You are on page 1of 77

Soal no.

1-3 (Novia Kartiningrum)


1. Jawaban D. Gangguan bipolar tipe manik

gangguan bipolar sdalah gangguan yang disertai satu atau lebih episode manik atau hipomanik (episode mood yang melambung dan hiperaktivitas dimana penilaian dan tingkah laku mengalami hendaya). Episode manik atau hipomanik sering digantikan dengan episode depresi mayor dengan jeda periode mood yang normal
Episode manik Suatu mood yang meningkat, meluap-luap, atau lekas marah merupakan tanda dari episode manik. Selain itu mood pasien mudah tersinggung , khususnya jika rencana pasien yang sangat ambisisus terancam. Sering kali seorang pasien menunjukkan perubahan mood yang utama dari euphoria awal pada sebuah perjalanan penyakit menjadi lekas marah dikemudian waktu.(7) Fase manik: Rasa haraga diri yang tinggi secara berlebihan. Ia merasa dirinya paling hebat dan dapat melakukan apa saja. Selalu gembira secara berlebihan Gangguan tidur. Pasien biasanaya hanya butuk waktu 3-4 jam untuk tidur tapi tidak merasa kelelahan. Bicara cepat, kata-kata dan idenya banyak secara berlebihan. Perhatian gampang teralih Aktivitasnya berlebihan Nafsu seksuak yang meninggi. 2. Jawaban D. Asam valproat MOOD STABILIZER Mood stabilizer merupakan agen yang digunakan untuk menangani bipolar disorder. Ini merupakan suatu kelainan di mana munculnya episode peningkatan mood (mania/hipomania), fungsi kognitif dan enerjik dengan atau tanpa suatu atau lebih episode depresi. Antara episode mania dan depresi dapat diselingi mood normal, walau pada keadaan tertentu antara mania dan depresi dapat berubah-ubah (alternating) dengan cepat. Litium Litium karbonat dikenal sebagai antimania atau sebagai mood stabilizer karena mencegah naikturunnya mood pada pasien bipolar disorder (manik-depresif). Farmakodinamik Mekanisme kerja pasti dari litium masih dalam penelitian, tetapi diperkirakan bekerja atas dasar: Efek pada elektrolit dan transpor ion. Litium dapat mengganti natrium dalam membantu suatu potensial aksi neuron. Tetapi litium bukan substrat adekuat untuk pompa Na. Efek pada neurotransmiter. Litium menurunkan pengeluaran norepinefrin dan dopamin, menghambat supersensitivitas dopamin, meningkatkan sintesis asetilkolin Efek pada second messenger. Litium menghambat konversi IP2 menjadi IP1, konversi IP menjadi inositol. Farmakokinetik Absorpsi lengkap dalam 6-8 jam, kadar plasma dicapai dalam 30 menit-2 jam. Vd 0,5L/kg, ekskresi terutama lewat urin dengan waktu paruh eliminasi 20 jam. Efek samping Efek samping pada sistem saraf yaitu tremor, koreatosis, hiperaktivitas motorik, ataksia, disartria, afasia. Asam Valproat Farmakodinamik

Asam valproat selain sebagai antiepilepsi juga menunjukkan efek antimania. Efikasinya pada minggu pertama pengobatan seperti litium, tetapi asam valproat ternyata efektif untuk pasien yang gagal dengan terapi litium. Valproat menyebabkan hiperpolarisasi potensial istirahat membran neuron akibat peningkatan daya konduksi membran untuk kalium. Farmakokinetik Pemberian valproat peroral cepat diabsorpsi dan kadar maksimal serum tercapai setelah 1-3 jam. Bersifat asam dan diikat protein sebesar 90%. Vd 10,5L/70 kg .Masa paruh 8-10 jam, kadar darah stabil setelah 48 jam terapi. Keceptana klirens 0,5-2,1 L/jam, kira-kira 70% dari dosis valproat diekskresi di urin dalam 24 jam. Efek samping Efek samping tersering adalah: mual. Efek pada SSP berupa kantuk, ataksia, tremor. Toksisitas valproat berupa ganggan saluran cerna, sistem saraf, hati, ruam kulit, dan alopesia. Karbamazepin Farmakodinamik Karbamazepin selain sebagai antiepilepsi juga menunjukkan efek nyata pada perbaikan psikis yaitu perbaikan kewaspadaan dan perasaan, sehingga dipakai juga untuk mengobati kelainan psikiatri seperti mania/bipolar. Karbamazepin diduga bekerja dengan menstabilisasi kanal sodium pada neuron sehingga menjadi kurang dapat tereksitasi. Karbamazepin juga mempotensiasi reseptor GABA pada subunit 1, 2 dan 2. Farmakokinetik Karbamazepin memiliki bioavailabilitas 80% dengan ikatan protein 76%. Karbamazepin dimetabolisme oleh enzim CYP3A4 hati menghasilkan metabolit aktif epoxide (karbamazepine 10,11 epoxide). Waktu paruh 25-65 jam dan ekskresi melalui urine. Karbamazepin menurunkan kadar asam valproat, fenobarbital, dan fenitoin. Efek samping Pusing, vertigo, ataksia, diplopia dan penglihatan kabur. Efek samping lainnya berupa mual, muntah, anemia aplastik, agranulositosis, dan reaksi alergi berupa dermatitis, eosinofilia, limfadenopati, dan splenomegali. Gejala intoksikasi akut dapat berupa stupor/koma, iritabel, kejang dan depresi napas. Indikasi dan pemilihan untuk mood stabilizer Sampai saat ini prototip obat untuk gangguan bipoar terutama pada fase manik dan penunjang adalah litium. Pengobatan jangka panjang terbukti menurunkan risiko bunuh diri. Belakangan sering dikombinasikan dengan valproat karena mula kerja yang lama dari litium sehingga membutuhkan kombinasi dengan obat lain. Biasanya setelah keadaan manik terkontrol, antipsikosis bisa perlahan dihentikan dilanjutkan dengan litium sebagai terapi pemeliharaan. Litium diberikan dalam dosis terbagi untuk mencapai kadar aman (0,8-1,25 mEq/liter). Pemberian 900-1500 mg/hari pada pasien berobat jalan dan 1200-2400 mg/hari untuk pasien dirawat.Pada fase depresif gangguan bipolar, litium sering dikombinasikan dengan antidepresan. 3. Jawaban C. Gangguan obsessive kompulsiv (OCD) pada DSM IV TR gangguan obsesif kompulsif digolongkan pada gangguan kecemasan. pada pasien terdapat gejala obsesif maupun kompulsif. ada 4 kriteria obsesif : 1. pikiran, impuls, atau gambaran yang menetap dan berulang yang terjadi beberapa kali, menggangu dan tidak sesuai sehingga menyebabkan kecemasan dan stress. penderitanya menyadari akan keanehan mereka ini namun sulit untuk menceritakan ke orang lain karena pikiran ini sulit dimengerti 2. penderita merasakan khawatir yang berlebihan terhadap masalah dalam hidup mereka.

3. penderita berusaha menekan atau mengabaikan pikiran, impuls, atau gambaran tersebut / berusa ha menetralkannya dengan memikirkan atau melakukan hal lain. 4. penderita menyadari bahw a gangguan pikiran mereka ini adalah hasil dari pemikiran mereka sendiri ada 2 kriteria kompulsif 1. penderita sering melakukan suatu pekerjaan berulang-ulang (mencuci tangan, memesan sesuatu, , mengecek), atau tindakan mental (contoh berdoa, berhitung, mengulangi kata-kata dalam hati) sebagai respon terhadap obsesi /peraturan yang harus dipatuhi 2. perilaku atau ritual khusus ini bertujuan untuk mencegah atau mengurangi stress atau mencegah terjadinya situasi yang menakutkan, misal kematian atau kecelakaan. akan tetapi perilaku ini secara realisitis tidak berhubungan dengan tujuan yang hendak mereka capai. Diagnosis OCD dibuatberdasar gejala klinis. pasien OCD biasanya menyadari bahwa perilaku mereka tidak logis dan berlebihan namun ada juga yang tidak menyadarinya dan berfikir bahwa yang mereka adalah tindakan yang benar. OCD adalah kelainan yang kronis. dengan pengobatan efektif gejala OCD bisa berkurang namun beberapa gejala menetap. terapi untukpasien OCD adalah terapi perilaku, terapi kognitif, dan pengobatan spesifik. kombinasi ketiga terapi ini memberikan hasil yang efektif. obat yang digunakan golongan serotonin reuptake inhibitor. jika pengobatan gagal dapat diberi obat tambahan dan pengobatan alternative. bedah saraf adalah pilihan terakhir.

4.

Soal no. 4-6 (Dian M I ) Jawaban : A . Gangguan scizofrenia Pembahasan: Dari soal di atas didapatkan sindroma psikosis antara lain daya nilai norma sosial terganggu, waham curiga, halusinasi audio, tidak mampu melakukan hubungan sosial. Gejala muncul sejak 2 bulan yang lalu. PEDOMAN DIAGNOSIS Scizofrenia menurut PPDGJ III : Sedikitnya 1 gx amat jelas atau 2 gx atau lebih bila gx kurang tajam atau jelas : Thought echo = isi pikiran diri sendiri yang berulang/bergema dlm kepalanya dg kualitas yang berbeda. Thought insertion or withdrawal = dimasuki isi pikiran dari luar atau isi pikiran diambil ke luar Thought broadcasting = isi pikiran tersiar shg org lain mengetahui delusion of control = waham dikendalikan dari luar Delision of influence = waham dipengaruhi kekuatan dari luar Delusion of passivity = waham tidak berdaya dan pasrah kekuatan dari luar Delusion perception = pengalaman indrawi yang tak wajar, bermakna sangat khas, biasanya bersifat mistik / mukjizat Halusinasi auditorik = berkomentar thd perilaku pasien atau mendiskusikan perihal pasien Waham-waham yang menetap yang tidak wajar menurut budaya dan mustahil, misal perihal keyakinan agama, politik tertentu, juga kemampuan di atas manusia biasa misal mampu mengendalikan cuaca, berkomonikasi dg makluk asing dll Atau paling sedikit 2 gx yg harus selalu ada secara jelas :

Halusinasi dari panca indra manapun disertai waham mengambang tanpa kandungan afektif, atau disertai idea2 berlebihan menetap, terjadi setiap hari selama berminggu2 atau berbulan2. Arus pikiran terputus (break) atau mengalami sisipan (interpolation) shg inkoherensi atau tidak relevan atau neologisme Perilaku katatonik seperti gaduh gelisah (excitement), posturing, fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stopor Gejala negatif : apatis, bicara jarang, respon emosional menumpul mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan, menurunnya kinerja yg semuanya bukan karena depresi atau penggunaan neuroleptika Lamanya gx minimal satu bulan Terdapat perubahan konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari bbrp aspek pribadi, manifestasinya: Hilang minat Hidup tak bertujuan Tdk berbuat sesuatu Sikap larut dalam diri sendiri Penolakan diri secara sosial PEDOMAN DIAGNOSTIK DSM IV-TR A. gejala karakteristik : 2 atau lebih dari berikut ini yg ditemukan dalam waktu yg bermakna selama periode 1 bulan 1. waham 2. Halusinasi 3. Bicara kacau misal sering menyimpang / inkoheren 4. perilaku kacau atau katatonik yang nyata 5. Gejala negatif : pendataran afek, alogia, evolia Catatan : Dibutuhkan hanya 1 kriteria A jika Waham bizar atau halusinasi terdiri dari suara yang terus menerus mengomentari perilaku atau pikiran seseorang, atau dua atau lebih suara yang berbincang satu dg lainnya. B. Fungsi sosial / pekerjaan : satu atau lebih fungsi bidang utama seperti pekerjaan, hubungan interpersonal, atau perawatan diri dg jelas menurun. C. DURASI : gejala menetap sedikitnya 6 bln*, termasuk yang 1 bln yg memenuhi kriteria A. Dan dpt termasuk periode prodromal atau residual, tanda dari gangguan mungkin dimanifestasikan oleh hanya gejala negatif atau dua atau lebih gejala yang tercantum pada kriteria A yang timbul dalam bentuk yang kurang jelas (miasa keyakinan aneh, pengalaman persepsi yang tidak lazim) D. penyingkiran skizoafektif dan gangguan mood : tidak ada episode depresi mayor, manik, campuran jika episode mood terjadi selama fase aktif, durasi relatif singkat

E. penyingkiran kondisi medis umum / zat : bukan karena efek langsung zat (misal penyalah gunaan zat, pengobatan) atau kondidi medis umum. F. Hubungan dengan gangguan perkembangan pervasif : jika ada riwayat autistik atau ggn perkembangan pervasif lainnya, diagnosis skizofrenia dibuat hanya jika waham atau halusinasi yg menonjol juga timbul sedikitnya 1 bulan. Adapun Pedoman Diagnostik untuk gangguan psikotik akut dan sementara adalah sebagai berikut: Menggunakan urutan prioritas yang dipakai : 1. Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejala psikotik menjadi nyata dan menggangu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode prodormal yang gejalanya sering tidak jelas) sebagai ciri khas yang menentukan seluruh kelompok; 2. Adanya sindrom yang khas - Polimorfik : beraneka-ragam dan berubah cepat - Skizofrenia-like : gejala skizofrenia yang khas 3. Adanya stes akut yang berkelanjutan 4. Tanpa diketahui berapa lama gangguan akan berlangsung 5. Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis, delirium, demensia. F23.3 Gangguan Psikotik Akut Lainnya dengan Predominan Waham Untuk diagnosis : 1. Onset dari gejala psikotik harus akut (2 minggu atau kurang dari keadaan nonpsikotik sampai jelas psikotik) 2. Waham dan halusinasi harus sudah ada dalam sebagian besar waktu sejak berkembangnya keadaan psikotik yang jelas 3. Baik kriteria untuk skizofrenia (F20.-) maupun untuk gangguan psikotik polimorfik akut (F23.-) tidak terpenuhi. Bila waham menetap lebih dari 3 bulan lamanya, maka diagnosis harus diubah menjadi Gangguan Waham Menetap (F22.-) Bila hanya halusinasi yang menetap untuk lebih dari 3 bulan lamanya, maka diagnosis harus diubah menjadi Gangguan Psikotik Nonorganik Lainnya. Pedoman Diagnostik untuk pasien dengan skizoafektif adalah 1. Diagnosis gangguan skizoafektif hanya dibuat apabila gejal-gejala definitive adanya skizofrenia dan gangguan afektif sama-sama menonjol pada saat yang bersamaan (simultaneously), atau dalam beberapa hari yang satu sesudah yang lain, dalam satu episode penyakit yang sama, dan bilamana, sebagai konsekuensi dari ini, episode penyakit tidak memenuhi kritena baik skizofrenia maupun episode manik atau depresif 2. Tidak dapat digunakan untuk pasien yang menampilkan gejala skizofrenia dan gangguan afektif tetapi dalam episode penyakit yang berbeda

3. Bila seorang pasien skizofrenik menunjukkan gejala depresif setelah mengalami suatu episode psikotik, diberi kode diagnosis F20.4 (Depresi Pasca-skizofrenia). Beberapa pasien dapat mengalami episode skizoafektif berulang, baik berjenis manik maupun depresif atau campuran dari keduanya. Pasien lain mengalami satu atau dua episode skizoafektif terselip di antara episode manik atau depresif. Dari kriteria diagnosis menurut PPDGJ III di atas, penderita memenuhi kriteria diagnosis gangguan scizofrenia (A).
(Sumber; PPDGJ III & DSM IV)

*ini berbeda dengan yang di PPDGJ III, jadi ndak masukqt pake yg PPDGJ sj ya..tapi DSM IV tetep tak lampirkan 5. Jawaban : E. Risperidon 2 x 2 mg

Pembahasan: Berarti kita pilih anti psikotik risperidone adalah antipsikotik golongan atipikal (menghilangkan gejala positif dan negative). Fluoxetin : antidepresan golongan tetrasiklik Diazepam : anticemas golongan benzodiazepine Amitriptilin : antidepresan golongan trisiklik Carbamazepin : antimania Jadi yang sesuai adalah risperidone (E)
(Sumber; Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, Edisi III, dr. Rusdi Maslim)

6. Jawaban : C. Fluoxetin 1 x 20 mg

Pembahasan: Kriteria yang didapat pusing, lemas, sulit tidur dan mudah lelah, tidak aktif lagi, merasa kesepian, sedih, kehilangan semangat dan tidak nafsu makan. Onset 1 tahun. Depresi (F32.X) Buku Saku PPDGJ-III, Hal 64. Biasanya terjadi karena Loss of Love Object (kehilangan sesuatu yang dicintai). Berbahaya karena dapat timbul keinginan bunuh diri (suicide). Simptom : 1. Disforia (sedih berlebihan) 2. Berbagai gairah menurun sampai hilang sehingga malas melakukan aktivitas. Tidak ada rasa indah dalam hidup (Anhedonia). 3. Percaya diri menurun sampai hilang. Adanya waham berdosa, waham nihilistik (merasa diri tidak ada gunanya lagi).

4. Inhibisi Psikomotor (hambatan psikis dan motorik). Psikis (telat mikir / telmi), Motorik (Remming, Blocking, Hipoaktif). 5. Kualitas hidup jelek (Delayed Insomnia), akibatnya tubuh menjadi lemah (Astenia). 6. Diikuti rasa pesimis, ngomong kearah kematian. Untuk menegakkan diagnosa depresi seseorang, maka yang dipakai pedoman adalah adatidaknya gejala utama dan gejala penyerta lainnya, lama gejala yang muncul, dan ada tidaknya episode depresi ulang (Rusdi Maslim, 2001). Gejala utama dari depresi adalah afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya aktivitas. Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah : konsentrasi dan perhatian berkurang; harga diri dan kepercayaan diri berkurang; gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna; pandangan masa depan yang suram dan pesimistis; gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri; tidur terganggu; nafsu makan berkurang. Gejala pada penderita memenuhi kriteria diagnosis depresi Haloperidol : antipsikosis tipikal long term Farmakotx. yang sesuai adalah Fluoxetin (C)
(Sumber; PPDGJ III dan Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik, Edisi III, dr. Rusdi Maslim)

Soal no. 7-9 ( Indhah PW ) 7. Jawaban : C Pembahasan : Gejala utama episode depresif (pada derajat ringan, sedang dan berat) : Afek depresif Kehilangan minat dan kegembiraan Berkurangan energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas. Gejala lainnya : Konsentrasi dan perhatian berkurang Harga diri dan kepercayaan diri berkurang Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri Tidur terganggu

Nafsu makan berkurang

Sumber : Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa halaman 64 PPDGJ III cetakan perama halaman 150-163

8. Jawaban : B Pembahasan : Gejala ekstrapiramidal (EPS) mengacu pada suatu kelompok atau reaksi yang ditimbulkan oleh penggunaan jangka pendek atau panjang dari medikasi antipsikotik. Gejala Ektrapiramidal merupakan efek samping yang sering terjadi pada pemberian obat antipsikotik. Gejala ekstrapiramidal sering di bagi dalam beberapa kategori yaitu reaksi distonia akut, tardive diskinesia, akatisia, dan parkinsonism (Sindrom Parkinson). Reaksi Distonia Akut (ADR) Merupakan spasme atau kontraksi involunter satu atau lebih otot skelet yang timbul beberapa menit dan dapat pula berlangsung lama, biasanya menyebabkan gerakan atau postur yang abnormal. Kelompok otot yang paling sering terlibat adalah otot wajah, leher, lidah atau otot ekstraokuler, bermanifestasi sebagai tortikolis, disastria bicara, krisis okulogirik dan sikap badan yang tidak biasa hingga opistotonus (melibatkan seluruh otot tubuh) Reaksi distonia akut sering sekali terjadi dalam satu atau dua hari setelah pengobatan dimulai, tetapi dapat terjadi kapan saja. Keadaan ini terjadi pada kira-kira 10% pasien, lebih lazim pada pria muda, dan lebih sering dengan neuroleptik dosis tinggi yang berpotensi lebih tinggi, seperti haloperidol dan flufenazine. Akatisia EPS ini merupakan yang paling sering terjadi. Manifestasi berupa keadaan gelisah, gugup atau suatu keinginan untuk tetap bergerak, atau rasa gatal pada otot. Kemungkinan terjadi pada sebagian besar pasien yang diobati dengan medikasi neuroleptik, terutama pada populasi pasien lebih muda. Terdiri dari perasaan dalam yang gelisah, gugup atau suatu keinginan untuk tetap bergerak. Juga telah dilaporkan sebagai rasa gatal pada otot. Pasien dapat mengeluh karena anxietas atau kesukaran tidur yang dapat disalah tafsirkan sebagai gejala psikotik yang memburuk. Sindrom Parkinson Merupakan EPS lain yang agak lazim yang dapat dimulai berjam-jam setelah dosis pertama neuroleptik atau dimulai secara berangsur-angsur setelah pengobatan bertahuntahun. Manifestasinya meliputi berikut : o Akinesia Akinesia meliputi wajah topeng, jedaan dari gerakan spontan, penurunan ayunan lengan saat berjalan, penurunan kedipan, dan penurunan mengunyah yang dapat menimbulkan pengeluaran air liur. Pada suatu bentuk yang lebih ringan, akinesia hanya terbukti sebagai suatu status perilaku dengan jeda bicara, penurunan

spontanitas, apati dan kesukaran untuk memulai aktifitas normal, kesemuanya dapat dikelirukan dengan gejala skizofrenia negatif o Tremor Tremor dapat ditemukan pada saat istirahat. Tremor dapat mengenai rahang yang kadang-kadang disebut sebagai sindrom kelinci. o Gaya berjalan membungkuk Menyeret kaki dengan putaran huruf en cetak dan hilangnya ayunan lengan. o Kekakuan otot Terutama dari tipe cogwheeling Tardive Diskinesia Disebabkan oleh defisiensi kolinergik yang relatif akibat supersensitif reseptor dopamin di puntamen kaudatus. Merupakan manifestasi gerakan otot abnormal, involunter, menghentak, balistik, atau seperti tik mempengaruhi gaya berjalan, berbicara, bernafas, dan makan pasien dan kadang mengganggu. Faktor predisposisi dapat meliputi umur lanjut, jenis kelamin wanita, dan pengobatan berdosis tinggi atau jangka panjang. Gejala hilang dengan tidur, dapat hilang timbul dengan berjalannya waktu dan umumnya memburuk dengan penarikan neuroleptik. Diagnosis banding jika dipertimbangkan diskinesia tardive meliputi penyakit Hutington, Khorea Sindenham, diskinesia spontan, tik dan diskinesia yang ditimbulkan obat seperti Levodova, stimulant, dan lain-lain.

