You are on page 1of 12

ASPEK- ASPEK HUKUM KETENAGAKERJAAN INDONESIA

Dalam Pasal 1 angka 1 Undang Undang No. 13 Tahun 2003 menyebutkan bahwa Ketenagakerjaan adalah : segala hal yang berhubungan dengan tenaga kerja pada waktu sebelum, selama , dan sesudah masa masa kerja . Pengertian ini sangat sesuai dengan perkembangan ketenagakerjaan saat ini yang sudah sedemikian pesat akibat intervensi pemerintah . Karena itulah substansi kajian hukum ketenagakerjaan tidak hanya meliputi hubungan antara buruh dan pekerja dalam hubungan kerja semata , tetapi telah bergeser menjadi hubungan hukum antara pekerja ,pengusaha dan pemerintah . Aspek Hukum Ketenagakerjaan Sebelum Hubungan Kerja(Pra Emploment ) adalah : bidang hukum yang berkenaan dengan kegiatan mempersiapkan calon tenaga kerja sehingga memiliki keterampilan yang cukup untuk memasuki dunia kerja , termasuk upaya memperoleh / mengakses lowongan pekerjaan baik didalam maupun diluar dan mekanisme yang harus dilalui oleh tenaga kerja sebelum mendapatkan pekerjaan . Antar Kerja Antar daerah ( AKAD ) atau Penempatan Tenaga Kerja di dalam Negeri . Antar kerja adalah mekanisme pelayanan kepada pencari kerja untuk memperoleh pekerjaan, baik untuk sementara waktu maupun tetap kepada pemberi kerja untuk memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhannya . Sedang AKAD adalah : antar kerja yang dilaksanakan antar kantor kantor wilayah Departemen Tenaga Kerja yang satu dengan yang lainnya dalam suatu wilayah /provinsi . Program akad juga menunjang pelaksanaan transmigrasi untuk membuka lahan lahan pertanian maupun pemukiman baru serta sarana dan prasarana transmigrasi lainnya . Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI No. 4 Tahun 1970 tentang Pengerahan Tenaga kerja , Peraturan Menteri Perburuhan No. 11 Tahun 1959 tentang Antar Kerja Antar Daerah ( AKAD ) sudah tidak berlaku lagi dengan dikeluarkannya peraturan menteri Tenaga Kerja di dalam dan ke Luar Negeri . Dengan demikian saat ini istilah AKAD diganti dengan istilah Penempatan Tenaga Kerja di dalam Negeri .

Pengguna jasa pelaksana penempatan ditetapkan untuk memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Mampu membuat dan menandatangani perjanjian kerja dengan tenaga kerja . b. Mempunyai alamat dan nama penanggung jawab yang jelas . c. Sanggup dan mampu memenuhi serta melaksanakan keseluruhan isi perjanjian kerja yang berlaku secara sah . Setiap calon tenaga kerja yang dipersiapkan untuk dipekerjakan di dalam negeri harus memenuhi persyaratan umum sebagaimana tersebut di bawah ini : a. Berusia minimal 18 tahun . b. Memiliki kartu tanda penduduk . c. Sehat mental maupun fisik . d. Berpendidikan tertentu, memiliki ketrampilan atau keahlian sesuai dengan pesyaratan jabatan atau pekerjaan yang diperlukan . e. Terdaftar pada Kantor Departemen Tenaga Kerja di wilayah tempat tinggalnya . Antar Kerja Antar Negara ( AKAN ) atau penempatan Tenaga Keluar Negeri Sejalan dengan reformasi hukum dibidang ketenagakerjaan , Ordonansi tentang Penmgerahan Orang Indonesia untuk Melakukan Pekerjaan di Luar Negeri dinyatakan tidak berlaku lagi dan diamanatkan penempatan tenaga kerja ke luar negeri diatur dengan undang undang tersendiri . Maksud Penempatan Tenaga Kerja ke Luar Negeri adalah : Setiap orang membutuhkan pekerjaan , pekerjaan tidak hannya untuk memperoleh penghasilan bagi seseorang guna memenuhi kebutuhan hidup bagi diri dan keluargannya , juga dapat dimaknai sebagai sarana untuk mengaktualisasi kan diri sehingga seorang merasa hidupnya menjadi lebih makna bagi diri sendiri , orang lain dan lingkungannya .

