You are on page 1of 5

Seks merupakan naluri alamiah yang dimiliki oleh setiap makhluk hidup di muka bumi ini.

Bukan hanya manusia yang memiliki naluri seks, tetapi juga termasuk hewan dan makhluk hidup lainnya (tumbuhan). Seks diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup hidup suatu spesies atau suatu kelompok (jenis) makhluk hidup. Tujuan utama dari seks adalah untuk repeuduksi buat kepentingan regenerasi. Artinya setiap makhluk hidup melakukan seks untuk memperoleh keturunan agar dapat menjaga dan melestarikan keturunannya. Selain itu tujuan seks adalah sebagai sarana untuk memperoleh kepuasan dan relaksasi dalam kehidupan (bagi manusia). Kegiatan seks (bagi manusia) hanya boleh dilakukan ketika sudah ada ikatan yang sah antara laki-laki dan perempuan, ikatan itu disebut dengan nikah. Hubungan seks yang dilakukan diluar pernikahan merupakan suatu pelanggaran terhadap norma-norma (baik norma agama maupun norma-noram yang berlaku lainnya) dan merupak suatu perbuatan dosa yang besar dan sangat berat hukumannnya. Pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini memang sangatlah memprihatinkan. Berdasarkan beberapa data, di antaranya dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyatakan sebanyak 32 persen remaja usia 14 hingga 18 tahun di kota-kota besar di Indonesia (Jakarta, Surabaya, dan Bandung) pernah berhubungan seks. Hasil survei lain juga menyatakan, satu dari empat remaja Indonesia melakukan hubungan seksual pranikah dan membuktikan 62,7 persen remaja kehilangan perawan saat masih duduk di bangku SMP, dan bahkan 21,2 persen di antaranya berbuat ekstrim, yakni pernah melakukan aborsi. Aborsi dilakukan sebagai jalan keluar dari akibat dari perilaku seks bebas. Bahkan penelitian LSM Sahabat Anak dan Remaja Indonesia (Sahara) Bandung antara tahun 2000-2002, remaja yang melakukan seks pra nikah, 72,9% hamil, dan 91,5% di antaranya mengaku telah melakukan aborsi lebih dari satu kali. Data ini didukung beberapa hasil penelitian bahwa terdapat 98% mahasiswi Yogyakarta yang melakukan seks pra nikah mengaku pernah melakukan aborsi. Secara kumulatif, aborsi di Indonesia diperkirakan mencapai 2,3 juta kasus per tahun. Setengah dari jumlah itu dilakukan oleh wanita yang belum menikah, sekitar 10-30% adalah para remaja. Artinya, ada 230 ribu sampai 575 ribu remaja putri yang diperkirakan melakukan aborsi setiap tahunnya. Sumber lain juga menyebutkankan, tiap hari 100 remaja

melakukan aborsi dan jumlah kehamilan yang tidak diinginkan (KTD) pada remaja meningkat antara 150.000 hingga 200.000 kasus setiap tahun. Selain itu survei yang dilakukan BKKBN pada akhir 2008 menyatakan, 63 persen remaja di beberapa kota besar di Indonesia melakukan seks pranikah. Dan, para pelaku seks dini itu menyakini, berhubungan seksual satu kali tidak menyebabkan kehamilan. Sumber lain juga menyebutkan tidak kurang dari 900 ribu remaja yang pernah aborsi akibat seks bebas (Jawa Pos, 28-5-2001). Dan di Jawa Timur, remaja yang melakukan aborsi tercatat 60% dari total kasus (Jawa Pos, 9-4-2005). Berdasarkan fakta yang ada tersebut maka cukup memprihatinkan jika melihat kenyataan bahwa banyak sekali remaja saat ini yang kurang mengerti tentang norma-norma agama yang seharusnya mereka pegang erat sebagai penerus bangsa ini. Mereka lebih memikirkan kesenangan semata tanpa berpikir apa yang mungkin tejadi kedepannya. Banyak kalangan remaja yang sudah merasa tidak berdosa dalam melakukan hal tersebut bahkan tidak sedikit yang merasa bahwa al tersebut adalah sebuah kebutuan padahal hubungan mereka baru sebatas pacaran. Banak kejadian hamil di luar nikah yang akhirnya berujung dengan aborsi yang justru akan menambah kesalahan mereka. Sungguh menyedihkan jika kita melihat lebih jauh bahwa kejadian hamil d luar nikah akibat sex bebas yang makin marak di sekitar kita. Tidak sepatutnya hal itu terjadi jika para remaja masih memegang teguh agama serta aturan yang berlaku saat ini. Visi dan Misi STIKES Katolik. Visi : Lembaga pendidikan tinggi professional yang berbasis tridarma perguruan tinggi dalam menghasilkan tenaga kesehatan yang berkepribadian utuh, handal dan siap bersaing di era global. Misi : 1. Menyelenggarakan pembelajaran berbasis kompetensi sesuai dengan perkembangan dan tuntutan global. 2. Menyelenggarakan kegiatan penelitian untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis dan inovatif. 3.Menyelenggarakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan kesehatan yang dihadapi. Dalam visi misi yang telah ada di atas maka sepatutnya pihak kampus mendidik para mahasiswa sehingga menjadi seseorang yang berjiwa utuh. Utuh di sini berarti utuh baik secara intelektual dan spiritual sehingga tidak hanya pintar dalam pelajaran namun juga pintar dalam mengatur emosi atau sehat dalam jiwa. Aktivitas positif harus tetap di dukung demi terhindarnya kegiatan negative yang muncul di mahasiswa karena mereka terlalu jenuh dengan kegiatan yang monoton. Mengadakan ekstrakulikuler cukup membantu mahasiwa dalam menyalurkan bakat dan aktivitas positif yang dapat dilakukan oleh para mahasiswa sehingga mereka tidak lari pada