Obat Antipsikosis yang Mempunyai Efek Samping Gejala Ekstrapiramidal Antipsikosis Chlorpromazine Thioridazine Perphenazine trifluoperazine Fluphenazine Haloperidol Pimozide Clozapine Zotepine Sulpride Risperidon Quetapine Olanzapine Aripiprazole Dosis (mg/hr) 150-1600 100-900 8-48 5-60 5-60 2-100 2-6 25-100 75-100 200-1600 2-9 50-400 10-20 10-20 Gej. ekstrapiramidal ++ + +++ +++ +++ ++++ ++ + + + + + +

Sumber : http://bedahurologi.wordpress.com/2009/08/19/ekstrapiramidal-sindrom-et-causa-efek-samping-obat-anti-psikosis/ http://fathirphoto.wordpress.com/2011/11/08/sindrom_ekstrapiramidal/

9. Jawaban : C Pembahasan : Penatalaksanaan umum untuk sindrom ekstrapiramidal yakni dengan mulai menurunkan dosis antipsikotik, kemudian pasien diterapi dengan antihistamin seperti difenhidramine, sulfas atropine atau antikolinergik seperti trihexyphenidil ((THP), 4-6mg per hari selama 4-6 minggu. Setelah itu dosis diturunkan secara perlahan-lahan, yaitu 2 mg setiap minggu, untuk melihat apakah pasien telah mengembangkan suatu toleransi terhadap efek samping sindrom
ekstrapiramidal ini. Dosis antipsikotik diturunkan hingga mencapai dosis minimal yang efektif. Anticholinergic drugs are used to control neuroleptic-induced EPS, although akathisia may require beta blockers or even benzodiazepines. If the EPS are induced by an antipsychotic, EPS may be reduced by dose titration or by switching to an atypical antipsychotic, such as aripiprazole, ziprasidone, quetiapine, olanzapine, risperidone, or clozapine. These medications possess an additional mode of action that is believed to negate their effect on the nigrostriatal pathway, which means they are associated with fewer extrapyramidal side-effects than conventional antipsychotics (chlorpromazine, haloperidol, etc.). Commonly used medications for EPS are benztropine (Cogentin), diphenhydramine (Benadryl), and trihexyphenidyl (Artane).
Sumber : http://bedahurologi.wordpress.com/2009/08/19/ekstrapiramidal-sindrom-et-causa-efek-samping-obat-anti-psikosis/ http://fathirphoto.wordpress.com/2011/11/08/sindrom_ekstrapiramidal/ http://en.wikipedia.org/wiki/Extrapyramidal_symptoms

Soal No. 16-18 (Anita Nadlifah) 16. A. PER Ht muncul 36 mg (>20mg); R. Ht disangkal (murni karena kehamilan); kaki bengkak tidak lagi dipake buat patokan. TD 170 /100 ,tidak memenuhi kriteria PEB (PEB sistolik 160 DAN diastolic 110); tidak ada nyeri kepala, pandangan kabur mual muntah (ada pada PEB ); proteinuri +3 (PEB +4); AT 160.000 (PEB <100.000) data kasus yang ada mengarahkan kita untuk berfikir antara PER dan PEB. pada eklamsia biasanya akan disertakan KU pasien yang KEJANG / KOMA. untuk mengarah pada hipertensi kronik maupun hipertensi gestasional akan diberikan data TD pasca persalinan (12 mg pascapersalinan) klasifikasi hipertensi 1) Ht kronik : Ht muncul UK < 20 mg ATAU Ht pertama kali diDx stlh UK > 20 mg DAN menetap sampai 12 mg pasca persalinan 2) Preeklamsia : Ht muncul UK>20 mg DAN proteinuria PER: Ht ( 140/90), proteinuria +1, Edem: muka, perut, lengan dan generalisata (TUNGKAI TIDAK TERMASUK) PEB:

Diagnosis 1) TD sistolik 160 mmHg dan diastolic 110mmHg (tidak turun dengan ranap dan tiring) 2) proteinuria +4 atau >5gr/24 jam 3) oliguria (<500cc) 4) kenaikan kadar kreatinin plasma 5) gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala, skotoma, dan pandangan kabur 6) nyeri epigastrium atau nyeri pada abdomen kanan atas (akibat teregangnya kapsula Glisson) 7) edema paru dan sianosis 8) hemolisis mikroangiopatik 9) trombositopeni berat <100.000 atau penurunan trombosit dengan cepat 10) gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoselular): peningkatan kadar alanin dan aspartat aminotransferase 11) pertumbuhan janin intruterin terhambat 12) sindrom HELLP PEB dibagi 2: dengan dan tanpa impending eklamsia impending eklamsia: PEB dengan gejala subyektif: nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah2, nyeri epigastric, kenaikan TD progresif

3) Eklamsia : preeklamsia DENGAN kejang / koma 4) Ht kronik dengan superimposed preeklamsia: Ht kronik DENGAN tanda2 preeklamsia ATAU Ht kronik DENGAN proteinuria 5) Ht gestasional / transient hypertention : Ht muncul pada kehamilan TANPA proteinuria DAN hilang setelah 3 bulan pascapersalinan ATAU kehamilan dengan tanda preeklamsia TANPA proteinuria ingat!!! 1) 2) Ht : 140/90 mmHg. pengukuran min 2x selang 4 jam proteinuria 300mg = +1 (ilmu kebidanan Sarwono) 17. D. dilatasi serviks

UK 42 mg (mengarah ke posterm). kepala tidak bisa digoyangkan ( bagian bawah sudah masuk panggul). belum ada tanda persalinan dengan bishop skor 2 (serviks belum matang, ingat kematangan serviks nilai bishop skor >5) yang dimaksudkan kasus ini adalah pengelolaan kehamilan posterm. pada UK 42 mg, sekitar 70% serviks belum matang, dengan nilai bishop rendah sehingga INDUKSI tidak selalu berhasil. janin posterm lebih peka terhadap obat penenang dan narkose, sehingga perlu penetapan jenis narkose yang sesuai bila dilakukan SC pemecahan selaput ketuban harus dengan pertimbangan matang. pada oligohidramnion pemecahan selaput ketuban akan meningkatkan resiko kompresi tali pusat tetapi sebaiknya dengan pemecahan selaput ketuban akan dapat diketahui adanya mekonium dalam cairan amnion. masih kontroversi apakah akan dilakukan pengelolaan aktif (induksi) atau ekspektatif (menunggu) keadaan serviks harus dinilai ulang setiap kunjungan pasien dan kehamilan dapat diakhiri bila serviks matang. pilihan jawaban yang ada mengarah pada pengelolaan aktif. induksi persalinan dilakukan apabila serviks telah matang. sehingga tindakan yang perlu dilakukan adalah PEMATANGAN SERVIKS baru INDUKSI

(ilmu kebidanan Sarwono)

18. E. stimulasi oksitosin kasus ini mengenai pengelolaan persalinan lama (distosia) yang bisa dikarenakan oleh HIS, janin, dan jalan lahir. pasien G1P0A0, UK 38mg (aterm). datang dengan pembukaan 5 cm 4 jam kemudian 6 cm (ada kemajuan sudah dalam persalinan). DJJ 144 (tidak ada masalah pada janin). HIS mengalami penurunan dari 3-4/10mnt menjadi 2x/10mnt. Ketuban sudah pecah. Ada beberapa penyebab kelainan HIS yaitu: inersia uteri, HIS terlampau kuat dan incoordinate uteri action. pada kasus ini terjadi inersia uteri. Pada inersia uteri his bersifat biasa, maksudnya fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu daripada bagian2 lain, peranan fundus tetap menonjol. kelainan terletak dalam

hal kontraksi uterus lebih aman, singkat, dan jarang dari biasa. KU penderita biasanya baik dan rasa nyeri tidak seberapa. bila ketuban masih utuh maka keadaan ini tidak bahaya. apabila hal ini terjadi setelah HIS kuat dalam waktu lama, dinamakan inersia uteri sekunder. Pertama kali yang dilakukan adalah diagnosis. ingat!!! diagnosis inersia uteri ditegakkan bila benar2 sudah dalam persalinan (minimal pembukaan 3cm). pengawasan KU, TD per4 jam,DJJ persetengah jam. apabila ada disproporsi sefalopelvik yang berarti SC apabila bagian bawah janin sudah masuk panggul penderita disuruh jalan2 ketuban boleh dipecahkan setelah pemecahan ketuban, persalinan tidak boleh berlangsung terlalu lama. kalau diobati dengan oksitosin (5 iu dalam D5% 12 tpm dapat dinaikkan perlahan2 smp 50 tpm). bila 50 tpm gagal dosis tidak perlu ditambah (gak ngefek) istirahat dulu aja. trus dicoba lagi. tetap gagal SC. infuse drip oksi dihentikan apabila his >60 detik atau DJJ menjadi cepat atau lambat. ingat !!! drip oksi tidak boleh pada panggul sempit, grandemultipara, riwayat SC atau miomektomi rupture uteri oksitosin IM incoordinate uterine action. (ilmu kebidanan Sarwono)

soal no. 19-21 (Diah Anggraini) 19. jawaban : D. Abortus Insipiens Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Sebagai batasan ialah kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram. Macam abortus: 1. ABORTUS IMINENS : Keluhan PPV pd u.k <20 minggu, mules sedikit - tidak ada keluhan nyeri, oue msh menutup, hasil konsepsi masih baik dalam kandungan, besar uterus sesuai kehamilan, tes kehamilan urin masih positif Penanganan : tirah baring sampai perdarahan berhenti, spasmolitik, hormone progesterone dan derivatnya 2. ABORTUS INSIPIENS :

Abortus sedang mengancam, serviks mendatar, OUE telah membuka, hasil konsepsi masih dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran, mulas ringan-sedang karena kontraksi yang sering dan kuat, PPV sesuai pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan, besar uterus sesuai umur kehamilan, tes urin kehamilan positif. Penanganan : Perhatikan KU dan perubahan hemodinamik segera lakukan tindakan evakuasi /pengeluaran hasil konsepsi disusul kuretase bila perdarahan banyak. Pada u.k. > 12 minggu hati hati terjadi perforasi uterus pada tindakan evakuasi dan kuretase, kalau perlu dilakukan evakuasi dengan cara digital yang kemudian disusul dengan tindakan kuretase sambil diberi uterotonika. Pasca tindakan perlu perbaikan KU, uterotonik, antibiotic profilaksis. 3. ABORTUS KOMPLETUS : hasil konsepsi telah keluar, OUE telah menutup, uterus mengecil sehingga perdarahan sedikit, besar uterus tidak sesuai umur kehamilan, tes urin masih positif sampai 7-10 hari setelah abortus. Penanganan : tidak ada tindakan khusus atau pengobatan, diberi roboransia atau hematenik bila pasien memerlukan, uterotonik tidak perlu. 4.ABORTUS INKOMPLETUS: Hasil konsepsi telah keluar kavum uteri dan masih ada yang tertinggal, kanalis servikalis masih terbuka, teraba jaringan dalam dalam kavum uteri atau menonjol pada ostium eksternum, perdarahan biasanya masih terjadi jumlahnya bisa banyak atau sedikit tergantung pada jaringan yang tersisa, yang menyebabkan placental site masih terbuka sehingga perdarahan berjalan terus, pasien dapat jatuh kekeadaan anemia atau syok hemoragik. Penanganan : Bila perdarahan hebat segera keluarkan sisa hasil konsepsi secara manual agar jaringan yang mengganjal terjadinya kontraksi uterus keluar, kontraksi uterus jadi baik, perdarahan berhenti, kuretase harus hati hati, tindakan yg dianjurkan dengan kuret vakum pake kanula dari plastic, pasca tindakan perlu uterotonik parenteral/peroral, dan antibiotik. 5. MISSED ABORTION : Embrio atau fetus telah meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan seluruh hasil konsepsi masih tertahan dalam kandungan. Tidak ada keluhan , penderita merasa kehamilannya makin mengecil, tanda-tanda kehamilan sekunder hilang. Kadang kala diawali dengan abortus imminens, merasa sembuh tapi pertumbuhan janin terhenti. USG : uterus mengecil, kantong gestasi mengecil, tdk ada tanda kehidupan. Penanganan : klu >4minggu hati hati gangguan penjedalan darah (hipofibrinogenemia) lakukan pemeriksaan koagulasi darah sebelum evakuasi dan kuretase. u.k < 12 minggu tindakan evakuasi dpt dilakukan secara langsung dengan

dilatasi dan kuretase. Bila u.k. >12 minggu atau <20minggu dengan serviks kaku dianjurkan induksi terlebih dahulu untuk mengeluarkan janin (oksitosis dosis 10 unit dalam 500cc D5% 20 tpm dapat diulang sampai total oksitosin 50unit) 6. ABORTUS HABITUALIS : Abortus spontan yg terjadi 3 kali atau lebih berturut turut. penyebabnya : -imunologik reaction (kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblastcross reaction), obatnya tranfusi leukosit atau heparin. -inkompetensia serviks (serviknya gk kuat nahan beban uterus) , obatnya fiksasi serviks dengan operasi SHIRODKAR atau McDONALD pake benang MERSILENE. dari soal kontraksi uterus yang periodic, nyeri, cervik terbuka 1 jari, teraba selaput ketuban menonjol, tidak teraba jaringan mengarah pada D. Abortus Insipiens Ilmu Kebidanan Sarwono Ed.IV Hal.467-473 20. jawaban: B. diberi infuse oksitosin Diawali dengan flek-flek tidak berkurang dengan progesterone, uterus lebih kecil (menunjukkan terhentinya perkembangan janin) kemungkinan kematian janin yang menetap dalam kandungan Missed Abortion (lihat tentang Missed Abortion diatas), sesuai penanganan Missed Abortion u.k >12 minggu diberi uterotonik (induksi) terlebih dahulu sebelum dilakukan kuretase maka jawabannya : B. diberi infuse oksitosin 21. Jawaban : C. False labor. kontraksi irregular selama beberapa jam, kadang disertai nyeri terutama diperut bawah. tidak ada cairan maupun perdarahan vaginal. frekuensi his 2 kali dalam 10 menit kekuatan ringan, belum ada pembukaan menunjukkan ibu belum masuk dalam persalinan. Ini disebut juga dengan kontraksi Braxton Hicks (false labour) 25. Soal no. 25-27 (YUTHA PERDANA) Jawaban : E. Metronidazol Pembahasan : Pada kasus ini diagnosis mengarah kepada Trikomoniasis. Trikomoniasis menyerang terutama dinding vagina, dapat bersifat akut maupun kronis. Pada kasus akut terlihat sekret vagina seropurulen berwarna kuning hijau, berbau tidak enak dan berbusa. Dinding vagina tampak kemerahan dan sembab. Kadang terbentuk abses kecil pada dinding vagina dan serviks, yang tampak sebagai granulasi berwarna merah dan dikenal tampilan strawberry dan disertai gejala dispareunia, perdarahan pascakoitus dan perdarahan

intramenstrual. Bila sekret banyak yang keluar, maka dapat timbul iritasi pada lipat paha atau di sekitar genitalia eksterna. Selain vaginitis, dapat juga terjadi uretritis, bartholinitis, skenitis, dan sistitis. Pada kasus kronik, gejala umumnya lebih ringan dan sekret vagina biasanya tidak berbusa. Pengobatannya dengan metronidazol oral 500 mg per hari selama 7 hari. Sumber : UKDI Ready hal 276 pembahasan soal no 194

26.

Jawaban : B. Misoprostol Pembahasan : Misoprostol adalah analog prostaglandin E1 sintetis yang telah disahkan oleh FDA sejak tahun 1985. Sebagai analog prostaglandin E1 sintetis, misoprostol bersifat uterotonika dan memiliki efek dalam pelebaran serviks. Misoprostol merupakan obat yang telah disahkan oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan di Amerika Serikat (Food and Drug Administration/FDA) sejak tahun 1985 dan diindikasikan untuk mencegah ulkus lambung akibat penggunaan obat anti inflamasi non steroid. Indikasi yang diakui oleh FDA adalah untuk pencegahan dan pengobatan ulkus lambung akibat pemakaian antiinflamasi non steroid. Indikasi ini didasarkan pada efeknya yang merangsang sintesis mukus dan bikarbonat di lambung dan mengurangi produksi asam lambung.2 Pada organ reproduksi wanita, prostaglandin E1 merangsang kontraksi uterus. Sensitivitas uterus meningkat dengan bertambahnya usia kehamilan. Pada serviks, misoprostol menyebabkan peningkatan aktivitas kolagenase dan mengubah komposisi proteoglikan sehingga menyebabkan pelembutan dan penipisan serviks. Di bidang obstetri-ginekologi, efek ini dimanfaatkan untuk aborsi elektif, induksi persalinan, dan untuk evakuasi uterus dalam kasus kematian janin intrauterin. Efek kontraksi uterus juga bermanfaat untuk mencegah dan mengatasi perdarahan pospartum. Walaupun tidak satupun dari indikasi obstetri ini yang telah diakui oleh FDA, namun pemakaian off-label dapat dibenarkan dalam kondisi tertentu. Efek samping yang sering terjadi setelah pemakaian misoprostol antara lain mual, muntah, diare, kramp perut, demam, menggigil. Sumber : Penggunaan Misoprostol Di Dalam Obstetry dan Ginekologi on 4th Asia Pacific Congress in Maternal Fetal Medicine 2008, Macau.

27.

Jawaban: C. Impending eklampsia Pembahasan : Pada kasus ini diagnosis mengarah kepada Impending Eclampsia. Adapun penegakan diagnosisnya adalah sebagai berikut : Preeklampsia Ringan jika ditemukan: - Tekanan darah 140/90 mmHg, tetapi kurang dari 160/110 mmHg - Proteinuria 300 mg/24 jam, atau pemeriksaan dipstick 1 + c - Edema

Preeklampsia Berat jika ditemukan tanda dan gejala sebagai berikut : - Tekanan darah pasien dalam keadaan istirahat: sistolik 160 mmHg dan diastolik 110 mmHg - Proteinuria 5 gr/24 jam atau dipstick 2 + - Oligouri < 500 ml/24 jam - Serum kreatinin meningkat - Oedema paru atau cyanosis - Nyeri kepala frontal atau gangguan penglihatan / visus - Nyeri epigastrium Impending eclampsia, atau disebut juga Imminent Eclampsia yaitu keadaan Preeklampsia Berat disertai gejala-gejala : - Nyeri epigastrium - Nyeri kepala frontal, scotoma, dan pandangan kabur (gangguan susunan syaraf pusat) Nyeri kepala hebat - Gangguan visus - Muntah - Gangguan fungsi hepar dengan meningkatnya alanine atau aspartate amino transferase - Tanda-tanda hemolisis dan micro angiopatik - Trombositopenia < 100.000/mm3 - Munculnya komplikasi sindroma HELLP Eklampsia jika pada penderita preeklampsia berat dijumpai kejang klonik dan tonik dapat disertai adanya koma. Pada dasarnya penanganan penderita preeklampsia dan eklampsia yang definitif adalah segera melahirkan bayi dan seluruh hasil konsepsi, tetapi dalam penatalaksanaannya kita harus mempertimbangkan keadaan ibu dan janinnya, antara lain umur kehamilan, proses perjalanan penyakit, dan seberapa jauh keterlibatan organ.
Soal No. 27-28 (Neneng S) 27. Jawaban : B. PEB PREEKLAMSIA Ringan Tensi 140/90 BB naik lebih dari 3/4kg/minggu PREEKLAMSIA Berat Impending Eklamsia EKlamsia Konvulsi Koma

Tensi 160/110 Objektif : Edema paru-sianosis Hiperaktif Oligourina 500cc 24jam Sianosis-sesak Proteinuria 5gr/24 jam atau plus 4-5 Sumber : Kapita Selekta penatalaksanaan rutin Obstetri, Ginekologi, KB KLASIFIKASI HIPERTENSI KRONIK DALAM KEHAMILAN

DIAGNOSIS HIPERTENSI KRONIK SUPERIMPOSED PREECLAMPSIA

TEKANAN DARAH HIPERTENSI HIPERTENSI KRONIK

TANDA LAIN KEHAMILAN < 20 mg PROTEINURIA DAN TANDA LAIN PREEKLAMPSIA

KLASIFIKASI HIPERTENSI KARENA KEHAMILAN DIAGNOSIS HIPERTENSI TEKANAN DARAH KENAIKAN DIASTOLIK 15 mmHg ATAU 90 mmHg DALAM 2 PENGUKURAN JARAK 1 JAM IDEM TEKANAN DIASTOLIK > 110 mmHg TANDA LAIN PROTEINURIA (-) KEHAMILAN > 20 mg

PREEKLAMPSIA RINGAN PREEKLAMPSIA BERAT

PROTEINURIA 1+ PROTEINURIA 2+ OLIGURIA HIPERREFLEKSIA GANGG.PENGLIHATAN

NYERI EPIGASTRIUM Sumber : http://www.scribd.com/doc/6502676/Preeklampsia-Dr-Tuti-New 28. Jawaban : C. Diazepam

Penderita dengan tanda-tanda preeklamsia berat segera diberi sedative kuat untuk mencegah timbulnya kejang-kejang.Sebagai pengobatan mencegah timbulnya kejang-kejang dapat diberikan : 1. Larutan sulfas magnesikus 40% sebanyak 10ml (4gram) disuntikkan bokong kiri dan kanan sebagai dosis permulaan dan dapat diulang 4gram tiap 6 jam menurut keadaan. 2. Klorpromazin 50mg IM 3. Diazepam 20mg IM Sumber : Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Tapi ada sumber lain nyebutin : Obat pilihan adalah Nifedipin, yang diberikan 5-10 mg oral yang dapat diulang sampai 8 kali/24 jam Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan tambahan 5 mg Nifedipin sublingual.

Labetolol 10 mg oral. Jika respons tidak membaik setelah 10 menit, berikan lagi Labetolol 20 mg oral.

