You are on page 1of 8

RANCANGAN SISTEM KONTROL OPERASI PEMBANGKIT LISTRIK

TENAGA AIR

Ismed Abdurrachman
Staf Pengajar Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Trisakti
wawan1121@yahoo.com

ABSTRAK: Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mempelajari rancangan sistem kontrol PLTA. Teknik
pengumpulan data untuk makalah ini adalah melalui penelusuran dari berbagai sumber. Sistem kontrol yang dirancang ini
merupakan sistem yang mengklasifikasikan para pemakai sistem operasi PLTA, untuk mengoperasikan sistem pembangkit
listrik tenaga air tersebut, sesuai wewenang dan tanggung jawab yang diberikan. Jadi setiap orang yang akan
mengoperasikan sistem pembangkit listrik tenaga air tersebut, hanya dapat memberikan instruksi sesuai wewenang dan
tanggung jawabnya. Untuk mengklasifikasikan setiap orang dalam pengoperasian sistem pembangkit listrik tenaga air
tersebut, dilakukan berdasarkan sistem kunci (password). Pada prinsipnya ada beberapa parameter yang mempengaruhi
operasi pembangkit listrik tenaga air, antara lain keberadaan air, konstruksi pintu saluran air . Hasil rancangan sebagai
berikut sistem password dapat menjamin bahwa pemakai hanya dapat mengoperasikan program, sesuai wewenang dan
tanggung jawab yang diberikan, keberhasilan sistem kontrol operasi PLTA ini, tergantung dari loyalitas dari pemakai
utama (super user). Semakin tinggi loyalitasnya terhadap perusahaan semakin terjamin kualitas kontrol yang dilakukan,
sistem ini dapat mengoptimalkan kontrol terhadap sistem operasi PLTA secara menyeluruh, sehingga kelangsungan
PLTA tersebut dapat beroperasi secara baik dan konsisten.

Kata kunci : PLTA, Sistem Kontrol, Wewenang & Tanggungjawab, Password

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sumber migas yang terdapat di Bumi kita, sangat terbatas, dan pada suatu saat akan habis, oleh karena itu berbagai
penelitian dilakukan para peneliti untuk menemukan sumber energi diluar migas, sebagai sumber energi alternatif
yang dapat dimanfaatkan sesuai kebutuhannya. Indonesia sebagai negara yang terletak digaris khatulistiwa, yang
mempunyai daratan yang ditumbuhi hutan belantara yang luas beserta gunung / pegunungan yang di dalamnya
banyak sungai-sungai mengalirkan air dari hulu ke hilir sampai ke lautan lepas yang terhampar luas disertai
gemuruhnya ombak , dengan penyinaran sinar surya sepanjang tahun, dengan hembusan angin yang terdapat di
seluruh wilayah Indonesia. Keberadaan wilayah Indonesia yang begitu beragamnya sumber energi alternatif yang
dapat dimanfaatkan, merupakan tantangan bagi kita untuk melakukan penelitian/ kajian agar memperoleh sumber
energi alternatif yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat. Salah satu sumber
energi alternatif yang dapat dikembangkan adalah PLTA. PLTA dapat beroperasi sesuai dengan perancangan
sebelumnya, bila mempunyai Daerah Aliran Sungai (DAS) yang potensial sebagai sumber air untuk memenuhi
kebutuhan dalam pengoperasian PLTA tersebut. Pada operasi PLTA tersebut, perhitungan keadaan air yang masuk
pada waduk / dam tempat penampungan air, beserta besar air yang tersedia dalam waduk / dam dan perhitungan
besar air yang akan dialirkan melalui pintu saluran air untuk menggerakkan turbin sebagai penggerak sumber listrik
tersebut, merupakan suatu keharusan untuk dimiliki, dengan demikian kontrol terhadap air yang masuk maupun yang
didistribusikan ke pintu saluran air untuk menggerakkan turbin harus dilakukan dengan baik, sehingga dalam operasi
PLTA tersebut, dapat dijadikan sebagai dasar tindakan pengaturan efisiensi penggunaan air maupun pengamanan
seluruh sistem, sehingga PLTA tersebut, dapat beroperasi sepanjang tahun, walaupun pada musim kemarau panjang.
Kontrol tersebut dapat dilakukan dengan melakukan analisa terhadap keadaan air melalui perhitungan-perhitungan
hidrologi yang tersedia pada pusat kontrol operasi PLTA. Analisa keadaan air dilakukan dengan bantuan program-
program yang terintegrasi dalam sistem perangkat lunak (software) yang diinstal pada sistem komputer yang tersedia
pada pusat kontrol. Setiap operasi yang dilakukan dalam sistem kontrol mengikuti instruksi-instruksi yang diberikan
oleh para operator maupun pimpinan operasi yang berhubungan dengan operasi PLTA maupun tindakan keputusan
dalam rangka pengamanan seluruh sistem, dengan demikian setiap pemberi instruksi dalam pengoperasian harus
bertanggung jawab terhadap hasil operasi yang terjadi. Bila seluruh instruksi yang terdapat dalam sistem perangkat
lunak dapat dioperasikan setiap orang, maka dapat mengakibatkan kesalahan fatal terhadap operasi PLTA dari
orang yang tidak bertanggung jawab. Misalnya, bila di puncak musim hujan, dengan volume air yang mengalir dari
seluruh sungai yang masuk ke waduk / dam sudah melebihi kemampuan daya tampung waduk / dam, yang
seharusnya harus segera diintruksikan pembukaan maksimum pintu pembuangan air keluar dari waduk / dam, tidak
diberikan instruksi, sehingga dapat mengakibatkan jebolnya tanggul waduk / dam, karena tidak dapat menahan
tekanan air yang masuk ke waduk / dam begitu dahsyat atau pada musim kemarau panjang seseorang memberikan
instruksi pembukaan maksimum pintu pembungan air keluar dari waduk / dam, sehingga terjadi pengeringan waduk /
dam, sehingga sistem PLTA tidak dapat beroperasi.
Oleh karena itu pembahasan tentang Sistem kontrol Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) sebagai upaya
penjelasan mengenai suatu pengaturan sistem yang terotomasi adalah merupakan hal menarik dan penting

