You are on page 1of 65

PRAKATA

Puji syukur atas rahmat kasih Tuhan yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktek yang berjudul Proyek Pembangunan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat. Kerja praktek ini merupakan salah satu syarat akademik dalam menyelesaikan studi tingkat S-1 di Fakultas Studi Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan. Dalam penyusunan laporan kerja praktek ini banyak hambatan yang dihadapi penulis, tetapi berkat saran, kritik, serta dorongan semangat dari berbagai pihak, laporan kerja praktek ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: y y Bapak Felix Hidayat, ST., MT., selaku koordinator kerja praktek Ibu Theresita Herni, ST., MT., selaku dosen pembimbing yang telah memberikan masukan dan saran selama proses pengerjaan laporan kerja praktek ini y Bapak Dadang S., Ir., selaku pelaksanan arsitek di lapangan yang telah memberikan informasi-informasi serta masukan-masukan seputar proyek y Bapak Darminto, BE., selaku pelaksana sipil di lapangan yang juga telah memberika informasi-informasi seputar proyek y Saudara Aditia selaku koordinator logistik yang telah berbagi pengalamanpengalamannya selama di proyek y Seluruh staff kontraktor PT Aza Banar dan pihak-pihak yang telah mendukung selama penulis melakukan kerja praktek di proyek

Penulis menyadari bahwa laporan kerja praktek ini masih jauh dari sempurna, akan tetapi penulis barharap laporan kerja praktek ini dapat berguna bagi orang yang membacanya. Bandung, 3 Januari 2012 Yohanes Christian 2008410017 Mercy Vicke Senduk 2008410093 Andreas 2008410119

ii

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 1.2 1.3 1.4 1.5 Latar Belakang Inti Permasalahan Tujuan Kerja Praktek Pembatasan Masalah Metode Pembahasan 1.5.1 Studi Pustaka 1.5.2 Tanya Jawab dan Diskusi Dengan Pembimbing 1.5.3 Studi Dokumen Proyek 1.5.4 Praktek Pengawasan di Lapangan 1.5.5 Wawancara dengan Pelaksana dan Pekerja 1.6 Sistematika Penulisan Laporan

1 1 2 3 3 4 4 4 4 5 5 5 7 7 8 8 9 10 12 12 14 14 14 16 17 iii

BAB 2 DATA PROYEK DAN MANAJEMEN ORGANISASI PROYEK 2.1 2.2 2.3 Data Umum Proyek Data Teknis Proyek Manajemen Proyek 2.3.1 Organisasi Proyek 2.3.2 Struktur Organisasi Kontraktor 2.4 2.5 Hari dan Jam Kerja Proyek Rencana Pelaksanaan Persiapan Konstruksi

BAB 3 BAHAN DAN PERALATAN 3.1 Bahan 3.1.1 Campuran Beton 3.1.2 Baja Tulangan 3.1.3 Kawat Baja

3.1.4 Triplek 3.1.5 Paku 3.1.6 Balok dan Kaso 3.1.7 Metal Deck 3.1.8 Pipa 3.1.9 Batu Bata 3.2 Peralatan 3.2.1 Bekisting Kolom 3.2.2 Plate Compactor 3.2.3 Hydraulic Pile Driver 3.2.4 Bar Bender 3.2.5 Las 3.2.6 Concrete Vibrator 3.2.7 Truk Molen 3.2.8 Concrete Pump 3.2.9 Dump Truck 3.2.10 Trolley 3.2.11 Scaffolding 3.2.12 Concrete Mixer 3.2.13 Compressor 3.2.14 Bar Cutter 3.2.15 Theodolit BAB 4 RENCANA DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI 4.1 4.2 Perencanaan Konstruksi Pelaksanaan Konstruksi 4.2.1 Persiapan Pekerjaan Konstruksi 4.2.2 Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi BAB 5 TINJAUAN KHUSUS iv

17 18 18 19 19 20 20 21 21 22 23 23 24 25 25 26 27 27 28 28 29 29 31 31 32 32 35 41

5.1

Manajemen Proyek pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat 5.1.1 Pengertian Kurva-S 5.1.2 Penjadwalan 5.1.3 Pelaksanaan Pengerjaan Proyek

41 41 42 43

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Lokasi Proyek Gambar 2.2 Struktur Organisasi Proyek Gambar 2.3 Struktur Organisasi Kontraktor Gambar 3.1Campuran Beton Ready Mixed Gambar 3.2 Semen Portland Gambar 3.3 Jaringan Kawat Wiremesh pada Pelat Lantai Gambar 3.4 Tulangan Berulir Gambar 3.5 Kawat Baja Gambar 3.6 Triplek Gambar 3.7 Paku Gambar 3.8 Balok dan Kaso untuk Bekisting Gambar 3.9 Metal Deck Gambar 3.10 Pipa PVC Gambar 3.11 Batu Bata Gambar 3.12 Bekisting Kolom Gambar 3.13 Plate Compactor Gambar 3.14 Hydraulic Pile Compactor Gambar 3.15 Bar Bender Gambar 3.16 Concrete Vibrator Gambar 3.17 Truk Molen Gambar 3.18 Concrete Pump (1) Gambar 3.19 Concrete Pump (2) Gambar 3.20 Dump Truck Gambar 3.21 Trolley Gambar 3.22 Scaffolding vii

8 9 10 15 16 16 17 17 18 18 19 19 20 20 21 22 22 23 24 25 26 26 26 27 27

Gambar 3.23 Concrete Mixer Gambar 3.24 Compressor Gambar 3.25 Manual Bar Cutter Gambar 3.26 Bar Cutter Machine Gambar 3.27 Theodolit Gambar 4.1 Site Office Kontraktor Gambar 4.2 Site Office sub-Kontraktor Gambar 4.3 Pantry Gambar 4.4 Bekisting Kolom Lantai Dasar Gambar 4.5 Kolom yang Sudah di-Cor Gambar 4.6 Atap Baja Gambar 4.8 Pemasangan Lift Gambar 4.7 Green Roof

28 28 29 29 30 33 34 34 37 38 39 40 40

viii

DAFTAR LAMPIRAN

ix

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Untuk dapat menjawab tantangan dari dunia pekerjaan dewasa ini, mahasiswa dituntut untuk tidak hanya memahami teori dari suatu ilmu, akan tetapi juga harus mengetahui aplikasi ilmu tersebut di lapangan. Seorang lulusan perguruan tinggi dituntut untuk dapat menemukan alternatif solusi atas masalah yang ditemui dalam situasi apapun di lapangan. Sebagai mahasiswa teknik sipil, pengetahuan terhadap prinsip kerja di dunia sipil merupakan suatu hal yang wajib diketahui. Penulis sungguh menyadari akan kurangnya pengetahuan terhadap dunia kerja di bidang teknik sipil. Bagi penulis, kerja praktek ini akan sangat berguna untuk membuka wawasan kami mengenai dunia pekerjaan yang sesungguhnya. Hal ini dimaksudkan agar mahasiswa tidak merasa canggung jika terjun ke dunia kerja kelak, sehingga dapat bekerja secara profesional. Tuntutan di atas tidak cukup diperoleh hanya dengan mengandalkan apa yang didapat selama mahasiswa menjalani perkuliahan. Karena itu, sejak awal seorang calon sarjana, khususnya di bidang teknik sipil, harus melatih semua aspek yang dibutuhkan untuk terjun ke dunia kerja kelak. Kondisi ini menciptakan suatu hubungan yang dinamakan link and match antara lulusan yang dihasilkan oleh perguruan tinggi dengan tenaga profesional yang

dibutuhkan oleh dunia usaha dan industri, yang menuntut adanya suatu jembatan yang akan menghubungkan antara keduanya. Melalui kerja praktek ini diharapkan penulis dapat lebih mengenal dunia kerja sekaligus belajar menerapkan ilmu yang didapat selama perkuliahan. Kegiatan kerja praktek merupakan kegiatan yang penting bagi proses pembelajaran dan perkembangan seorang mahasiswa. Kerja praktek adalah sarana yang tepat bagi seorang mahasiswa untuk mencoba mengaplikasikan semua ilmu yang telah diperolehnya selama perkuliahan. Era globalisasi yang bergerak sangat dinamis menuntut laju perkembangan yang cepat dalam segala bidang kehidupan, khususnya bidang teknik sipil. Seorang mahasiswa teknik sipil tentu harus mampu menjawab tantangan zaman dengan terus berusaha menyesuaikan diri dalam arus perkembangan dunia konstruksi yang sangat pesat. Namun, sistem kurikulum perkuliahan yang cenderung konservatif dan lamban berkembang kerap menjadi kendala yang cukup signifikan bagi mahasiswa dalam proses penyesuaian diri tersebut. Laju perkembangan materi perkuliahan selalu kalah cepat dengan laju perkembangan dunia konstruksi, sehingga pada saat memasuki dunia kerja kelak, banyak sarjana teknik sipil yang mengalami kesulitan dalam memenuhi tuntutan performance dan kemampuan yang disesuaikan dengan perkembangan teknologi saat itu.