Sumber : http://www.scribd.com/doc/6502676/Preeklampsia-Dr-Tuti-New

Soal no 29-30 (Yessi Susanti) 29. Jawaban : C Pembahasan: (Buku sakti obsgyn Sarwono Prawirohardjo) Teraba bundle ring setinggi umbilicus adalah tanda rupture uteri iminen (Threatened Uterine Ruptur). Cincin Bandl adalah batas antara korpus uteri yang kontraktil dan segmen bawah uterus yang pasif. Bandl ini dianggap fisiologis bila terdapat 2-3 jari diatas simfisis pubis. Gejala lain pada rupture uteri iminen adalah: Kontraksi yang kuat, interval pendek bahkan tanpa interval (terus-menerus), dan terasa nyeri (sesuai pada kasus) Nyeri, gelisah, dan takikardia (kadang peningkatan TD) Pada inspeksi tampak gambaran angka 8, diman bagian proksimalnya lebih besar dibandingkan bagian distal. Gambaran ini disebabkan segmen atas uterus berkontraksi kuat dan beretraksi sedangkan segmen bawah uterus akan melebar dan menipis. Bila dipasang kateter, keluar urin campur darah (hematuria) Cervix berdilatasi penuh atau hamper penuh Rumus: R = H + O (R:rupture, H:His, Oobstruksi). Pembukaan 6 berarti masuk kala 1 fase aktif periode dilatasi maksimal, namun kepala belum masuk PAP, sehingga harus dipikirkan adanya obstruksi. Penanganan perbaikan KU, pemberian tokolitik dan SC segera untuk menyelamatkan janin (pada kasus DJJ 100x, Normal:120-160x). 30. Jawaban : E. Pembahasan: Lihat pembahasan No.29 Soal no. 31-31 (Isniyanti C) 31. jawabn: A. Hipoglikemia. Sumber dari : DOC] Obat Hipoglikemik Oral (OHO) Golongan Sulfonilurea Dikenal dua ... xa.yimg.com/kq/groups/13472721/1326922841/name/ADO.docx 32. jawaban D. Kadar TSH serum yang rendah Pembahasan :

Hipertiroid juga dapat dibedakan antara klinis jelas (overt) dan klinis tidak jelas (subklinis). Hipertiroid klinis (tirotoksikosis) disifatkan dengan penigkatan kadar T3 dan T4 serum daqn penurunan kadar TSH. Penyebab tersering adalah penyakit graves, yang ditandai dengan trias pembesaran kelenjar tiroid (goiter), jantung berdebar-debar (palpitasi), dan mata menonjol (eksoftalmus). Sumber : www.abclab.co.id/?p=815 Soal no. 34-36 (ACI INDAH KUSUMAWARDANI) 34. Jawaban : D. Keton Bodies dalam darah Pembahasan : Keasaman (pH) Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjal dan saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin. Namun, tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 8,0. pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam. Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa jug adapt mempengaruhi pH urine. Urine yang diperiksa haruslah segar, sebab bila disimpan terlalu lama, maka pH akan berubah menjadi basa. Urine basa dapat memberi hasil negatif atau tidak memadai terhadap albuminuria dan unsure-unsur mikroskopik sedimen urine, seperti eritrosit, silinder yang akan mengalami lisis. pH urine yang basa sepanjang hari kemungkinan oleh adanya infeksi. Urine dengan pH yang selalu asam dapat menyebabkan terjadinya batu asam urat. Berikut ini adalah keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine : pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih (Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi. pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau metabolic memicu pengasaman urine dan meningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman. Badan Keton Badan keton terdiri dari 3 senyawa, yaitu aseton, asam aseotasetat, dan asam hidroksibutirat, yang merupakan produk metabolisme lemak dan asam lemak yang berlebihan. Badan keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk menghasilkan energi yang disebabkan oleh : gangguan metabolisme karbohidrat (mis. diabetes mellitus yang tidak terkontrol), kurangnya asupan karbohidrat (kelaparan, diet tidak seimbang : tinggi lemak rendah karbohidrat), gangguan absorbsi karbohidrat (kelainan gastrointestinal), atau gangguan mobilisasi glukosa, sehingga tubuh mengambil simpanan asam lemak untuk dibakar.

Peningkatan kadar keton dalam darah akan menimbulkan ketosis sehingga dapat menghabiskan cadangan basa (mis. bikarbonat, HCO3) dalam tubuh dan menyebabkan asidosis. Pada ketoasidosis diabetik, keton serum meningkat hingga mencapai lebih dari 50 mg/dl. Keton memiliki struktur yang kecil dan dapat diekskresikan ke dalam urin. Namun, kenaikan kadarnya pertama kali tampak pada plasma atu serum, kemudian baru urin. Ketonuria (keton dalam urin) terjadi akibat ketosis. Benda keton yang dijumpai di urine terutama adalah aseton dan asam asetoasetat. Sumber : http://labkesehatan.blogspot.com/2010/03/badan-keton-urin.html 35. Jawaban: E. Cacing tambang Pembahasan : Dari gejala-gejala yang ada berupa keluhan sering pusing dan kesemutan (paresthesia), serta riwayat pekerjaan sebagai petani, maka diagnosis mengarah kepada Anemia Defisiensi Besi, dimana merupakan anemia yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya menyebabkan pembentukan hemoglobin berkurang. Gejala umum anemia disebut juga sebagai sindrom anemia (anemic syndrome) dijumpai pada anemia defisiensi besi apabila kadar hemoglobin turun dibawah 7-8 gr/dl. Gejala ini berupa badan lemah, letih, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, pusing, serta telinga mendenging. Pada anemia defisiensi besi karena penurunan kadar hemoglobin yang terjadi secara perlahanlahan sering kali sindroma anemia tidak terlalu menyolok dibandingkan dengan anemia yang lainnya yang penurunan kadar hemoglobinnya terjadi lebih cepat, oleh karena kompensasi tubuh dapat berjalan dengan baik. Anemia bersifat simptomatik jika hemoglobin telah turun dibawah 7 gr/dl. Pada orang dewasa anemia defisiensi yang dijumpai di klinik hampir identik dengan perdarahan menahun. Faktor nutrisi atau peningkatan kebutuhan besi jarang sebagai penyebab utama. Penyebab perdarahan paling sering pada laki-laki ialah perdarahan gastrointestinal, di negara tropik paling sering karena cacing tambang. Sedangkan pada perempuan dalam masa reproduksi paling sering karena meno-metrorhagia. Pada praktek klinik, seperti misalnya pada praktek swasta, ternyata [erdarahan kronik memegang peranan penting, pada laki-laki ialah infeksi cacing tambang (54%) dan hemoroid (27%), sedangkan pada perempuan menorhagia (33%), hemoroid dan cacing tambang masingmasing 17%. Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi 4, hal 644-650 36. Jawaban: C. Pankreas Pembahasan : Berdasarkan dari gejala-gejala yang ada yaitu keluhan nyeri di daerah ulu hati menjalar ke punggung kanan dimana nyeri lebih terasa jika berjalan atau tidur terlentang dan berkurang jika duduk atau membungkuk, mual dan muntah, riwayat batu empedu, demam, serta kenaikan kadar amylase dan lipase serum, maka diagnosis mengarah kepada Pankreatitis.

Pankreatitis Akut merupakan reaksi peradangan pankreas, secara klinis ditandai nyeri perut akut dengan kenaikan enzim dalam darah dan urin. Perjalanan penyakit dari ringan self limited sampai berat yang disertai renjatan gangguan ginjal dan paru-paru yang bisa berakibat fatal. Penyebab utama terjadinya pankreatitis di Indonesia adalah batu empedu, dan alkohol untuk negara barat. Batu empedu yang terjepit pada ampulla Vateri/sfingter Oddi atau adanya mikrolitiasis dapat menyebabkan pankreatitis akut karena refluks cairan empedu ke dalam saluran pankreas. Adanya mikrolitiasis ini diketahui dengan didapatkannya kristal-kristal (kolesterol monohidrat, kalsium bilirubinat atau kalsium karbonat) via ERCP atau dengan ditemukannya lumpur pada kandung empedu pada pemeriksaan ultrasonografi. Diagnosis pankreatitis akut pada umumnya dapat ditegakkan bilaman pada pasien dengan nyeri perut bagian atas yang timbul tiba-tiba didapatkan : 1) kenaikan amilase serum atau urin ataupun nilai lipase dalam serum sedikitnya dua kali harga normal tertinggi; 2) atau penemuan ultrasonografi yang sesuai dengan pankreatitis akut. Sumber : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I Edisi 4, hal 488-493 Soal no. 40,41,42 (Rizka N I) 40. Jawaban : C. Untuk mengurangi efek toksisitas toksin bakteri
Pembahasan: Sepsis dan septic syok merupakan 2 hal yang berbeda. Sepsis adalah suatu keadaan dimana darah terinfeksi oleh bakteri (bisa juga karena penyebab lain seperti jamur, atau parasit). Septic syok adalah sepsis yang tidak terkontrol ditandai dengan rendahnya tekanan darah, takikardia, perubahan status mental, dan ketidakmampuan bernapas sendiri (membutuhkan ventilator).
BAKTERI Pembebasan endotoksin dari mikroba yang sudah mati diduga menjadi pencetus utama terjadinya syok +LEUKOSIT septic. Endotaksin merupakan stimulan antigen yang kuat, yang menyebabkan ia berikatan dengan

antibodi (lg-G, Ig-M) membentuk kompleks endotoksin antibodi. Selanjutnya komplemen akan diaktifkan ENDOTOKSIN baik melalui classic pathway ataupun melalui alternative pathway. Efek selanjutnya terjadi pelepasan zat vasoaktif seperti histamin, serotonin, bradikinin, prostaglandin dan "slow-reacting-substance of REAKSI ANTIGEN-ANTIBODI anaphylactoid" (SRS-A). Pelepasan zat vasoaktif ini menyebabkan dilatasi arteriol, venokonstriksi, bronkokonstriksi dan peninggian permeabilitas membrana kapiler. Vasodilatasi yang terjadi memberikan PEMBEBASAN ZAT VASOAKTIF gambaran hangat dan kemerahan, di samping menyebabkan penurunan tekanan darah. Akibatnya terjadi stimulasi baroreseptor yang menyebabkan dibebaskannya zat vasoaktif 5-hidroksi triptantin, adrenalin dan nor-adrenalin. baik neural maupun humoral. Sampai fase ini kita masih berada pada fase awal syok SUHU TUBUH STIMULASI AKTIVASI TAKIPNEU NAIK HORMONAL NEUROHORMONAL septic yang disebut juga warm shock WARM SHOCK PENINGGIAN VENOUS RETURN STIMULASI JANTUNG

HIGH CARDIAC OUTPUT STAGE

DILATASI ZAT VENOKONSTRIKSI ARTERIOLE VASOAKTIF Efek samping pembebasan zat vasoaktif ini secara terus menerus, menyebabkan konstriksi pada precapillary sphincter dan post capillary venular sphincter. Akibatnya, sebagian darah tidak lagi melalui STIMULASI jaringan tetapi melalui shunt arteri vena BARORESEPT yang menyebabkan jaringan berada dalam keadaan hipoksia OR iskemik. Hipoksia jaringan memaksa jaringan mempertahankan fungsinya, terutama dengan metabolism PEMBEBASAN anerobik yangTAKIKARDIA asam laktat. Asidosis laktat lama kelamaan VASOKONSTRIKSI menghasilkan menyebabkan precapillary KATEKOLAMIN PRE-CAPILARY masih sphincter tidak dapat lagi mempertahankan tonusnya. Sebaliknya, post capillary venular sphincter SPINCTER DAN sanggup mempertahankan tonusnya karena memang biasa bekerja dalam suasana yang lebih asam. POST VENULAR Relaksasi precapillary sphincter dan tetap konstriksinya post capillary venular sphincter inimenyebabkan SPINCTER pooling darah pada mikrosirkulasi, sehingga jaringan mengalami suatu stagnant hypoxia. Tekanan hidrostatik kapiler meninggi, serta kerusakan endotel menyebabkan meningginya permeabilitas pembuluh SHUNT ARTERIdarah. Kedua faktor ini menyebabkan kebocoran cairan ke ruang intersisial dan intraselular, yang VENA menyebabkan hipovolemia hebat, sehingga manifestasi klinik syok menjadi lebih jelas (Cold Shock) HIPOKSIA COLD SHOCK ISKEMIK RELAKSASI POST CAPILARY SPINCTER KONSTRIKSI POST VENULAR SPINCTER

POOLING PADA MIKROSIRKULASI STAGNANT HIPOKSIA PERPINDAHAN CAIRAN KE RUANG

EFEK KORTIKOSTEROID SEBAGAI TERAPI AJUVAN PADA SYOK SEPTIK Walaupun kortikosteroid telah digunakan sebagai terapi ajuvan pada syok septik lebih dari 10 tahun, kontroversi mengenai untung-rugi dan berguna- tidaknya diberikan pada penderita septikemia terus berlanjut sampai dewasa ini dan banyak peneliti lainnya melihat bahwa pemberian adrenokortikoid dini pada sepsis mempertinggi kemungkinan hidup pada binatang percobaan dan penderitanya. Lofer berhipotesis, efek perlindungan yang diberikan oleh kortikosteroid pada syok disebabkan karena efek hemodinamik dan metaboliknya dalam memperbaiki sistem sirkulasi. Lozman melaporkan peninggian curah jantung dan penurunan resistensi vaskuler periferi pada penderita trauma kapitis yang diberinya metilprednisolon -sodium-suksinat 30 mg/Kg BB dini. Peninggian curah jantung meninggikan aliran darah ke organ dan memperbaiki perfusi jaringan. Perfusi jaringan lebih diperbaiki lagi karena penurunan resistensi vas kuler periferi. Peninggian curah jantung ini antara lain disebabkan karena adanya efek inotropik positif, peninggian aliran darah koroner, dan percepatan aliran darah regional. Perbaikan sirkulasi hati oleh glukokortikoid mencegah iskemia pada hati, lesi pada hati dan penumpukan fibrin pada

sinusoid hati. Lefer & Verrier dan Lillehei berpendapat, kortikosteroid mencegah vasokonstriksi hebat melalui berbagai jalan, antara lain : 1. Menghambat transmisi impuls saraf pada serabut postganglionik saraf simpatik utamanya pada reseptor alfa. 2. Memperbaiki integritas pembuluh darah kecil sehingga mencegah kebocoran ke dalam mikrosirkulasi. 3. Menurunkan agregasi trombosit sehinggamencegah atau memperbaiki stagnant hypoxia pada mikrosirkulasi. Hubay et al berpendapat pula bahwa kortikosteroid menurunkan fiksasi komplemen sehingga menyebabkan intervensi terhadap produksi zat vasoaktif yang dicetuskan akibat fiksasi komplemen. Di lain pihak, Schumer melihat bahwa kortikosteroid mencegah aktifitas produk fiksasi komplemen. Akibat kedua efek inilah agaknya kortikosteroid dilaporkan mempunyai efek antiendotoksin. Menurut Alho, Motsay dan Lilehei perbaikan perfusi periferi karena pemberian kortikosteroid melindungi lisosom dengan jalan menstabilkan membrana lisosom. Lefer berpendapat, dosis farmakologik dari glukokortikoid secara bermakna mencegah : 1. Akumulasi enzim lisosom di dalam darah. 2. Lepasnya enzim lisosom ke dalam jaringan splanikus seperti hati dan pankreas. 3. Peningkatan aktifitas enzim ekstralisosomal. 4. Pembengkakan dan vakuolisasi lisosom. Mela memperlihatkan efek pemeliharaan fungsi mitokondria, sedangkan McConn menunjukkan terjadinya perbaikan transpor oksigen sesudah pemberian kortikosteroid pada syok septik. Tanra AH, Sjattar MID. PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID PADA SYOK SEPTIK. Bagian Anestesiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makasar. Anonim. 2008. SEPTIC SHOCK. Diakses dari septicshock.about.com. 41. Jawaban: B. Untuk mencukupi kebutuhan cairan akibat dehidrasi. Ketoasidosis diabetik sering ditemukan pada penderita DM tipe 1 dan tidaK jarang pada DM tipe 2. Pada DM tipe 1 lebih 45 000 ka sus setiap tahunnya dengan angka kematian keseluruhan 5 9 % sedangkan pada usia > 65 tahun angka kematian meningkat menjadi 15 28 %. Walaupun demikian kematian in selain akibat KAD juga tergantung pada faktor pencetusnya. KAD terjadi akibat defisiensi insulin atau defisiensi insuli n relatif yang disertai peningkatan sistem hormon counter regulatori terutama hormo glukagon. Kondisi ini menyebab dua aspek yaitu :

Pertama, hiperglikemia dan dehidrasi akibat defisiensi insulin. Defisiensi insulin menyebabkan peningkatan kadar gula darah akibat penurunan penggunaan adipose dan glukosa di jaringan perifer serta meningkatnya produksi glukosa hepatik. Akibat hiperglikemia menyebabkan diuresi osmotic dengan demikian akan terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Kedua, adalah terjadinya peningkatan produksi keton darah di hepar. Pada keadaan normal, FFA (free fatty acid) merupakan hasil oksidasi atau penggunaan trigliserida cadangan. Dengan keadaan defisiensi insulin dan glukagon yang berlebih, metabolisme FFA akan lebih cenderung menghasilkan benda keton (hydroxybuterate dan acetoacetate), kemudian keadaan asam ini menyebabkan penurunan bikarbonat dan menyebabkan asidosis. Dengan demikian terdapat tiga faktor yang saling terkait pada KAD, yaitu hiperglikemia, dehidrasi, dan asidemia. Pada KAD, cairan yang digunakan tidak ada yang pasti. Cairan inisiasi untuk rehidrasi digunakan cairan normal saline ( NaCl 0,9%) apabila tidak terdapat kelainan jantung. Pada umumnya pada penderita dewasa terjadi defisit cairan 3 5 liter, atau 15-20 mg/kg/jam atau lebih banyak pada jam pertama pemberian (1 1,5 liter/jam). Jumlah pemberian inipun harus menilai status hidrasi, kadar elektrolit dan diuresis (output). Jika penderita hipernatremia, NaCl 0,45% (half-strenght). Apabila diyakini tidak terdapat gangguan ginjal dapat ditambahkan Kalium 20-30 mEq/l ( 2/3 KCL dan 1/3 KPO 4) selama penderita stabil dan mentolerasi suplement peroral. Cairan Ringer laktat dapat diberikan secara hati-hati, mengingat pada penderita KAD dengan hipovolemia sering kali bersamaan terjadi dengan asidosis laktat . Keberhasilan pemberian cairan adalah adanya perubahan hemodinamik (tekanan darah), mencatat input/ output cairan, dan perbaikan klinis. Kekurangan cairan pada 24 jam pertama harus dievaluasi kembali, sebab tindakan pemberian cairan ini tidak boleh merubah osmolaitas darah meningkat sebanyak > 3 mOsm/kgH2O/jam. Pada umumnya direkomendasikan pemberian insulin dengan dosis rendah secara kontinu intravena antara 5 7 unit perjam ( 0,1 u/kg/jam) dengan tujuan menurunkan gula darah 10-20 % dalam waktu 2 jam. Jika gula darah menurun secara cepat, infus insulin diturunkan setengahnya, tetapi apabila kadar gula darah belum dapat diturunkan dosis dinaikan 2 kali lipat. Pada umumnya, 24-48 jam pertama gula darah tercapai normal dan tidak ditemukan ketonemia, kemudian insulin drip diganti ke subkutan, makan dan cairan melalui oral. Sedangkan insulin drip tetap dilanjutkan sampai 2 jam setelah insulin subkutan.

