(__Jumat Penelitian STAIN Kudus Vol. 2, No. 1, Januari - Juni 2008}
STUDI KEPEMILIKAN MEREK DAGANG
PADA HOME INDUSTRI MAKANAN KECIL DI KUDUS
Siti Amaroh*
Abstraksi
‘Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana Tespon atau
pemahaman para pengusaha muslim yang bergerak di bidang home industri makanan
kecil terhadap kepemilikan merek dagang dan apa kendala yang muncul sehubungan
dengan kepemilikan merek dagang. Merek dagang merupakan salah satu upaya
yang dilakukan oleh pelaku usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumen baik
kebutuhan fungsi produk maupun kebutuhan keamanan sebuah produk. Penelitian
ini memberikan temuan bahwa pelaku usaha makanan kecil di Kudus masih cenderung
lebih berkomitmen terhadap permintaan pasar daripada tethadap kebutuhan
kKonsumen secara keseluruhan, Mereka lebih mengutamakan tujuan kegiatan bisnis
yaitu pencapaian target penjualan yang tinggi. Dalam konsep pemasaran, kegiatan
bisnis ini masih dalam paradigma tradisional dan belum mengarah kepada konsep
pemasaran berorientasi masyarakat. Kondisi ini disebabkan oleh berbagai faktor
seperti biaya registrasi merek yang tinggi, prosedur registrasi yang rumit, pemahaman
yangrendah, dan wilayah distribusi yang kecil sehingga menghambat proses pengajuan
merek dagang.
Kata Kunci: Home Industry, Merek
A. Pendahuluan
Era perdagangan global telah menghadapkan pada praktisi bisnis pada situasi
persaingan yang kompleks. Persaingan tidak hanya bagaimana memperoleh
kemudahan dalam memperoleh akses permodalan akan tetapi juga bagaimana usaha
yang dikelola bisa bertahan hidup (survive) sehingga memiliki peluang untuk
mendapatkan margin yang diinginkan.
Meyakinkan konsumen untuk membeli sebuah produk atau jasa dalam
Jingkungan yang sangat jenuh dan kompetitif jelas sangat sulit. Keberhasilannya sangat
tergantung pada pemahaman tentang kekuatan emosional Luar biasa yang dapat
mempengaruhi konsumen dalam pengambilan keputusan.
* Dosen STAIN Kudus(C_ surnat Penetitian STAIN Kudus Vol. 2, No. 1, Januari - Juni 2008}
Idim persaingan yang kuat akan terjadi pada pasar persaingan yang sempuma
ketika jumlah pembeli dan penjual sama banyaknya. Dalam kondisi seperti ini maka
market share yang diperebutkan akan semakin kecil terutama jika berhadapan
dengan perusahaan-perusahaan tipe market leader. Oleh karena itu, setiap praktisi
bisnis harus melakukan terobosan terhadap produknya baik melalui modifikasi pada
produk maupun atribut produk,
Hasil dari kompetisi adalah munculnya serangkaian atribut produk baru yang
ditemukan secara terus-menerus (Kotler, 1994). Jika satu atribut mengalami
kesuksesan maka beberapa kompetitor akan berusaha untuk meniru dan mencari
faktor penentu keberhasilan atribut produk tersebut, A lasannya karena keberhasilan
akan menciptakan keuntungan kompetitif, meningkatkan market share, dan margin
rata-rata yang lebih tinggi. Akan tetapi persaingan bisnis tetaplah harus berada dalam
koridor ctika bisnis yang mengatur kewajiban untuk bertanggung jawab terhadap
kegiatan bisnis dan produk yang ditawarkan kepada konsumen (Tom Gorman, 2005).
Secara substansi, etika bisnis bertujuan untuk memberikan perlindungan baik terhadap
konsumen maupun terhadap produsen.