1.2

Inti Permasalahan

Yang menjadi inti permasalahan adalah bagaimana memahami teori dalam keadaan yang sesungguhnya di lapangan. Hal ini menjadi perhatian utama dalam pelaksanaan kerja praktek.

Pemahaman yang menyeluruh dan mendasar mengenai pelaksanaan suatu proyek konstruksi menjadi kunci pemahaman mahasiswa agar bisa

mempersiapkan diri memasuki dunia kerja dan mengaplikasikan ilmunya di dalam lapangan pekerjaan yang akan ditekuni.

1.3

Tujuan Kerja Praktek

Tujuan kerja praktek adalah sebagai berikut: 1. Melatih dan mengembangkan kemampuan dan kepekaan mahasiswa dalam menemukan dan menganalisis masalah-masalah yang terjadi dalam bidang konstruksi. 2. Mengetahui kualifikasi seorang sarjana lulusan teknik sipil yang dibutuhkan dunia kerja. 3. Mengenal keadaan dunia kerja yang akan dihadapi, sehingga dapat melakukan persiapan sebelum terjun langsung kedalamnya. 4. Memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk memperoleh pengalaman dalam hal engineering praktis, kemampuan berkomunikasi, dan bersosialisasi di dalam dunia industri. 5. Memberikan kelengkapan dan pendalaman materi kuliah melalui pengamatan langsung di lapangan, sekaligus mengimplementasikan ilmu yang telah diperoleh di perkuliahan.

1.4

Pembatasan Masalah

Dalam laporan ini, terdapat dua macam pembahasan, yaitu tinjauan umum dan tinjauan khusus. Tinjauan umum meliputi data proyek dan manajemen organisasi

proyek, bahan dan peralatan, serta rencana dan pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Tinjauan khusus membahas manajemen konstruksi proyek, pekerjaan pondasi, serta pekerjaan pemasangan lift.

1.5

Metode Pembahasan

Pembahasan dalam laporan ini dilakukan dengan:

1.5.1 Studi Pustaka Sebagai acuan untuk membandingkan antara pelaksanaan di lapangan dengan teori, pustaka yang digunakan adalah buku-buku kuliah serta buku-buku mengenai teori maupun standar pelaksanaan konstruksi.

1.5.2 Tanya Jawab dan Diskusi Dengan Pembimbing Dengan adanya proses diskusi dengan pembimbing, informasi yang diperoleh di lapangan dapat dibandingkan dengan teori yang pernah dipelajari.

1.5.3 Studi Dokumen Proyek Dokumen proyek sangat membantu dalam melakukan perbandingan antara perencanaan dengan pelaksanaan proyek. Dokumen tersebut adalah gambar kerja dan struktur organisasi proyek.

1.5.4 Praktek Pengawasan di Lapangan Pengawasan di lapangan sangat membantu untuk mengetahui proses pekerjaan konstruksi yang terjadi di lapangan. Pengawasan dilakukan dengan mengamati proses pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh para pekerja.

1.5.5 Wawancara dengan Pelaksana dan Pekerja Informasi mengenai pelaksanaan diperoleh dari proses tanya jawab dengan pelaksana dan pekerja di lapangan.

1.6

Sistematika Penulisan Laporan

Laporan kerja praktek ini disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut. BAB 1. PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai latar belakang, tujuan kerja praktek, pembatasan masalah, metode pembahasan, dan sistematika penulisan laporan. BAB 2. DATA PROYEK DAN MANAJEMEN ORGANISASI PROYEK Bab ini membahas mengenai tinjauan proyek secara umum, yaitu data umum proyek, data teknis proyek, ulasan mengenai manajemen dan kontrak proyek, serta tinjauan lainnya. BAB 3. BAHAN DAN PERALATAN Bab ini membahas mengenai bahan dan peralatan yang digunakan dalam pelaksanaan proyek. BAB 4. RENCANA DAN PELAKSANAAN PEKERJAAN KONSTRUKSI

Bab ini membahas mengenai rencana pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang telah disepakati dan pelaksanaan proyek selama program kerja praktek dilaksanakan. BAB 5. TINJAUAN KHUSUS Bab ini akan membahas mengenai pekerjaan balok, pelat, dan kolom. BAB 6. PENUTUP Bab ini berisi simpulan dan saran.

BAB 2 DATA PROYEK DAN MANAJEMEN ORGANISASI PROYEK

2.1

Data Umum Proyek 1. Nama Proyek 2. Fungsi 3. Lokasi Proyek : Proyek Rumah Sakit Jiwa Provinsi Barat : Klinik kesehatan jiwa : Jalan L. R. R. E. Martadinata No. 11,
Bandung, Indonesia

4. Jenis Struktur

: Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPM)

5. Jenis Pondasi 6. Jumlah Lantai 7. Luas Total Lantai Bangunan

: Pondasi Tiang Pancang : 3 lantai dan atap : 72 x 24,6 m2

Dari segi lokasi, proyek ini terletak pada daerah yang bisa dibilang cukup strategis karena berada di dekat daerah pusat perbelanjaan di Kota Bandung. Lokasi proyek dapat dilihat pada Gambar 2.1 di bawah ini.

Gambar 2.1 Lokasi Proyek

Bangunan ini pada awalnya adalah bangunan lama dari rumah sakit yang dirubuhkan dan didirikan kembali yang baru. Kini rumah sakit pusatnya terletak di Cisarua. Fungsi dari bangunan ini sebagian besar adalah sebagai tempat rehabilitasi psikologi.

2.2

Data Teknis Proyek

Spesifikasi teknis pekerjaan terlampir.

2.3

Manajemen Proyek

Proyek konstruksi merupakan suatu upaya untuk mencapai suatu hasil dalam bentuk infrastruktur. Untuk memudahkan hal tersebut, pada saat pelaksanaan proyek dibutuhkan manajemen proyek yang baik. Tujuannya adalah untuk 8

mempermudah koordinasi antar-pihak yang terkait, serta mengatur pelaksanaan pembangunan sehingga tujuan operasional proyek dapat terlaksana secara efektif dan efisien.

2.3.1 Organisasi Proyek Sehubungan dengan pencapaian tujuan tersebut maka perlu diadakan pengawasanpengawasan terhadap mutu (quality control), penggunaan biaya (cost control), dan waktu pelaksanaan (time control). Penyalahgunaan dan penyimpangan kriteria perencanaan dapat mengakibatkan hasil yang buruk pada pembangunan proyek. Struktur organisasi Proyek Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut.

Owner / Pemilik Pemerintah Provinsi Jawa Barat

Konsultan Pengawas PT Rayajaya Rekayasa

Konsultan Pelaksana PT Jasakons Putra Utama

Kontraktor PT Aza Banar

Gambar 2.2 Struktur Organisasi Proyek

10

2.3.2 Struktur Organisasi Kontraktor Kontraktor sebagai pelaksana proyek ini dipercayakan kepada PT Aza Banar. Struktur organisasi dari kontraktor dapat dilihat pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3 Struktur Organisasi Kontraktor

Tugas dari masing-masing posisi di atas adalah: 1. Project Manager Bertugas memimpin dan mengatur pelaksanaan pekerjaan agar berjalan dengan baik dan sesuai dengan rencana serta bertanggung jawab penuh atas pelaksanaan pekerjaan proyek. Tugas lainnya adalah memberi pengarahan dan perintah kepada bawahannya, membuat jadwal perencanaan, dan membuat rencana mengenai strategi penyelesaian proyek.

11

2.

Site Manager Bertugas dalam memimpin dan mengelola pelaksanaan pekerjaan dengan mengacu pada prosedur pelaksanaan yang ditetapkan, agar dicapai mutu pekerjaan, mutu produk, mutu pelayanan, dan waktu pelaksanaan yang sesuai target atau standar, serta dengan biaya yang efisien. Selain itu site manager juga bertugas dalam memperhatikan keselamatan kerja, kesehatan kerja, dan keselamatan lingkungan.

3.

Kepala Pelaksana Bertugas untuk membawahi pelaksana interior, pelaksana mechanical engineering, pelaksana sipil, pelaksana arsitek, keamanan, serta logistik, agar terciptanya pekerjaan yang seimbang dari semua aspek yang mendukung proyek pembangunan tersebut.