Mengingat pentingnya pekerjaan ini , Undang undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat ( 2 ) menyatakan bahwa setiap Warga penghidupan yang layak bagi kemanusiaan . Dengan demikian penempatan tenaga kerja Indonesia untuk bekerja di Luar Negeri merupakan suatu upaya untuk mewujudkan hak dan kesempatan yang sama bagi tenaga kerja yang di dalam pelaksanaannya harus dilakukan dengan memperhatikan harkat, martabat manusia serta sisi perlindungan hukumnya . Sejalan dengan semakin meningkatnya tenaga kerja yang ingin bekerja di luar negeri dan besarnya jumlah TKI yang sekarang ini bekerja di Luar Negeri , meningkat pula kasus perlakuan yang tidak manusiawi terhadap TKI khususnya TKI yang bekerja di luar negeri . , beragam dan bahkan bekembang kearah perdagangan manusia yang dapat dikatagorikan sebagai kejahatan kemanusiaan . Untuk itulah melalui proses yang panjang akhirnya pemerintah Indonesia sudah berhasil menetapkan Undang Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri dan sangat positif bagi perlindungan TKI yang bekerja di luar negeri karena memiliki perangkat hokum yang kuat khususnya dalam mengatur hak dan kewajiban pihak pihak yang terlibat didalamnya khususnya tenaga kerja dan pelaksana penempatan tenaga kerja ke luar negeri . Pihak pihak yang terkait dengan pelaksana penempatan tenaga kerja keluar negeri terdiri dari : 1. Calon Tenaga Kerja Indonesia atau disebut calon TKI adalah : setiap warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat sebagai pencari kerja yang akan bekerja di luar negeri dan terdaftar di instansi Pemerintah Kabupaten /Kota yang bertanggung jawab di bidang ketanagakerjaan . 2. Pelaksana penempatan TKI swasta adalah badan hukum yang memperoleh izin tertulis dari Pemerintah untuk menyelenggarakan pelayanan penempatan TKI di luar negeri . 3. Mitra usaha adalah ; instansi atau badan usaha berbentuk badan hukum di Negara tujuan yang bertanggung jawab menempatan TKI pada pengguna . Negara berhak atas pekerjaan dan

4. Pengguna Jasa TKI adalah : instansi pemerintah , Badan Hukum Pemerintah , Badan Hukum Swasta , dan/atau Perseorangan di Negara tujuan yang mempekerjakan TKI . Dalam pasal 10 Undang Undang Nomor : 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di luar negeri yaitu : a. Pemerintah ; b. Pelaksana Penempatan TKI swasta . Selain oleh Pemerintah dan pelaksana penempatan TKI swasta ,perusahaan dapat menempatkan TKI di luar negeri untuk kepentingan perusahaannya sendiri atas dasar izin tertulis dari Menteri Perlindungan TKI di Luar Negeri . Penempatan TKI ke luar negeri untuk kepentingan perusahaan sendiri, harus memenuhi persyaratan : a. b. c. d. e. f. Perusahaan yang bersangkutan harus berbadan hukum yang dibentuk berdasarkan hukum Indonesia ; TKI yang ditempatkan merupakan pekerja perusahaan itu sendiri ; Perusahaan memiliki bukti hubungan kepemilikan atau perjanjian pekerjaan yang diketahui oleh PerwakilanRepublik Indonesia ;. TKI telah memiliki perjanjian kerja ; TKI telah diikutsertakan dalam program jaminan social tenaga kerja dan / atau memiliki polis asuransi; dan TKI yang ditempatkan wajib memiliki Kartu Tenaga Kerja Luar Negeri ( KTKLN ) . Calon TKI yang akan dipekerjakan Ke luar negeri harus memiliki sertifikasi kompetensi kerja , harus memiliki dokumen yang meliputi kartu tanda penduduk , ijazah pendidikan terakhir, akte kelahiran atau surat keterangan lahir, surat keterangan status perkawinan , surat keterangan izin suami atau isteri, izin orang tua atau wali , sertifikasi kompetensi kerja , surat keterangan sehat berdasarkan hasil pemeriksaan (Pasal 26 dan Undang Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan

