METODE PENENTUAN NILAI EROSI YANG DIPERBOLEHKAN
PADA PENGELOLAAN DAS
(Method in Determinating Tolerable Erosion Value in a Watershed Management)
OtelvBy:
Edy Junaidi
ABSTRACT
Land management represents important factor that should be considered in a watershed management, so that
its management must be dane wisely, in order not to disturb other resources inthe watershed. Activity of land
‘management should be done synergically and simultancously, from planning, monitoring and evaluation.
‘Main target of land management isto increase or to improve land conditions, so that productivity increases
‘and negativities impact in form of erosion and sedimentation in downstream area can be minimized. In
reality, itis impossible to suppress the impact of activity in land management o become zero, however. itis
possible 10 maintain productive lund and the effects of activity in a form of erosion - sedimentation to do not
disturb the process in watershed. Therefore itis needed a determination method of tolerable erosion in each
activity of land management. There are some methods which can be applied to determine tolerable erosion
value, namely: (1) Method of Thompson (1957); (2) Method of Hammer (1981) and (3) Method of Wood and
Dent (1983). Mechod of Wood and Dent is the most ideal to be applied for determinating of tolerable erosion
in a watershed management.
Keyword: Watershed management, land management, tolerable erosion
ABSTRAK
Pengelolaan lahan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dalam pengelolaan DAS, sehingga
dalam pengelolaannya harus dilakukan secara bijaksana, agar tidak mengganggu sumberdaya Tain dalam
DAS. Kegiatan pengelolean lahan harus dilakukan secara sinergis dan simultan mulai dari perencanaan
sampai dengan monitoring dan evaluasi. Sasaran utama dalam pengelolaan lahan untuk meningkatkan atau
‘memperbaiki kondisi lahan, schingga tingkat produktivitas meningkat, bersamaan dengan itu dampak negatif
‘yang ditimbulkan oleh kegiatan tersebut berupa erosi dan sedimentasi di daerah hilimnya dapat diperkecil
Kenyataannya tidaklah mungkin menekan dampak yang disebabkan oleh kegiatan pengelolaan lahan menjadi
rol, akan tetapi mungkin untuk mempertahankan Keadaan lahan tetap produktif dan dampak Iuaran kegiatan
berupa erosi-sedimentasi yang terjadi tidak mengganggu proses yang berjalan dalam DAS. Oth Karena itu
diperlukan metode penentuan nilai erosi yang diperbolehkan pada setiap kegiatan pengelolaan Iahan. Ada
beberapa metode yang dapat dipergunakan untuk menentukan nilai erosi yang diperbolehkan, yaitu : (1)
Metode Thompson (1957); (2) Metode Hammer (1981); dan (3) Metode Wood dan Dent (1983). Metode
‘Wood dan Dent paling ideal digunakan untuk penentuan erosi yang diperbolehkan dalam pengelolaan DAS.
Kata kunei : Pengelolaan DAS, pengelotaan lahan, erosi yang diperbolehkan
I. PENDAHULUAN adalah memelihara, _mempertahankan,
i dan meningkatkan — kualitas-kuantitas
Pengelolaan daerah aliran sungai ; é
(DAS) “adalah proses” formulasi dan Jahan dan tata air guna meningkatkan
( ; kesejahteraan manusia dan memantapkan,
implementasi suatu rangkaian kegiatan :
atau progam yang bersifat memanipulasi --‘Kelembagaan yang berperan di dalamnya
sumberdaya alam (SDA) dalam suaty Se" memperoleh manfaat produksi dan
DAS dengan mempethatikan kondisi Jasa tanpa menyebabkan kerusekan yang
sosial politik, ekonomi dan faktor-faltor berarti pada SDA yang ada dan berperan
Kclembayaan yang ada di DAS terseber 21am DAS. SDA yang berperan dalam
dan sekitarnya. Tujuan pengelolaan DAS DAS herupa lahan, air, flora dan fauns,
dan sumberdaya manusia.
187raf tan ol No 3187-20, 2008,
Lahan merupakan salah satu faktor
yang penting yang perlu diperhatikan
dalam pengelolaan DAS. Oleh karenanya
pemanfaatan dan pengelolaannya harus
dilakukan secara bijaksana, agar tidak
mengganggu proses sumberdaya lain
yang berinteraksi dalam suatu DAS.
Dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan
Jahan harus dilakukan secara sinergis dan
simultan mulai dari perencanaan sampai
dengan monitoring dan evaluasi
Pada umumnya sasaran yang akan
dicapai dalam pengelolaan lahan adalah
untuk meningkatkan atau memperbaiki
Keadaan lahan —sehingga _tingkat
produktivitas tidak menurun bahkan
meningkat, bersamaan dengan itu
dampak negatif yang, ditimbulkan oleh
kegiatan tersebut berupa erosi_ dan
sedimentasi di daerah hilimya dapat
diperkecil. Namun pada kenyataannya
tidaklah mungkin menekan dampak yang
disebabkan oleh kegiatan pengelolaan
Jahan menjadi nol, akan tetapi mungkin
untuk mempertahankan keadaan lahan
tetap produktif dan dampak luaran
kegiatan berupa erosi-sedimentasi_ yang
terjadi tidak mengganggu proses yang
berjalan dalam DAS. Oleh karena itu
diperlukan metode penentuan nilai erosi
yang masih dapat diperbolehkan atau
ditoleransi pada setiap —_kegiatan
pengelolaan tataguna Iahan, Penentuan
nilai erosi yang masih diperbolehkan ini
akan menentukan teknologi pengelolaan
lahan berupa metode konservasi yang
akan dipilih sehingga dampak on-site
maupun off-site yang__ditimbulkan
kegiatan tersebut dapat ditekan scoptimal
mungkin. Oleh karena _pentingnya
penentuan nilai erosi yang diperbolehkan
dalam —pengelolaan DAS, — maka
penentuannya harus dapat dilakukan
dengan tepat,
Tulisan ini menguraikan metode
penentuan nilai erosi yang diperbolehkan
pada kegiatan pengelolaan lahan sebagai
implementasi dari perencanaan_ teknik
pengelolaan DAS yang tepat dan
monitoring-evaluasi pengelolaan yang
188
telah dilakukan, schingga dampak on-site
maupun off-site yang ditimbulkan
Kegiatan terscbut dapat ditekan seoptimal
mungkin,
Il, EROSI DIPERBOLEHKAN
Erosi yang diperbolehkan atau
ditoleransikan yang dalam _pustaka
disimbolkan dengan Edp atau ada juga
yang menyebut nilai T, adalah laju erosi
yang dinyatakan dalam mnvtahun atau
ton/ha/tahun yang terbesar yang masih
dibiarkan atau ditoleransi agar_masih
terpelihara suatu kedalaman tanah yang
cukup bagi pertumbuban tanaman yang
diusahakan di atasnya_memungkinkan
tercapai produktivitas yang tinggi secara
lestari (Arsyad, 1989 dan Hardjowigeno,
2003).
‘Ada beberapa_metode yang dapat
dipergunakan untuk menentukan nilai
erosi yang diperbolehkan, di antaranya
Metode Thompson (1957), Metode
Hammer (1981), dan Metode Wood dan
Dent (1983).
‘A. Metode Thompson (1957)
Metode ini adalah pedoman untuk
menentukan —nilai_—erosi_-- yang
diperbolehkan berdasarkan kedalaman
tanah, permeabilitas lapisan bawah, dan
Kondisi substratum (lapisan batuan induk)
(Hardjowigeno, 2003 dan Utama, 1991),
‘Thompson mengemukakan nilai ini
berdasarkan pembentukan tanah-tanah
yang ada di Amerika, namun
kenyataannya —kecepatan —_tertinggi
pembentukan tanah di Amerika
Giperkirakan 0,8 mnvtahun, sedangkan di
Indonesia dapat mencapai 2 mnvtahun.
Berdasakan hal tersebut Arsyad (1989)
mengajukan metode penentuan besamya
erosi diperbolehkan untuk tanah-tanah di
Indonesia menjadi dua kali lebih besar
dibandingkan untuk tanah-tanah di
Amerika seperti yang dikemukakan
‘Thompson (Tabel 1).‘Motede Penertuan Nia Eosi Yang... (Ey Juni)
Tabel (Table) 1. Metode penentuan nilai erosi diperbolehkan untuk tanah-tanah di Indonesia dibandingkan
tanah-tanah di Amerika (The determination method of tolerable erasion for the soils in
Indonesia compared to soils in America)
Indonesia ‘Amerika
Sifattanah dan substratum
No. (Arsyad 1989) (Thompson, 1957)
(Soil of characteristies and substratum) Cavuhe)s GEE
1 Tanah sangat dangkal datas batuan 0 ta
2, Tanah dangkal di atas batua a on
3. Tanah sangat dangkal di atas batuan melapuk (tidak
terkonsolidasi) 04 ta
4. Tanah dalam di atas batuan ta 022
5. Tanah dangkal di atas bahan telah melapuk 08 ta
6. Tanah dengan kedalaman sedang di atas batuan telah
rmelapuk 12 ry
7. Tanah dalam dengan lapisan bawah kedap air di atas
substrata yang telah melapuk 4 os
8, Tanah dalam dengan lapisan bawah berpermeabilitas
lambat di atas substrara telah metapuk 16 0389
9. Tanah delam dengan lapisan bawah berpermeabilitas
sedang, di atas substrata telah metapuk 20 112
10. Tanah dalam dengan lapisan bawah permeabel (agak