4.

Pelaksana Interior Bertugas dalam merencanakan perancangan gubahan tata ruang dalam dengan menentukan tema rancangan, tata letak, fungsi, perlengkapan interior, dan pengawasan pelaksanaan pekerjaan interior tersebut.

5.

Pelaksana Mechanical Engineering Mengkoordinir dan memimpin pelaksanaan pekerjaan serta perancangan / instalasi instrument elektronik agar sesuai dengan rencana dan kebutuhan proyek.

6.

Pelaksana Sipil Bertanggung jawab dalam mengkoordinir dan memimpin pelaksanaan pekerjaan struktur sesuai metode kerja, sistem, serta prosedur mutu dan dokumen perencanaan lainnya.

12

7.

Pelaksana Arsitek Bertugas dalam mengkoordinir dan memimpin pelaksanaan pekerjaan yang berkaitan dengan estetika suatu proyek konstruksi sesuai dengan dokumen perencanaan.

8.

Logistik Bertugas untuk mengadakan semua alat-alat yang diperlukan selama proses pelaksanaan pekerjaan konstruksi.

9.

Keamanan Bertugas dalam menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan kerja dalam proyek selama pembangunan berlangsung.

2.4

Hari dan Jam Kerja Proyek

Pelaksanaan proyek pembangunan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat ini dilakukan dengan sistem tujuh hari kerja dalam seminggu, standar kerja 12 jam per hari. Apabila bekerja lebih dari 12 jam, kelebihan jam akan diperhitungkan sebagai lembur. Waktu istirahat adalah pukul 12.00 13.00.

2.5

Rencana Pelaksanaan Persiapan Konstruksi

Agar pelaksanaan konstruksi dapat terorganisir, maka dibuatlah rencana pelaksanaan persiapan konstruksi. Rencana pelaksanaan persiapan konstruksi meliputi: 1. Perencanaan dan perizinan 2. Pembentukan elevasi tanah 3. Pondasi

13

4. Struktur bawah 5. Struktur atas 6. Arsitektur dan finishing 7. Mekanikal dan elektrikal 8. Penataan dan check list

BAB 3 BAHAN DAN PERALATAN

3.1

Bahan

Bahan atau material memiliki peranan penting dalam pekerjaan suatu konstruksi bangunan. Dalam melaksanakan suatu pekerjaan bangunan, material uang digunakan sangat besar pengaruhnya terhadap kualitas atau mutu bangunan itu sendiri. Material yang digunakan dalam proyek pembangunan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat ini antara lain:

3.1.1 Campuran Beton Beton terbuat dari campuran homogen pasir, kerikil, semen, dan air dengan komposisi tertentu. Untuk menghasilkan mutu beton yang baik dan menghindari terjadinya pembekuan pada adonan beton atau biasa disebut dengan setting, digunakan bahan campuran zat adiktif tertentu agar mutu beton tetap terjaga. Pengecoran menggunakan campuran ready mixed yang dipesan langsung dari pabrik. Bersamaan dengan proses pengecoran, pemadatan campuran beton dilakukan menggunakan concrete vibrator. Getaran dari concrete vibrator akan membantu material campuran beton untuk masuk ke celah-celah tulangan sehingga tidak menimbulkan rongga-rongga pada campuran beton yang telah dicor. Selain ready mixed ada juga campuran beton site mixed. Campuran beton ini langsung dibuat di tempat dengan tujuan untuk membuat beton dalam skala 14

15

kecil. Campuran beton site mixed biasanya digunakan untuk merekatkan antarbatu bata.

Gambar 3.1Campuran Beton Ready Mixed

Agregat kasar suatu campuran beton merupakan agregat yang paling besar dibandingkan dengan bahan penusun beton yang lainnya. Agregat kasar ini berupa kerikil yang kering dan berkualitas baik agar hasil yang diperoleh maksimal. Selain agregat kasar, ada juga agregat halus. Agregat halus dalam campuran beton adalah pasir. Pasir yang digunakan adalah pasir beton yang memiliki kualitas tertentu dan dengan standarisasi tertentu. Tidak semua jenis pasir dapat digunakan untuk campuran beton karena dibutuhkan pasir yang bertekstur agar dapat saling mengikat dengan bahan lain dalam campuran beton. Bahan untuk campuran beton selanjutnya adalah semen portland (PC). Semen portland merupakan bubuk halus yang diperoleh dengan menggiling klinker dengan batu gips sebagai bahan tambahan dalam jumlah yang cukup. Klinker didapat dari pembakaran suatu campuran yang baik dan merata antara kapur dan bahan-bahan yang mengandung silika, aluminia, dan oxid besi. Bubuk halus ini bila dicampur dengan air, setelah beberapa waktu dapat menjadi keras dan digunakan sebagai bahan ikat hidrolis (Kardiyono, 1989).

16

Gambar 3.2 Semen Portland

3.1.2 Baja Tulangan Baja tulangan memiliki fungsi sebagai penahan tegangan tarik pada beton. Pemilihan penggunaan baja tulangan dan jumlahnya tergantung dari kekuatan struktur beton rencana. Baja tulangan memiliki dua jenis, yaitu baja tulangan berulir dan baja tulangan polos. Dalam proyek ini baja tulangan dipakai untuk pembuatan kolom, balok, sloop, core wall, pondasi, dan pelat lantai. Pada pelat lantai digunakan jaringan kawat wiremesh untuk melapisi metal deck. Diameter baja tulangan yang dipakai dalam proyek ini bervariasi, antara lain: D10, D16, D19, dan D22.

Gambar 3.3 Jaringan Kawat Wiremesh pada Pelat Lantai

17

Gambar 3.4 Tulangan Berulir

3.1.3 Kawat Baja Kawat baja merupakan komponen yang digunakan untuk merekatkan hubungan antar-tulangan. Kawat baja memiliki peran dimana ketika terdapat jarak antara dua tulangan yang akan disambung mengakibatkan kekuatan dari beton bertulang tersebut akan menurun pula meskipun tidak secara signifikan jika jarak antara tulangan yang diambung tersebut tidak jauh.

Gambar 3.5 Kawat Baja

3.1.4 Triplek Triplek adalah sejenis papan yang dibuat di pabrik yang terdiri dari lapisan kayu (veneer kayu) yang direkatkan bersama-sama. Triplek merupakan salah satu produk kayu yang paling sering digunakan. Triplek bersifat fleksibel, murah, dapat dibentuk, dapat didaur ulang, dan tidak memiliki teknik pembuatan yang rumit. Penggunaan triplek adalah pada pembuatan bekisting.

18

Gambar 3.6 Triplek

3.1.5 Paku Paku adalah logam keras berujung runcing dan umumnya terbuat dari baja, yang digunakan untuk melekatkan dua bahan dengan menembus keduanya. Paku umumnya ditembuskan pada bahan dengan menggunakan palu atau nail gun yang digerakkan oleh udara bertekanan atau dorongan ledakan kecil. Pelekatan oleh paku terjadi dengan adanya gaya gesek pada arah vertical dan gaya tegangan pada arah lateral. Ujung palu kadang ditekuk untuk mencegah paku keluar.

Gambar 3.7 Paku

3.1.6 Balok dan Kaso Balok dan kaso digunakan untuk memperkuat bekisting multiplek sehingga pada waktu pengecoran multiplek tidak mengalami lendutan atau berubah bentuk.

19

Gambar 3.8 Balok dan Kaso untuk Bekisting

3.1.7 Metal Deck Bondek adalah merk yang digunakan untuk dek baja structural bertegangan atau berkekuatan tarik tinggi yang berfungsi ganda, yaitu sebagai bekisting tetap dan penulangan positif searah sehingga terbentuk pelat komposit.

Gambar 3.9 Metal Deck

3.1.8 Pipa Sebuah bangunan membutuhkan adanya saluran uintuk air baik terbuka maupun tidak. Air bersih digunakan untuk keperluan sehari-hari, sementara air kotor harus diatur juga sirkulasinya agar lingkungan sekitar dapat terjaga kelestariannya. Pipa menjadi saluran tertutup dalam suatu bangunan dan pemanfaatannya perlu terus dimaksimalkan.

20

Gambar 3.10 Pipa PVC

3.1.9 Batu Bata Batu bata merupakan salah satu material yang digunakan untuk membuat dinding. Batu bata terbuat dari tanah liat yang dibakar sampai berwarna kemerahan. Proyek pembangunan ini menggunakan batu bata ringan meskipun berukuran sama, yaitu 15 x 10 x 15 cm.

