You are on page 1of 10

SOAL : 1.

Sungai Mahakam melintasi beberapa Kabupaten yang ada di wilayah Kalimantan Timur dengan berbagai aktifitas pada wilayah DAS Mahakam. Buatlah analisa dan susunlah pengelolaan sumberdaya perairan pada DAS Mahakam tersebut mulai dari hulu hingga hilir. PENGELOLAAN SUMBER DAYA PERAIRAN PADA DAS MAHAKAM. Hasil kajian Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah (Balitbangda) Kaltim menyebutkan, bertambahnya laju pembangunan dan pertumbuhan penduduk pada pinggiran Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam, membuat ekosistem sungai berubah. Hal tersebut disebabkan makin banyaknya distribusi buangan seperti sampah dari masyarakat ke sungai, seperti limbah rumah tangga maupun limbah industri. Dari hasil kajian tersebut banyak masyarakat mengatakan sejak dulu dan hingga sekarang mereka yang bertempat tinggal di pinggiran Mahakam menganggap sungai sebagai barometer kehidupan mereka. Selain itu sungai jadi sarana transportasi untuk membawa hasil usahanya dalam menopang kehidupan mereka, sehingga tak heran kalau semakin banyak terlihat di pinggiran sungai berdirinya usaha-usaha tersebut dan membentuk budaya yang menggambarkan suatu interaksi manusia dengan lingkungannya. Lebih lanjut dijelaskan, hasil penelitian yang dilakukan di beberapa titik pantau dari Sub DAS hulu sampai ke hilir sungai menggambarkan kondisi cemaran DAS semakin menurun ke arah ilir. Jika dibiarkan akan terjadi peningkatan kadar erosi pada DAS di tingkat yang ada terindikasi bencana alam, baik itu banjir, tanah longsor, dan penumpukan sedimentasi sepanjang sungai. Karena itu Balitbangda Provinsi Kaltim mengharapkan seluruh stakeholders bersama Pemkab untuk menyikapi permasalahan DAS di Mahakam dari Hulu sampai Hilir. Diharapkan juga pemerintah melalui dinas terkait memberikan upaya penataan dan penegakan supermasi hukum melalui Perda ataupun UU tentang lingkungan guna mengantisipasi terjadinya tingkat kerusakan dan pencemaran terhadap DAS yang ada. Keterpaduan akan kepedulian dalam pengelolaan DAS Mahakam Ulu pun

berlanjut. Tentunya ini semua nantinya akan menjadikan Sungai Mahakam sebagai sumber kehidupan bagi semua mahluk hidup. http://www.kaltimpost.co.id/?mib=berita.detail&id=1360 Ada berbagai macam masalah lingkungan yang dihadapi Sungai Mahakam, yang secara historis merupakan urat nadi kehidupan Kalimantan Timur. Sungai yang berpanjang 920 km, mengalir dari kabupaten-kabupaten hulu Malinau dan Kutai Barat, kemudian melintasi dua kabupaten lain, Kutai Kartanegara dan Kutai Timur, serta Kotamadya Samarinda dan berakhir di Selat Makassar di pantai timur Kalimantan. Masalah-masalah Sungai Mahakam yang dihadapi beberapa daerah pemerintahan ini mencakup masalah dampak penebangan hutan; peningkatan endapan lumpur, naiknya kadar garam musiman, erosi dari tanah gundul ke-3 danau yang dihuni pesut (lumba-lumba air tawar yang terancam punah), banjir di kota Samarinda, dan masuknya garam yang membuat karat di jaringan PAM dan pendangkalan jalur perkapalan ke pelabuhan sungai. Masalah DAS (Daerah Aliran Sungai) Mahakam mewakili persoalan lingkungan secara keseluruhan dari Kalimantan Timur. Pengakuan akan adanya masalah bersama adalah awal pandangan bahwa kerjasama dan koordinasi semua kabupaten hulu, yaitu Malinau, Kutai Barat dan Kutai Kartanegara bagian hulu, adalah sangat perlu dalam perencanaan dan pengelolaan daerah tangkapan air. Sementara daerah-daerah hilir, kota Samarinda dan wilayah pantai Kutai Timur dan Kutai Kartanegara hilir, korban dari masalah di hulu sungai, perlu dilibatkan dalam koordinasi. Adalah pemerintah propinsi yang memulai gagasan untuk koordinasi antar daerah yang berfokus pada pengembangan model pengelolaan DAS. Kemitraan di Sungai Mahakam. Ketika Propinsi Kalimantan Timur dipilih untuk program kemitraan antara pemerintah daerah di Indonesia dan Amerika Serikat, ini merupakan kesempatan baik untuk menerapkan gagasan seperti itu. Saat itu tahun 2002, beberapa bulan setelah tragedi 9/11, yang tampaknya bukan saat yang baik bagi mitra asing untuk mengunjungi AS dalam program pertukaran. Akan tetapi program sudah ditetapkan pada tahun 2001, ketika ICMA dan USAID membuat program kerjasama untuk meluncurkan Resource Cities Program

