You are on page 1of 4

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan potensi keanekaragaman

hayati. Berdasarkan penelitian terhadap keanekaragaman hayati dari hutan tropis Indonesia, dapat disimpulkan bahwa hampir 17% dari spesies yang ada di permukaan bumi terdapat di Indonesia. Keanekaragam sumber daya alam hayati Indonesia ini merupakan sumber senyawa metabolit primer dan metabolit sekunder. Berbagai macam tumbuhan belum diketahui banyak mengenai fungsi dan kandungannya. Akhir-akhir ini senyawa kimia sebagai hasil metabolit sekunder pada berbagai jenis tumbuhan telah banyak dimanfaatkan sebagai zat warna, racun, aroma, obat-obtan dan lain sebagainya. Tumbuhan obat sudah sejak lama digunakan oleh bangsa Indonesia yang disebut sebgai tumbuhan obat tradisional. Indonesia kaya akan tumbuhan berkhasiat obat. Hampir semua daerah mempunyai tumbuhan obat yang telah dibuktikan kemanjurannya secara turun-menurun dari nenek moyang. Setelah bertahun-tahun mendewakan obat modern yang memang bereaksi cepat, kini orang kembali melirik obat alami karena kesadaran akan resiko efek samping. Demam Berdarah Dengue (Dengue Hemorragic Fever (DHF)) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue dengan menifestasi klinis demam, nyeri otot, dan nyeri sendi yang disertai leucopenia, ruam, limfadenopati, dan trombositopenia. Penularan infeksi virus dengue terjadi melalui vektor nyamuk genus Aedes sp. Peningkatan kasus setiap tahunnya berkaitan dengan sanitasi lingkungan dengan tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih (kaleng bekas, bak mandi, dan tempat penampungan air lainnya). Vaksin untuk mencegah penyakit demam berdarah dengue sampai saat ini belum tersedia. Cara yang tepat guna menanggulangi penyakit ini adalah memberantas vektor atau nyamuk penular yaitu nyamuk Aedes sp. Pemberantasan

nyamuk Aedes sp. dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain dengan penggunaan insektisida dan larvasida. Salah satu upaya penggunaan insektisida yaitu dilakukan masyarakat adalah dengan menggunakan fogging, sedangkan abate digunakan sebagai larvasida. Saat ini banyak dilakukan penelitian dan pengembangan larvasida alami atau larvasida yang berasal dari tumbuhan. Seperti Uji Efek Larvasida Ekstrak Bawang Putih (Alliuum sativum) terhadap Larva Aedes sp, Efek Ekstrak Biji Sirsak (Annona muricata L) sebagai Larvasida, Efek Dekok Daun Srikaya (Annona squamosa) sebagai Larvasida terhadap Larva Aedes aegypti sp. Hal ini disebabkan penggunaan abate dalam waktu yang lama dapat menyebabkan resistensi terhadap larva nyamuk. Selain itu, larvasida alami ini ramah lingkungan karena akan mudah diuraikan di alam. Kelor (Moringa oliefera Lamk.) adalah salah satu tumbuhan yang telah dikenal di Indonesia, tetapi multi manfaatnya belum banyak dipahami oleh masyarakat (Polprasid, 1993). Mereka yang telah mengetahui manfaatnya menyebut tanaman ini sebagai miracle plant. Hal ini dikarenakan tanaman kelor dimanfaatkan mulai dari biji, daun, hingga kulit batang dan akarnya. Tanaman kelor bagi komunitas masyarakat Indonesia pada umumnya belum menjadi perhatian. Keberadaan tanaman kelor kebanyakan hanya ditanam di perkarangan rumah sebagai pagar pembatas, walaupun ada yang secara individual memanfaatkan daunnya sebagai sayur, bahkan bagi sebagian masyarakat sering menghubungkannya dengan hal bersifat mistik. Padahal, tanaman kelor sangat bermanfaat untuk dijadikan obat tradisional. Sebagian komunitas masyarakat Indonesia, khusus di daerah kota Parepare Sulawesi Selatan menggunakan tanaman kelor khusus kulit batangnya sebagai anti nyamuk alami. Dengan cara mengeringkan dan membakar batangnya. Namun hal ini hanya landasan empiris, karena sebaiknya dilakukan penelitian dari dasar untuk mengetahui kegunaan tumbuhan ini secara ilmiah berdasarkan kandungan senyawa yang terdapat didalamnya. Berdasarkan penggunaannya di masyarakat tumbuhan kelor khususnya kulit batang kelor digunakan sebagai anti nyamuk alami. Cara penggunaannya

dengan cara mengeringkan batang dan membakarnya. Berdasarkan hasil uji pendahuluan golongan senyawa metabolit sekunder dari tumbuhan kelor, terdapat senyawa steroid, triterpenoid, alkaloid, saponin, flavanoid, dan tanin. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menguji aktivitas larvasida ekstrak kulit batang kelor terhadap larva Aedes aegypti secara ilmiah.

1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : a. Berapa jumlah rendemen ekstrak kulit batang kelor (Moringa oleifera Lam.) yang diekstraksi dengan berbagai pelarut? b. Apakah ekstrak kulit batang kelor (Moringa oliefera. Lam.) memiliki aktivitas sebagai larvasida terhadap larva Aedes aegypti? c. Berapa konsentrasi ektrak kulit batang kelor (Moringa oliefera. Lam.) yang dapat memberikan efek larvasida terhadap 99% kematian larva Aedes aegypti?

1.3. Kerangka Pemikiran Dalam kasus DBD yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti, dapat dicegah dan ditanggulangi dengan pengendalian vektor penyakit tersebut, salah satunya dengan membunuh larva nyamuk Aedes aegypti. Larvasida alami dapat diperoleh dari bagian tumbuhan yang memiliki golongan senyawa metabolit sekunder berupa alkaloid, saponin, tannin, dan flavanoid. Uji pendahuluan kandungan senyawa ekstrak kasar batang kelor menunjukkan adanya golongan senyawa berupa steroid, alkaloid, saponin, flavanoid, dan tanin. Senyawa yang terdapat dalam ekstrak kulit batang kelor (Moringa oleifera Lam.) diduga memiliki aktivitas sebagai larvasida alami.

Senyawa alkaloid, tanin, saponin, flavanoid, memiliki aktivitas sebagai larvasida

Penanggulangan vector penyakit (larvasida)

Ekstrak kulit batang kelor (Moringa oleifera Lam.)

Pengujian aktivitas larvasida Ekstrak kulit batang kelor larva Aedes aegypti

Beraktivitas sebagai Larvasida

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran

You might also like