Gambar 3.11 Batu Bata

3.2

Peralatan

Pekerjaan pada proyek dilakukan dengan dua cara, yaitu secara manual (menggunakan tenaga manusia) dan menggunakan mesin. Pekerjaan yang dilakukan dengan tenaga manusia pada umumnya merupakan pekerjaan yang membutuhkan keterampilan khusus. Salah satu contohnya adalah saat melakukan

21

pemasangan sengkang pada tulangan. Sedangkan pekerjaan yang dilakukan oleh mesin adalah pekerjaan berat seperti pemasangan pengecoran kolom dan balok.

3.2.1 Bekisting Kolom Berfungsi untuk memberikan bentuk pada pengecoran sehingga material beton bisa tercetak sesuai dengan desain. Pada dasarnya bekisting ini merupakan cetakan untuk melakukan pengecoran. Bekisting umumnya terbuat dari kayu yang disusun sesuai dengan ukuran desain kolom. Agar ukuran bekisting tersebut tidak berubah, maka bagian luar bekisting diikat dengan pengikat dan keempat sisinya disanggah oleh tiang-tiang agar posisi kolom tetap tegak. Pada proyek ini bekisting digunakan untuk pengecoran kolom.

Gambar 3.12 Bekisting Kolom

3.2.2 Plate Compactor Berfungsi untuk memadatkan tanah di sekitar proyek. Plate compactor mengguakan sistem hidraulik yang menggerakkan pelat naik turun. Alat ini dioperasikan oleh dua orang. Orang pertama bertugas untuk mengendalikan plate

22

compactor, sementara orang ke dua menarik plate compactor kea rah tanah yang hendak dipadatkan. Pengaplikasian alat ini pada proyek adalah untuk memadatkan dan meratakan tanah, khususnya untuk perataan lantai kerja.

Gambar 3.13 Plate Compactor

3.2.3 Hydraulic Pile Driver Berfungsi untuk menanam pondasi tiang pancang sampai menyentuh tanah keras. Pada umumnya pondasi tiang pancang terbuat dari beton bertulang. Pada dasarnya alat ini merupakan alat untuk menanam tiang pancang sampai menyentuh tanah keras. Alat ini merupakan tenaga hidraulik untuk menekan tiang ke dalam tanah. Cara kerja dari alat ini adalah tiang diangkat dengan crane dan dijepit dengan clamp pada mesin. Selanjutnya tenaga hiraulik mendorong pile masuk ke dalam tanah hingga kedalaman tanah keras.

Gambar 3.14 Hydraulic Pile Compactor

23

3.2.4 Bar Bender Alat ini berfungsi untuk membengkokkan tulangan baja dalam berbagai macam sudut sesuai dengan perencanaan. Tulangan baja dimasukkan di antara poros tekan dan poros pembengkok, kemudian diatur sudut dan panjang tulangan sesuai perencanaan. Ujung tulangan pada poros pembengkok dijepit dengan kunci pembengkok. Kemudian pedal ditekan sehingga roda pembengkok berputar dan menghasilkan lengkungan pada tulangan baja. Pengerjaan baja tulangan sesuai dengan spesifikasi perencanaan.

Gambar 3.15 Bar Bender

3.2.5 Las Berfungsi untuk menyambung material logam dengan logam. Penyambungan material logam dengan logam (pengelasan) yang menggunakan gas karbit (gas asetilen = C2H2) sebagai bahan baku. Prosesnya adalah membakar bahan bakar gas O2 sehingga menimbulkan nyala apu dengan suhu yang dapat disesuiakan sehingga dapat mencairkan logam induk dan logam pengisi. Selain bahan baku yang menggunakan gas asetilen, banyak gas-gas lain yang dapat digunakan, yaitu gas propana dan hidrogen. Dari ketiga bahan baku gas tersebut, pada umumnya yang sering kali dijumpai yaitu gas asitelin, karena tidak menggunakan tenaga

24

listrik. Pengaplikasian pada proyek adalah dalam pengerjaan beberapa sambungan baja dan tulangan baja.

3.2.6 Concrete Vibrator Berfungsi untuk menggetarkan beton pada saat pengecoran agar beton dapat mengisi seluruh ruang dan tidak terdapat rongga-rongga udara diantara beton yang dapat membuat beton keropos. Concrete vibrator digerakkan oleh mesin listrik dan mempunyai lengan (kabel) sepanjang beberapa meter. Alat ini digunakan sebagai pemadat saat pengecoran yang sedang berlangsung baik pada kolom, shear-wallm pelat lantai maupun balok. Hal ini untuk menghindari adanya rongga udara yang terjadi pada saat pengecoran berlangsung. Bila pada suatu proses pengecoran terdapat rongga udara, hal ini dapat mengurangi kekuatan struktur beton itu sendiri. Untuk volume pengecoran yang besar alat ini dianjurkan untuk digunakan. Penggunaannya tidak boleh miring atau terlalu lama pada satu tempat saja, serta tidak boleh mengenai tulangan baja yang akan menyebabkan tulangan baja bergeser.

Gambar 3.16 Concrete Vibrator

25

3.2.7 Truk Molen Berfungsi untuk membawa material beton dari pabrik ke lapangan, serta mencampur agregat beton. Cara kerjanya adalah material beton dimasukkan ke dalam chamber yang berputar dan memiliki gerakan mengaduk, agar material beton tetap cair dan tidak terjadi setting. Pengaplikasiannya digunakan untuk membawa material beton pada hampir sebagian besar proses pengecoran.

Gambar 3.17 Truk Molen

3.2.8 Concrete Pump Truck mixer biasanya dikombinasikan dengan concrete pump untuk mengangkut campuran beton ke lokasi pengecoran. Untuk pengecoran di area yang luas, penggunaan concrete pump ini sangat membantu dengan kapasitas yang besar dan menghemat waktu. Namun, daya pompa memiliki keterbatasan sesuai dengan kapasitas pompa yang digunakan. Oleh karena itu, pengecoran di tingkat yang lebih tinggi dengan menggunakan concrete pump sulit dilakukan. Cara kerjanya adalah pipa dari truk mixer, yang dilengkapi oleh pompa untuk mendorong beton ready mix dan pipa yang fungsinya untuk menyalurkan ke area pengecoran yang diinginkan, biasanya area pengecoran sulit dijangkau, oleh karena itu fungsi pipa berjalan secara maksimal. Pengendalian gerak pipa dan

26

kapasitas beton yang keluar diatur oleh seorang operator yang menggunakan remote control untuk mengendalikannya. Alat ini diaplikasikan untuk

mendistribusikan material beton ke area pengecoran yang sulit terjangkau.

Gambar 3.18 Concrete Pump (1)

Gambar 3.19 Concrete Pump (2)

3.2.9 Dump Truck Dump Truck dalam proyek digunakan untuk mengangkut berbagai macam material, khususnya material lepas. Material lepas tersebut antara lain: galian tanah, pasir, dll.

Gambar 3.20 Dump Truck

27

3.2.10

Trolley

Untuk tempat-tempat yang tidak dapat dijangkau oleh dump truck, maka trolley ini berfungsi untuk mendistribusikan material-material yang dibutuhkan dalam proyek.

Gambar 3.21 Trolley

3.2.11

Scaffolding

Scaffolding atau perancah merupakan rangka-rangka batang yang terbuat dari besi dan disusun menjadi satu kesatuan yang berfungsi untuk memikul beban. Pada proyek ini scaffolding digunakan sebagai tangga pekerja dan juga sebagai penopang bekisting pada saat beton belum dapat memikul beban sendiri. Besi-besi berwarna merah yang dapat dilihat pada Gambar 3.22 adalah scaffolding.

Gambar 3.22 Scaffolding

28

3.2.12

Concrete Mixer

Semen merupakan bahan pengikat, baik untuk batu bata maupun untuk acian dari suatu tembok. Semen dapat diperoleh dengan cara pembelian dari pabrik tertentu yang kerap kali digunakan, atau yang biasa disebut dengan ready mixed. Beberapa bagian yang kecil tidak perlu menggunakan campuran beton ready mixed. Oleh karena itu, para pekerja membuat campuran semen tertentu dengan menggunakan bantuan concrete mixer untuk mengaduk agregat yang ada.

Gambar 3.23 Concrete Mixer

3.2.13

Compressor

Sebelum pengecoran dilakukan, lahan cor dibersihkan dari debu dan kotoran dengan menggunakan compressor.

Gambar 3.24 Compressor

29

3.2.14

Bar Cutter

Bar cutter digunakan untuk memotong besi / baja tulangan agar diperoleh ukuran yang dibutuhkan.