Permana H. TERAPI CAIRAN DAN NUTRISI PADA KELAINAN ENDOKRINOLOGI SUB BAGIAN ENDOKRINOLOGI DAN METABOLISME BAGIAN ILMU PENYAKIT DALAM UNIVERSITAS PADJADJARAN PERJAN RS HASAN SADIKIN BANDUNG. Diakses dari pustaka.unpad.ac.id Setyohadi B, Arsana PM, Suryanto A, dkk. 2011. EIMED PAPDI KEGAWATDARURATAN PENYAKIT DALAM (EMERGENCY IN INTERNAL MEDICINE). Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam 42. JAWABAN: D. Pemberian 6 tablet glukosa. Hipoglikemia adalah keadaan klinik gangguan saraf yang disebabkan oleh penurunan kadar gula darah hingga <50mg% (2,8mmol/L). Pada pasien DM hipoglikemia timbul akibat peningkatan kadar insulin yang kurang tepat baik sesudah penyuntikan insulin sub-kutan , atau karena obat yang meningkatkan sekresi insulin seperti sulfonilurea. TERAPI 1. STADIUM PERMULAAN (SADAR) Pemberian glukosa murni 30g/ 2 sendok makan gula murni (idealnya dalam bentuk tablet glukosa (1tablet glukosa=5gr) atau jelly), atau 150-200ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar atau nondiet cola. Bila belum ada jadwal makan dalam 1-2 jam ke depan perlu diberikan tambahan 10-20g karbohidrat kompleks. 2. STADIUM LANJUT (KOMA HIPOGLIKEMIA) Bolus D10%. Kemudian diikuti pemberian larutan glukosa 40% melalui vena sebanyak 2 flakon tiap 1020 menit (ulangi 3x) sampai pasien sadar. Dilanjutkan dengan pemberian D10% per infus 6 jam/ kolf. Bila belum teratasi dapat diberikan antagonis insulin seperti adrenalin, kortisol dosis tinggi, atau glukagon 1mg intravena. Glukagon intramuskular dapat diberikan oleh tenaga non-profesional yang terlatih dan hasilnya akan tampak dalam 10 menit. Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan pemberian glukosa oral 20 mg dan dilanjutkan pemberian 40gr karbohidrat dalam bentuk tepung untuk mempertahankan pemulihan. Setyohadi B, Arsana PM, Suryanto A, dkk. 2011. EIMED PAPDI KEGAWATDARURATAN PENYAKIT DALAM (EMERGENCY IN INTERNAL MEDICINE). Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Soegondo S, Soewondo P, Subekti I. 2007. PENATALAKSANAAN DIABETES MELITUS TERPADU. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Soal no. 43 - 45 (Aria Dewanggana) 43. Jawaban : B. Pembahasan: (Buku IPD UI edisi IV jilid 3) Pilihan A: CT scan dapat dilakukan bila mempunyai fasilitas tsb. Pada stroke TD meningkat. Pilihan B: gangguan elektrolit sebagian ditandai dengan gangguan vital sign namun ada juga yang normal. Seperti pada keadaan hipernatremia (Na plasma > 158 meq/L), volume otak mengecil karena air keluar dari dalam sel, gejala mulai dari lemas hingga koma. (pada kasus GCS 8). Pilihan C: salah satu tanda adanya asidosis metabolic adalah nafas Kussmaul, sedangkan pada kasus RR 20 reguler Pilihan D: psikogenik = psychosomatic disorder (versi buku sakti Dorland) Pilihan E: jika kelainan tiroid dengan GCS 8 maka VS ikut terganggu (BB turun, lemas, berkeringat, takikardi, dispneu, hipertermia, HT, dll) (liat materi hipertiroidisme dan krisis tiroid) 44. Jawaban : E Pembahasan: (Buku IPD UI edisi IV jilid 3) Grave disease adalah penyebab tersering (70%) tirotoksikosis (tirotoksikosis adalah manifestasi klinis kelebihan tiroid yang beredar dalam sirkulasi). Tirotoksikosis dapat disertai dengan atau tanpa hipertiroidisme (hipertiroidisme adalah tirotoksikosis yang diakibatkan oleh kelenjar tiroid yang hiperaktif). Pada suatu saat dapat terjadi Krisis Tiroid (memberatnya keadaan tirotoksikosis, kesadaran menurun, dan hipertermia). Pada kasus diatas berdasarkan criteria diagnosis krisis tiroid (menurut Burch-Wartofky) mencapai angka >45 (lihat tabel Burch-Wartofky di IPD UI) yang artinya higly suggestive. Penanganan krisis tiroid meliputi: Umum: Rehidrasi dan koreksi elektrolit-glukosa Koreksi Hipertiroidisme dengan cepat: a) memblok sintesis hormone baru dengan PTU loading dose 600-1000 mg diikuti 200 mg PTU tiap 4 jam, dosis sehari total 1000-1500 mg b) memblok keluarnya cikal bakal hormone dengan solusio lugol (10 tetes tiap 6-8 jam) c) propanolol/kortikosteroid untuk menghambat konversi T4 T3 di perifer Beri hidrokortison (100 mg tiap 8 jam atau deksametason 2 mg tiap 6 jam) pilihan D disebutkan hidrocortison 150 mg dalam dosis terbagi Antipiretik (disini yang digunakan asetaminofen) (hiperpireksia = hipertermia ??) Bila dibutuhkan beri propanolol untuk mengurangi takikardi dan menghambat konversi T4 T3 di perifer Metimazol dan Carbimazol (atau dapat memakai PTU) digunakan untuk pengobatan rutin tirotoksikosis dengan dosis awal 30 mg CMZ, 30 mg MTZ, atau 400 mg PTU sehari dalam dosis terbagi hingga mencapai keadaan eutiroid, dan dititrasi sesuai respons klinis hingga 1,5 tahun, kemudian dihentikan untuk melihat apakah terjadi remisi. DC shock digunakan pada keadaan semisal VT 45. Jawaban : B

Pembahasan: (Buku IPD UI edisi IV jilid I) Pupil sangat kecil (pinpoint), muntah, depresi pernafasan dan penurunan kesadaran berguna dalam diagnosis keracunan narkotika (opiat). Ini merupakan satu-satunya keadaan dimana ukuran pupil berguna untuk diagnosis, karena pupil biasanya berdilatasi pada pasien keracunan akut. Kecuali pada pasien yang rendah tingkat kesadarannya, pupilnya mungkin menyempit tetapi tidak sampai berukuran pinpoint. Penanganan kegawatan keracunan opiat: 1) Bebaskan jalan nafas; 2) O2; 3) Pasang infuse D5% emergensi atau NaCl 0,9%; Pemberian antidotum nalokson (iv/drip); Px urin & foto thorax; Pertimbangkan pemasangan ET; Pasang NGT untuk mencegah aspirasi Pengobatan: Bila hipotensi (pada kasus TD 90/60), beri cairan iv yang adekuat, dapat dipertimbangkan pemberian dopamine 2-5mcg/KgBB/menit dan dapat dititrasi Pasien jangan dicoba untuk muntah (pada intoksikasi oral) sirup ipecac merangsang muntah. (Pada kasus tidak ada disebutkan apakah intoksikasi oral atau iv) Activated charcoal dapat diberikan pada intoksikasi peroral dengan memberikan 240 ml cairan dengan 30 g charcoal (dapat diberikan hingga 100 g) Soal no 46-48 (Ribud A) 46. Jawaban : B. Ikterik. Anemia hemolitik autoimun adalah anemia yang disebabkan karena kesalahan sistem kekebalan tubuh yang menyerang sel darah merah sendiri, akibatnya sel darah merah banyak yang hancur akibat serangan sistem kekebalan tubuh sendiri. Yang termasuk anemia hemolitik autoimun adalah kelainan genetik dimana sel darah merah yang terbentuk cacat, thalasemia, anemia sel sabit, defisiensi glukosa-6-fosfat dehidrogenase (G6PD), dan spherocytosis warisan.Ada jenis lain kekebalan hemolitik anemia di mana penyebabnya dapat menyebabkan penyakit sekaligus jadi dasar pengobatan. Awal penyakit ini sangat cepat dan sangat serius. Penyebab pasti dari penyakit ini belum diketahui Gejala pada pasien akan ditemukan gejala antara lain, kelelahan, pucat, sesak napas, kulit kuning ikterik, urine gelap. Sumber : http://babyhealthinformation.blogspot.com/2011/06/hemolytic-anemia.html 47. Jawaban : B Pembesaran Hati (Hepatomegali) adalah membesarnya hati melebihi ukurannya yang normal. PENYEBAB Penyebab yang sering ditemukan: - Alkoholisme - Hepatitits A

- Hepatitis B - Gagal jantung kongestif (CHF, congestive heart failure) - Leukemia - Neuroblastoma - Sindroma Reye - Karsinoma hepatoseluler - Penyakit Niemann-Pick - Intoleransi fruktosa bawaan - Penyakit penimbunan glikogen - Tumor metastatik - Sirosis bilier primer - Sarkoidosis - Kolangitis sklerotik - Sindroma hemolitik-uremik. GEJALA Hati yang membesar biasanya tidak menyebabkan gejala. Tetapi jika pembesarannya hebat, bisa menyebabkan rasa tidak nyaman di perut atau perut terasa penuh. Jika pembesaran terjadi secara cepat, hati bisa terasa nyeri bila diraba. DIAGNOSA Ukuran hati bisa diraba/dirasakan melalui dinding perut selama pemeriksaan fisik. Jika hati teraba lembut, biasanya disebabkan oleh hepatitis akut, infiltrasi lemak, sumbatan oleh darah atau penyumbatan awal dari saluran empedu. Hati akan teraba keras dan bentuknya tidak teratur, jika penyebabnya adalah sirosis. Benjolan yang nyata biasanya diduga suatu kanker. Sumber : http://mypotik.blogspot.com/2010/04/penyebab-penyakit-pembesaran-hati.html

48. Jawaban : E. Hipertensi pulmonal adalah suatu penyakit yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah pada pembuluh darah arteri paru-paru yang menyebabkan sesak nafas, pusing dan pingsan pada saat melakukan aktivitas. Berdasar penyebabnya hipertensi pulmonal dapat menjadi penyakit berat yang ditandai dengan penurunan toleransi dalam melakukan aktivitas dan gagal jantung kanan. Penyakit ini pertama kali ditemukan oleh Dr Ernst von Romberg pada tahun 1891. a. Hipertensi pulmonal terbagi atas hipertensi pulmonal primer dan sekunder. Hipertensi pulmonal primer adalah hipertensi pulmonal yang tidak diketahui penyebabnya sedangkan hipertensi pulmonal sekunder adalah hipertensi pulmonal yang disebabkan oleh kondisi medis lain. Istilah ini saat ini menjadi kurang populer karena dapat

menyebabkan kesalahan dalam penanganannya sehingga istilah hipertensi pulmonal primer saat ini diganti menjadi Hipertensi Arteri Pulmonal Idiopatik. b. Gejala dan Tanda Gejala yang timbul biasanya berupa: sesak nafas yang timbul secara bertahap kelemahan batuk tidak produktif pingsan atau sinkop edema perifer (pembengkakan pada tungkai terutama tumit dan kaki) dan gejala yang jarang timbul adalah hemoptisis (batuk berdarah) Hipertensi Arteri Pulmonal biasanya tidak disertai gejala orthopnea (sesak nafas akibat perubahan posisi) atau Paroxysmal Nocturnal Dyspnea (sesak nafas pada saat tidur). Gejala-gejala tersebut biasanya timbul pada Hipertensi Vena Pulmonal. Rasa nyeri akibat hipertensi pulmonal akut dirasakan ditengah-tengah dada seperti digencet dan diperas dan seringdikacaukan dengan rasa nyeri akibat infark miokard. Bedanyaialah rasa nyeri akibat hipertensi pulmonal akut tidak menjalar ke bahu, ke punggung dan ke bawah rahang. Biasanyadirasakan retrosternal dalam dan penderita merasa cemasdan takut akan mati. Rasa nyeri ini timbul akibat pelebaranpembuluh darah secara mendadak. Tanda hipertensi pulmonal berupa : Distensi vena jugularis Impuls ventrikel kanan dominan Komponen katup paru menguat. S3 jantung kanan Murmur trikuspid Hepatomegali Edema perifer

c.

d. e. f. g. h. i. j. k.

Sumber : http://idmgarut.wordpress.com/2009/01/29/hipertensi-pulmonal/ Soal no. 60 (Favo) 60. Jawaban: A. Kadar Fe


Untuk menegakkan diagnosis anemia defisiensi besi (ADB), maka perlu dilakukan pemeriksaan penunjang berupa: Kadar Hb dan indeks eritrosit didapatkan anemia mikrositik hipokromik dg penurunan Hb ringan sampai berat, MCV dan MCH menurun. Apusan darah tepi menunjukkan anemia mikrositik hipokromik, anisositosis dan poikilositosis Konsentrasi besi serum dan total iron binding concentration (TIBC)

Terjadi penurunan Fe serum dan peningkatan TIBC. Untuk criteria diagnosis ADB, besi serum <50 mikrogram/dl, TIBC meningkat >350 mikrogram/dl dan saturasi transferin <15% Pewarnaan sumsum tulang menunjukkan hyperplasia normoblastik ringan sampai sedang dengan normoblast kecil-kecil Referensi Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, hal. 647

Soal no. 61-62 (Linaldi A) 61. Jawaban : B. Silinder

Pembahasan: pada nefropati diabetik sering ditemukan hematuria mikroskopik. Juga dapat ditemukan oval fat bodies (Sel epitel tubulus dapat terisi oleh banyak tetesan lemak yang berada dalam lumen tubulus (lipoprotein yang menembus glomerulus), sel-sel seperti ini disebut oval fat bodies / renal tubular fat / renal tubular fat bodies). Tapi dari kasus di atas diperoleh data bahwa pasien mengalami gagal ginjal kronis. Saat gagal ginjal kronis sudah berat biasa terdapat silinder lilin (waxy cast). Silinder lilin umumnya terkait dengan penyakit ginjal berat dan amiloidosis ginjal. Kemunculan mereka menunjukkan keparahan penyakit dan dilasi nefron dan karena itu terlihat pada tahap akhir penyakit ginjal kronis. (Riswanto, Urinalisis 2 : analisis mikroskopik, Laboratorium kesehatan) 62. Jawaban : E. Asidosis metaboloik dan respiratorik Pembahasan : Dari kadar ureum dan kreatinin yg ada didapatkan bahwa pasien tersebut mengalami gagal ginjal dan uremia. Salah satu kelainan konstan yang selalu tampak pada penderita uremia adalah asidosis metabolik. Pada diet normal, ginjal harus mengeluarjan 40 sampai 60 mEq ion hidrogen setiap harinya untuk mencegah asidosis. Pada gagal ginjal, gangguan kemampuan ginjal untuk mengekskresikan ion hidrogen mengakibatkan asidosis sistemik disertai penurunan kadar bikarbonat dan pH plasma. Komplikasi lain pada pernafasan akibat gagal ginjal adalah paru uremik dan pneumonitis. Foto thoraks pada paru uremik memperlihatkan infiltrasi bilateral berbentuk kupu2 pada paru. Sebenarnya keadaan ini adalah suatu edema paru yang tentunya disertai kelebihan beban cairan akibat retensi natrium dan air dan / atau gagal ventrikel kiri. (Patofisiologi Sylvia A. Price vol 2)

67. http://www.oncoprof.net/Generale2000/g01_HistoireGenerale/Index/index_gb-hg07.html

Soal no. 67-68 (istiqomah) Jawaban : A. Nodus lumbalis (aorticus)

Testicular cancer nodes

En [1] : preferential localisation of metastases in the lumbo-aortic nodes (following spermatic vessels) En [2] : supraclavicular node metastasis En [3] : backward metastasis in the iliac nodes En [4] : backward metastasis (or due to scrotum skin local invasion) to inguinal nodes

The importance of adequate knowledge of the status of the lumboaortic nodes for correct staging (and during periods earlier than 1980 for therapeutic reasons) explains the important number ofretroperitoneal lymph node dissections carried out.

However, nowadays, such a procedure is only performed when the nodes have not disappeared after chemotherapy and remain positive on FDG scintigraphy. The major shortcoming of retroperitoneal lymph node dissection is postoperative ejaculatory anejaculation due to injury to the sympathetic hypogastric plexus.
http://www.oncoprof.net/Generale2000/g06_Classification/sch09_testis/sch09-gb_testis08.html

T1 Testicular Cancer
The extension of the primitive tumour is evaluated after orchidectomy

pT1 Testicular cancer Tumour limited to the testis and epididymis without vascular or lymphatic invasion. Possible invasion of tunica albuginea but not of tunical vaginalis
Drawing by the author according to TNM Atlas from UICC

T2 Testicular Cancer
The extension of the primitive tumour is evaluated after orchidectomy pT2 Testicular Cancer Tumour limited to testis and epididymis with vascular or lymphatic invasion or tumour invading through the tunica albuginea with involvement of the tunica vaginalis

T3 Testicular Cancer
The extension of the primitive tumour is evaluated after orchidectomy

pT3 Testicular cancer Tumour invading the spermatic cord with or without vascular or lymphatic invasion.

T4 Testicular Cancer
The extension of the primitive tumour is evaluated after orchidectomy

pT4 Testicular Cancer Tumour invading the scrotum with or without lymphatic or vascular invasion.

N1 or Stage 2-A Testicular Cancer

N1 testicular cancer or stage 2A Metastasis of lymph node(s), in the retroperitoneum, no greater than 2cm in diameter.

N2 or stage 2-B Testicular Cancer

N2 Testicular Cancer or stage 2B One or several retroperitoneal lymph nodes between 2 and 5 cm at largest diameter.

N3 or stage 2-C Testicular Cancer

N3 Testicular cancer or stage 2C Metastasis in lymph node(s) more than 5 cm in diameter

M1 or stage 3 Testicular Cancer

M1 Testicular cancer or stage 3 Subdiaphragmatic nodes and/ or distant metastases (lung, liver, brain, bone..)

http://cancerhelp.cancerresearchuk.org/type/testicular-cancer/treatment/testicular-cancer-stages

Testicular cancer stages


This page is about the different stages of testicular cancer. There is information about

A quick guide to what's on this page What staging is The different staging systems used TNM stages of testicular cancer Number stages of testicular cancer

A quick guide to what's on this page


Testicular cancer stages

The stage of a cancer tells the doctor how far the cancer has spread. It is important because treatment is decided according to the stage of a cancer. It is possible to cure testicular cancer at all stages, even if it has spread.
The staging systems

There are different ways of staging cancers. The two main ways are the TNM system and number systems. TNM stands for Tumour, Node, Metastasis. This system describes
The size of the primary tumour (T) Whether the cancer has spread to the lymph nodes (N) Whether the cancer has spread to a different part of the body (metastasis, M)

There is another level to TNM staging for testicular cancer, called S stage. This relates to the levels of testicular cancer proteins (markers) in the blood. Under the number staging system, testicular cancer is numbered from stage 1 to stage 3. Stage 1 is the earliest stage and stage 3 is the most advanced stage of testicular cancer. Many doctors in the UK divide testicular cancer into just 2 groups when deciding on treatment. Stage 1 is localised testicular cancer. If the cancer has spread beyond the testicle or if there are raised markers after surgery (stage 1 S1 to 3) the cancer is considered metastatic. You can view and print the quick guides for all the pages in the treating testicular cancer section.
Back to top

What staging is
The stage of a cancer tells the doctor how far the cancer has spread. It is important because treatment is often decided according to the stage of a cancer. Your doctor will decide the stage of your cancer by looking at the results of your tests and scans.
Back to top

The different staging systems used


There are different ways of staging cancers. The two main ways are the TNM system and number systems. Understanding your cancer stage may help you understand why your specialist has

recommended a particular treatment for you. If you don't understand and would like to know more, you can ask your doctor or specialist nurse. There is a list of questions for your doctor at the end of this section that may help you. Also, there is detailed information about staging cancers in the about cancer section of CancerHelp UK. It is possible to cure testicular cancer at all stages, even if it has spread.
Back to top

TNM stages of testicular cancer


TNM stands for Tumour, Node, Metastasis. The TNM system describes
The size of a primary tumour (T) Whether the cancer has spread to the lymph nodes (N) Whether the cancer has spread to a different part of the body (M)

There are 5 T stages for testicular cancer


TIS, or in situ, means that cancerous cells have been found but they have not yet begun to move into surrounding tissues in the testicle T1 means the tumour is contained within the testicle and epididymis T2 means there are signs that the cancer has grown into blood vessels or lymph vessels T3 means the tumour has grown as far as the spermatic cord (and may also have grown into blood vessels or lymph vessels) T4 means the tumour has grown into the scrotum

There are four lymph node categories in the TNM classification for testicular cancer. The bigger the lymph nodes, the higher the stage. This is because bigger nodes contain more cancer cells, so the cancer is thought to be more advanced. It is often possible to cure even advanced testicular cancer. The 4 categories are
N0 means there are no lymph nodes containing cancer cells N1 means that one or more lymph nodes contain cancer cells but they are smaller than 2cm across N2 means at least one of the lymph nodes is bigger than 2cm, but smaller than 5cm across N3 means at least one of the lymph nodes is bigger than 5cm across

There are 3 categories of tumour spread in the TNM classification for testicular cancer
M0 means there are no signs of spread to other body organs M1a means there is cancer spread to the lungs OR there are cancer cells in lymph nodes a long way away from the testicles M1b means there is spread to other body organs such as the liver or brain

TNM staging for testicular cancer also looks at the levels of particular testicular proteins in the blood. It calls this the S stage. The proteins are called markers.
S0 means markers are at normal levels S1 means markers are slightly raised S2 means markers are moderately raised

S3 means markers are very high

Back to top

Number stages of testicular cancer


Testicular cancer has 3 main number stages. Stage 1 this is the earliest stage of invasive testicular cancer. The cancer is contained within the testicle and has not spread to nearby lymph nodes or other organs. In the TNM staging it is any T, N0, M0. Stage 1S means that there are raised markers after surgery (S1 to 3) Stage 2 the cancer cells have spread into nearby lymph nodes in your abdomen or pelvis. This is split into 2A, 2B and 2C.
Stage 2A means the lymph nodes are all smaller than 2cm (any T, N1, M0) Stage 2B means the nodes are between 2cm and 5cm (any T, N2, M0) Stage 2C means at least one lymph node is bigger than 5cm (any T, N3, M0)

Stage 3 this is split into 3A, 3B and 3C


Stage 3A means the cancer has spread to distant lymph nodes (for example near the collarbone) or your lungs (any T, any N, M1a). Your marker level may be normal (S0) or slightly raised (S1) Stage 3B means the cancer has spread to nearby lymph nodes (any T, N1 to3, M0) and you have a moderately high marker level (S2), OR your cancer has spread to your lungs or distant lymph nodes (any T, any N, M0) and you have a moderately high marker level Stage 3C can be the same as stage 3B but you have a very high marker level (S3), OR your cancer has spread to another body organ, such as the liver or brain (any T, any N, M1b) this used to be called stage 4 testicular cancer

68.

Jawaban : A. M. Tranverse perinea superfisialis Pembahasannya ada di pdf karena ppt bnyak bgt ga dicantum disini.. maafffff.

69.

Soal no. 69 70 (Faerus Soraya & Irmawati S) Jawaban : A Bentuk dan ukuran sel bakteri berkisar 0,4 2,0 m. Bentuk umum sel : kokus (bulat), basil (batang), dan uliran (spiral) Bentuk kokus : sel tunggal monokokkus, berpasangan (diplokokkus), berantai (streptokokkus), seperti buah anggur (stafilokokkus). Bentuk sel serupa batang: batang pendek---panjang, sel tunggal atau berangkai. Bentuk sel spiral: bentuk spiral pendel (koma) atau sedikit uliran seperti Vibrio cholerae, bentuk spiroket panjang dengan banyak uliran, seperti Borrelia, Treponema dan Leptospir Streptococcus pyogenes merupakan bakteri Gram positif, nonmotil, tidak berspora, membentuk kokus yang berbentuk rantai, berdiameter 0,6 - 1,0 mikrometer dan fakultatif anaerob. Bila bakteri ini tersebar sampai ke jaringan yang rentan, maka infeksi supuratif dapat terjadi. Infeksi ini dapat berupa faringitis, tonsilitis, impetigo dan demam scarlet. Streptococcus pyogenes juga dapat menyebabkan penyakit invasif seperti infeksi tulang, necrotizing fasciitis, radang otot, meningitis dan endokarditis. Sumber:http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/09/pustaka_unpad_streptococcus-pyogenes.pdf

Streptococus pneumonia : Streptococcus pneumoniae adalah sel gram possitf berbentuk bulat telur, atau seperti bola yang dapat menyebabkan berbagai macam penyakit salah satunya adalah pneumonia. Streptococus mutans adalah salah satu jenis dari bakteri yang berbentuk cocus dengan formasi rantai panjang serta berperan dalam pembentukan plak dan karies gigi.

Streptococus aureus : seharusnya staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus hidup sebagai saprofit di dalam saluran-saluran pengeluaran lendir dari tubuh manusia dan hewan-hewan seperti hidung, mulut dan tenggorokan dan dapat dikeluarkan pada waktu batuk atau bersin. Bakteri ini juga sering terdapat pada pori-pori dan permukaan kulit, kelenjar keringat dan saluran usus. Selain dapat menyebabkan intoksikasi, S. aureus juga dapat menyebabkan bermacam-macam infeksi seperti jerawat, bisul, meningitis, osteomielitis, pneumonia dan mastitis pada manusia dan hewan. (Supardi dan Sukamto, 1999). Streptococus epidermidis : seharusnya staphylocovus epidermidis. Staphylococcus epidermidis adalah salah satu spesies bakteri dari genus Staphylococcus yang diketahui dapat menyebabkan infeksi oportunistik (menyerang individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah).[1] Beberapa karakteristik bakteri ini adalah fakultatif, koagulase negatif, katalase positif, gram-positif, berbentuk kokus, dan berdiameter 0,5-1,5 m.[2]

70.