Hal ini dilakukan agar masyarakat awam dapat mengerti apa yang dibahas dalam suatu sistem kontrol PLTA. Karena
makalah yang kami sajikan memang ditujukan untuk pembaca, maka proporsi yang mencakup pembahasan makalah
ini dilakukan secara sederhana agar mudah untuk dimengerti.

-1-
1.2 Pokok Permasalahan
Hal-hal yang kami bahas dalam makalah ini lebih banyak suatu sistem kontrol pada PLTA yang mencakup suatu
perancangan dan cara yang ditempuh dalam pengaturannya. Artinya bahasan-bahasan yang mencakup uji coba
sistem perancangan dapat dipelajari dalam makalah ini. Hal ini dilakukan agar penyajian perancangan sistem sudah
dapat dipelajari dan diterapkan.

1.3 Tujuan Penulisan


Makalah ini bertujuan mempelajari perancangan sistem kontrol PLTA

2. KEPENTINGAN DARI SISTEM KONTROL PLTA


Berdasarkan pemaran di pendahuluan di atas, dapat kita katakan kerugian yang terjadi sangat besar, yang dialami
masyarakat maupun pemerintah. Pengoperasian PLTA ini, harus dilakukan perhitungan yang teliti terhadap besar
bukaan pintu saluran air yang mengalirkan air ke turbin, sesuai air yang tersedia dalam waduk / dam, dan sesuai
dengan kebutuhan. Berapa besar bukaan pintu saluran air yang dibuka dan berapa besar listrik yang dihasikan, telah
diperhitungan pada perancangan seluruh sistem PLTA, baik konstruksi secara menyeluruh, perangkat keras
pendukung lainnya maupun dalam proses sistem perangkat lunaknya. Jadi keseimbangan air yang tersedia dalam
waduk / dam, merupakan parameter penting yang harus diperhatikan dengan baik. Untuk menghindari atau
pengendalian terhadap kemungkinan masalah di atas, maka dibutuhkan sistem kontrol untuk mengontrol dan
mengendalikan setiap orang yang mengoperasikan sistem PLTA tersebut. Sistem kontrol yang dirancang ini,
merupakan sistem yang mengklasifikasikan para pemakai sistem operasi PLTA, untuk mengoperasikan sistem PLTA
ini, sesuai wewenang dan tanggung jawab yang diberikan. Jadi setiap orang yang akan mengoperasikan sistem PLTA
tersebut, hanya dapat memberikan instruksi sesuai wewenang dan tanggung jawabnya. Untuk mengklasifikasikan
setiap orang dalam pengoperasian sistem PLTA tersebut, dilakukan berdasarkan sistem kunci (password).