Gambar 3.25 Manual Bar Cutter

Gambar 3.26 Bar Cutter Machine

3.2.15

Theodolit

Theodolit adalah salah satu alat ukur tanah yang digunakan untuk menentukan tinggi tanah dengan sudut mendatar dan sudut tegak. Berbeda dengan waterpass yang hanya memiliki sudut mendatar saja, di dalam theodolit sudur yang dapat dibaca bisa sampai pada satuan sekon (detik). Dalam pekerjaan yang berhubungan dengan ukur tanah, theodolit sering digunakan dalam bentuk pengukuran polygon, pemetaan situasi, maupun pengamatan matahari. (http://theodolit.blogspot.com)

30

Gambar 3.27 Theodolit

BAB 4 RENCANA DAN PELAKSANAAN KONSTRUKSI

4.1

Perencanaan Konstruksi

Bangunan ini pada awalnya adalah bangunan lama dari rumah sakit yang dirubuhkan dan didirikan kembali yang baru. Kini rumah sakit pusatnya terletak di Cisarua. Fungsi dari bangunan ini sebagian besar adalah sebagai tempat rehabilitasi psikologi dan klinik berobat jalan pada para pasien gangguan mental. Pelaksanaan konstruksi bangunan ini direncanakan terlebih dahulu oleh pihak konsultan perencana, yaitu PT Jasakons Putra Utama. Konsultan perencana berkewajiban untuk membuat desain dan merencakanan semua kegiatan yang akan dilaksanakan pada proyek. Desain bangunan, detail bangunan, perhitungan pondasi, kurva-S sebagai acuan waktu pelaksanaan pembangunan adalah beberapa contoh dari hal-hal yang perlu direncanakan. PT Rayajaa Rekayasa sebagai konsultan pengawas memiliki tanggung jawab untuk melakukan pengawasan yang berkesinambungan agar pembangunan ini tetap terlaksana sesuai dengan yang telah direncanakan. Pelaksanaan konstruksi sepenuhnya diserahkan kepada PT Aza Banar. Proyek ini harus diselesaikan dalam 150 hari kalender dengan pelaksanaan selama 15 jam kerja untuk satu hari. Dana yang dikeluarkan untuk pembangunan rumah sakit ini kurang lebih mencapai 17,37 miliar rupiah. Proyek ini merupakan proyek pemerintah oleh karenanya menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja 31

32

Daerah (APBD) pemerintah Provinsi Jawa Barat, sekaligus juga pembangunannya diawasi oleh pemerintahan Jawa Barat.

4.2

Pelaksanaan Konstruksi

4.2.1 Persiapan Pekerjaan Konstruksi Dibutuhkan persiapan demi dilaksanakan. Persiapan kelancaran kegiatan konstruksi yang akan berbagai aspek yang nantinya akan

meliputi

dimanfaatkan, misalnya bangunan sementara untuk para pekerja dan ruang rapat, pantry, gudang, dsb. Bangunan-bangunan sementara tersebut merupakan salah satu contoh persiapan dari pekerjaan konstruksi di samping persiapan secara logistik dan pekerja serta rancangan arsitektur yang akan digunakan. Rancangan arsitektur adalah hal utama yang harus dipersiapkan saat akan membangun suatu proyek. Rancangan arsitektur berupa gambar-gambar seperti denah, potongan melintang dan memanjang, serta detail dari bangunan. Gambaran tersebut nantinya akan memberikan arahan yang utama kepada kontraktor selaku pelaksanan pembangunan. Akan tetapi rancangan tersebut juga masih bisa berubah sewaktu-waktu jika ditemukan rancangan yang kurang pas. Oleh karena itu sebaiknya arsitek sebagai perancang bangunan berkonsultasi terlebih dahulu dengan konsultan perencana agar kontraktor selaku pelaksana juga dapat bekerja dengan baik. Salah satu langkah awal yang dilakukan dalam menjalankan suatu proyek adalah membuat bangunan-bangunan sementara. Nantinya bangunan sementara ini akan menjadi tempat untuk rapat dan juga kegiatan lainnya selama bangunan tersebut masih belum selesai dibangun. Karena bangunan ini bersifat sementara

33

maka tidak perlu menggunakan material yang permanen dalam membuatnya karena nantinya juga akan dirubuhkan. Bangunan-bangunan sementara ini dapat berupa: y Site office kontraktor Site office merupakan kantor sementara untuk para kontraktor, dimana mereka dapat melakukan aktifitas seperti rapat, diskusi, penggambaran detai yang kurang jelas dari gambar arsitektur maupun kegiatan lainnya. Site office ini biasanya diperuntukkan bagi kontraktor dan konsultan yang bertanggung jawab dalam pekerjaan pembangunan.

Gambar 4.1 Site Office Kontraktor

Site office sub-kontraktor Site office sub-kontraktor memiliki kegunaan yang sama dengan site office kontraktor. Perbedaannya adalah siapa-siapa saja orang yang boleh masuk ke dalamnya. Ruangan ini biasanya digunakan untuk rapat pimpinan yang biasanya membahas mengenai progress dan keadaan pembangunan baik secara konstruksi maupun ekonomi. Ruangan ini hanya dapat dimasuki oleh pemilik (owner), ketua-ketua kontraktor dan konsultan, serta kepala pengawas.

34

Gambar 4.2 Site Office sub-Kontraktor

Pos jaga Fungsi utamanya adalah untuk mendata siapa saja yang masuk dan keluar proyek. Pencatatan siapa saja orang yang keluar masuk proyek dilakukan agar diperoleh suatu data yang valid mengenai orang yang hadir, baik itu hanya berkunjung maupun mempunyai kepentingan lain, misalnya kerja praktek atau mengikuti rapat.

Pantry Pantry berfungsi untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum pekerja yang ada di proyek. Mereka bekerja kurang lebih selama 10 jam setiap hari, oleh karena itu pantry sangat dibutuhkan. Selain itu pantry juga dapat mengurangi pengeluaran karena uang makan pekerja dapat dialokasikan ke sana dengan harga yang lebih murah dibanding mereka meminta uang makan harian.

Gambar 4.3 Pantry

35

Gudang Gudang adalah tempat penyimpanan barang-barang logistik yang dibutuhkan dalam segala jenis kegiatan pembangunan. Tempat

penyimpanan ini merupakan tempat penyimpanan barang-barang yang akan digunakan maupun barang / material yang ternyata berkelebihan. Gudang jugaharus diawasi secara ketat karena di sanalah kecurangan kerap terjadi. Kecurangan tersebut dapat berupa pengambilan barangbarang yang semestinya harus dikembalikan ke gudang jika barang tersebut berkelebihan. Oleh sebab itu, kunci gudang sebaiknya hanya dipegang oleh satu orang yang merupakan koordinator gudang yang dalam hal ini biasanya ketua logistik. Pencatatan barang yang masuk dan keluar gudang menjadi sangat berarti demi kelancaran kegiatan pembangunan konstruksi. 4.2.2 Pelaksanaan Pekerjaan Konstruksi Proyek Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat ini direncanakan selesai dibangun dalam jangka waktu 150 hari kalender. Pelaksanaannya dipimpin oleh Bapak Darminto selaku kepala pelaksana. Beliau memiliki lebih dari 20 orang pekerja yang dikoordinasikan oleh satu orang mandor. Ketepatan kerja adalah salah satu hal yang menjadi focus utama dari kegiatan pembangunan ini. Kesalahan sekecil apapun akan mendatangkan kerugian untuk ke depannya. Pembangunan dilaksanakan dalam tiga zona, yaitu zona satu, zona dua, dan zona tiga. Zona-zona tersebut berdasarkan letak di mana pengerjaan akan dilaksanakan serta zona mana terlebih dahulu yang akan dikerjakan. Zona satu terletak pada bagian belakang gedung yang direncanakan. Zona tersebut