kesehatan dan psikologi , paspor, visa kerja , perjanjian penempatan TKI ,perjanjian kerja dan Kartu Tanda Kerja Luar Negeri ( KTLN ) . Perlindungan TKI Purna Penempatan meliputi : 1. Kepulangan TKI karena berakhirnya masa perjanjian kerja, pemutusan hubungan kerja sebelum masa perjanjian kerja berakhir , terjadi perang, bencana alam, atau wabah penyakit di Negara tujuan , mengalami kecelakaan kerja yang mengakibatkan tidak bisa menjalankan pekerjaan lagi , meniggal dunia di Negara tujuan , cuti ,dideportasi oleh pemerintah setempat . Pengawasan Perburuhan Pengawasan Perburuhan adalah : untuk mendidik agar pengusaha /perusahaan selalu tunduk menjalankan ketentuan ketentuan hukum yang berlaku sehingga akan dapat menjamin keamanan dan kestabilan pelaksanaan hubungan kerja ,karena seringkali perselisihan perburuhan disebabkan karena majikan tidak memberikan perlindungan hukum kepada buruhnya sesuai dengan ketentuan yang berlaku . Dalam Undang Undang No. 22 Tahun 1957 tentang Penyelisian Perselisihan Perburuhan disebutkan bahwa perselisihan perburuhan adalah : pertentangan antara majikan atau perkumpulan majikan dengan serikat buruh atau gabungan serikat buruh berhubungan dengan tidak adanya persesuaian paham mengenai hubungan kerja , syarat syarat kerja dan atau keadaan perburuhan . Dari pengertian tersebut dapat ditarik 2 ( dua ) jenis perselisihan perburuhan yakni : 1. Perselisihan hak ( rechtsgeschil ) ; yakni perselisihan perorangan antara pengusaha pengusaha atau serikat /gabungan pengusaha atau serikat/gabungan pengusaha dengan serikat pekerja atau pekerja perorangan . 2. Persilihan kepentingan ( belangengeschil ) yaitu : perselisihan antara serikat pekerja atau beberapa serikat pekerja dengan pengusaha atau gabungan pengusaha atau gabungan pengusaha karena tidak adanya persesuaian paham mengenai syarat kerja dan atau keadaan perburuhan .

Penyelesaian Perselisihan Perburuhan /Industrial Berdasarkan Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa . Dalam pasal 1 ayat ( 1 ) Undang Undang No. 30 Tahun 1999 Arbitrase adalah: cara penyelesaian suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang bersengketa . Sedangkan jika para pihak memilih penyelesaian melalui arbitrase setelah terjadinya sengketa ,maka para pihak harus membuat perjanjian tertulis yang ditanda tangani oleh para pihak . Perjanjian tertulis yang dibuat itu harus memuat : a. b. c. d. e. f. g. h. masalah yang dipersengketakan ; nama lengkap dan tempat tinggal para pihak ; nama lengkap dan tempat tinggal arbiter atau majelis arbitrase ; tempat arbiter atau majelis arbitrase akan mengambil keputusan ; nama lengkap sekretaris ; jangka waktu penyelesaian sengketa ; pernyataan kesediaan dari arbiter ; pernyataan kesediaan dari para pihak yang bersengketa untuk menanggung segala biaya yang diperlukan untuk penyelesaian sengketa melalui arbitrase . Keselamatan dan Kesehatan Kerja . Keselamatan Kerja Dalam pasal 86 ayat 1 Undang Undang No. 13 Tahun 2003 disebutkan bahwa setiap pekerja /buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas : a. b. c. keselamatan dan kesehatan kerja ; moral dan kesusilaan ; dan perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai nilai agama .

Ditinjau dari segi keilmuan ,keselamatan dan kesehatan kerja dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinnya kecelakaan dan penyakit akibat kerja ditempat kerja . Tempat kerja adalah : setiap tempat kerja yang didalamnya terdapat 3(tiga)unsur ,yaitu : 1. 2. 3. Adannya suatu usaha, baik itu usaha yang bersifat ekonomis maupun usaha sosial Adanya sumber bahaya . Adanya tenaga kerja yang bekerja di dalamnya ,baik secara terus menerus maupun hanya sewaktu waktu . Kesehatan Kerja Kesehatan kerja adalah : bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memperoleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik,mental maupun social sehingga memungkinkan dapat bekerja secara optimal . Tujuan Kesehatan Kerja ,adalah a. Meningkatkan dan memelihara derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggi tingginya baik fisik, mental maupun sosial . b. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi lingkungan kerja . c. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan atau pekerjaan dengan tenaga kerja . d. Meningkatkan produktivitas kerja . Perlindungan Upah Undang Undang No. 13 Tahun 2003 menyebutkan setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan ( pasal 88 ayat 1 ) kebijakan itu meliputi : a. upah minimum. b. Upah kerja lembur; c. Upah tidak masuk kerja karena berhalangan ; d. Upah tidak masuk kerja karena melakukan kegiatan lain di luar pekerjaannya ; e. Upah karena menjalankan hak waktu istirahat kerjanya ; f. Bentuk dan cara pembayaran upah ;