3. PARAMETER OPERASI PLTA


Pada prinsipnya ada beberapa parameter yang mempengaruhi operasi PLTA, disebabkan oleh :
o Keberadaan Air
o Konstruksi pintu saluran air

3.1. Keberadaan Air


Untuk dapat mengoptimalkan pengoperasian PLTA, baik dalam keadaan musim penghujan maupun musim kemarau
panjang, diperlukan perhitungan besar volume air yang tersedia dalam waduk / dam, guna perhitungan berapa besar
debit air yang harus dialirkan melalui pintu air yang dialirkan ke turbin. Bila terjadi banjir, berapa besar volume air
yang harus dibuang keluar dari waduk / dam melalui pintu pembungan air, sehingga tetap terjadi keseimbangan air
dalam waduk / dam, dengan demikian dapat dihindari kerusakan bangunan waduk / dam maupun perangkat keras
pendukung lainnya. Untuk kebutuhan perhitungan keadaan air baik yang akan masuk maupun yang berada dalam
waduk / dam, dilakukan pengukuran terhadap parameter yang mempengaruhi keadaan air yang akan masuk maupun
yang ada dalam waduk/dam. Pengukuran tersebut dilakukan pada berbagai stasiun ukur yang tersebar pada DAS
dalam waduk / dam tersebut. Data hasil pengukuran yang diperoleh pada stasiun pengukuran, ditransmisikan
melalui media komunikasi yang digunakan ke pusat kontrol operasi PLTA untuk diproses sesuai fungsinya dalam
sistem kontrol tersebut. Pada perhitungan keberadaan air tersebut, ada beberapa parameter yang harus diperhatikan
antara lain:

a. Aliran permukaan ( surface flow)


b. Aliran dasar ( Base flow)
c. Tinggi muka air

Aliran permukaan dan aliran dasar dipengaruhi intensitas curah hujan dan lama turunnya hujan. Semakin tinggi
intensitas curah hujan dan semakin lama waktu turunnya hujan, semakin besar aliran permukaan dan aliran dasar
sungai. Tinggi permukaan dipengaruhi aliran permukaan dan aliran dasar. Semakin besar aliran permukaan dan
aliran dasar, semakin tinggi muka air yang terjadi, sehingga semakin besar volume air yang mengalir ke dalam
waduk / dam.
d. Kehilangan air karena keadaan lingkungan

Parameter kehilangan air yang disebabkan keadaan lingkungan, dipengaruhi antara lain :
o Suhu udara : semakin tinggi suhu udara, semakin besar kehilangan air
o Kelembaban : semakin kecil kelembaban (humidity),semakin besar kehilangan air
o Kecepatan angin : semakin cepat kecepatan angin berhembus, semakin besar kehilangan air
o Penyinaran Matahari : semakin panas dan semakin lama penyinaran matahari, semakin besar kehilangan
air

e. Keadaan DAS

-2-
Parameter keadaan DAS dipengaruhi beberapa parameter, antara lain :
o Vagitasi : semakin rapat tumbuhnya tumbuh-tumbuhan (pohon) dalam DAS, semakin besar aliran dasar
sungai
o Penduduk : semakin padat / ramai penduduk yang bermukim dalam DAS, semakin besar kehilangan air
o Industri : semakin banyak industri yang beroperasi dalam DAS, semakin besar kehilangan air

3.2. Konstruksi Saluran Air ke Turbin


Kecepatan gerakan turbin, dipengaruhi oleh besar tekanan aliran air yang dialirkan ke turbin. Besar tekanan aliran air
yang dialirkan tersebut, dipengaruhi debit air yang dialirkan beserta konstruksi dan penempatan saluran air yang
mengalirkan air tersebut. Semakin lebar diameter dan semakin tinggi pintu saluran air dibuka, semakin besar debit
air yang dialirkan, semakin tinggi tekanan air yang terjadi masuk ke turbin. Selain hal tersebut diatas, rancangan dan
peletakan saluran air tersebut, juga mempengaruhi tekanan air yang dialirkan ke turbin. Semakin besar perbedaan
sudut antara posisi saluran pintu masuk air dari waduk / dam (Q2) dengan posisi saluran pintu air keluar yang
mengalirkan air masuk ke turbin (Q1) pada gambar 1, semakin besar tekanan air yang mengalir masuk ke turbin,
dengan demikian perputaran turbin semakin cepat. Semakin cepat perputaran turbin, semakin besar listrik yang
terjadi. Bentuk peletakan posisi saluran air yang mengalirkan air ke turbin, dipaparkan pada gambar 1.

Air masuk

2.1.2 Q Air keluar


2.1.1 Q

Gambar 1: Bentuk posisi pintu saluran masuk air dan keluar, dengan Q1 = sudut posisi peletakan pintu keluar air dengan
garis horizontal, Q2 = sudut posisi peletakan pintu saluran air masuk dari waduk/dam dengan garis horizontal.