hal-hal yang negatif. Dengan peraturan yang ada dan cukup ketat seharusnya pihak kampus juga memfasilitasi mahasiswa untuk berkreasi atau menyalurkan bakatnya tidak hanya mengekang mahasiswa dengan kegiatan belajar namun juga memberikan sedikit celah pada mahasiswa untuk mendapatkan hiburan. Solusi yang mungkin dapat dipertimbangkan antara lain dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal antara lain dari segi keagamaan, pola pikir, dan psikis dari anak tersebut dan faktor eksternal yang pastinya akan berhubungan dengan faktor internal sang anak misalnya perhatian, pendidikan agama, pendidikan tentang sex, dan lingkungan yang pastinya akan memberikan kontribusi terbesar dalam perkembangan jiwa anak. Bila dari segi keagamaan seharusnya dari kecil anak sudah dibiasakan dan diajarkan tentang norma-norma agama yang dianut karena tidak ada agama yang mengajarkan hal-hal yang buruk, jika norma tersebut telah ditanamkan sejak dini maka sang anak pasti akan merasa sangat bersalah saat melakukan kesalahan apalagi yang berhubungan dengan dosa. Pola pikir anak dan psikis atau jiwa anak harus ditata sejak kecil hal ini sangat membutuhkan peran dari orang tua serta orang-orang terdekatnya, jika anak tersebut diberikan pengertian dan benar-benar dididik dengan baik serta penuh kesabaran dan perhatian pasti anak tersebut akan memiliki pola piker positif dan jiwanya pasti tidak akan hampa yang menyebabkan dia lari pada hal-hal yang negative dan yang seharusnya tidak dilakukan. Sex education juga harus benar-benar diterapkan oleh orang tua namun harus tetap disesuaikan dengan usia sang anak. Lingkungan yang cukup kondusif baik di rumah maupun sekolah harus benar-benar diperhatikan karena jika dari lingkungan tidak mendukung dapat dipastikan sang anak yang masih labil pasti akan mudah terpengaruh, maka harus dikuatkan dalam hal faktor internalnya jika dia sudah sangat kuat dari dalamnya maka sejelek apapun pengaruh luar pasti tidak akan mengubah kepribadian anak tersebut. Dengan kondisi yang seperti ini sebaiknya pihak kampus tidak hanya memberikan pendidikan formal saja namun sebaiknya diadakan sebuah pertemuan semacam seminar atau adanya penguatan iman bagi mahasiswa dan mahasiswi sehingga dapat memperkuat dalam dirinya serta ada tambahan ilmu sebagai factor eksternalnya, hal ini diharapkan agar mahasiswa mahasiswi dapat lebih mengerti tentang kerugian jika melakukan hal-hal negatif terutama sex bebas. pihak kampus juga dapat mempertegas dengan menjalankan peraturan yang ada sehingga para mahasiswa dapat lebih memikirkan kedepannya karena masa depan mereka yang masih

panjang dan terlebih mereka adalah harapan dari orang tua mereka. Kampus juga dapat mengadakan kegiatan-kegiatan positif agar mahasiswa tidak merasa bosan dengan kegiatan belajar maka diadakan kegiatan ekstrakulikuler yang banyak diminati oleh mahasiswa. Kegiatan seperti retrat juga dapat mempererat rasa persaudaraan dan sportivitas antar mahasiswa sehingga bila ada kegiatan yang cukup baik tersebut mahasiswa tidak akan lari pada hal-hal yang negative seperti sex bebas. mahasiswa akan dapat berpikir positif dan jernih dengan adanya hiburan semacam itu. Semua hal tersebut dapat dilakukan demi memperbaiki citra kaum muda yang identik dengan hal negatif misalnya pergaulan bebas maka sudah seharusnya kaum muda menunjukkan bahwa mereka dapat berprestasi.

ARTIKEL HAMIL DI LUAR NIKAH YANG DILAKUKAN OLEH MAHASISWA

Oleh : Priscilla Yanuari Christi 200903012

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KATOLIK PROGRAM STUDI DIII FISIOTERAPI ST. VINCENTIUS A PAULO SURABAYA

You might also like