g. Hal hal yang dapat diperhitungkan dengan upah ; h. Denda dan potongan upah ; i. Struktur dan skala pengupahan yang proporsional j. Upah untuk pembayaran pesangon ; dan k. Upah untuk perhitungan pajak penghasilan . Upah tidak dibayar apabila pekerja / buruh tidak melakukan pekerjaan ( Pasal 93 ayat 1 Undang Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjakan jo. Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 tentang perlindungan Upah, prinsip ini dikenal dengan asas no work no pay maksudnya pekerja tetap mendapatkan upah meskipun tidak melakukan pekerjaan . Upah mempunyai kedudukan yang strategis ,dalam hal perusahaan dinyatakan pailit atau dilikuidasi berdasarkan peraturan perundang undangan yang berlaku , maka upah dan hak hak lainnya dari pekerja/ buruh merupakan utang yang didahulukan pembayarannya . Jaminan Sosial Tenaga Kerja ( Jamsostek ) Jaminan Sosial Tenaga Kerja diatur dalam Undang Undang No. 3 Tahun 1992 tentang Jamsostek jo.PP No.14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Jamsostek dimaksudkan untuk memberikan perlindungan bagi tenaga kerja tehadap resiko sosial ekonomi yang menimpa tenaga kerja dalam melakukan pekerjaan baik berupa kecelakaan kerja, sakit, hari tua , maupun meninggal dunia . Dengan demikian diharapkan ketenangan kerja bagi pekerja akan terwujud , sehingga produktivitas akan semakin menigkat . Tabungan Hari tua Pengertiannya adalah : umur pada saat produktivitas tenaga menurun , sehingga perlu diganti dengan tenaga kerja yang lebih muda . Termasuk dalam penggantian ini adalah : jika tenaga tersebut cacat tetap dan total ( total and permanent disability ) .

Jaminan hari tua dibayarkan kepada tenaga kerja yang telah mencapai usia Lima puluh Lima puluh Lima tahun atau cacat total untuk selama lamanya dan dapat dilakukan : a. b. Secara sekaligus apabila jumlah jaminan hari tua yang haru dibayar kurang dari tiga ratus ribu rupiah atau ; Secara berkala apabila seluruh jumlah jaminan hari tua mencapai tiga juta rupiah atu lebih dan dilakukan paling lama lima tahun dan dilakukan kepada janda atau duda . Mogok Kerja dan penutupan Perusahaan a. Mogok kerja. Mogok Kerja ( strike ) adalah tindakan pekerja/buruh yang direncanakan dan dilaksanakan secara bersama sama dan/atau oleh serikat pekerja/buruh untuk menghentikan atau merlambat pekerjaan ( Pasal I angka 23 Undang Undang No. 13 Tahun 2003 ) . Dan secara Yuridis mogok kerja diakui sebagai hak dasar pekerja/buruh dan serikat pekerja yang dilakukan secara sah,tertib, dan damai sebagai akibat gagalnya perundingan . Dengan demikian jelaslah bahwa penggunaan hak mogok kerja yang merupakan hak pekerja/buruh dan penutupan perusahaan yang merupakan hak pengusaha harus dilaksanakan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan seperti diuraikan diatas ,pengaturan ini tidak berarti mengekangkebebasan para pihak ( buruh/pekerja dan pengusaha ) tapi semata mata agar dalam penggunaanya tidak mengganggu hak orang lain , dan ketertiban umum . Penggunaann hak ini tampa kendali akan dapat berakibat anarkis yang akan sangat merugikan para pihak maupun orang lain . ASPEK HUKUM KETENAGAKERJAAN SETELAH HUBUNGAN KERJA /PHK ( POST EMPLOYMENT ) . Aspek hukum setelah hubungan kerja maksudnya adalah : aspek hukum yang berkaitan dengan tenaga kerja pada saat purna kerja termasuk pada saat pemutusan hubungan kerja dan hak- haknya akibat terjadinya PHK tersebut .