Data hasil pengukuran yang ditransmisikan ke pusat kontrol operasi PLTA tersebut diproses sesuai kebutuhan
masing-masing data tersebut. Dari hasil olahan data tersebut, diketahui berapa besar listrik yang dapat dihasilkan dari
setiap operasi yang dilakukan, berdasarkan besar debit air yang dialirkan melalui pintu saluran air ke turbin, beserta
keputusan apa yang segera diinstruksikan untuk dioperasikan, dalam upaya pengamanan sistem pembangkit listrik
tenaga air secara menyeluruh. Block diagram alur data hasil pengukuran dipaparkan pada gambar 2.

S t1

Pusat Pi1 Po1


Pengendali T
Operasi L
Stn Pembangkit
Listrik
Tenaga
Air Pin Pon

WD

Gambar 2: Block diagram alur data hasil pengukuran, dengan St1 s/d Stn = stasiun ukur pada DAS, WD = stasiun ukur pada
waduk / dam, Pi1 s/d Pin = pintu-pintu masuk air ke saluran air, Po1 s/d Pon = pintu-pintu keluar air dari saluran, T = turbin, L
= listrik yang dihasilkan

-3-
4. PERANCANGAN SISTEM KONTROL OPERASI PLTA
Pada perancangan sistem kontrol operasi PLTA ini, dititik beratkan pada pengendalian operasi dengan menggunakan
perangkat lunak. Hal ini, dilakukan dengan pertimbangan bahwa pada umumnya operasi PLTA, dikendalikan dengan
menggunakan instruksi-instruksi yang terdapat dalam program-program yang tersedia pada sistem perangkat lunak
(software). Jadi pada rancangan ini, pemakai sistem PLTA dikendalikan dengan menggunakan sistem perangkat
lunak yang tersedia dalam pusat pengendalian operasi PLTA.

4.1 Sistem Kunci (Password)


Sistem kunci (password) adalah suatu sistem yang digunakan untuk mengklasifikasikan pemakai sesuai dengan
wewenang dan tanggung jawab yang diberikan pada pemakai. Pemakai sistem harus mempunyai kunci (password)
yang telah dirancang dalam sistem perangkat lunak yang ada pada sistem operasi PLTA tersebut. Bila pemakai ingin
mengoperasikan sistem PLTA, maka pemakai harus memasukkan kuncinya (password) yang dimiliki sesuai yang
telah diinstal pada sistem perangkat lunak tersebut. Setiap pemakai sistem yang telah memasukkan kuncinya
(password), maka kunci (password) tersebut akan diperiksa terlebih dahulu dalam file kunci (password) pada sistem
perangkat lunak, apakah sesuai dengan yang ada dalam sistem, bila sesuai maka sistem dapat dioperasikan sesuai
wewenang dan tanggung jawab yang diberikan padanya, tetapi bila tidak sesuai, maka pemakai tersebut ditolak
berarti sistem tidak dapat dioperasikan yang bersangkutan. Bila pemakai tetap mencoba ingin mengoperasikan
sistem, namun tetap ditolak, maka pada penolakan yang keempat, alarm isyarat kewaspadaan akan berbunyi disertai
berkedip-kedipnya lampu tanda bahaya (hal ini terjadi bila sistem dilengkapi perangkat pendukung untuk operasi
isyarat tanda bahaya tersebut).

Pada perancangan sistem kunci (password) ini, ada beberapa hal yang harus diperhatikan antara lain :
o Jumlah personil yang mengoperasikan PLTA
o Nama-nama personil yang mengoperasikan PLTA
o Klasifikasi personil yang mengoperasikan PLTA
o List program yang ada dalam sistem perangkat lunak pada sistem operasi PLTA

Pada perancangan ini, ada beberapa tahapan yang dilakukan, antara lain :
o Perancangan klasifikasi personil yang mengoperasikan PLTA
o Pembuatan struktur direktori
o Perancangan file kunci (password) personil yang mengoperasikan PLTA
o Perancangan sistem perizinan personil yang mengoperasikan PLTA

4.2 Perancangan Klasifikasi Pemakai


Perancangan klasifikasi personil yang mengoperasikan sistem operasi PLTA berdasarkan dua nomer yang
menentukan tingkat kedudukan dalam sistem perizinan pengoperasian sistem operasi PLTA. Nomor tersebut sebagai
dasar penentuan klasifikasi maupun direktori pemakai. Nomor tersebut adalah nomor kelompok yang disimbol
dengan g dan nomor anggota yang disimbol dengan m. Kedua nomor ini mempunyai harga 0 sampai 255. Dari
kedua nomor ini, pemakai sistem operasi PLTA diklasifikasikan sesuai wewenang dan tanggung jawab yang
diberikan. Klasifikasi pemakai tersebut dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok yaitu:

o Pemakai utama (Super use)