Jawaban : C Masa inkubasi gonorrhoe antara 2-10 (sekitar 2 minggu) hari terhitung setelah penderita terinfeksi pertama kali. Adapun gejala gonorrhoe secara umum : pengeluaran sekret (purulent), disuria, malaise, sakit kepala dan limpadenopati regional. Pada wanita tidak menunjukkan adanya gejala fisik sampai pada fase nyeri pada punggung, nyeri abdomen dan panggul (PID), cervix dan kelenjar bartolini tampak bengkak. Sebagian pria yang terinfeksi menunjukkan gejala sbb : bau busuk pada area genitalia, sekresi cairan pekat yang menetes ujung penis dan rasa perih ketika buang air kecil. Komplikasi gonorrhoe: infertilitas, dermatitis, arthritis, endokarditis, myoperikarditis, meningitis bahkan hepatitis. Sumber : pustaka.unpad.ac.id/.../remaja_seks_bebas_dan_penyakit_menular_seksual. Doc
a. Chlamydia Trachomatis

C. trachomatis merupakan penyebab Uretritis Non Spesifik (UNS) terbanyak

dibanding dengan organisme lain. Keluhan : Pasien dengan chlamydia uretritis mengeluh adanya duh tubuh yang jernih dan nyeri pada waktu buang air kecil (dysuria). Infeksi uretra oleh karena chlamydia ini dapat juga terjadi asimtomatik. Diagnosis uretritis pada pria dapat ditegakkan dengan pemeriksaan pewarnaan Gram atau biru methylene dari sedian apus uretra. Bila jumlah lekosit PMN melebihi 5 pada pembesaran 1000 x merupakan indikasi uretritis
b. Treponema Palidum Sifilis

Stadium I : ulkus tunggal, tepi teratur, dasar bersih, terdapat indurasi, tidak nyeri, terdapat pembesran kelenjar getah bening regional Stadium II : terdapat lesi kulit yang tidak gatal dan lesi dimukosa, disertai pembesaran kelenjar getah bening generalisata Stadium II Laten : tidak didapatkan lesi di genital atau dikulit. d. Candida Albicans Kandidosis Vulvovaginalis (KKV) Keluhan : Gatal pada vulva, vulva levet, duh tubuh vagina, dapat sampai dispareunia. Gejala : eritema, dapat timbul fisura, edema, duh tubuh vagina putih seperti susu, mungkin bergumpal dan tidak berbau, terdapat lesi satelit. Pemeriksaan penunjang : bahan dari duh tubuh vagina yang berasala dari dinding lateral vagina, dan dilakukan pemeriksaan : Sediaan apus dengan pewarnaan gram : ditemukan blastopora dan Sediaan basah dengan larutan KOH 10% : ditemukan pseudohifa dan pseudohofa atau blastopora e. Trychomonas Vaginalis Trikomoniasis Keluhan Wanita : 10-15% asimtomatik, duh tubuh vagina berbau, dapat disertai gatal pada vulva. Pria : 15-50% asimptomatik, biasanya sebagai pasangan seksual wanita yang terinfeksi, duh tubuh uretra dan atau disuria, dapat juga iritasi uretra dan sering miksi. Jarang : duh tubuh purulen. Gejala

Wanita : duh tubuh vagina, dengan konsistensi bermacam-macam dari sedikit sampai banyak dan encer, bentuk kuning kehijauan berbusa dapat terjadi pada 10-30% wanita, gambaran serviks strawberry dapat ditemukan pada 2% pasien. Pria : duh tubuh uretra dengan jumlha sedikit atau sedang. ( Sumber : Buku : Standar Pelayanan Medik Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin. Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) 2004. BAB. Penyakit Kulit dan Kelamin Infeksi Hal. 108-120.) Soal no. 71-72 (Arif Hartawan) 71. Jawab: A Anthrax disebabkan oleh kuman B anthracis, basil gram positif. Pada kutaneus anthrax, pustula maligna menandai adanya infeksi jaringan. Pustule pada area sentral dari nekrosis koagulasi (ulkus) dikelilingi oleh banyak vesikel yang berisi darah atau cairan bening. Eschar hitam membentuk jaringan ulkus. Edema ekstensif mengelilingi lesi. Kutaneus anthrax ulkusnya berkarakteristik gatal namun tidak sakit. Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/212127-overview#a0104 72. Jawab: B Karakteristik membrane dari difteri adalah tebal, berlapis, kelabu-biru atau putih, dan mengandung bakteri, epitel nekrotik, makrofag, dan fibrin. Sumber: http://emedicine.medscape.com/article/215100-overview#a0104 Soal no. 73-74 (Dian C) 73. Jawaban : D. -Staphylococcus Saprophyticus [koagulase http://en.wikipedia.org/wiki/Staphylococcus_saprophyticus] -Streptococcus pneumonia [hemolitik http://en.wikipedia.org/wiki/Streptococcus_pneumoniae ] -Streptococcus mutans [ biasanya ditemukan di rongga mulut] prasko.blogspot.com/2011/08/bakteri-streptococcus-mutans.html

(-) ] http://zona-

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak, tidak berspora dan mampu membentuk kapsul. (Boyd, 1980), berbentuk kokus dan tersusun seperti buah anggur (Todar, 2002) sebagaimana terlihat pada gambar 2.4. Ukuran Staphylococcus berbeda-beda tergantung pada media pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcus memiliki diameter 0,5-1,0 mm dengan koloni berwarna kuning. Dinding selnya mengandung asam teikoat, yaitu sekitar 40% dari berat kering dinding selnya. Asam teikoat adalah beberapa kelompok antigen dari Staphylococcus. Asam teikoat mengandung aglutinogen dan N-asetilglukosami.

Staphylococcus aureus adalah bakteri aerob dan anaerob, fakultatif yang mampu menfermentasikan manitol dan menghasilkan enzim koagulase, hyalurodinase, fosfatase, protease dan lipase. Staphylococcus aureus mengandung lysostaphin yang dapat menyebabkan lisisnya sel darah merah. Toksin yang dibentuk oleh Staphylococcus aureus adalah haemolysin alfa, beta, gamma delta dan apsilon. Toksin lain ialah leukosidin, enterotoksin dan eksfoliatin. Enterotosin dan eksoenzim dapat menyebabkan keracunan makanan terutama yang mempengaruhi saluran pencernaan. Leukosidin menyerang leukosit sehingga daya tahan tubuh akan menurun. Eksofoliatin merupakan toksin yang menyerang kulit dengan tanda-tanda kulit terkena luka bakar. http://queenofsheeba.wordpress.com/2008/07/22/bakteri-staphylococcus-aureus/ 74. Jawaban : A Perkembangan T cell precursor dimulai di dalam sumsum tulang. T cell precursor bermigrasi ke dalam organ Thymus dan proses maturasi terjadi. Di dalam Thymus bagian subkapsular, T cell precursor menjadi timosit imature dan terjadi diferensiasi dan proliferasi dengan proses pembentukan gen TCR (T cell Receptor), CD8+ dan CD4+ dan diekpresikan (Double Positif Tymocyte), sebagian besar timosit imature mati dan sisanya terus berdeferensiasi. Pada daerah cortex di sel-sel epitel ( Thymic Epithelial cell) terjadi proses seleksi positif. Seleksi positif terjadi dengan cara reseptor tersebut mengenali MHC yang dipresentasikan oleh APC. Apabila MHC class I dikenali oleh CD8+ dan MHC class II dikenali oleh CD4+ kemudian menempel pada TCR maka timosit imature tetap hidup bila tidak mengenali APC tersebut maka akan mati atau mengalami apaptosis kemudian difagosit oleh makrofag Selanjutnya dilakukan seleksi negative, yaitu, timosite imature diuji dengan self antigen atau antigen tubuh sendiri. Bila mengenali atau pengenalan self reactive cell maka timosit imature akan mati. Timosite mature/nave melewati dinding venule postkapilar mencapai sirkulasi sistemik dan menempati organ limfoid perifer. Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/imuunology/2079658-prosesmaturasi-dan-aktivasi-limfosit/#ixzz1fYUmksOM

Soal No. 75-76 (Lita Yanuarti) 75. Jawaban : E. Sel Mast Sistem imun tubuh terdiri atas system imun spesifik dan nonspesifik. Sistem imun nonspesifik merupakan pertahanan tubuh terdepan dalam menghadapi berbagai serangan mikroorganisme, karena system imun spesifik memerlukan waktu sebelum memberikan respon. Sistem imun nonspesifik terdiri atas: a.Pertahanan fisik (c:/kulit, selaput lendir, silia, batuk dan bersin)

b.Pertahanan biokimia (c:/asam lambung; lisosim dalam kelenjar keringat, ludah dan air mata) c.Pertahanan humoral (terdiri atas : komplemen yang mengaktifkan fagosit dan membantu destruksi bakteri dan parasit dengan jalan opsonisasi, Interferon yang mempunyai sifat antivirus dengan jalan menginduksi sel-sel sekitar sel yang terserang virus selain itu interferon dapa pula mengaktifkan sel NK (Natural Killer) yang dapat membunuh sel yang terinfeksi virus intraseluler, CRP (C-Reactive Protein) yang berperan dalam mengaktifkan komplemen) d. Pertahanan seluler ( terdiri atas : Fagosit yang berperan disini adalah sel mononuclear (monosit dan makrofag) serta sel pmn yaitu neutrofil. Fagositosis dini yang efektif pada invasi kuman akan dapat mencagah timbul penyakit; Natural Killer sel (sel NK) adalah sel limfosit tanpa cirri-ciri sel limfoid system imun spesifik, sel NK dapat menghancurkan sel yang mengandung virus atau neoplasma; Sel mast berperan dalam reaksi alergi, Sel mast juga berperan dalam imunitas terhadap parasit dalam usus dan invasi bakteri. Berbagai factor non imun seperti latihan jasmani, tekanan, trauma, panas, dan dingin dapat mengaktifkan dan menimbulkan degranulasi sel mast). Ruam-ruam kemerahan yang disebabkan oleh racun tanaman termasuk reaksi alergi. Ruam timbul akibat masuknya antigen ke area kulit yang spesifik dan menimbulkan reaksi setempat. Reaksi setempat tersebut disebabkan karena mediator inflamasi histamine yang dilepaskan saat terjadi degranulasi sel mast. Sel mast mengalami degranulasi saat antigen berikatan dengan IgE yang melekat pada sel mast atau basofil. Histamin akan menimbulkan vasodilatasi yang menginduksi timbulnya red flare (kemerahan) dan peningkatan permeabilitas kapiler setempat sehingga dalam beberapa menit kemudian akan terjadi pembengkakan pada area yang berbatas jelas. Sehingga agen yang bertanggung jawab terhadap reaksi di atas adalah sel mast. (Sumber : Guyton. Bab 34 Sel-sel darah, Imunitas, dan Pembekuan Darah ) 76. Jawaban : A. Penjelasan :

Surfaktan merupakan campuran kompleks dari beberapa fosfolipid, protein dan ion-ion. Komponen yang paling penting adalah fosfolipid dipalmitoilfosfatidilkolin, surfaktan apoprotein dan ion kalsium. Fungsi fosfolipid adalah untuk menurunkan tegangan permukaan. Zat-zat ini tidak larut dalam air, tapi tersebar ke seluruh permukaan alveoli. Zat surfaktan dihasilkan oleh sel-sel epitel alveoli spesifik ke dalam cairan yang melapisi alveoli. Zat ini menurunkan tegangan permukaan pada alveoli 2-10 kali lipat yang memegang peran penting dalam mencegah kolapsnya alveolus. Tetapi, pada beberapa keadaan seperti Penyakit Membran Hialin (disebut juga sindrom gawat napas) yang sering terjadi pada bayi-bayi premature yang baru lahir, jumlah surfaktan yang dihasilkan alveoli kurang, akibatnya, tegangan permukaan cairan alveolus meningkat sangat tinggi sehingga menyebabkan paru bayi cenderung mengempis atau menjadi terisi cairan. Kebanyakan bayi ini mati lemas karena bagian paru yang atelektasis menjadi semakin luas Sumber : Guyton and Hall. Fisiologi Kedokteran. Bab 37 ( Ventilasi paru) hal: 600 dan Bab 42 ( Insufisiensi Pernapasan-Patofisiologi, Diagnosis, Terapi Oksigen) hal: 675. B. Bradikinin adalah suatu nonpeptida yang dihasilkan melalui aktifasi system kinin pada berbagai kondisi radang. Merupakan vasodilator poten dan juga meningkatkan permeabilitas vaskuler, merangsang reseptor nyeri, dan menyebabkan kontraksi berbagai otot polos ekstravaskuler. Bradikinin dihasilkan melalui aksi kalikrein plasma, tripsin, atau pasmin pada kininogen dengan berat molekul tinggi. C. Zimogen adalah suatu proenzim khususnya enzim proteolitik D. Glikogen, merupakan polisakarida yang besar serupa dengan amilopektin tetapi mengandung lebih banyak cabang, terdiri atas rantai residu glukosa. Merupakan cadangan karbohidrat utama pada hewan, disimpan terutama dalam hati dan otot, dan disintesis dan dipecah untuk keperluan energy sesuai dengan kebutuhan. E. Eritropoiesis, merupakan proses pembuatan sel darah merah, pada janin dan bayi baru lahir proses ini berlangsung dalam limpa dan sumsum tulang, tetapi pada orang dewasa sel darah merah dibuat terbatas hanya oleh sumsum tulang. Hormon yang dibutuhkan

dalam eritropoiesis ini adalah hormone eritropoietin yang dihasilkan oleh ginjal pada orang dewasa dan hepar pada janin. (Sumber : Dorland)
Soal No. 81 (Danisworo k) 81. jawaban: A . penurunan venous return Berdasarkan American Heart Association (AHA) detak jantung istirahat adalah jumlah berapa kali jantung berdetak per menitnya ketika seseorang sedang beristirahat. Dalam kebanyakan kasus, denyut jantung istirahat seseorang sekitar 60-100 denyut per menit. Dikutip dari Livestrong, Senin (4/10/2010) detak jantung seseorang tergantung pada berbagai faktor, seperti udara dingin, ketinggian, tingkat kebugaran dan status hidrasi seseorang. Tapi posisi tubuh seperti duduk, berdiri atau berbaring juga mempengaruhi seberapa cepat jantung berdetak tiap menitnya. Ketika seseorang berbaring, maka jantung akan berdetak lebih sedikit dibandingkan saat ia sedang duduk atau berdiri. Hal ini disebabkan saat orang berbaring, maka efek gravitasi pada tubuh akan berkurang yang membuat lebih banyak darah mengalir kembali ke jantung melalui pembuluh darah (peningkatan venous return) Jika darah yang kembali ke jantung lebih banyak, maka tubuh mampu memompa lebih banyak darah setiap denyutnya. Hal ini berarti denyut jantung yang diperlukan per menitnya untuk memenuhi kebutuhkan darah, oksigen dan nutrisi akan menjadi lebih sedikit. Namun detak jantung akan meningkat saat seseorang berdiri, karena darah yang kembali ke jantung akan lebih sedikit (penurunan venous return). Kondisi ini yang mungkin menyebabkan adanya peningkatan detak jantung mendadak ketika seseorang bergerak dari posisi duduk atau berbaring ke posisi berdiri.

Soal no. 82-83 (Fita T F)


82. jawab : A.kolaps paru PATOFISIOLOGI Respiratory Disstres Syndrome Pada RDS terjadi atelektasis yang sangat progresif, yang disebabkan kurangnya zat yang disebut surfaktan. Surfaktan adalah zat aktif yang diproduksi sel epitel saluran nafas disebut sel pnemosit tipe II. Zat ini mulai dibentuk pada kehamilan 22-24 minggu dan mencapai max pada minggu ke 35. Zat ini terdiri dari fosfolipid (75%) dan protein (10%). Peranan surfaktan ialah merendahkan tegangan permukaan alveolus sehingga tidak terjadi kolaps dan mampu menahan sisa udara fungsional pada sisa akhir expirasi. Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis. Hipoksia akan menyebabkan terjadinya : 1. Oksigenasi jaringan menurun>metabolisme anerobik dengan penimbunan asam laktat asam organic>asidosis metabolic. 2. Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris>transudasi kedalam alveoli>terbentuk fibrin>fibrin dan jaringan epitel yang nekrotik>lapisan membrane hialin. Asidosis dan atelektasis akan menyebabkan terganggunya jantun, penurunan aliran darah

keparum, dan mengakibatkan hambatan pembentukan surfaktan, yang menyebabkan terjadinya atelektasis. Sel tipe II ini sangat sensitive dan berkurang pada bayi dengan asfiksia pada periode perinatal, dan kematangannya dipacu dengan adanya stress intrauterine seperti hipertensi, IUGR dan kehamilan kembar. Jd jawabannya kolaps paru, karena UK 24 minggu blm trbentuk surfactan shg tjd kolaps alveolus 83. jawaban : B Dari pemeriksaan metode scothtape ditemukan cacing kremi dengan morfologi sebagai berikut: Telur Ukuran 50 x 25 um Bentuk lonjong dengan salah satu sisi mendatar (oval asimetris) Mempunyai dinding 2 lapis, berwarna bening Berisi sel telur, embrio atau larva (tergantung umur) Dewasa : Ukuran cacing jantan : 2 5 mm, betina : 10 mm Pada bagian kepala memiliki cervical alae / cephalic alae / sayap leher. Ekor cacing betina runcing, vulva terletak pada 1/3 anterior badan. Ekor cacing jantan melingkar ke ventral, dilengkapi dengan spikulum Bulbus esophagus membesar. SIKLUS HIDUP

Cacing dewasa hidup dalam usus manusia. Setelah melakukan perkawinan, cacing betina akan menghasilkan telur yang akan dikeluarkan melalui vulvanya. Cacing betina akan berjalan menuju anus manusia dan meletakkan telurnya di daerah sekitar anus. Selanjutnya setelah bertelur cacing betina akan kembali ke dalam usus manusia untuk meneruskan kehidupannya. Telur yang ada di daerah perianal tersebut akan masuk kembali secara peroral melalui kuku tangan yang terkontaminasi oleh telur cacing. (Biasanya penderita akan merasakan gatal-gatal pada daerah perianal sehingga secara spontan akan menggaruk dan telur akan berpindah dari daerah perianal ke dalam kuku tangan). Telur yang masuk ke mulut akan melalui esophagus dan ke usus kemudian menetas menjadi larva dan berkembang menjadi cacing dewasa. Dalam kondisi tertentu bisa terjadi autoinfeksi, yaitu : telur yang ada di daerah perianal akan menetas kemudian larva cacing akan berjalan kembali masuk tubuh melalui lubang anus dan dewasa di usus(Cacing Kremi | Blog Sodiyc & Acun http://www.sodiycxacun.web.id/2010/01/cacing-kremi.html#ixzz1g92IsnzB )

Soal no. 85 & 86 (Rizki Azaria) 85. Jawaban : C. Creeping eruption Pembahasan :

Creeping eruption adalah suatu erupsi kulit khas yang disebabkan oleh invasi larva cacing tambang, gambaran klinis berupa lesi menjalar linier/berkelok-kelok, menonjol dan progresif.Penyakit ini terdapat di seluruh daerah yang beriklim panas/tropis yang lembab. Sering terjadi pada anak-anak atau individu yang sering kontak dengan tanah. Penetrasi larva ke kulit biasanya disertai rasa gatal dan panas, mula-mula akan timbul papul berwarna kemerarahan, kemudian diikuti bentuk khas, yakni lesi berbentuk linier atau berkelok-kelok, menonjol dengan diameter 2-3 mm, membentuk terowongan (burrow). Lesi mengandung cairan serosa, jika mengering dapat menimbulkan krusta. Tempat predileksi terdapat di tungkai, bokong, paha, telapak tangan dan kaki. (http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php?page=CREEPING+ERUPTION+PADA+LAKILAKI+BERUSIA+40+TAHUN+DENGAN+RIWAYAT+KAKI+SERING+KONTAK+DENG AN+TANAH ) 86. Jawaban : D. Khiluri Pembahasan : Kiluria adalah terjadinya kebocoran atau pecahnya saluran limfe dan pembuluh darah di ginjal oleh cacing filaria dewasa spesies W. bancrofti, sehingga cairan limfe dan darah masuk kedalam saluran kemih. Gejala yang dapat timbul adalah sebagai berikut ; 1. Air kencing seperti susu karena air kencing banyak mengandung lemak, dan kadangkadang disertai dengan darah (haematuria) 2. Sukar kencing 3. Kelelahan tubuh 4. Kehilangan berat badan (http://tugas-pbw.comuf.com/penyakittropis/index.php? option=com_content&view=article&id=49&Itemid=59 )

Soal no. 93 -94 (Isnanini) 93. Jawaban: B. Resorbsi tubular ginjal Pembahasan Pemeliharaan PH urin tinggi penting pada pasien yang diterapi dengan Methotrexat untuk mengantisipasi reabsorbsi tubular ginjal. Methotrexate dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang dapat menyebabkan gagal ginjal akut. Metotreksat dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan ginjal menyebabkan gagal ginjal akut. Nefrotoksisitas terutama disebabkan pengendapan metotreksat dan 7-hydroxymethotrexate dalam tubulus ginjal. Memperhatikan fungsi ginjal termasuk hidrasi yang memadai, alkalinisasi urin dan pengukuran metotreksat serum dan kadar kreatinin sangat penting untuk administrasi aman. Oleh karena itu perlu diperhatikan saat pemberian Methotrexat membasakan urin untuk mempertahankan pH di atas 7,0 selama infus dan terapi metotreksat leucovorin kalsium. Ini bisa dicapai oleh pemberian natrium bikarbonat secara oral atau dengan penggabungan ke dalam larutan intravena yang terpisah. Sumber: http://www.drugs.com/pro/methotrexate-injection.html

94. Jawaban: E. Artemisinin Pembahasan Trias malaria yaitu periode dingin 15-60 menit, penderita membungkus diri dengan selimut, diikuti dengan meningkatnya temperature; diikuti dengan peride panas hingga beberapa jam; diikuti periode berkeringat. Trias ini biasanya terjadi pada P. vivax dan P. falciparum. Periode tidak panas 12 jam pada P. falciparum, 36 jam pada P. vivax dan ovale, dan 60 jam pada P. malariae. Pada pasien ini, tidak disebutkan waktu bebas demam, karena baru merasa pada tengah hari dan sorenya sudah ke dokter. Bila dilihat gejala mengarah ke P. falcifarum yaitu adanya sakit kepala yang merupakan khas pada P. falciparum. Adanya masalah resistensi parasit malaria terhadap obat yang tersedia menyebabkan Kloroquin sudah tidak digunakan untuk pengobatan malaria falcifarum. Obat baru yang tersedia antara lain: - Meflokuin, aktivitas terutama pada tingkat tropozoit, membunuh gametosit pada P. vivax dan P. ovale, dan tidak pada P. falciparum. - Proguanil, untuk profilaksis, tidak digunakan sendiri pada terapi. - Lumevantrin, aktivitas terutama pada tingkat tropozoit, membunuh gametosit pada P. vivax dan P. ovale, dan tidak pada P. falciparum, tidak ada aktivitas pada tingkat hati. - Atovaguane, aktivitas terutama pada tropozoit stadium darah. - Artemisinin, spesifik tingkat luas dan lebih cepat dari obat lainnya, tidak ada aktivitas pada tingkat hati, membunuh semua gametosit pada tingkat dewasa, sepenuhnya P. falciparum. Di daerah endemic, WHO merekomendasikan Artemisinin based combination sebagai pengobatan lini pertama untuk malaria falciparum tanpa komplikasi. Sumber: http://alfinzone.wordpress.com/2010/11/19/diagnosis-dan-penanganan-malaria/ Soal No. 115-116 (Iqe Chan) Jawaban: C. Dekompresi pleural space kanan Pembahasan: Pada kasus ini, pasien mengalami tension pneumothorax. Pneumothorax sendiri adalah keadaan terdapatnya udara dalam kavum pleura; tension pneumothorax merupakan salah satu bentuk pneumothorax yang disertai dengan tanda-tanda syok. Tension pneumothorax terjadi jika kebocoran pleura bersifat ventil atau katup, sehingga mekanisme katup searah mengakibatkan udara masuk ke dalam cavum pleura saat inspirasi tapi mencegah udara tersebut keluar saat ekspirasi. Hal ini menyebabkan tekanan intrapleura terus meningkat yang akhirnya menyebabkan mediastinum terdorong ke sisi yang sehat dan paru sebelah juga terkompresi. Pergeseran mediastinum ini terutama mengganggu vena cava sehingga venous return ke jantung menurun yang diikuti dengan penurunan cardiac output, terjadi syok non hemoragik (syok obstruktif) dan hipotensi arterial. Bila tekanan dalam cavum pleura semakin tinggi, paru kontralateral akan terdesak dan menimbulkan sesak napas yang hebat sehingga menimbulkan hipoksia. Gejala dan tanda tension pneumothorax: - Gejala dan tanda Syok, seperti: gelisah, hipotensi, nadi lemah dan cepat. 115.