36

dilaksanakan pertama dan kemudian diikuti oleh zona dua, kemudian zona dua diikuti zona tiga, dan ketika pengerjaan zona tiga diikuti oleh zona satu dan seterusnya. Hal itu menyebabkan pekerjaan menjadi lebih teratur dan efektif. Ketika pengerjaan dilakukan per zona, waktu dapat dibuat menjadi lebih efektif yang mengakibatkan pengeluaran menjadi lebih kecil. Beberapa alat tidak harus digunakan secara bersama-sama tetapi bisa digunakan secara bergantian, misalnya sana bekisting. Apabila tidak menggunakan sistem zona maka semua bekisting pada tiap lantai akan menggunakan material yang baru, padahal sebenarnya bekisting untuk bagian yang satu dapat dirancang lagi untuk bekisting pada bagian yang lain jika pengerjaannya telah selesai. Pengerjaan bangunan dengan sistem zona juga tidak menutup kemungkinan bahwa akan ada overlap dari pengerjaan. Kegiatan pengecoran sering dilakukan secara overlap ketika beton di zona satu dalam keadaan basah dan bekisting seang terpasang. Pola seperti ini menyebabkan waktu pengerjaan dapat dipersingkat demi tercapainya target waktu yang telah ditetapkan. Tahap pertama dalam pengerjaan proyek ini adalah land clearing. Dalam kasus ini land clearing yang dilakukan adalah penghancuran total gedung rumah sakit yang lama. Gedung rumah sakit yang lama terdiri dari tiga lantai beserta plafond dan rangka atas yang kemudian dihancurkan dan diratakan dengan tanah menggunakan alat berat dan manual oleh manusia. Peralatan manual digunakan karena di sekitar daerah tersebut merupakan bangunan publik juga yang mengakibatkan lahan yang kecil dan kontraktor harus tetap menjaga kenyamanan. Tahap selanutnya adalah pemasangan pondasi. Pemasangan pondasi ini menggunakan alat berat dan dilakukan pada malam hari untuk menghindari

37

kemacetan pada daerah pembangunan. Pondasi yang digunakan adalah pondasi tiang pancang. Pemancangan menggunakan hydraulic pile driver untuk menghindari kebisingan dan getaran saat pemancangan. Kendala yang terjadi adalah ketika koordinat untuk memancang masih tersisa pondasi bekas gedung lama. Solusinya adalah harus diangkat terlebih dahulu pondasi yang lama dan kemudian ditanamkan kembali pondasi tiang pancang yang baru. Pondasi tiang pancang yang telah selesai diinstalasi kemudian disatukan dengan kepala tiang yang sering disebut pile cap. Tiap pile cap dicor secara monolit dengan empat tiang pancang yang berada di bawahnya. Pengerjaan pondasi dilaksanakan juga per zona mulai dari zona satu. Hal ini dimaksudkan agar ketika zona tiga akan dimulai pengerjaan pemancangan, zona satu sudah siap untuk pengerjaan tahap selanjutnya. Tahap selanjutnya setelah pengerjaan pondasi adalah pemasangan bekisting untuk kolom pada lantai dasar. Bekisting dibangun tepat di atas kepala pile cap yang diharapkan akan menumpu gaya-gaya dari beban di atasnya. Zona satu terlebih dahulu dipasang bekisting ketika zona tiga sedang dipancang dengan tiang pancang. Bekisting dibangun dengan ketinggian kurang lebih tiga meter dan berisi tulangan baja berulir berdiameter 22 cm. Pemasangan bekisting dapat dilihat pada Gambar 4.4.

Gambar 4.4 Bekisting Kolom Lantai Dasar

38

Pemasangan bekisting menggunakan triplek dan kayu sebagai cetakan di mana beton akan dicor nantinya. Setelah bekisting siap pada zona satu, maka dua hari kemudian klom tersebut dicor dengan bahan ready mixed yang dibeli dari pabrik. Secara teori proses pencetakan seharusnya 28 hari untuk mencapai kekuatan maksimal, akan tetapi dalam proyek untuk kolom hanya membutuhkan waktu tiga hari yang kemudian bekisting dibuka. Hal disebabkan oleh penambahan zat aditif pada campuran beton sehingga proses kimiawi dapat berlangsung dengan lebih cepat. Setelah bekisting dilepas kemudian dilakukan pembersihan dengan menggunakan compressor bertekanan udara tinggi.

Gambar 4.5 Kolom yang Sudah di-Cor

Proses pengecoran dilakukan secara kontinu hingga zona tiga selesai. Setelah pengecoran kolom dilanjutkan dengan penyusunan bekisting di atasnya untuk balok penahan yang ada di atasnya. Penyusunan bekisting untuk balok akan disertai dengan penyusunan bekisting untuk pelat lantai, yang dalam proyek ini menggunakan gabungan dari wiremesh dan metal deck. Wiremesh diletakkan di atas metal deck dengan ukuran 2 x 2 meter. Metal deck hanya ditopang oleh bekisting yang berada di sekitarnya (bekisting untuk mencetak balok). Tidak

39

semua bagian dari pelat lantai tersebut terdiri dari wiremesh dan metal deck. Untuk daerah toilet hanya menggunakan wiremesh untuk mempermudah instalasi dari pipa-pipa. Balok dan pelat yang masih basah karena betonnya belum mengeras sepenuhnya disanggah sementara menggunakan scaffolding. Waktu yang dibutuhkan untuk membuka bekisting adalah 10 hari. Jauh lebih singkat jika dibandingkan dengan 28 hari sebagai waktu rata-rata menguatnya beton secara teoritis. Ketika persiapan untuk pengecoran sudah selesai maka balok dan pelat dicor secara bersamaan sehingga terciptalah lantai ke-dua gedung tersebut. Proses ini dilakukan secara kontinu untuk zona dua dan tiga serta untuk tingakat satu dan dua. Pemasangan atap kemudian dilaksanakan setelah lantai ke-tiga selesai dibangun. Atap pada proyek ini terdiri dari dua macam, yaitu atap dak beton dan atap baja. Proses instalasi dari kedua atap tersebut tentunya berbeda. Atap tersebut dibedakan untuk memberikan unsur estetis pada bangunan itu dan diharapkan akan menjadi kenyamanan bagi siapapun yang ada di sana.

Gambar 4.6 Atap Baja

40

Pengerjaan atap dilakukan secara bersamaan dengan proses pemasangan tembok, mekanikal elektrikal, serta pemasagan plafon. Tembok yang akan dipasang bermaterial batu bata ringan dengan ukuran 20 x 15 x 10 cm dan dipasang dengan pasangan setengah batu. Semen yang digunakan sebagai acian maupun perekat antar-bata adalah site mixed yang dibuat di kawasan proyek tersebut karena semen yang dibutuhkan tidak terlalu banyak. Mekanikal elektrikal terdiri dari instalasi kabel-kabel untuk lampu dan stop kontak sebagai sumber listrik untuk kebutuhan sehari-hari. Pelaksanaan kegiatan konstruksi yang terakhir adalah proses finishing pada tembok dan pemasangan keramik serta kusen pintu dan jendela. Pada proyek ini finishing juga disertai dengan pemasangan lift untuk manusia dan lift untuk barang, serta green roof.

Gambar 4.8 Pemasangan Lift

Gambar 4.7 Green Roof

BAB 5 TINJAUAN KHUSUS

5.1

Manajemen Proyek pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

Tinjauan khusus yang diambil dalam bab ini hanya sebatas penjadwalan serta pengendalian biaya pada proyek ini.

5.1.1 Pengertian Kurva-S Kurva-s adalah pengembangan dan penggabungan dari bar chart dan hannum curve untuk mengetahui persentase (%) pekerjaan yang harus dicapai pada waktu tertentu. Untuk menentukan bobot tiap pekerjaan harus dihitung terlebih dahulu volume pekerjaan dan biayanya, serta biaya nominal dari seluruh pekerjaan tersebut (www.scribd.com/KURVA-S). Menggunakan kurva-s dalam perencanaan dan pengerjaan proyek sangat menguntungkan. Beberapa manfaat dari kurva-s adalah untuk mengevaluasi dan mengendalikan waktu proyek, mampu menampilkan secara visual penyimpanganpenyimpangan yang terjadi selama pengerjaan proyek, dan dapat memperlihatkan beberapa segi yang berkaitan dengan rencana kerja atau pelaksanaan kegiatan proyek (www.scribd.com/KURVA-S). Kurva-s pada dasarnya adalah perbandingan antara rencana dan realisasi pengeluaran biaya atau lebih pada kebutuhan jadwal pembiayaan. Namun dapat juga bermanfaat dalam menyatakan apakah proyek terlambat maupun tidak.