Kelompok pemakai ini, merupakan pemakai utama yang tidak dibatasi oleh pembatasan sistem perizinan, berarti
kelompok ini dapat mengoperasikan seluruh instruksi yang terdapat dalam sistem perangfkat lunak. Pemakai
pada kelompok ini, mempunyai simbol $, dengan nomor kelompok 255 dan nomor anggota 255.

o Ketua kelompok (Group leader)

Kelompok pemakai ketua kelompok (group leader) merupakan ketua kelompok dalam suatu kelompok pemakai
yang dibatasi sistem perizinan untuk mengoperasikan instruksi yang ada dalam sistem perangkat lunak.
Kelompok ini, hanya dapat mengoperasikan filenya sendiri dan yang satu kelompok dengannya. Jadi tidak dapat
mengoperasikan file diluar kelompoknya. Kelompok ini mempunyai nomor kelompok 255 dan nomor anggota
0 sampai 254, dengan simbol #.

o Pemakai biasa (Reguler user)

Kelompok pemakai ini, merupakan pemakai biasa yang mempunyai nomor group 0 sampai 254 dan nomor
member 0 sampai 255, dengan simbol %. Pemakai kelompok ini, dibatasi sistem perizinan untuk
mengoperasikan sistem operasi PLTA. Pemakai kelompok ini, hanya diizinkan mengoperasikan filenya sendiri
sesuai wewengan dan tanggung jawab yang diberikan padanya.

4.3 Pembuatan Struktur Direktori.


Direktori adalah sejenis direktori yang dipelihara sistem operasi. Direktori berisi peta hubungan antara nama dari
suatu dokumen dan struktur tingkatannya pada sistem perangkat lunak secara menyeluruh. Pada prinsipnya sistem
operasi serentak ( multi user), struktur direktorinya adalah struktur pohon (tree) yang diberi simbol dengan tanda /,

-4-
yang disebut direktori akar. Direktori ini membawahi beberapa direktori yang terintegrasi dalam sistem perangkat
lunak. Rangkaian direktori yang dimulai dari tana /, sampai direktori pemakai yang dituju dinyatakan path name.
Path name ini, digunakan sebagai jalur untuk mencari direktori yang dioperasikan. Pembuatan struktur direktori ini,
dimaksudkan untuk pembentukan direktori masing-masing pemakai sistem operasi PLTA, guna membedakan
(mengklasifikasikan) direktori satu pemakai dengan pemakai lainnya. Pembuatan direktori ini, dilakukan dengan
menentukan klasifikasi pemakai yaitu pemakai utama (super user), ketua kelompok (group leader) dan pemakai
biasa (reguler user). Dari klasifikasi pemakai tersebut, dibuat struktur hirarkinya dalam bentuk pohon (tree), dengan
node-node masing-masing nama pemakai sesuai klasifikasinya. Salah satu contoh bentuk struktur direktori pemakai
sistem operasi PLTA, dipaparkan pada gambar 3.

Bin
Lib

Tuti
Tino

Agus Lita
Lily Lina

Gambar 3. Salah satu contoh bentuk struktur direktori pemakai sitem operasi PLTA

4.4 Pembuatan File Kunci (Password)


Pada pembuatan kunci (password), si pemakai kunci (password) harus mempunyai direktori sendiri. Untuk
penandaan direktorinya, kunci (password) pemakai dimasukkan keatributnya, sesuai dengan nomer kelompok dan
nomor anggotanyanya pada kunci (password) yang ditentukan sebelumnya. Langkah-langkah pembuatan file kunci
(password) tersebut, sebagai berikut :

Permintaan direktori pemakai dengan instruksi mkdr / user / nama pemakai ;


o Pemasukan direktori ke atribut pemakai dengan instruksi chattr / user / nama – dir g = g1 m=m1;
o Membuat file kunci ( password) dengan instruksi ed / config / pass ;
o Menyimpan file kunci ( password) dengan instruksi w dan enter.

File kunci (password) tersebut berisi antara lain :


o Nama pemakai
o Kode kunci (password)
o Nomor klasifikasi pemakai
o Kelompok klasifikasi pemakai

Dari gambar 3 diatas, dapat dibuat file kunci (password) pemakai seperti nama yang tertera pada gambar tersebut.

