-orang untuk shalat sembari berkata, Shalat.shalat! Dengan cepat Syabib menyerang dengan pedang-nya dan memukulnya tepat mengenai leher beliau. Kemudian Ibnu Muljam menebaskan pedangnya ke atas kepala beliau. Darah beliau mengalir mem-basahi jenggot beliau . Ketika Ibnu Muljam menebasnya, ia berkata, Tidak ada hukum kecuali milik Allah, bukan milikmu dan bukan milik teman-temanmu, hai Ali! Ia membaca firman Allah: Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hambaNya. (Al-Baqarah: 207). Ali berteriak, Tangkap mereka! Adapun Wardan melarikan diri namun berhasil dikejar oleh seorang lelaki dari Hadhramaut lalu membunuhnya. Adapun Syabib, berhasil menye-lamatkan diri dan selamat dari kejaran manusia. Sementara Ibnu Muljam berhasil ditangkap. Ali menyuruh Jadah bin Hubairah bin Abi Wahab untuk mengimami Shalat Fajar. Ali pun dibopong ke rumahnya. Lalu digiring pula Ibnu Muljam kepada beliau dan dibawa kehadapan beliau dalam keadaan dibelenggu tangannya ke belakang pundak, semoga Allah memburukkan rupanya. Ali berkata kepadanya, Apa yang mendorongmu melakukan ini? Ibnu Muljam berkata, Aku telah mengasah pedang ini selama empat puluh hari. Aku memohon kepada Allah agar aku dapat membunuh dengan pedang ini makhlukNya yang paling buruk! Ali berkata kepadanya, Menurutku engkau harus terbunuh dengan pedang itu. Dan menurutku engkau adalah orang yang paling buruk. Kemudian beliau berkata, Jika aku mati maka bunuhlah orang ini, dan jika aku selamat maka aku lebih tahu bagaimana aku harus memperlakukan orang ini! Pemakaman Jenazah Ali bin Abi Thalib Setelah Ali wafat, kedua puteranya yakni al-Hasan dan al-Husein memandikan jenazah beliau dibantu oleh Abdullah bin Jafar. Kemudian jenazahnya dishalatkan oleh putera tertua beliau, yakni al-Hasan. Al-Hasan bertakbir sebanyak sembilan kali. Jenazah Ali dimakamkan di Darul Imarah di Kufah, karena kekhawa-tiran kaum Khawarij akan membongkar makam beliau. Itulah yang masyhur. Adapun yang mengatakan bahwa jenazah beliau diletakkan di atas kendaraan beliau kemudian dibawa pergi entah ke mana perginya maka sungguh ia telah keliru dan mengada^ada sesuatu yang tidak diketahuinya. Akal sehat dan syariat tentu tidak membenarkan hal semacam itu. Adapun keyakinan mayoritas kaum Rafidhah yang jahil bahwa makam beliau

terletak di tempat suci Najaf, maka tidak ada dalil dan dasarnya sama sekali. Ada yang mengatakan bahwa makam yang terletak di sana adalah makam al-Mughirah bin Syubah . AlKhathib al-Baghdadi meriwayatkan dari al-Hafizh Abu Nuaim dari Abu Bakar Ath-Thalahi dari Muhammad bin Abdillah al-Hadhrami al-Hafizh Muthayyin, bahwa ia berkata, Sekiranya orang-orang Syiah menge-tahui makam siapakah yang mereka agung-agungkan di Najaf niscaya mereka akan lempari dengan batu. Sebenarnya itu adalah makam al-Mughirah bin Syubah. Al-Hafizh Ibnu Asakir meriwayatkan dari al-Hasan bin Ali, ia berkata, Aku mengebumikan jenazah Ali di kamar sebuah rumah milik keluarga jadah. Abdul Malik bin Umair bercerita, Ketika Khalid bin Abdullah meng-gali pondasi di rumah anaknya bernama Yazid, mereka menemukan jenazah seorang Syaikh yang terkubur di situ, rambut dan jenggotnya telah memutih. Seolah jenazah itu baru dikubur kemarin. Mereka hendak membakarnya, namun Allah memalingkan niat mereka itu. Mereka membungkusnya dengan kain Qubathi, lalu diberi wewangian dan dibiarkan terkubur di tempat semu-la. Tempat itu berada dihadapan pintu alWarraqin setelah kiblat masjid di rumah tukang sepatu. Hampir tidak pernah seorang pun bertahan di tempat itu melainkan pasti akan pindah dari situ. Diriwayatkan dari Jafar bin Muhammad ash-Shadiq, ia berkata, Jenazah Ali dishalatkan pada malam hari dan dimakamkan di Kufah, tem-patnya sengaja dirahasiakan, namun yang pasti di dekat gedung imarah (istana kepresidenan). Ibnu Kalbi berkata, Turut mengikuti proses pemakaman jenazah Ali pada malam itu al-Hasan, al-Husain, Ibnul Hanafiyyah, Abdullah bin Jafar dan keluarga ahli bait beliau yang lainnya. Mereka memakamkannya di dalam kota Kufah, mereka sengaja merahasiakan makam beliau karena kekhawa-tiran terhadap kebiadaban kaum Khawarij dan kelompok-kelompok lainnya. Tanggal Terbunuhnya Ali bin Abi Thalib Ali ra, terbunuh pada malam Jumat waktu sahur pada tanggal 17 Ramadhan tahun 40 H. Ada yang mengatakan pada bulan Rabiul Awwal. Namun pendapat pertama lebih shahih dan populer.Ali ditikam pada hr Jumat 17 Ramadhan tahun 40 H, tanpa ada perselisihan. Ada yang mengatakan beliau wafat pada hari beliau ditikam, ada yang mengatakan pada hari Ahad tanggal 19 Ramadhan. Al-Fallas berkata, Ada yang mengatakan, beliau ditikam pada malam dua puluh satu Ramadhan dan wafat pada malam dua puluh empat dalam usia 58 atau 59 tahun. Ada yang mengatakan, wafat dalam usia 63 tahun.940 Itulah pendapat yang masyhur, demikian dituturkan oleh Muhammad bin al-Hanafiyah, Abu Jafar al-Baqir, Abu Ishaq as-Sabii dan Abu Bakar bin Ayasy. Sebagian ulama lain mengatakan, wafat dalam usia 63 atau 64 tahun. Diriwayatkan dari Abu jafar al-Baqir, katanya, Wafat dalam usia 65 tahun. Masa kekhalifahan Ali lima tahun kurang tiga bulan. Ada yang mengatakan empat tahun sembilan bulan tiga hari. Ada yang mengatakan empat tahun delapan bulan dua puluh tiga hari, semoga Allah meridhai beliau.

You might also like