41

Keterlambatan yang dinyatakan dalam kurva-s tersebut sebenarnya hanyalah merupakan keterlambatan proyek. Cara membuat kurva-s adalah: 1. Melakukan pembobotan pada setiap item pekerjaan. 2. Bobot item pekerjaan dihitung berdasarkan biaya item pekerjaan dibagi total pekerjaan dikalikan 100%. 3. Setelah bobot tiap item pekerjaan dihitung, kemudian bobot item tersebut didistribusikan selama durasi masing-masing aktivitas. 4. Setelah itu jumlah bobot dan aktivitas tiap periode waktu tertentu dijumlahkan secara kumulatif. 5. Angka kumulatif pada setiap periode ini diplot pada sumbu Y dalam grafik dan waktu pada sumbu X. 6. Dengan menghubungkan semua titik-titik maka akan diperoleh kurva-s. (http://www.ilmusipil.com)

5.1.2 Penjadwalan Proyek pembangunan Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat ini dimulai pada tanggal 4 Agustus 2011. Menurut jadwal yang telah ditentukan, proyek ini harus selesai dalam jangka waktu 150 hari kalender dengan diselingi oleh libur Idul Fitri selama enam hari, yaitu pada tanggal 29 Agustus 2011 sampai 4 September 2011. Proyek ini adalah proyek pemerintah, oleh karena itu pembangunannya benarbenar dikejar tenggat. Dalam pelaksanaan suatu proyek, terkadang dapat menyimpang dari rencana, oleh karena itu pengawasan dan pengendalian proyek sangat diperlukan agar proyek tersebut dapat berjalan dengan baik. Agar

42

43

pelaksanaan pembangunan sesuai dengan yang direncanakan, digunakan kurva-s untuk mengontrol jalannya pembangunan. Dalam pembuatan kurva-s proyek ini disesuaikan dengan metode pelaksanaan pada proyek serta kontrak yang telah disepakati antara kontraktor selaku pelaksana dan owner. Berdasarkan kontrak yang ada apabila terjadi keterlambatan pada proyek maka kontraktor mendapat denda sebesar Rp 17.000.000,. per harinya. Untuk itu diperlukan pengawasan dan pengendalian waktu proyek agar keterlambatan tidak terjadi. Penjadwalan proyek disusun dengan memperhatikan perkiraan waktu yang akurat, sumber daya yang tersedia, serta biaya yang dibutuhkan. Penjadwalan dan pengontrolan jalannya pembangunan sangat berperan penting dalam membuat jalannya pembangunan menjadi efektif dan efisien. Karena proyek ini termasuk proyek berskala besar maka tidaklah mudah dalam membuat penjadwalan. Isi dari penjadwalan proyek tersebut meliputi kapan proyek ini selesai, langkah-langkah pekerjaan untuk tiap bagian (kapan mulainya dan kapan selesainya), pekerjaanpekerjaan mana saja yang merupakan waktu terlama untuk selesainya proyek ini, pekerjaan-pekerjaan mana saja yang ditunda dan berapa lama waktu penundaan maksimum, serta pekerjaan mana saja yang harus mendapat perhatian khusus.

5.1.3 Pelaksanaan Pengerjaan Proyek Pada kurva-s yang telah dibuat (terlampir) terdapat rencana pengerjaan proyek beserta realisasi (aktual) pengerjaan proyek tersebut, dengan satuan waktu mingguan. Dari kurva-s rencana dan kurva-s aktual dapat diketahui apakah pelaksanaan pengerjaan proyek mengalami keterlambatan atau tidak. Apabila

44

kurva-s aktual berada di bawah kurva-s rencana berarti pelaksanaan pengerjaan proyek mengalami keterlambatan. Sementara apabila sebaliknya berarti

pelaksanaan pengerjaan proyek lebih cepat dari rencana. Dalam kurva-s yang ada, bisa kita lihat bahwa garis kurva-s aktual berada di atas garis kurva-s rencana. Selama pengerjaan proyek tidak pernah terjadi keterlambatan. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adalah pemasukan barang logistik yang tepat dan cepat, delivery barang-barang tidak mengalami masalah, respon yang cepat dari produsen-produsen desain apabila terjadi kesalahan, serta koordinasi yang baik antar-pihak yang terkait. Man power yang tersedian untuk proyek ini bisa dibilang terbatas. Untuk itu agar pekerjaan dapat berjalan dengan efektif dan efisien maka man power yang tersedia harus disesuaikan dengan keahlian masing-masing. Pembangunan proyek ini dilaksanakan dalam tiga zona dengan pengerjaan yang tidak serentak bersamaan tetapi saling mengisi, oleh karena itu tenaga pekerja yang digunakan dapat disesuaikan juga dengan tahap pengerjaan yang akan dilakukan. Sebisa mungkin tidak ada pekerja yang tidak melakukan apa-apa di saat pekerja lainnya melaksanakan pekerjaan mereka. Hal ini dimaksudkan agar pembangunan menjadi lebih efektif, efisien, dan dapat disesuaikan dengan penjadwalan yang sudah ada.

5.1.4 Pengendalian Biaya Proyek Tahap awal dalam merencanakan suatu proyek adalah menyiapkan perkiraan biaya yang harus dikeluarkan selama proyek berlangsung, atau yang biasa disebut dengan RAB (Rencana Anggaran Biaya). Akan tetapi pada akhirnya nanti

45

besarnya biaya yang dikeluarkan selama pembangunan berlangsung tidak persis sama dengan rencana anggaran yang telah ada. Fungsi dari RAB ini salah satunya adalah untuk menjadi dasar dan pelaksanaan pekerjaan yang baik saat pemilihan material, maupun menentukan jumah man power. RAB PT Aza Banar dalam proyek ini memuat: y rencana anggaran pekerjaan persiapan, berupa: administrasi,

pembersihan lapangan, pagar sementara, pengukuran dan pemasangan bouwplank, galian dan buangan tanah site, papan nama proyek, jarring pengaman, listrik, air, anti rayap, pengadaan alat bantu kerja, serta mobilisasi dan demobilisasi alat kerja y pekerjaan struktur, berupa: pondasi tiang pancang, pondasi dalam, lantai beton, atap baja, ground water tank, shear wall, serta struktur pit lift. y pekerjaan arsitektur, berupa: urugan, pasangan dinding, kusen pintu dan jendela, pelapis lantai dan dinding, plafond, pengecatan, sanitary dan fixtures, serta pekerjaan penunjang y y pekerjaan interior tiap lantai pekerjaan mekanikal, berupa: plumbing, pemadam kebakaran, tata udara, serta transportasi gedung / elevator. y pekerjaan elektrikal, berupa: instalasi listrik, instalasi telepon, instalasi fire alarm, instalasi tata suara, instalasi MATV, instalasi CCTV, instalasi data, serta kabel tray) y y analisa harga satuan pekerjaan harga bahan bangunan

46

harga satuan upah man power.

Dalam proyek ini pengendalian biaya dilakukan dengan memeriksa apakah biaya yang sudah dikeluarkan sesuai dengan progress yang telah dicapai. Hal ini dapat diketahui dengan melihat kurva-s yang ada. Kurva-s tersebut secara grafis menyajikan kemajuan proyek secara kumulatif. Jumlah biaya yang dikeluarkan dapat diukur menurut kemajuan yang dicapai. Karena satuan waktu yang dipakai adalah mingguan, maka pengukuran terhadap biaya yang dikeluarkan dilakukan mingguan pula. Besarnya biaya yang telah dikeluarkan dibandingkan dengan RAB dan dicari persentasenya.

5.2

Pile Cap pada Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jawa Barat

5.2.1 Dasar Teori Pile cap diperlukan untuk mendistribusikan beban dari komponen struktural (khususnya kolom) ke kelompok pondasi tiang yang berada di bawahnya. Dimensi desain dari pile cap haruslah mencukupi untuk mengakomodir dislokasi dari titik rencana pemancangan pondasi tiang. Kendala yang biasa ditemukan adalah adanya pergeseran titik pancang karena adanya perubahan sesuai kondisi lapangan, seperti terdapatnya lapisan batu yang tidak memungkinkan pondasi tiang menembus tanah keras. Pile cap dirancang sebagai pengikat antar kepala pondasi tiang dengan penyalur beban struktur di atasnya. Namun sebelum membahas lebih lanjut tentang metode pengerjaan pile cap, sebagai pendahuluan akan dibahas spesifikasi pondasi yang digunakan dalam proyek ini.