Bin
Bi
255. 255
user / super
Tuti
Tu
255.0
user / group leader

Tino
Ti
255.1
user / group leader

-5-
Agus
Ag
0.0
user / reguler
Lita
Li
0.1
user / reguler
Lily
Ly
1.0
user / reguler
Lina
Na
1.1
user / reguler

4.5 Sistem Perizinan


Sistem perizinan pada sistem kontrol ini, dimaksudkan untuk pembatasan setiap orang dalam mengoperasikan sistem
operasi PLTA. Pembatasan ini, diperlukan untuk menjamin bahwa setiap orang yang mengoperasikan sistem operasi
PLTA, hanya mengoperasikan operasi sesuai wewenang dan tanggung jawab yang diberikan padanya. Pembatasan
ini dilakukan pada file dokumen sesuai dengan sifat perizinan yang diberikan pada sipemakai untuk dioperasikannya.
Sifat-sifat perizinan yang dapat diberikan, antara lain:

o Baca (Read), disimbol dengan R, menyatakan bahwa pemakai dapat membaca dokumen.
o Tulis (Write), disimbol dengan W, menyatakan bahwa pemakai dapat menulis dokumen.
o Tambahkan (Append), disimbol dengan A, menyatakan bahwa pemakai dapat menambah dokumen pada file
tanpa mengubah file sebelumnya.
o Eksekusi (Execute), disimbol dengan E, menyatakan bahwa pemakai dapat mengeksekusi dokumen.
o Modifikasi (Modification), disimbol dengan M, menyatakan bahwa pemakai dapat
memodifikasi/merubah/menghapus dokumen baik sifat maupun struktur perizinannya.

Program-program yang dioperasikan pada sistem operasi PLTA, melakukan berbagai perhitungan-perhitungan,
antara lain, perhitungan besar air hujan yang turun ke DAS, besar kehilangan air pada DAS disebabkan berbagai
faktor, besar air yang akan masuk mengalir kesungai-sungai pada daerah DAS, besar air yang masuk ke waduk /
dam, besar air yang tersedia dalam waduk / dam, besar pembukaan pintu saluran air untuk mengalirkan air keturbin,
besar listrik yang terjadi , pengaturan keseimbangan air dalam waduk / dam, bila terjadi banjir atau musim kemarau
dan lain-lain. Dalam pengoperasian program inilah, diset perizinan pemakai untuk mengoperasikan sistem operasi
PLTA, sesuai wewenang dan tanggung jawab yang diberikan. Set perizinan pemakai dilakukan dengan cara
menentukan setiap izin yang diberikan pada file masing-masing pemakai sistem operasi PLTA tersebut, sesuai
dengan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan. Contoh set perizinan, para pemakai sistem operasi PLTA
seperti pada gambar 3, dipaparkan pada tabel 1.

Tabel 1. Set perizinan pemakai sistem operasi PLTA

Blks X Log Grp Mem Attr G-Perm-O Prog

G O
180 1 0000 000A 255 255 RWAEM RW--- R---- Hujandas
150 1 0000 000C 255 255 RWAEM RW--- R---- Hilangair
200 1 0000 000D 255 255 RWAEM RW--- R---- Debitsungai
220 2 0000 000F 255 255 RWAEM RW--- R---- Volumeairdam
300 2 0000 0020 255 255 RWAEM RW--- R---- Bukapintusalur
100 2 0000 002B 255 255 RWAEM RW--- R---- Kilowatlistrik
180 3 0000 002E 255 0 RW-E- RW--- R---- Debitsungai
130 2 0000 003B 255 0 RW-E- RW--- R---- Volemeairdam
90 4 0000 004C 255 0 RW-E- RW--- R---- Kilowatlistrik
100 1 0000 008B 255 1 RW-E- RW--- R---- Debitsungai
110 2 0000 009F 255 1 RW-E- RW--- R---- Volemeairdam
128 3 0000 00EF 255 1 RW-E- RW--- R---- Kilowatlistrik
100 4 0000 0ABA 0 0 RW--- RW--- R---- Hujandas
80 2 0000 0FCD 0 0 RW--- RW--- R---- Volumeairdam
80 3 0000 ABCD 0 1 RW--- RW--- R---- Hujandas
80 4 0000 DDBC 0 1 RW--- RW--- R---- Volumeairdam
80 5 0000 DFCD 1 0 RW--- RW--- R---- Hujandas

-6-
80 5 0000 CFDE 1 0 RW--- RW--- R---- Volumeairdam
80 3 0000 EFFE 1 1 RW--- RW--- R---- Hujandas
80 2 0000 DFFF 1 1 RW--- RW--- R---- Volumeairdam

Keterangan tabel :