Aspek hukum yang berkaitan dengan masalah tersebut adalah : a. Pemutusan Hubungan Kerja ( PHK ) b. Ketentuan PHK . c. Pekerja/buruh menjalankan ibadah yang diperintahkan agamanya . d. Pekerja/buruh menikah e. Pekerja/buruh perempuan hamil,melahirkan,gugur kandungan,atau menyusui bayinya . f. Pekerja/buruh mempunyai pertalian darah dan/atau ikatan perkawinan dengan pekerja/buruh lainya di dalam satu perusahaan . g. Pekerja/buruh mendirikan ,menjadi anggota dan/atau pengurus serikat pekerja/serikat buruh diluar jam kerja atau didalam di dalam kerja atas kesepakatan perusahaan . h. Pekerja/buruh yang mengadukan pengusaha kepada yang berwajib mengenai perbuatan pengusaha yang melakukan tindak pidana kejahatan . i. Karena perbedaan paham ,agama ,aliran politik ,Suku,warna kulit, golongan ,Jennis Kelamin ,Kondisi fisik , atau status perkawinan . j. Pekerja/buruh dalam keadaan cacat tetap,sakit akibat kecelakaan kerja ,atau sakit karena hubungan kerja yangb menurut surat keterangan dokter yang jangka waktu penyembuhannya belum dapat dipastikan . Pekerja/buruh dapat mengakhiri hubungan kerja dengan melakukan pengunduran diri atas kemauan sendiri tampa perlu meminta penetapan dari lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial,dan kepada buruh/pekerja yang bersangkutan memperoleh uang penggantian hak sesuai ketentuan Pasal 156 ayat (4 ) . Pekerja /buruh yang mengundurkan diri sebagaimana dimaksud di atas harus memenuhi syarat : a. mengajukan permohonan pengunduran diri secara tertulis selambat lambatnya 30 ( tiga puluh } hari sebelum tanggal mulai pengunduran diri . b. tidak terikat dalam ikatan dinas, dan c. tetap melaksanakan kewajibannya sampai tanggal mulai pengunduran diri .

Hak hak Tenaga Kerja yang di PHK Bilamana terjadi Pemutusan hubungan kerja ,pengusaha diwajibkan membayar uang peasangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima ( Pasal 156 ) . Uang Pesangon Uang pesangon merupakan pembayaran dalam bentuk uang dari pengusaha kepada buruh /pekerja sebagai akibat adanya PHK yang jumlahnya disesuaikan dengan masa kerja buruh /pekerja yang bersangkutan . Perhitungan uang pesangon diatur dalam Undang Undang No. 13 Tahun 2003 . Uang Penggantian Hak Uang penggantian hak diterima oleh buruh/pekerja meliputi : a.Cuti tahunan yang belum diambil dan belum gugur . bbiaya atau ongkos pulang untuk pekerja/buruh dan keluarganya ketempat dimana pekerja/buruh diterima bekerja . c.peggantian perumahan serta pengobatan dan perawatan ditetapkan 15% ( lima belas perseratus ) . d.hal hal lain yang ditetapkan dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama ( Pasal 56 ) . Jaminan Sosial Tenaga Kerja KHususnya untuk Program Kematian dan Hari Tua Adalah : merupakan bentuk perlindungan social melalui system asuransi social . Dan keuntungan Jamsostek yang sangat besar semestinya dikembalikan kepada pekerja melalui tunjangan PHK , perumahan , dan pinjaman lunak untuk modal usaha isteri atau suami pekerja . Demikian uraian buku ini telah disusun berdasarkan konsep ketenagakerjaan dalam Undang undang No . 13 Tahun 2003 . Sanksi yang cukup berat diatur dalam undang undang Ketenagakerjaan dijatuhkan sebagai upaya terakhir setelah upaya lain ditempuh karena pemberian bagi pengusaha

secara tidak selektif akan berakibat pada pengurangan jumlah buruh/pekerja yang dapat menyebabkan bertambahnya jumlah pengangguran . Selain itu untuk sanksi administrative perlu segera dikeluarkan peraturan pelaksana an yang mengatur mengenai hubungan procedural antara pegawai pengawas sebagai penyidik PNS dengan instansi pemetrintah yang komponen dalam penegakan sanksi admistratif , hal ini penting untuk memudahkan koordinasi dalam penegakan hukumnya .

You might also like