Penting untuk membedakan syok pada tension pneumothorax dengan syok hemoragi. Syok dengan distensi vena leher memberi dugaan kuat tension pneumothorax jika bunyi pernapasan meredup/asimetrik; sedangkan syok akibat kehilangan darah akan mengakibatkan kolaps vena-vena leher. Inspeksi Sianosis, sesak napas progresif, ketinggalan gerak, hiperventilasi, gelisah, JVP naik, hiperekspansi rongga dada. Bisa terdapat emfisema subkutis. Palpasi Trakea tergeser ke sisi yang berlawanan (palpasi leher); iktus kordis juga dapat bergeser; krepitasi bila terdapat emfisema subkutis Perkusi Perkusi paru hipersonor; perkusi mediastinum memperkuat adanya pergeseran seperti yang telah ditunjukkan dengan palpasi trakea. Auskultasi Biasanya suara napas pada sisi yang terkena pneumothorax menurun sampai menghilang.

Pada pasien dengan tension pneumothorax, segera dekompresi dengan tusukan jarum pada SIC II linea midklavikularis dan diikuti WSD (untuk menghilangkan tensionnya). Dekompresi jarum (needle decompression) dilakukan dengan cara menusukkan jarum pada SIC II linea midklavikularis pada hemitoraks yang bersangkutan. Penusukan tepat di atas costa III supaya tidak menusuk arteri, vena, nervus intercostalis II. Sumber: Bresler, M. J., Sternbach, G. L, Trauma Toraks. Manual Kedokteran Darurat Edisi 6. EGC. Jakarta. 2007. p.30-37 Dunphy, J. E., Botsford, T.W., Trauma Dinding Thorax, Jantung, dan Paru-paru. Pemeriksaan Fisik Bedah. WB Saunders Company Yayasan Essentia Medica. 1993. p. 399-402. Sari, D. K, Mirzanie, H. Leksana, Slamet, A. W. Cedera Toraks. Chirurgica. Tosca Enterprise. Yogyakarta. 2005. p. III.3-III.5 116. Jawaban: E. Hematopneumothorax Pembahasan: Gambaran air fluid level (jika diambil pada foto dengan sinar horizontal) berupa garis datar yang mencerminkan batas antara densitas udara di bagian atas dan densitas cairan di bagian bawahnya. Air fluid level pada foto dada bisa terjadi pada keadaan hidropneumothorax. Hidropneumothorax merupakan keadaan dimana terdapat udara maupun cairan di dalam kavum pleura. Cairan tersebut bisa berupa darah, nanah, etc. Karena kasusnya trauma, cairan yang terkumpul dalam kavum pleura biasanya adalah darah. Sehingga gambaran air fluid level pada soal merujuk pada keadaan hematopneumothorax. Pada foto dada pneumothorax, tampak garis pleura viseral (yang dikenal dengan pleural line) yang terpisah dari pleura parietal (dan dinding dada) oleh udara yang lusen, tanpa gambaran corakan vaskular paru. Tampak juga gambaran paru yang kolaps berkumpul di daerah hilus. Pada foto dada tension pneumothorax, tampak jumlah udara pada hemithorax yang cukup besar dan susunan mediastinum yang bergeser ke arah kontralateral (juga tidak didapatkan corakan vaskular dan gambaran paru yang kolaps berkumpul di daerah hilus). Tension pneumothorax merupakan suatu kegawatan, sehingga harus didiagnosis secara klinis.

Sumber: Stedman's Medical Spellchecker, 2006 Lippincott Williams & Wilkins. Diakses dari http://www.rightdiagnosis.com/medical/air_fluid_level.htm Al-Hameed, FM. 2011. Pneumothorax Imaging. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/360796-overview#a19 Keeffe, JO. 2011. What is Hydropneumothorax. Diakses dari http://www.wisegeek.com/what-is-hydropneumothorax.htm www.bedahugm.net/bedah-thorak-dan-kardiovaskular/pneumothoraks//

Soal no. 127 & 128 (Anggita Woro) 127. Pembahasan : B Jika dilihat dari gejala dan tanda yang ditemukan pada pasien, pasien mengalami penyakit yang dikenal dengan bells palsy, yaitu kelumpuhan fasialis perifer akibat proses non-supuratif, non-neoplasmik, non-degeneratif primer namun sangat mungkin akibat edema jinak pada bagian nervus fasialis di foramen stilomastoideus atau sedikit proksimal dari foramen tersebut, yang mulainya akut dan dapat sembuh sendiri tanpa pengobatan. Untuk membedakan antara parese n. fasialis perifer dan sentral, yaitu pada parese n. fasialis perifer terjadi kelumpuhan pada otot wajah bagian atas dan bawah, sedangkan pada parese n. fasialis sentral pada otot wajah bagian bawah saja. 128. Pembahasan : B 6 mematuhi perintah secara akurat merespon perintah. 5 melokalisasi nyeri menggerakan tangan untuk memindahkan respon nyeri yang diberikan. 4 menjauh dari nyeri menarik bagian tubuh dari stimulus nyeri. 3 Reaksi dekortikasi fleksi sendi yang abnormal sebagai respon dari stimulus nyeri. 2 Reaksi Deserebrasi ekstensi sendi abnormal sebagai respon dari stimulus nyeri. 1 tidak bergerak untuk semua respon nyeri.

Soal no 129-130 (Merita A) 129. Jawaban : B. sedang PEMBAHASAN Review sedikit ya... Traumatic brain injury (TBI)/ acquired brain injury/ head injury (Cedera Kepala)/ brain injury menyebabkan disabilitas dan mortalitas melalui trauma mendadak yang merusak otak dan mengganggu fungsi normal otak. Pada TBI dapat terjadi dampak fisik, psikologi, kognitif, emosi, dan sosial yang buruk. Mengklasifikasikan cedera kepala penting dilakukan untuk menentukan terapi, potensial rehabilitasi, dan prognosis.

1. Klasifikasi berdasarkan Patofisiologi a. Cedera Primer Dua mekanisme utama yang menyebabkan cedera primer adalah kontak (misal benda yang meusuk kepala langsung) dan akselerasi-deselerasi. b. Cedera Sekunder Cedera sekunder dapat terjadi dalam beberapa jam bahkan hari setelah trauma terjadi, melalui kegagalan atau penurunan cerebral blood flow (CBF) lokal setelah TBI. 2. Klasifikasi berdasarkan Klinis dan Evaluasi Neuroradiologis a. cedera fokal b. cedera difus 3. Klasifikasi berdasar severity a. Glasgow Coma Scale (GCS) Sistem ini merupakan yang paling umum digunakan dalam klasifikasi TBI. Rentang skala GCS 3-15 digunakan untuk menilai level kesadaran dan fungsi neurologis pasien (Teasdale and Jennett, 1974). Skor GCS 3-8 9-12 13-15 Klasifikasi TBI Severe Moderate Mild

Loss of consciousness (LOC) Durasi kehilangan kesadaran / LOC adalah metode lain yang digunakan untuk mengukur severity TBI (Greenwald et al, 2003). Severity of TBI Based on the Duration of LOC Severity of TBI Temuan Mild Perubahan status mental atau LOC < 30 menit Moderate Perubahan status mental atau LOC 30 menit- 6 jam Severe Perubahan status mental atau LOC > 6 jam

Metode Klasifikasi Lain - PTA (post-traumatic amnesia) diperkenalkan oleh Russell (1932), didefinisikan sebagai waktu yang berlalu sejak cidera hingga saat pasien dapat mendemostrasikan continuous memory tentang apa yang terjadi di sekitarnya. Kurangnya data membuat sistem ini sulit diterapkan secara retrospektif. Durasi PTA yang diukur dengan menggunakan Galveston Orientation and Amnesia Test nampak menjadi prediktor signifikan bagi outcome fungsional setelah TBI dan mungkin merupakan refleksi terbaik keseluruhan severity cidera.

Klasifikasi TBI Mild Moderate Severe -

PTA < 24 jam 24.7hari >7 hari

menghitung jumlah hari yang dibutuhkan untuk mencapai GCS 15, jumlah ahri yang dibutuhkan untuk mencapai skor motorik GCS 6, dan Abbreviated Injury Scale Head score Simplified Motor Score (SMS) yang hanya menggunakan 3 poin skala yang dikembangkan untuk mengatasi kompleksitas dan keterbatasan & realibilitas GCS. Di out-hospital setting, SMS memiliki kemampuan yang sama dengan GCS dalam memprediksi outcome. Score 0 1 2 Best Motor Response Withdraws to pain or worse Localizes pain Obeys commands

Simplified Motor Score

Mayo Head Injury Classification system (2007). Klasifikasi TBI Kriteria Moderate-severe Salah satu atau lebih dari (A): -kematian karena TBI tsb - LOC > 30 menit - PTA anterograde > 24 jam -GCS terburuk pada 24 jam pertama < 13 (kecuali tidak valid karena intoksikasi, sedasi, syok sistemik - salah satu dari: * intracerebral hematom, * subdural hematom, * epidural hematom, * contusio cerebral, * hemorrhagic contusion, * TBI penetrasi (penetrasi dura), * sub-arachnoid hemoragik, * brain stem injury Mild (Probable) Salah satu atau lebih dari (B): TBI -LOC sesaat atau < 30 menit -PTA anterograde sesaat atau < 24 jam - fraktur tengkorak depressed, basilar/ linear Simptomatik Tidak terdapat kriteria A & B, terdapat salah satu atau (possible) TBI lebih: - Blurred vision; Confusion (mental state changes); Dazed; Dizziness; Focal neurologic symptoms; Headache;

Nausea Reference: James F. Malec, Allen W. Brown, Cynthia L. Leibson, Julie Testa Flaada, Jayawant N. Mandrekar, Nancy N. Diehl, Patricia K. Perkins. Journal of Neurotrauma. September 2007, 24(9): 1417-1424. doi:10.1089/neu.2006 .0245.

Pada soal no. 129, walaupun disebutkan ada penurunan kesadaran sesaat, namun tidak disebutkan lamanya, demikian pula dengan kejelasan mengenai patofisiologi cidera kepala, apakah mengarah ke primer atau sekunder, sehingga yang lebih ditonjolkan adalah nilai GCS 10, di mana hal ini berarti bahwa cedera kepala yang dialami pasien tergolong sedang (B). Sumber: CDC. 2006. Glascow Coma Scale.Diakses dari www.cdc.gov/ncipc/pub-res/tbi_toolkit/physicians/gcs.htm pada 29 November 2011. Classification of TBI. Diakses dari http://www.traumaticbraininjuryatoz.org/MildTBI/Diagnosing-Mild-TBI-Concussion/Classifications-of-TBI.aspx pada 29 November 2011. Pangilinan, Percival H. & Kelly, Brian M. 2011. Complications of Traumatic Brain Injury. Diakses dari http://emedicine.medscape.com/article/326643-overview#showall pada 29 November 2011. http://cpancf.com/headinjuryclassification.asp
130. Jawaban : D. Koma

Pembahasan: Dalam klinik dikenal tingkat tingkat kesadaran : kompos mentis, inkompos mentis (apati, delir, somnolen, sopor, koma). Kompos mentis : Keadaan waspada dan terjaga pada seseorang yang bereaksi sepenuhnya dan adekuat terhadap rangsang visuil, auditorik dan sensorik. Apati : sikap acuh tak acuh, tidak segera menjawab bila ditanya. Delir/ delirium : kesadaran menurun disertai kekacauan mental dan motorik seperti desorientasi, iritatif, salah persepsi terhadap rangsang sensorik, sering timbul ilusi dan halusinasi. Penderita delirium menunjukan penurunan kesadaran disertai peningkatan yang abnormal dari aktivitas psikomotor dan siklus tidur-bangun yang terganggu. Pada keadaan ini pasien tampak gaduh-gelisah, kacau, disorientasi, berteriak, aktivitas motoriknya meningkat, meronta-ronta. Penyebab delirium beragam, diantaranya ialah kurang tidur oleh berbagai obat, dan gangguan metabolik toksik. Pada manula, delirium kadang didapatkan waktu malam hari. Penghentian mendadak obat anti-depresan yang telah lama digunakan dapat menyebabkan delirium-tremens. Demikian juga bila pecandu alkohol mendadak menghentikan minum alkohol dapat mengalami keadaan delirium dengan keadaan gaduhgelisah.

Somnolen : penderita mudah dibangunkan, dapat bereaksi secara motorik atau verbal yang layak tetapi setelah memberikan respons, ia terlena kembali bila rangsangan dihentikan. Keadaan mengantuk. Kesadaran dapat pulih penuh bila dirangsang. Somnolen disebut juga sebagai letargi, obtundasi. Tingkat kesadaran ini ditandai oleh mudahnya penderita dibangunkan, mampu memberi jawaban verbal dan menangkis rangsang nyeri. Sopor (stupor) : penderita hanya dapat dibangunkan dalam waktu singkat oleh rangsang nyeri yang hebat dan berulang-ulang. Kantuk yang dalam. Penderita masih dapat dibangunkan dengan rangsangan yang kuat, namun kesadarannya segera menurun lagi. Ia masih dapat mengikuti suruhan yang singkat, dan masih terlihat gerakan spontan. Dengan rangsang nyeri penderita tidak dapat dibangunkan sempurna. Reaksi terhadap perintah tidak konsisten dan samar. Tidak dapat diperoleh jawaban verbal dari penderita. Gerak motorik untuk menangkis rangsang nyeri masih baik. Koma : tidak ada sama sekali jawaban terhadap rangsang nyeri yang bagaimanapun hebatnya. Koma-ringan (semi-koma), pada keadaan ini, tidak ada respons terhadap rangsang verbal. Refleks (kornea, pupil dan lain sebagainya) masih baik. Gerakan terutama timbul sebagai respons terhadap rangsang nyeri. Reaksi terhadap rangsang nyeri tidak terorganisasi, merupakan jawaban "primitif". Penderita sama sekali tidak dapat dibangunkan. Pada koma tidak ada gerakan spontan, tidak ada jawaban sama sekali terhadap rangsang nyeri yang bagaimanapun kuatnya. Beberapa sumber menyebutkan bahwa pada pasien koma dapat kehilangan refleks kornea, pupil , dan sebagainya (Kruse MJ (1986). Nursing the Neurological and Neurotrauma Patient. Totowa, N.J: Rowman & Allanheld. pp. 5758). Pembagian tingkat kesadaran di atas merupakan pembagian dalam pengertian klinis, dan batas antara tingkatan ini tidak tegas. Tidaklah mengherankan bila kita menjumpai penggunaan kata soporo-koma, somnolen-sopor.

Manthurio; Nara, P. 1984. Gangguan Kesadaran. Cermin Dunia Kedokteran No. 34, 1984. Diakses dari http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/05_GangguanKesadaran.pdf/05_GangguanKesadaran.html pada 1 Desember 2011. Perubahan Patologis Tingkat Kesadaran. 2009. Diakses dari http://klinikbandung.blogspot.com/2009/12/perubahan-patologis-tingkat-kesadaran.html pada 1 Desember 2011.

Soal no. 131-132 (Rahmawati A) 131. Jawaban : A Pembahasan : Menguji tingka tkesadaran a. Secarakualitatif

1) ComposMentis (conscious), yaitukesadaran normal, sadarsepenuhnya, dapatmenjawabsemuapertanyaantentangkeadaansekelilingnya. 2) Apatis , yaitukeadaankesadaran yang seganuntukberhubungandengansekitarnya, sikapnyaacuhtakacuh. 3) Delirium ,yaitugelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadangberhayal. 4) Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitukesadaranmenurun, responpsikomotor yang lambat, mudahtertidur, namunkesadarandapatpulihbiladirangsang (mudahdibangunkan) tetapijatuhtertidurlagi, mampumemberijawaban verbal. 5) Stupor (soporokoma), yaitukeadaansepertitertidurlelap, tetapiadaresponterhadapnyeri. 6) Coma (comatose), yaitutidakbisadibangunkan, tidakadaresponterhadaprangsanganapapun (tidakadaresponkorneamaupunreflekmuntah, mungkinjugatidakadarespon pupil terhadapcahaya). b. SecaraKuantitatifdengan GCS (Glasgow Coma Scale) 1) Menilairesponmembukamata (E) (4) :spontan (3) :denganrangsangsuara (suruhpasienmembukamata). (2) :denganrangsangnyeri (berikanrangsangannyeri, misalnyamenekankuku jari) (1) :tidakadarespon 2) Menilairespon Verbal/responBicara (V) (5) :orientasibaik (4) :bingung, berbicaramengacau (seringbertanyaberulang-ulang) disorientasitempatdanwaktu. (3) : kata-kata saja (berbicaratidakjelas, tapi kata-kata masihjelas, namuntidakdalamsatukalimat. Misalnya aduh, bapak) (2) :suaratanpaarti (mengerang) (1) :tidakadarespon 3) Menilairesponmotorik (M) (6) :mengikutiperintah (5) :melokalisirnyeri (menjangkau&menjauhkan stimulus saatdiberirangsangnyeri) (4) : withdraws (menghindar / menarikextremitasatautubuhmenjauhistimulus saatdiberirangsangnyeri) (3) : flexi abnormal (tangansatuataukeduanyaposisikakudiatas dada &kaki extensisaatdiberirangsangnyeri). (2) :extensi abnormal (tangansatuataukeduanyaextensi di sisitubuh, denganjarimengepal& kaki extensisaatdiberirangsangnyeri). (1) :tidakadarespon Hasilpemeriksaantingkatkesadaranberdasarkan GCS disajikandalamsimbol EVM Selanutnyanilai-nilaidijumlahkan.Nilai GCS yang tertinggiadalah 15 yaitu E4V5M6 danterendahadalah 3 yaitu E1V1M1. Setelahdilakukan scoring makadapatdiambilkesimpulan : (Compos Mentis(GCS: 15-14) / Apatis (GCS: 13-12) / Somnolen(11-10) / Delirium (GCS: 9-7)/ Sporo coma (GCS: 6-4) / Coma (GCS: 3))

GCS pasien di atas 3-2-6 132. Jawaban : E Pembahasan: Dermatom adalah area kulit yang dipersarafi terutama oleh satu saraf spinalis.Ada 8 saraf servikal, 12 saraf torakal, 5 saraf lumbal dan 5saraf sakral.Masing-masing saraf menyampaikan rangsangan dari kulit yang dipersarafinya ke otak. Sepanjang dada dan perut dermatom seperti tumpukan cakram yang dipersarafi oleh saraf spinal yang berbeda.Sepanjang lengan dan kaki, pola ini berbeda: dermatom berjalan secara longitudinal sepanjang anggota badan. Meskipun pola umum sama pada semua orang, daerah yang tepat dari inervasi merupakan keunikan untuk individu sebagai sidik jari. Manfaat Klinik Dermatom sangat bermanfaat dalam bidang neurologi untuk menemukan tempat kerusakan saraf saraf spinalis. Karena kesakitan terbatas dermatom adalah gejala bukan penyebab dari dari masalah yang mendasari, operasi tidak boleh sekalipun ditentukan oleh rasa sakit. Sakit di daerah dermatom mengindikasikan kekurangan oksigen ke saraf seperti yang terjadi dalam peradangan di suatu tempat di sepanjang jalur saraf. Virus yang menginfeksi saraf tulang belakang seperti infeksi herpes zoster (shingles), dapat mengungkapkan sumbernya dengan muncul sebagai lesi pada dermatom tertentu . Herpes zoster merupakan virus yang dormant di dalam ganglion dorsalis, bermigrasi sepanjang saraf spinalis dan hanya mempengaruhi daerah kulit yang dipersarafi oleh saraf tempat virus tersebut menetap. Gejala biasanya unilateral tetapi dalam keadaan kekebalan tubuh menurun, mereka lebih cenderung menjadi bilateral dan simetris, yang berarti bahwa virus ada pada kedua ganglia dari ganglion dorsalis. Pembagian Dermatom Tubuh C2 - posterior half of the skull cap C3 - area correlating to a high turtle neck shirt C4 - area correlating to a low-collar shirt C6 - (radial nerve) 1st digit (thumb) C7 - (median nerve) 2nd and 3rd digit C8 - (ulnar nerve) 4th and 5th digit, also the funny bone T4 - nipples. T5 - Inframammary fold. T6/T7 - xiphoid process. T10 - umbilicus (important for early appendicitis pain) T12 - pubic bone area. L1 - inguinal ligament L4 - includes the knee caps S2/S3 - genitalia sumber : http://en.wikipedia.org

Jadi dermatom yang terlibat dalam kelemahan pada pasien di atas adalah L5 S1. Soal no. 149-150 (Dian Novita) 149. jawaban : E pembahasan: Berdasarkan WHO tahun 1997, ada beberapa uji laboratorium yang dapat digunakan sebagai petunjuk diagnostik infeksi dengue, antara lain: - Metode Serologi. Metode ini menggunakan antibodi IgG dan IgM sebagai petunjuknya. Secara umum, serodiagnosis dari dengue tergantung dari tahapan (fase) infeksinya. Pada Infeksi primer dengue, ditunjukkan dengan respon lambat munculnya antibodi dan dengan titer yang lemah. Biasanya antibodi IgM akan muncul pertama kali pada infeksi primer (umumnya hari ke 5). Anti dengue IgG akan muncul pada minggu pertama (hari ke 8) penyakit dengan titer yang awalnya lemah untuk kemudian meningkat secara perlahan.