Blks = besar memori yang dibutuhkan program dalam byte, X = berapa kali perbaikan / perubahan yang dilakukan
pada program maupun pada sifat perizinan, Log = alamat (address) memori yang digunakan program, Grp = nomer
kelompok dari pemakai sistem operasi PLTA, Mem = nomer anggota dari pemakai sistem operasi PLTA, Attr = sifat
perizinan yang diizinkan dioperasikan pemakai utama, G = sifat perizinan yang diizinkan dioperasikan pemakai yang
satu kelompok dengan pemakai utama, O = sifat perizinan yang diizinkan dioperasikan pemakai yang tidak satu
kelompok dengan pemakai utama, prog = nama program yang ada dalam sistem perangkat lunak pada sistem operasi
PLTA.

5. UJI COBA SISTEM KONTROL DAN PEMBAHASAN.

5.1. Uji Coba Sistem


Setelah selesai sistem kontrol tersebut dirancang dan dibuat, maka dilakukan simulasi percabaan di laboratorium,
untuk mengetahui apakah sistem kontrol yang dirancang dan dibuat tersebut, dapat memenuhi hasil, sesuai yang
diinginkan. Pada percobaan simulasi ini, dilakukan prosedur sebagai berikut :

o Sistem perangkat keras dan perangkat lunak dioperasikan


o Masukkan kode kunci (password) pemakai, pemeriksaan terhadap kebenaran kode kunci ( password) dilakukan
pada file kunci (password)
o Bila ada, keluar informasi meminta dimasukkan nama pemakai dan nama pemakai dimasukkan, pemeriksaan
terhadap kebenaran nama pemakai dilakukan pada file kunci (password) dan struktur direktori
o Bila ada, pemeriksaan dilanjutkan ke dalam sistem perizinan, untuk melihat wewenang dan tanggung jawab yang
diberikan pada pemakai tersebut
o Bila pemakai tersebut, mempunyai wewenang dan tanggung jawab sebagai pemakai utama (super user), maka
pemakai dapat mengoperasikan seluruh instruksi yang ada pada sistem kontrol operasi PLTA tersebut
o Bila tidak ada kode kunci (password) dalam file kunci (password), akan ditolak, dengan informasi tidak dikenal
dan meminta masukan kunci (password) yang lain, bila telah empat kali berturut-turut ditolak, maka isyarat
tanda kewaspadaan berbunyi disertai kedipkedip lampu tanda bahaya, dalam waktu tertentu
o Setelah isyarat tanda kewaspadaan beserta kedip-kedip lampu tanda bahaya beroperasi selama waktu yang
ditentukan, maka sistem kembali ke keadaan siap operasi ( steady state)

Salah satu hasil percobaan simulasi yang dilakukan, dipaparkan pada tabel 2.

Tabel 2. Salah satu hasil percobaan simulasi uji coba sintem kontrol PLTA

No Nama pemakai Kode password Password terima/ Isyarat kewaspadaan


Yang dimasukkan Tolak Ya / tidak
1 Bin Bi Terima Tidak
2 Tuti Tu Terima Tidak
3 Tino Ti Terima Tidak
4 Agus Ag Terima Tidak
5 Lita Li Terima Tidak
6 Lily Ly Terima Tidak
7 Lina Na Terima Tidak
8 Agus Ib Masukkan pass lain -
9 Agus In Masukkan pass lain -
10 Agus Ni Masukkan pass lain -
11 Agus Bn Tolak Ya
12 Lina Ut Masukkan pass lain -
13 Lina It Masukkan pass lain -
14 Lina To Masukkan pass lain -
15 Lina Ot Tolak Ya

5.2. Pembahasan
Dari gambar 3, dapat dilihat bahwa , bila Lita hendak mengoperasikan sistem operasi PLTA, maka setelah
dimasukkan kode kunci (password) pada sistem, maka kode password tersebut dicari dalam file kunci (password)
untuk memeriksa apakah kode kunci (password) yang diberikan benar atau tidak. Bila kode kunci (password) lita
benar, diminta memasukkan nama lita. Pada sistem dilakukan pemeriksaan kebenaran namalita pada file kunci