47

Secara umum pondasi adalah elemen struktur yang berfungsi meneruskan beban akibat struktur atas ke dalam tanah, baik beban vertical maupun horizontal. Namun secara spesifik pondasi ini berfungsi sebagai: Untuk memikul beban struktur di atasnya. Untuk menahan gaya angkat (up-lift) pada pondasi atau dok di bawah muka air y Untuk memadatkan tanah pasiran dengan cara penggetarkan dimana tiang dapat ditarik kembali (kompaksi) y y Untuk mengurangi penurunan (settlement) Untuk pondasi mesin, mengurangi amplitude getaran dan frekuensi alamiah dari system y Untuk memberikan tambahan faktor keamanan, khususnya pada kaki jembatan yang dapat mengalami erosi y Menahan longsor

y y

Faktor keamanan biasanya digunakan sebagai parameter untuk mengantisipasi kemungkinan variasi daya dukung pondasi tiang maupun metode pengerjaan konstuksi atau dapat juga sebagai metode antisipasi terhadap penurunan (settlement) yang terjadi secara berlebihan yang dapat merusak struktur di atasnya (deformasi). Dalam pembuatan pondasi secara konvensional membutuhkan waktu yang cukup lama dan juga biaya yang tidak sedikit. Dengan menggunakan tiang pancang, pembuatan pondasi akan selesai dalam waktu yang sangat singkat. Tiang pancang akan dipancang sampai menyentuh tanah keras. Sebelum pemancangan sebaiknya

48

dilakukan uji sondir terlebih dahulu untuk menentukan kedalaman tanah keras. Oleh karena pertimbangan itu, pondasi yang digunakan pada proyek konstuksi Rumah Sakit Jiwa Pemerintah Jawa Barat ini, memakai pondasi tiang pancang (mini pile) yang memperoleh daya dukungnya dari gesekan antar selimut tiang dengan tanah dan dari tahanan ujunganya. Kedua komponen tersebut dapat bekerja bersamaan maupun tidak saling berkaitan, namun salah satu dari komponen tersebut dapat bekerja lebih dominan. Contohnya bila kerja tahanan ujunya lebih dominan (tip bearing pile) dan sebaliknya bila tahanan selimutnya lebih tinggi makan disebut tiang gesekan (friction pile). 5.2.2 Spesifikasi Pondasi Pada pondasi tiang pancang (mini pile) umumnya digunakan untuk menyalurkan beban stuktur atas ke lapisan tanah dalam dimana daya dukung pondasi tersebut dapat tercapai. Fungsi Pondasi tiang pancang (mini pile) secara spesifik yaitu dapat digunakan untuk menahan gaya angkat akibat gaya apung air tanah dan menahan gaya lateral akibat gempa. Pada tanah yang lunak penggunaan pondasi tiang umumnya bertujuan untuk mengurangi penurunan (settlement) secara berlebihan dan dapat pula mencegah longsoran. Pemancangan dapat dilakukan dengan menggunakan dua metode, yaitu Drop Hammer System dan Hydraulic Jacked Piling System. Drop Hammer System yaitu cara pemancangan dengan menjatuhkan palu dari ketinggian tertentu (biasanya 1 meter) dan berat palu yang bervariasi antara 1.000 kg 1500 kg. Namun tidak dapat dipungkiri penggunaan metode pemancangan pondasi ini pun terdapat kekurangan, yaitu pada pengerjaannya menimbulkan getaran yang dapat

49

mengganggu lingkungan sekitar. Oleh karena pertimbangan proyek ini dibangun disekitar daerah padat penduduk, maka proyek ini menggunakan sistem pemancangan menggunakan tenaga hidrolik atau Hydraulic Jacked Piling System yang cara kerjanya adalah alat ini adalah tiang diangkat dengan crane dan dijepit dengan clamp pada mesin. Selanjutnya tenaga hiraulik mendorong pile masuk ke dalam tanah hingga kedalaman tanah keras. Pile umumnya terbuat dari beton

bertulang. Gambar 5.1 Hydraulic Jacked Piling System


Gambar 5.2 System Pressure

Pondasi pada proyek ini menggunakan produk dari BEP Precast and Prestress Concrete, dan didapat spesifikasi teknik dari brosur pondasi tiang pancang dengan metode pengerjaan Hydraulic Jacked Piling System sebagai berikut:

50

Spesifikasi Teknik : Tipe Tiang Pancang Kapasitas Tekan 20.20 Kapasitas Tekan 25.25

20.20 dan 25.25 70 ton 100 ton

Tabel 5.1 Tabel Spesifikasi Teknik

Dikarenakan beban yang akan dipikul pondasi akibat struktur atasnya terhitung besar, maka proyek inipun menggunakan tipe tiang pancang yang dapat memikul beban terbesar dari kedua tipe pancang yang ditawarkan yaitu tiang pancang (mini pile) dengan dimensi segiempat (square) 25x25 cm, dan diperoleh spesifikasi teknik lebih lanjut tentang tiang pancang beton segiempat 25.25.
Data-Data Tiang Pancang 25.25 Tiang segitiga, panjang sisi Mutu Beton Ukuran & Jumlah Baja Tulangan Luas Baja Tulangan Luas Penampang Tiang Netto Beban Aksial yang Dapat Dipikul FK (Faktor Keamanan )

25 cm K-450 4D16mm 2 8.04 cm 2 617,00 cm 121.9 ton 2.1

Tabel 5.2 Tabel Data Teknis Tiang Pancang Segiempat 25.25

Metode pengerjaan-pun sangat berpengaruh terhadap perilaku tiang, oleh sebab itu para konsultan sebaiknya mengetahui bagaimana instalasi tiang tersebut. Pemancangan tiang umumnya mengikuti langkah-langkah berikut. Penentuan lokasi titik dimana tiang akan dipancang Pengangkatan tiang Pemeriksaan kelurusan tiang Pemukulan tiang dengan cara hidrolik.

y y y y

Setelah pondasi terpasang, kita dapat melakukan pengerjaan pile cap. Metode konstruksi pile cap dapat dilihat di bawah ini.

51

5.2.2 Metode Konstruksi Pile Cap 5.2.2.1 Persiapan Pekerjaan Pile Cap diawali dengan pekerjaan persiapan, yaitu menentukan as Pile Cap dengan menggunakan theodolit dan waterpass berdasarkan shop drawing yang dilanjutkan dengan pemasangan patok as pile cap. 5.2.2.2 Pembobokan Bagain Atas Grup Tiang Pancang

Gambar 5.3 Grup Tiang Pancang Seebelum Dibobok

Kepala tiang pancang dibobok sampai dengan elevasi yang diinginkan 40D ( 65 cm), hingga tersisa tulangan besinya yang kemudian dijadikan sebagai stek pondasi sebagai pengikat dengan pile cap.

52

Tulangan 4D16mm

Baja

Gambar 5.4 Grup Tiang Pancang Setelah Dibobok

5.2.2.3

Pembuatan Lantai Kerja dan Pembuatan Bekisting Pile Cap

Gambar 5.5 Pembuatan Lantai Kerja

Pekerjaan lantai kerja dibuat dari tanah urugan yang diratakan, setelah itu pekerjaan bekisting dengan batako disekeliling daerah grup tiang pancang. Penggunaan batako dipilih atas pertimbangan batako cukup kuat menahan beban sebagai bekisting serta harganya cukup murah, dan pada akhirnya akan ditimbun bersama saat pengecoran.

53

5.2.2.4

Pemasangan Tulangan pada Pile Cap

Gambar 5.6 Tulangan Pile Cap

Tulangan pada pile cap, disesuaikan dengan spesifikasi dan perhitungan struktur yang dilakukan sebelum pengerjaan dimulai.

5.2.2.5

Pemasangan Tulangan Kolom, Pelat Lantai dan Tie Beam

Gambar 5.7 Pemasangan Tulangan Kolom, Pelat Lantai dan Tie Beam

Tulangan kolom, pelat lantai dan tie beam dipasangan terlebih dahulu agar adanya panjang penyaluran pada pile cap.

54

5.2.2.6

Pengecoran Pile Cap

Gambar 5.8 Proses Pengecoran Pile Cap

Sebelum dilakukan pengecoran, tanah disekeliling bekisting ditimbun kembali untuk menahan beban pengecoran dan meratakan kondisi tanah semula. Setelah itu, dalam pengerjaan pengecoran pile cap material semen portland readymix ditumpahkan ke dalam bekisting pile cap. Semen readymix adalah Semen yang telah ditumpahkan lalu digetarkan oleh

vibrator, hal ini bertujuan agar tidak terdapat rongga udara di dalam beton atau fungsi pemadatan, yang dapat menurunkan mutu/kekuatan dari beton itu sendiri. Setelah itu material coran yang masih basah diratakan. Semen coran dalam konstruksi pile cap ini mencapai kekuatan selama 3 hari. Singkatnya waktu beton mencapai beton karena beton yang digunakan merupakan semen yang telah dicampur dengan zat aditif, berguna

mempercepat beton mencapai kekuatannya. Sebagai perbandingan beton biasa yang tidak dicampur zat aditif / konvensional dapat mencapai mutu beton dalam 28 hari. Setelah mencapai mutu beton, pile cap siap untuk

55

mendistribusikan beban dari struktur atas ke pondasi dan siap untuk dimulainya pengerjaan kolom.

Gambar 5.9 Hasil Pengecoran Pile Cap

Gambar 5.10 Hasil Pengecoran Pile Cap

56

Lampiran: Detail Denah Pile Cap Tiang Pancang

You might also like