Sebaliknya, pada infeksi sekunder (host sudah pernah terinfeksi sebelumnya), titer antibodi akan naik secara cepat. IgG dengan titer yang tinggi dapat terdeteksi bahkan pada fase akut (fase awal) penyakit dan akan naik secara progresif setelah 2 minggu awitan. Sedangkan IgM akan muncul dengan titer yang bervariasi, namun lebih sering dengan titer yang lebih lemah daripada IgG. Menurut Pan American Health Organization (PAHO), IgM akan muncul pada hari ke 5 dan akan tetap berada di darah sampai lebih dari 90 hari. Namun, pemeriksaan dengue serologi ini hanya untuk membedakan antara respons primer atau sekunder saja. Dan karena antibodi IgM dengue sering bereaksi silang dengan infeksi flafivirus lain, seperti Javanese encephalitis dan yellow fever (memberikan hasil positif palsu) maka pemeriksaan ini menjadi kurang spesifik untuk menemukan kemungkinan pasti adanya infeksi dengue. Metode Molekuler Dengan menggunakan PCR (polymerase chain protein). Pemeriksaan dinyatakan lebih pasti dalam mendiagnosis kemungkinan infeksi dengue. Dengan menggunakan serum, plasma atau sel, RNA dari virus dengue diekstraksi dan kemudian diperiksa. Prosedur ini memang lebih rumit dan mahal jika dibandingkan kultur virus, namun hasilnya lebih cepat dan sensitif. Sumber: http://www.who.int/csr/resources/publications/dengue/Denguepublication/en/

150. jawaban : C pembahasan: Berdasarkan kriteria WHO 1997, diagnosis demam berdarah dengue ditegakkan jika tredapat hal-hal dibawah ini: - Demam atau riwayat demam kaut abtara 2-7 hari, biasanya bifasik - Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan: uji bendung positif, petekie, ekimosis atau purpura, perdarahan mukosa (mimsan atau perdarahan gusi), hematemesis atau melena - Trombositopenia (jumlah trombosit < 100.000) - Terdapat minimal satu tanda kebocoran plasma: o Peningkatan hematokrit > 20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan jenis kelamin o Penurunan hematokrit > 20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya o Tanda kebocoran plasma, seperti efusi pleura dan asites atau hipoproteinemia. Klasifikasi derajat penyakit dengue: Tingkat Gejala Laboratorium DD Demam disertai dua atau lebih Leukopenia, trombositopenia, tidak tanda; sakit kepala, nyeri retro ditemukan bukti kebocoran orbital, mialgia, atralgia plasma

DBD I DBD II DBD III DBD IV

Gejala diatas ditambah uji bendung positif Gejala diatas ditambah perdarahan spontan Gejala diatas ditambah kegagalan sirkulasi (kulit dingin dan lembab serta gelisah) Syok berat disertai dengan tekanan darah dan nadi yang tidak terukur

Trombositopenia dan ada bukti kebocoran plasma Trombositopenia dan ada bukti kebocoran plasma Trombositopenia dan ada bukti kebocoran plasma Trombositopenia dan kebocoran plasma ada bukti

Wallahualaam... Sumber : http://www.who.int/csr/resources/publications/dengue/Denguepublication/en/ Soal no. 157-158 (Windy A)


157. Jawaban : A. 0,004 Pembahasan: PREVALENSI Adalah : gambaran tentang frekwensi penderita lama dan baru yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu di sekelompok masyarakat tertentu. Pada perhitungan angka Prevalensi, digunakan jumlah seluruh penduduk tanpa memperhitungkan orang/penduduk yang Kebal atau Pendeuduk dengan Resiko (Population at Risk). Sehingga dapat dikatakan bahwa Angka Prevalensi sebenarnya BUKAN-lah suatu RATE yang murni, karena Penduduk yang tidak mungkin terkena penyakit juga dimasukkan dalam perhitungan. Secara umum nilai prevalen dibedakan menjadi 2, yaitu : a) Period Prevalen Rate Yaitu : Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit yang ditemukan pada suatu jangka waktu tertentu dibagi dengan jumlah penduduk pada pertengahan jangka waktu yang bersangkutan. Nilai Periode Prevalen Rate hanya digunakan untuk penyakit yang sulit diketahui saat munculnya, misalnya pada penyakit Kanker dan Kelainan Jiwa. Rumus yang digunakan : Jumlah penderita lama & baru Periode Prevalen Rate = Jumlah penduduk b) Point Prevalen Rate Adalah : Jumlah penderita lama dan baru suatu penyakit pada suatu saat dibagi dengan jumlah penduduk pada saat itu.

Dapat

dimanfaatkan

untuk

mengetahui

Mutu

pelayanan

kesehatan

yang

diselenggarakan. Rumus : Jml. Penderita lama & baru Saat itu Point Prevalen Rate = Jml. Penduduk Saat itu Penderita baru: 96 orang Jumlah Penduduk: 24.000 orang 96 Prevalence rate = 24.000 = 0,004

Sumber: http://adityasetyawan.files.wordpress.com/2008/10/ukuran2-dlm-epidemiologi-pengukuranfrekuensi-masalah-kesehatan.pdf

158. Jawaban : D. Patient advocacy

Pembahasan: a. Patient centered care Hubungan dokter-pasien yang baik penting untuk membantu pasien dalam meningkatkan status kesehatannya Menggali pengalaman penyakit dan keadaan penyakitnya Empat dimensi pada pengalaman keadaan sakit pasien: ide, perasaan, efek, pada fungsi dan harapan b. Holistic care Menangani masalah-masalah fisik, psikologis, sosial, kultural dan spiritual pasien (pendekatan seseorang secara keseluruhan: body, mind, soul, medicine) Berdasarkan pada model bio-psiko-sosial kesehatan dan keadaan sakit: Setiap keadaan sakit mempunyai campuran konsekuensi fisik, psikologikal, dan sosial Sejumlah pasien mempunyai masalah sosial dan psikologis sebagai dasar penyebab dari penyakitnya yang muncul sebagai keluhan fisik c. Comprehensive care Menangani masalah fisik, psikologikal dan sosial Meliputi promosi, pencegahan, kuratif, rehabilitatif, dan paliatif care Pelayanan pada semua kelompok usia

d. Patient advocacy
-

Satu kali pasien telah diterima di tempat praktek dokter keluarga harus melayani sebagai pasien yang beradvokasi Dokter keluarga bertanggungjawab untuk: Meng-edukasi pasien tentang hasil pengobatan dan prognosis Memasukkan pilihan pasien ke dalam rencana pengobatan Memikul tanggungjawab untuk pelayanan pasien secara total selama waktu sakit dan keadaan sakitnya Membantu pasien membuat keputusan pelayanan kesehatan yang bijaksana dan menemukan kebutuhan sumber daya pelayanan kesehatan

e. Continuing care Kesuksesan hubungan terus-menerus mencakup: Menilai resiko penyakit Skrinig keadaan sakitnya Promosi kesehatan untuk mencegah penyakit dan kecacatan

Soal no. 159-160 (Galih P.) 159. Jawaban: D. Reflecting Pembahasan: CLIENT CENTERED (KONSELING BERPUSAT KLIEN) Model konseling berpusat pribadi dikembangkan oleh Carl R. Rogers. Sebagai hampiran keilmuan merupakan cabang dari psikologi humanistik yang menekankan model fenomenologis. Konseling person-centered mula-mula dikembangkan pada 1940 an sebagai reaksi terhadap konseling psychoanalytic. Semula dikenal sebagai model nondirektif, kemudian diubah menjadi client-centered. Sumber: http://ewintri.co.cc/index.php/bimbingan-konseling/1-bimbingan-konseling/14pendekatan-konseling-client-centred.html Teknik Umum Konseling (1) Teknik umum merupakan teknik konseling yang lazim digunakan dalam tahapan-tahapan konseling dan merupakan teknik dasar konseling yang harus dikuasai oleh konselor. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan disampaikan beberapa jenis teknik umum, diantaranya : 1. Attending adanya kesiapan diri secara fisik untuk dapat meyakinkan klien bahwa kita sepenuhnya menaruh perhatian kita padanya, bahwa kita peduli terhadap mereka. Meliputi tatapan mata yang konstan

kepada klien, postur tubuh, anggukan kepala dan ekspresi muka saat mendengar masalah mereka. Attending adalah ketrampilan atau teknik yang digunakan konselor untuk memusatkan perhatian kepada klien agar klien merasa dihargai dan terbina suasana yang kondusif sehingga klien bebas mengekspresikan atau mengungkapkan tentang apa saja yang ada dalam pikiran, perasaan ataupun tingkah lakunya. Keterampilan non-verbal yang penting dalam Attending adalah: a) Squarely, sikap tubuh yg menunjukkan keterlibatan dalam percakapan. b) Open, sikap tubuh terbuka, tidak defensif. c) Lean, sikap tubuh fleksibel (condong dan menjauh) mencerminkan mental yang fleksibel. d) Eye contact, jangan disamakan dengan staring (menatap terus menerus). e) Relaxed/natural, melakukan gerakan yg nyaman dan alami (tidak kaku dan dipaksakan). Perilaku attending yang baik dapat : Meningkatkan harga diri klien, Menciptakan suasana yang aman, Mempermudah ekspresi perasaan klien dengan bebas. Contoh perilaku attending yang baik : Kepala : melakukan anggukan jika setuju. Ekspresi wajah : tenang, ceria, senyum. Posisi tubuh : agak condong ke arah klien, jarak antara konselor dengan klien agak dekat, duduk akrab berhadapan atau berdampingan. Tangan : variasi gerakan tangan/lengan spontan berubah-ubah, menggunakan tangan sebagai isyarat, menggunakan tangan untuk menekankan ucapan. Mendengarkan : aktif penuh perhatian, menunggu ucapan klien hingga selesai, diam (menanti saat kesempatan bereaksi), perhatian terarah pada lawan bicara. Contoh perilaku attending yang tidak baik : Kepala : kaku Muka : kaku, ekspresi melamun, mengalihkan pandangan, tidak melihat saat klien sedang bicara, mata melotot. Posisi tubuh : tegak kaku, bersandar, miring, jarak duduk dengan klien menjauh, duduk kurang akrab dan berpaling. Memutuskan pembicaraan, berbicara terus tanpa ada teknik diam untuk memberi kesempatan klien berfikir dan berbicara. Perhatian : terpecah, mudah buyar oleh gangguan luar. Keterampilan Attending meliputi: Posisi badan (termasuk gerak isyarat dan ekspresi muka), kontak mata, mendengarkan. Posisi Badan Posisi badan yang baik dalam attending mencakup : 1. Duduk dengan badan menghadap klien.

2. Tangan diatas pangkuan atau berpegangan bebas atau kadang-kadang digunakan untuk menunjukkan gerak isyarat yang sedang dikomunikasikan secara verbal. 3. Responsive dengan menggunakan bagian wajah, umpamanya senyum spontan atau anggukan kepala sebagai persetujuan atau pemahaman dan kerutan dahi sebagai tanda tidak mengerti. 4. Badan tegak lurus tanpa kaku dan sesekali condong kearah klien untuk menunjukkan kebersamaan dengan klien. Posisi badan yang tidak baik mencakup : 1. Duduk dengan badan dan kepala membungkuk menghadap klien. 2. Duduk dengan sangat kaku. 3. Gelisah atau tidak tenang. 4. Mempergunakan kertas,tangan atau kuku tangan. 5. Sama sekali tanpa gerak isyarat pada tangan. 6. Selalu memukul-mukul dan menggerakkan tangan dan lengan. 7. Wajah tidak menggunakan perasaan. 8. Terlalu banyak senyum, kerutan dahi atau anggukan kepala yang tidak berarti. Kontak mata 1. Kontak mata yang baik berlangsung dengan melihat klien pada waktu dia berbicara kepada konselor dan sebaliknya. Kontak mata harus dipertahankan atau dipelihara denagan menggunakan spontan yang mengekspresikan minat dan keinginan mendengarkan serta merespon klien. 2. Kontak mata yang tidak dianggap baik mencakup : Tidak pernah melihat klien. Menatap klien untuk secara tetap dan tidak memberikan klien untuk membalas tatapan. Mengalihkan pandangan dari klien segera sesudah klien melihat konselor. Mendengarkan Mendengarkan dalam ketrampilan ini adalah mendengar dengan tepat dan mengingat apa yang klien katakan dan bagaiman mengatakannya. Mendengar yang tepat memungkinkan konselor merumuskan tanggapan yang tepat tentang perasaan dan pikiran klien. Cara mendengarkan yang baik mencakup : 1. Memelihara perhatian penuh dengan terpusat kepada klien. 2. Mendengarkan segala sesuatu yang dikatakan oleh klien. 3. Mendengarkan keseluruhan pribadi klien (kata-katanya, perasaanya dan perilakunya). Memahami pesan verbal maupun non verbal yang ada dari diri klien. 4. Mengarahkan apa yang konselor katakan terhadap apa yang telah dikatakan oleh klien. 2. Empati Empati ialah kemampuan konselor untuk merasakan apa yang dirasakan klien, merasa dan berfikir bersama klien dan bukan untuk atau tentang klien. Empati dilakukan sejalan dengan perilaku attending, tanpa perilaku attending mustahil terbentuk empati.

Terdapat dua macam empati, yaitu : 1. Empati primer, yaitu bentuk empati yang hanya berusaha memahami perasaan, pikiran dan keinginan klien, dengan tujuan agar klien dapat terlibat dan terbuka.Contoh ungkapan empati primer : Saya dapat merasakan bagaimana perasaan Anda. Saya dapat memahami pikiran Anda. Saya mengerti keinginan Anda. 2. Empati tingkat tinggi, yaitu empati apabila kepahaman konselor terhadap perasaan, pikiran keinginan serta pengalaman klien lebih mendalam dan menyentuh klien karena konselor ikut dengan perasaan tersebut. Keikutan konselor tersebut membuat klien tersentuh dan terbuka untuk mengemukakan isi hati yang terdalam, berupa perasaan, pikiran, pengalaman termasuk penderitaannya. Contoh ungkapan empati tingkat tinggi : Saya dapat merasakan apa yang Anda rasakan, dan saya ikut terluka dengan pengalaman Anda itu. 3. Refleksi Refleksi adalah teknik untuk memantulkan kembali kepada klien tentang perasaan, pikiran, dan pengalaman sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbalnya. Terdapat tiga jenis refleksi, yaitu : Refleksi perasaan, yaitu keterampilan atau teknik untuk dapat memantulkan perasaan klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. Refleksi pikiran, yaitu teknik untuk memantulkan ide, pikiran, dan pendapat klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. keterampilan dalam mengulang ide-ide klien dengan bahasa yang lebih segar dan memberikan penekanan . Refleksi pengalaman, yaitu teknik untuk memantulkan pengalaman-pengalaman klien sebagai hasil pengamatan terhadap perilaku verbal dan non verbal klien. 4. Eksplorasi Eksplorasi adalah teknik untuk menggali perasaan, pikiran, dan pengalaman klien. Hal ini penting dilakukan karena banyak klien menyimpan rahasia batin, menutup diri, atau tidak mampu mengemukakan pendapatnya. Dengan teknik ini memungkinkan klien untuk bebas berbicara tanpa rasa takut, tertekan dan terancam. Seperti halnya pada teknik refleksi, terdapat tiga jenis dalam teknik eksplorasi, yaitu :

Eksplorasi perasaan, yaitu teknik untuk dapat menggali perasaan klien yang tersimpan. Contoh : Bisakah Anda menjelaskan apa perasaan bingung yang dimaksudkan . Eksplorasi pikiran, yaitu teknik untuk menggali ide, pikiran, dan pendapat klien. Contoh : Saya yakin Anda dapat menjelaskan lebih lanjut ide Anda tentang sekolah sambil bekerja. Eksplorasi pengalaman, yaitu keterampilan atau teknik untuk menggali pengalamanpengalaman klien. Contoh : Saya terkesan dengan pengalaman yang Anda lalui Namun saya ingin memahami lebih jauh tentang pengalaman tersebut dan pengaruhnya terhadap pendidikan Anda

5. Menangkap Pesan (Paraphrasing) Menangkap Pesan (Paraphrasing) adalah teknik untuk menyatakan kembali esensi atau initi ungkapan klien dengan teliti mendengarkan pesan utama klien, mengungkapkan kalimat yang mudah dan sederhana, biasanya ditandai dengan kalimat awal : adakah atau nampaknya, dan mengamati respons klien terhadap konselor. Tujuan paraphrasing adalah : (1) untuk mengatakan kembali kepada klien bahwa konselor bersama dia dan berusaha untuk memahami apa yang dikatakan klien; (2) mengendapkan apa yang dikemukakan klien dalam bentuk ringkasan ; (3) memberi arah wawancara konseling; dan (4) pengecekan kembali persepsi konselor tentang apa yang dikemukakan klien. Contoh dialog : Klien : Itu suatu pekerjaan yang baik, akan tetapi saya tidak mengambilnya. Saya tidak tahu mengapa demikian ? Konselor : Tampaknya Anda masih ragu. 6. Pertanyaan Terbuka (Opened Question) Pertanyaan terbuka yaitu teknik untuk memancing siswa agar mau berbicara mengungkapkan perasaan, pengalaman dan pemikirannya dapat digunakan teknik pertanyaan terbuka (opened question). Pertanyaan yang diajukan sebaiknya tidak menggunakan kata tanya mengapa atau apa sebabnya. Pertanyaan semacam ini akan menyulitkan klien, jika dia tidak tahu alasan atau sebabsebabnya. Oleh karenanya, lebih baik gunakan kata tanya apakah, bagaimana, adakah, dapatkah. Contoh : Apakah Anda merasa ada sesuatu yang ingin kita bicarakan? 7. Pertanyaan Tertutup (Closed Question) Dalam konseling tidak selamanya harus menggunakan pertanyaan terbuka, dalam hal-hal tertentu dapat pula digunakan pertanyaan tertutup, yang harus dijawab dengan kata Ya atau Tidak atau dengan kata-kata singkat. Tujuan pertanyaan tertutup untuk : (1) mengumpulkan informasi; (2) menjernihkan atau memperjelas sesuatu; dan (3) menghentikan pembicaraan klien yang melantur atau menyimpang jauh. Contoh dialog : Klien : Saya berusaha meningkatkan prestasi dengan mengikuti belajar kelompok yang selama ini belum pernah saya lakukan. Konselor: Biasanya Anda menempati peringkat berapa ? . Klien : Empat Konselor: Sekarang berapa ? Klien : Sebelas 8. Dorongan minimal (Minimal Encouragement) Dorongan minimal adalah teknik untuk memberikan suatu dorongan langsung yang singkat terhadap apa yang telah dikemukakan klien. Misalnya dengan menggunakan ungkapan : oh, ya., lalu, terus.danTujuan dorongan minimal agar klien terus berbicara dan dapat mengarah agar pembicaraan mencapai tujuan. Dorongan ini diberikan pada saat klien akan mengurangi atau menghentikan pembicaraannya dan pada saat klien kurang memusatkan pikirannya pada pembicaraan atau pada saat konselor ragu atas pembicaraan klien.

Contoh dialog : Klien : Saya putus asa dan saya nyaris (klien menghentikan pembicaraan) Konselor: ya Klien : nekad bunuh diri Konselor: lalu 9. Interpretasi Yaitu teknik untuk mengulas pemikiran, perasaan dan pengalaman klien dengan merujuk pada teori-teori, bukan pandangan subyektif konselor, dengan tujuan untuk memberikan rujukan pandangan agar klien mengerti dan berubah melalui pemahaman dari hasil rujukan baru tersebut. Contoh dialog : Klien : Saya pikir dengan berhenti sekolah dan memusatkan perhatian membantu orang tua merupakan bakti saya pada keluarga, karena adik-adik saya banyak dan amat membutuhkan biaya. Konselor : Pendidikan tingkat SMA pada masa sekarang adalah mutlak bagi semua warga negara. Terutama hidup di kota besar seperti Anda. Karena tantangan masa depan makin banyak, maka dibutuhkan manusia Indonesia yang berkualitas. Membantu orang tua memang harus, namun mungkin disayangkan jika orang seperti Anda yang tergolong akan meninggalkan SMA. 10. Mengarahkan (Directing) Yaitu teknik untuk mengajak dan mengarahkan klien melakukan sesuatu. Misalnya menyuruh klien untuk bermain peran dengan konselor atau menghayalkan sesuatu. Klien : Ayah saya sering marah-marah tanpa sebab. Saya tak dapat lagi menahan diri. Akhirnya terjadi pertengkaran sengit. Konselor : Bisakah Anda mencobakan di depan saya, bagaimana sikap dan kata-kata ayah Anda jika memarahi Anda. 11. Menyimpulkan Sementara (Summarizing) Yaitu teknik untuk menyimpulkan sementara pembicaraan sehingga arah pembicaraan semakin jelas. Tujuan menyimpulkan sementara adalah untuk : (1) memberikan kesempatan kepada klien untuk mengambil kilas balik dari hal-hal yang telah dibicarakan; (2) menyimpulkan kemajuan hasil pembicaraan secara bertahap; (3) meningkatkan kualitas diskusi; (4) mempertajam fokus pada wawancara konseling. Contoh : Setelah kita berdiskusi beberapa waktu alangkah baiknya jika simpulkan dulu agar semakin jelas hasil pembicaraan kita. Dari materi materi pembicaraan yang kita diskusikan, kita sudah sampai pada dua hal: pertama, tekad Anda untuk bekerja sambil kuliah makin jelas; kedua, namun masih ada hambatan yang akan hadapi, yaitu : sikap orang tua Anda yang menginginkan Anda segera menyelesaikan studi, dan waktu bekerja yang penuh sebagaimana tuntutan dari perusahaan yang akan Anda masuki.