-7-
(password), beserta pencarian lokasi direktori lita ke struktur direktori. Pencarian tersebut menggunakan jalur (path)
nama, dimulai dari direktori /, ke direktori Bin, ke direktori Tuti, ke direktori Lita. Demikian dilakukan untuk
seluruh pemakai sistem operasi PLTA yang telah dimasukkan dalam sistem perangkat lunak. Pada gambar 3
tersebut, juga terdapat tiga kelompok yaitu pemakai utama (super user) Bin, Ketua kelompok (group leader) yaitu
Tuti dan Tina, pemakai biasa (reguler user), yaitu agus, Lita, Lily dan Lina. Dari struktur direktori pada gambar 3,
terdapat dua kelompok yaitu kelompok I yang dipimpin oleh Tuti dengan anggotanya Agus dan Lita, sedangkan
kelompok II dipimpin oleh Tino dengan anggotanya Lily dan Lina. Pada tabel 1,komlom Blks, X dan Log, isinya
ditentukan oleh komputer, jadi perancang sistem kontrol operasi PLTA ini, hanya merancang isi kolom Grp, Mem,
Attr, G,O dan Prog. Dari tabel 1 ini juga, terlihat bahwa pengklasifikasian pemakai secara tegas dilakukan yang
ditunjukkan pada komlom grp dan Mem, demikian juga halnya pembatasan pemakai mengoperasikan program-
program yang ada pada sistem perangkat lunak sistem kontrol PLTA, diperlihatkan pada komlom Attr, G dan O.
Dari tabel 1, juga terlihat bahwa pemakai yang dinyatakan sebagai pemakai utama (super user), dapat
mengoperasikan seluruh instruksi yang mengoperasikan program-program yang ada pada sistem operasi PLTA
tersebut. Dari Tabel 2, hasil percobaan simulasi yang dilakukan, diperlihatkan bahwa, bila kode kunci (password)
benar dimasukkan, maka sistem dapat dioperasikan sesuai wewenang dan tanggung jawab yang diberikan pada
pemakai, bila tidak benar, sampai empat kali secara berturut-turut, maka akan ditolak, dan isyarat tanda kewaspadaan
besertan lampu tanda bahaya beroperasi.

6. PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Perancangan ini, digunakan untuk mengklasifikasikan pemakai dalam mengoperasikan sistem operasi PLTA,
sehingga pemakai hanya dapat mengoperasikan instruksi-instruksi yang terdapat pada sistem perangkat lunak
(software), sesuai wewenang dan tanggung jawab yang diberikan padanya. Rancangan ini menggunakan prinsip
struktur pohon (tree), dengan klasifikasi pemakai tiga tingkatan yaitu pemakai utama (super user), ketua kelompok
(group leader) dan pemakai biasa (regular user). Perancangan klasifikasi pemakai ini, menggunakan dua nomer
yaitu nomor kelompok (g) dan nomor anggota (m). Kedua nomor tersebut mempunyai nilai 0 sampai dengan 255.
Dari percobaan simulasi yang dilakukan, terlihat bahwa perancangan ini, sangat efektif mengontrol pemakai dalam
pengoperasian PLTA.

Dari uraian dan pembahasan yang dilakukan diatas, maka dapat disimpulkan :
a. Sistem password dapat menjamin bahwa pemakai hanya dapat mengoperasikan program, sesuai wewenang dan
tanggung jawab yang diberikan
b. Keberhasilan sistem kontrol operasi PLTA ini, tergantung dari loyalitas dari pemakai utama (super user).
Semakin tinggi loyalitasnya terhadap perusahaan semakin terjamin kualitas kontrol yang dilakukan
c. Sistem ini, dapat mengoptimalkan kontrol terhadap sistem operasi PLTA secara menyeluruh, sehingga
kelangsungan PLTA tersebut dapat beroperasi secara baik dan konsisten.

6.2. Saran
Bagian yang terpenting dalam sistem kontrol PLTA adalah pemahaman mengenai cara-cara dari pengaturan itu
sendiri. Dengan adanya pemahaman yang menyeluruh mengenai hal-hal tersebut, maka setiap keadaan pada suatu
kerja di PLTA dapat dijalankan secara terprogram.

Metode dan cara merealisasikan program memang tergantung dari kreativitas kepala bagian pengaturan itu sendiri.
Tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa suatu format yang terarah akan sangat membantu membentuk keteraturan dalam
pengaturan PLTA. Semoga makalah ini berguna bagi pembaca ataupun orang yang terkait dengan bagian sistem
kontrol PLTA.

DAFTAR PUSTAKA

Paulus, H. & Joseph.L. 1996. Hidrologi untuk Insiniyur. Jakarta: Erlangga.


Sierra Misco, Inc. July 1997. Enhance Alert System for The IBM. International Hydrology Service. Sacramento, CA.
Tenenboum, Andrews. 1990. Modern Operating System. New York: Mc Graw-Hill.
WMO. No519. 1980. Manual on Stream Gauging. Operation hydrology.
WMO. No.555. 1980. Technical Regulation Hydrology and International Hydrology Codes.

-8-

You might also like