Perlindungan terhadap konsumen merupakan akibat dari pergeseran
paradigma pemasaran. Paradigma pemasaran tradisional yang terfokus pada produk
dan penjualan telah bergeser pada paradigma proses sosial dan ekonomi (Frederick
EW, 1992). Paradigma ini memandang bahwa kegiatan pemasaran lebih dipandang
sebagai proses ekonomi dan sosial daripada sebagai kegiatan dan tanggung jawab
Di Indonesia, ketentuan tentang pelaku usaha dan konsumen diatur dalam
UU no. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang selanjutnya disebut
dengan Undang-Undang Perlindungan Konsumen atau UUPK (Miru & Yodo, 2005).
Meskipun Undang-Undang ini disebut sebagai Undang-Undang Perlindungan
Konsumen akan tetapi bukan berarti tidak memperhatikan kepentingan pelaku usaha,
‘Undang-undang ini mengharuskan para pelaku bisnis untuk mengimplementasikan
konsep pemasaran berwawasan masyarakat. Konsep ini merupakan konsep yang
menyeimbangkan tiga faktor yaitu keuntungan bisnis, kepuasan pelanggan, dan
kepentingan umum.
Jika dikaitkan dengan perspektik Islam maka Islam, secara tegas telah
memberikan perlindungan terhadap konsumen melalui ketentuan-ketentuan syari’ah.
Misalnya, mengenai masalah konsumsi maka Islam menerapkan prinsip-prinsip seperti
keadilan, kebersihan, kesederhanaan, kemurahan hati, dan moralitas, Islam melarang
umatnya untuk mengkonsumsi dan menjual makanan dan minuman yang'terlarang
seperti darah, daging bangkai binatang, daging babi, dan daging binatang yang ketika
[125](CC Jurnal Peneiitian STAIN Kudus Vol. 2, No. 1, Januari - Juni 2008}
disembelih diserukan nama selain Allah, Ketentuan ini secara syariah telah dipahami,
akan tetapi masih belum diekspresikan oleh pelaku-pelaku bisnis muslim. Terbukti
dengan produk yang dijual dengan label halal akan tetapi dalam kenyataannya
mengandung ekstrak lemak hewan yang dilarang untuk dikonsumsi (kasus Ajinomoto
beberapa tahun yang lalu) dan juga berbagai fenomena kecurangan yang mengemuka
akkhir-akhir ini seperti penggunaan bahan pengawet yang tidak semestinya.
Meskipun banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merek memberikan
kontribsui yang signifikan terhadap penjualan dan juga meningkatkan loyalitas
konsumen (Baldinger & Rubinson, 1996), akan tetapi kesadaran akan merek masih
dinilai rendah terutama pada industri kecil dan menengah (Suara Merdeka 16 Juni
2006). Padahal merek dapat meningkatkan harga jual barang sekaligus citra positif
terhadap produk dan dapat mendongkrak pasaran produk ke luar negeri,
B. Rumusan Masalah :
Penelitian ini mengungkap akar persoalan yang berkaitan dengan kepemilikan
merek dagang dengan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana respon pengusaha muslim yang mengelola home industry makanan
kecil di Kabupaten Kudus terhadap kepemilikan merek dagang?
2. Apa kendala yang muncul sehubungan dengan kepemilikan merek dagang
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:
1, Untuk mengidentifikasi kepemilikan merek dagang pada pengusaha muslim
yang mengelola home industry makanan kecil di Kabupaten Kudus
2. Untuk mengidentifikasi secara terperinci tentang kendala yang bersifat empiris
yang dialami oleh pengusaha muslim yang mengelola home industry makanan
kecil di Kabupaten Kudus schubungan dengan kepemilikan merek dagang
D. Signifikansi Penelitian
Signifikansi dari penelitian ini adalah:
1. Dapat memberikan kontribusi kepada masyarakat pelaku usaha dan juga
Konsumen tentang merek dagang, fungsi, dan manfaatnya
2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi instansi-
instansi terkait sehubungan dengan upaya pemahaman tentang merek dagang
dan mensosialisasikan pentingnya perlindungan terhadap konsumen