Sumber : Sofyan S. Willis. 2004.Konseling Inpidual; Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta H.M. Arifin. 2003. Teori-Teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta. PT Golden Terayon Press. Sugiharto.(2005. Pendekatan dalam Konseling (Makalah). Jakarta : PPPG Sumber: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/15/teknik-umum-konseling/ Teknik Umum Konseling (2) Selain yang telah disampaikan dalam Teknik Umum I, terdapat teknik umum lainnya dapat dihunakan dalam konseling, diantaranya: A. Memimpin (leading) Yaitu teknik untuk mengarahkan pembicaraan dalam wawancara konseling. Indirect leading, digunakan diawal pembicaraan dimana konselor secara tak langsung memimpin klien. Direct leading, yaitu memberanikan klien dan memperluas diskusi. Contoh dialog : Klien : Saya mungkin berfikir juga tentang masalah hubungan dengan pacar. Tapi bagaimana ya? Konselor : Sampai ini kepedulian Anda tertuju kuliah kuliah sambil bekerja. Mungkin Anda tinggal merinci kepedulian itu. Mengenai pacaran apakah termasuk dalam kerangka kepedulian Anda juga ? B. Fokus Yaitu teknik untuk membantu klien memusatkan perhatian pada pokok pembicaraan. Memfokuskan pembicaraan , mengawasi keraguan-raguan , memfokuskan pembicaraan yang menyebar atau bertele-tele atau samar-samar. Pada umumnya dalam wawancara konseling, klien akan mengungkapkan sejumlah permasalahan yang sedang dihadapinya. Oleh karena itu, konselor seyogyanya dapat membantu klien agar dia dapat menentukan apa yang fokus masalah. Misalnya dengan mengatakan : Apakah tidak sebaiknya jika pokok pembicaraan kita berkisar dulu soal hubungan Anda dengan orang tua yang kurang harmonis .

Ada beberapa yang dapat dilakukan, diantaranya : 1. Fokus pada diri klien. Contoh : Tanti, Anda tidak yakin apa yang akan Anda lakukan . 2. Fokus pada orang lain. Contoh : Roni, telah membuat kamu menderita, Terangkanlah tentang dia dan apa yang telah dilakukannya ? 3. Fokus pada topik. Contoh : Pengguguran kandungan ? Kamu memikirkan aborsi ? Pikirkanlah masak-masak dengan berbagai pertimbangan. 4. Fokus mengenai budaya. Contoh: Mungkin budaya menyerah dan mengalah pada lakilaki harus diatas sendiri oleh kaum wanita. Wanita tak boleh menjadi obyek laki-laki. C. Konfrontasi Yaitu teknik yang menantang klien untuk melihat adanya inkonsistensi antara perkataan dengan perbuatan atau bahasa badan, ide awal dengan ide berikutnya, senyum dengan kepedihan, dan sebagainya. Tujuannya adalah : (1) mendorong klien mengadakan penelitian diri secara jujur; (2) meningkatkan potensi klien; (3) membawa klien kepada kesadaran adanya diskrepansi; konflik, atau kontradiksi dalam dirinya. Penggunaan teknik ini hendaknya dilakukan secara hati-hati, yaitu dengan : (1) memberi komentar khusus terhadap klien yang tidak konsisten dengan cara dan waktu yang tepat; (2) tidak menilai apalagi menyalahkan; (3) dilakukan dengan perilaku attending dan empati. Contoh dialog : Klien : Saya baik-baik saja.(suara rendah, wajah murung, posisi tubuh gelisah). Konselor : Anda mengatakan baik-baik saja, tapi kelihatannya ada yang tidak beres. Saya melihat ada perbedaan antara ucapan dengan kenyataan diri . D. Menjernihkan (Clarifying) Yaitu teknik untuk menjernihkan ucapan-ucapan klien yang samar-samar, kurang jelas dan agak meragukan. Tujuannya adalah : (1) mengundang klien untuk menyatakan pesannya dengan jelas, ungkapan kata-kata yang tegas, dan dengan alasan-alasan yang logis, (2) agar klien menjelaskan, mengulang dan mengilustrasikan perasaannya. Contoh dialog : Klien : Perubahan yang terjadi di keluarga saya membuat saya bingung. Saya tidak mengerti siapa yang menjadi pemimpin di rumah itu. Konselor : Bisakah Anda menjelaskan persoalan pokoknya ? Misalnya peran ayah, ibu, atau saudara-saudara Anda. E. Memudahkan (facilitating) Yaitu teknik untuk membuka komunikasi agar klien dengan mudah berbicara dengan konselor dan menyatakan perasaan, pikiran, dan pengalamannya secara bebas. Contoh :

Saya yakin Anda akan berbicara apa adanya, karena saya akan mendengarkan dengan sebaikbaiknya. 6. Diam Teknik diam dilakukan dengan cara attending, paling lama 5 10 detik, komunikasi yang terjadi dalam bentuk perilaku non verbal. Tujuannya adalah (1) menanti klien sedang berfikir; (2) sevagai protes jika klien ngomong berbelit-belit; (3) menunjang perilaku attending dan empati sehingga klien babas bicara. Contoh dialog : Klien :Saya tidak senang dengan perilaku guru itu Konselor :.. (diam) Klien : Saya..harus bagaimana.., Saya.. tidak tahu.. Konselor :.. (diam) F. Mengambil Inisiatif Teknik ini dilakukan manakala klien kurang bersemangat untuk berbicara, sering diam, dan kurang parisipatif. Konselor mengajak klien untuk berinisiatif dalam menuntaskan diskusi. Teknik ini bertujuan : (1) mengambil inisiatif jika klien kurang semangat; (2) jika klien lambat berfikir untuk mengambil keputusan; (3) jika klien kehilangan arah pembicaraan. Contoh: Baiklah, saya pikir Anda mempunyai satu keputusan namun masih belum keluar. Coba Anda renungkan kembali. G. Memberi Nasehat Pemberian nasehat sebaiknya dilakukan jika klien memintanya. Walaupun demikian, konselor tetap harus mempertimbangkannya apakah pantas untuk memberi nasehat atau tidak. Sebab dalam memberi nasehat tetap dijaga agar tujuan konseling yakni kemandirian klien harus tetap tercapai. Contoh respons konselor terhadap permintaan klien : Apakah hal seperti ini pantas saya untuk memberi nasehat Anda ? Sebab, dalam hal seperti ini saya yakin Anda lebih mengetahuinya dari pada saya. H. Merencanakan Teknik ini digunakan menjelang akhir sesi konseling untuk membantu agar klien dapat membuat rencana tindakan (action), perbuatan yang produktif untuk kemajuan klien. Contoh :

Nah, apakah tidak lebih baik jika Anda mulai menyusun rencana yang baik berpedoman hasil pembicaraan kita sejak tadi I. Menyimpulkan Teknik ini digunakan untuk menyimpulkan hasil pembicaraan yang menyangkut : (1) bagaimana keadaan perasaan klien saat ini, terutama mengenai kecemasan; (2) memantapkan rencana klien; (3) pemahaman baru klien; dan (4) pokok-pokok yang akan dibicarakan selanjutnya pada sesi berikutnya, jika dipandang masih perlu dilakukan konseling lanjutan. J. Pemberian informasi Sama halnya dengan nasehat, jika konselor tidak memiliki informasi sebaiknya dengan jujur katakan bahwa dia mengetahui hal itu. Kalau pun konselor mengetahuinya, sebaiknya tetap diupayakan agar klien mengusahakannya. Contoh : Mengenai berapa biaya masuk ke Universitas Pendidikan Indonesia, saya sarankan Anda bisa langsung bertanya ke pihak UPI atau Anda berkunjung ke situs www.upi.com di internet. Sumber: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/15/teknik-umum-konseling-2/TeknikTeknik Umum Konseling. Nb: Maaf ya teman, aku udah nyari tentang metode client centered counseling tapi nggak nemu. Cuma nemu secara umum client centered counseling dan teknik konseling secara umum. Tapi di teknik umum konseling yang kudapat, nggak ada bahas tentang bracketing.

160. Jawaban: B. Family SCREEM Pembahasan: Family Genogram: Suatu grafik yang menggambarkan struktur/ anatomi keluarga, termasuk pohon keluarga, dan riwayat penyakit keluarga. Family life cycle : Family Map: mendiskripsikan system dalam keluarga hubungan yang terjalin di dalamnya dan pola interaksi batasan pada tiap generasi dan konflik-konflik yang terjadi di dalamnya. Family SCREEM (socio-cultur-religi-economic-education-medical): penilaian atas kemampuan keluarga dalam pelayanan kesehatan atau menghadapi masalah krisis yang ada. Family APGAR (adaptation-Partnership-Growth-affection-resolve): alat skrining terhadap disfungsi keluarga, kepuasan individu antar anggota keluarga. Sumber: Bahan Kuliah Blok 22

Soal no. 167-168 (Novi Adewani) 167. Jawaban : D Pada kasus pasien dicurigai menderita otitis media supuratif kronik ec otitis eksternal difusa yang berdasarkan anamnesia di dapat adanya riwayat keluar cairan dari telinga, hal ini menunjukkan sudah terjadi perforasi pada membran timpani dan riwayat trauma menggorek-gorek telinga dengan menggunakan cotton bud, serta gejala nyeri telinga, serta pemeriksaan status lokalis telinga tampak edema dan hiperemis pada canalis auditorius eksterna, serta membran tympani yang sulit dinilai karena tertutup edema canalis. Otitis eksternal difusa juga dapat terjadi sekunder pada otitis media supuratif kronis. Pada kasus ini pemilihan obat topikal yg paling tepat adalah pemberian antibiotik broad spectrum (gram positif dan gram negatif) yang tidak memiliki efek ototoksis karena untuk mencegah terjadi komplikasi seperti ketulian (hearing loss) dengan disebutkan adanya riwayat keluar cairan dari telinga. Obat ofloxacin adalah antibiotik golongan kuinolon merupakan kemoterapetika sintetis yang akhir-akhir ini mulai populer dengan spektrum antikuman yang luas terutama untuk kuman-kuman Gram negatif dan Gram positif, seperti enterobakteriaceae dan pseudomonas. Terutama dipakai untuk infeksi-infeksi nosokomial. Termasuk di sini adalah asam nalidiksat,ciprofloxacin,norfloxacin, ofloxacin, pefloxasin dan lain-lain. Golongan quinolon tidak memiliki efek samping ototoksik. Dan juga dilihat dari penyebab dari otitis eksternal adalah bakteri patogen yang tersering adalah pseudomonas (41 %), strepokokus (22%), stafilokokus aureus (15%) dan bakteroides (11%), sehingga yang paling tepat diberikan ofloxacin. Obat Gentamicin, neomicin,polymicin adalah antibiotik golongan aminoglikosida yang merupakan golongan antibiotika yang bersifat bakterisid dan terutama aktif untuk kuman Gram negatif. Beberapa mungkin aktif terhadap Gram positif. Termasuk di sini adalah amikasin, gentamisin, kanamisin, streptomisin, neomisin, metilmisin dan tobramisin, antibiotika ini punya sifat khas toksisitas berupa nefrotoksik, ototoksik dan neurotoksik, sehingga pemberian antibiotik golongan aminoglikosida tidak dianjurkan diberikan pada kasus ini. Namun bila tidak di dapat adanya riwayat keluar cairan pada telinga obat ini menjadi pilihan utama pada kasus otitis eksternal. Obat Chloramphenicol adalah antibiotik golongan amfenikol, golongan ini mencakup senyawa induk kloramfenikol maupun derivat-derivatnya yakni kloramfenikol palmitat, natrium suksinat dan tiamfenikol. Antibiotika ini aktif terhadap kuman Gram positif dan Gram negatif maupunricketsia, klamidia, spirokaeta dan mikoplasma. Karena toksisitasnya terhadap sumsum tulang, terutama anemia aplastika, maka kloramfenikol hanya dipakai untuk infeksi S. typhi dan H. Influenzae, sehingga bukan obat yang paling tepat diberikan pada kasus ini. 168. Jawaban : C

Pada kasus ini pasien menderita penyakit OTOMIKOSIS (infeksi jamur) dilihat dari keluhanterasa gatal dan penuhserta pemeriksaan fisik tampakliang telinga kanan penuh dengan squamaseperti kertas koran basah (yang mana menyerupai penyebab dari jamur yg menyebabkan sisisuperfisialis yang menyerupai ketombe pada kulit kepala atau menyerupai suatu dermatitis seboroika).Pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosis dengan test KOH. Otomikosis (dikenal juga denganSingapore Ear) adalah infeksi telinga yang disebabkanoleh jamur, atau infeksi jamur, yang superficial pada kanalis auditorius eksternus. Infeksi jamur ini sering dijumpai pada daerah yang tropis. Faktor resiko : Peningkatankadar pH, Gangguan kualitatif dan kuantitatif dari serumen, Faktor sistemik (seperti gangguan imun tubuh, kortikosteroid, antibiotik, sitostatik ), Faktor lingkungan ( panas, kelembaban ), Riwayat otomikosis sebelumnya, Penyebab otomikosis adalah Jamur yang paling sering ditemukan adalah Pityrosporum, Aspergillus(A.niger, A.flavius. A.fumigatus) dancandida albicans. Patofisiologi:Liang telinga tersusun atas epitel squamus dengan stratified keratinized ,sedagkan Cerumen bersifat antimycotic dan bacteriostatic yang terdiri dari lipids, proteins, free aminoacids, mineral, serta lisozim dan imunoglobulin, karena komposisinya yang hidropobik maka serumendapat menjaga liang telinga dari maserasi dan kerusakan epitel, normalnya Aspergillus maupunCandida merupakan jamur yang ada di liang telinga yang bersifat non patogen, sehingga banyak faktoryang dapat menyebabkan jamur saprofit berubah menjadi patogen, namun sampai sekarang sbelumdiketahui mekanisme pastinya. Gejala klinis: Rasa gatal, penuh dan tersumbat di liang telinga, tetapi sering pula tanpakeluhan, gangguan pendengaran dapat timbul bila kelainan ini meluas sampai membrane timpani. Pityrosporum dapat hanya menyebabkan sisik superfisial yang menyerupai ketombe pada kulit kepala atau dapat menyertai suatu dermatitis seroboik yang meradang, atau dapatmenjadi dasar berkembangnya infeksi lain yang lebih berat seperti furunkel atau perubahanekzematosa. Demikian pula halnya dengan jamur aspergillus. Jamur ini kadang-kadang didapatkan dariliang telinga tanpa adanya gejala apapun kecuali rasa tersumbat dalam telinga, atau dapatberupa peradangan yang menyerang epitel kanalis atau gendang telinga dan menimbulkangejala-gejala akut. Kadang-kadang dapat pula ditemukan Candida albicans.
Pemeriksaan Fisik : Pada liang telinga akan tampak berwarna merah, ditutupi oleh skuama. Tempat

yang terinfeksi menjadi merah dan ditutupi skuama halus. Bila meluas sampai kedalam, sampai kemembran timpani, maka akan dapat mengeluarkan cairan serosanguinos. didapati adanya akumulasi debris fibrin yang tebal, pertumbuhan hifa berfilamen yangberwana putih dan panjang dari permukaan kulit. Seringkali juga terdapat infeksi oleh bakteriakibat trauma mengorek liang telinga.
Pemeriksaan laboratorium Preparat langsung (Microscopical examination of the debris): Skuama dari

kerokan kulitliang telinga diperiksa dengan KOH 10%-30% akan tampak hifa-hifa lebar, berseptum dankadang-kadang dapat ditemukan spora-spora kecil dengan diameter 2-3 u.

Pembiakan (Culture): Skuama dibiakan pada media Sabauroud dekstrose. Akan tumbuhdalam satu minggu koloni filamen berwarna putih. Dengan mikroskop tampak hifa-hifa lebardan pada ujung-ujung hifa dapat ditemukan sterigma dan spora berjejer melekat padapermukaannya.
Pengobatan

Pembersihan liang telinga dengan kasa ataupun pengisap dan terkadang dengan irigasi ringanyang diikuti pengeringan. Larutan asam asetat 2-5% dalam alkohol yang diteteskan ke liang telinga biasanya dapatmenyembuhkan. Kadang-kadang diperlukan juga obat anti-jamur (sebagai salep) yang diberikan secara topikal.Preparat yang mengandung nystatin , ketokonazole, klotrimazole, dan anti jamur yangdiberikan secara sistemik. * Pada soal tersebut kultur bukan menjadi pilihan karena tidak disebutkan jenis media kultur nya dan bukan gold standar untuk pemeriksaan jamur. * Test alergi tidak dipilih karena tidak disebutkan adanya riwayat alergi Pustaka:*Kapsel jilid 1, buku ajar THT kepala leher terbit FKUI, BOIES Buku ajar penyakitTHT. Soal no. 183-184 (Daniswara) 183. Jawaban : C a. Foto polos abdomen (BNO) Dari sini dapat diperoleh keterangan mengenai penyakit ikutan misalnya batu saluran kemih, hidronefrosis, atau divertikel kandung kemih juga dapat untuk menghetahui adanya metastasis ke tulang dari carsinoma prostat b. Pielografi Intravena (IVP) Pembesaran prostat dapat dilihat sebagai filling defect/indentasi prostat pada dasar kandung kemih atau ujung distal ureter membelok keatas berbentuk seperti mata kail (hooked fish). Dapat pula mengetahui adanya kelainan pada ginjal maupun ureter berupa hidroureter ataupun hidronefrosis serta penyulit (trabekulasi, divertikel atau sakulasi buli buli). Foto setelah miksi dapat dilihat adanya residu urin. c. Sistogram retrograde Memberikan gambaran indentasi pada pasien yang telah dipasang kateter karena retensi urin. d. Transrektal Ultrasonografi (TRUS) Deteksi pembesaran prostat dengan mengukur residu urin e. MRI atau CT scan Jarang dilakukan. Digunakan untuk melihat pembesaran prostat dan dengan bermacam macam potongan. Sebenarnya dari pilihan jawaban agak membingungkan, tapi jawaban yang paling mendekati adalah C. Sumber : http://referensikedokteran.blogspot.com/2010/08/referat-benign-prostathypertrophy.html dan http://www.fkumyecase.net/wiki/index.php? page=Penegakan+Diagnosa+pada+Pasien+dengan+Kasus+Benigna+Hipertrofi+Prostat

184. Jawaban : E. Radiasi dengan Cobalt 60 Pembahasan : USG Tiroid doppler USG pada pemeriksaan kelenjar tiroid bertujuan agar : (http://usumed.blogspot.com/2011/08/peranan-usg-tiroid.html ) Dengan cepat dapat menentukan apakah tonjolan pada daerah leher berada di dalam atau di luar tiroid. Dengan cepat dan akurat dapat membedakan lesi kistik atau lesi solid. Dengan lebih mudah dapat dikenali apakah tonjolan tersebut tunggal atau lebih dari satu. Dapat membantu penilaian respon pengobatan pada terapi supresif. Dapat membantu mencari keganasan tiroid pada metastasis yang tidak diketahui tumor primernya. Sebagai pemeriksaan penyaring terhadap golongan risiko tinggi untuk menemukan keganasan tiroid. Sebagai pengarah pada biopsi aspirasi tiroid. Thyroid scanning Scanning pada thyroid dapat dilakukan dengan alasan (http://medicastore.com/penyakit/3404/Scanning_Pada_Thyroid.html ) 1. Untuk memeriksa ukuran, struktur dan posisi kelenjar thyroid. 2. Untuk mengevaluasi fungsi thyroid bersama-sama tes lainnya Radiasi dengan Cobalt 60 radiasi gamma energi tinggi yang berasal dari Cobalt-60. Radioterapi diberikan setiap hari dari berbagai arah secara tepat pada kanker. Dengan demikian kanker akan menerima radiasi yang bersilang dengan dosis tinggi sementara jaringan normal dan sehat di sekitar lokasi kanker hanya akan menerima dosis yang lebih rendah dengan tingkat kerusakan yang dapat ditoleransi tubuh dan berangsur pulih. (http://www.infonuklir.com/readmore/read/iptek_nuklir/teknik_nuklir_dibidang_kesehatan/16es oi-1/Radioterapi )
Soal no. 195-196 (Rati Ries) 195. Jawab: C. Acyclovir Pembahasan: Dari scenarionya mengarah ke cacar air. Gejala yang muncul pada cacar air antara lain gejala prodromal berupa demam, malaise serta nyeri kepala. Kemudian muncul papul eritem yang kemudian menjadi vesikel. Vesikel berbentuk tetes embun dengan umbilikasi di tengahnya. Penyebaran terutama di badan kemudian baru menyebar ke muka dan ekstrimitas. Penyebab dari cacar air adalah virus varicella zooter, sehingga terapi kausatif yang dapat diberikan adalah antivirus, yang banyak dipakai adalah acyclovir. 196. Jawab : A. dermatitis fotokontak alergi

sebagai

berikut:

Pembahasan: Opsi jawaban yang tersedia adalah dermatitis fotokontak alergi, dermatitis kontak iritan, liken planus,dll. Dari beberapa pilihan tsb yang paling memungkinkan adalah dermatitis footokontak alergi yaitu berdasarkan tempat terjadinya ukk dan riwayat pekerjaan pasien yang bisa terpapar matahari. Kemungkinan lain adalah dermatitis kontak alergi oleh karena sabun TCC atau lotion pelembab, namun pilihan ini menjadi tidak mungkin karena ukk yang terjadi tidak sesuai dengan penggunaan agen2 tesebut.

You might also like