untuk Indonesia. Bersama-sama dengan 4 kota dan kabupaten lain di Kalimantan Timur, pemerintah Propinsi Kalimantan Timur bermitra dengan pemerintah negara bagian di AS. Negara bagian Oregon dianggap sebagai pasangan yang sepadan bagi Propinsi Kalimantan Timur. Langkah pertama dalam proses adalah penilaian bidang-bidang utama yang ingin dijadikan bidang kerjasama antara kedua mitra dalam 2 tahun mendatang. Seorang konsultan dari ICMA disertai rekanan setempat dikirim untuk melakukan penilaian awal pada bidang utama kerjasama. Pada pertemuan pertama, ia menemui Asisten Gubernur bidang Pemerintahan yang memberikan pengarahan jelas dan menunjukkan kepemimpinan yang kuat. Ia menekankan bahwa diantara masalah penting yang memerlukan bantuan adalah menemukan model atau kerangka yang tepat untuk koordinasi antar pemda dalam pengelolaan DAS Mahakam. Akan tetapi, para konsultan mencoba dahulu untuk mencari fakta lebih jauh dan menempatkan diri sebagai fasilitator atau perantara untuk menyampaikan dan menawarkan proposal propinsi ke pemda lainnya yang ikut serta dalam program kemitraan. Para fasilitator menginginkan untuk memastikan bahwa para pihak kepentingan telah menerima informasi dan juga memiliki kesempatan untuk menyampaikan kepentingan dan pendapat mereka sejak dari awal proses perencanaan program. Adalah penting bahwa pada awal program tidak ada kejutan dari dan bagi pihak manapun. Meskipun ini makan waktu dan melelahkan bagi konsultan, karena harus pulang balik diantara 4 wilayah dan pemerintah daerah yang berbeda, tetapi proses ini tetap harus dilakukan. Proposal dari Propinsi yang berbentuk perintah resmi mungkin akan lebih mudah, kalau menurut hukum Propinsi memiliki hak dan tanggung jawab dalam masalah lintas batas lintas daerah tingkat 2, seperti masalah pengelolaan sungai. Tetapi konsultan memilih untuk tidak mengambil langkah ini. Koordinasi adalah lebih dari sekedar kewenangan resmi menurut hukum. Koordinasi adalah komunikasi, rasa kerjasama dan kolaborasi, dan lebih penting lagi, kontak diantara pejabat-pejabat setempat yang menangani masalah lingkungan dan masalah-masalah lain yang berkaitan. Setelah satu minggu melakukan komunikasi intensif, akhirnya sebuah daftar usulan masalahmasalah utama tersusun. Kemudian dengan undangan dari Pemda Propinsi, semua

wakil-wakil pemda tingkat 2 dan pimpinan BAPPEDA, bertemu dalam acara makan malam di balairung Pemda Propinsi. Ini adalah awal dari pertemuan resmi untuk membahas dan memutuskan agenda bersama. Para konsultan menyampaikan presentasi mereka, yang menunjukkan daftar proposal, persamaan dan perbedaannya, dan meminta hadirin untuk memilih prioritas berdasarkan daftar yang disampaikan (Lampiran 1). Kemudian konsultan memfasilitasi sebuah diskusi, dimana masing-masing perwakilan pemda diminta untuk memilih satu prioritas utama dan dua pilihan paling bawah. Dijelaskan dalam diskusi bahwa keberhasilan kolaborasi menghendaki adanya agenda yang disetujui bersama, dan setiap pihak harus memiliki komitmen untuk menjadikannya sebagai bagian dari kegiatan internal masing-masing pihak. Akhirnya semua menyetujui bahwa agenda utama adalah mengembangkan strategi dan mekanisme untuk meningkatkan pengelolaan dan kualitas lingkungan DAS Mahakam dengan kerjasama dan partisipasi dari Pemda Propinsi dan Tingkat II dan pihak-pihak lain yang terkait. Pada minggu-minggu berikutnya, Kelompok Kerja Kalimantan Timur dibentuk sebagai badan setengah resmi untuk menampung wakil-wakil dari para pihak kepentingan utama atas Sungai Mahakam, dan terlebih lagi, sebagai forum untuk komunikasi antara pejabat-pejabat dari Kabupaten, Kotamadya dan Propinsi. Kelompok ini ditugasi dengan tugas-tugas berikut : Koordinasi dari pengembangan metodologi pengelolaan DAS Mahakam (dan dengan demikian termasuk tata-ruang DAS dan rencana-rencana kerja) yang meliputi semua pemda dengan wilayah kerja di wilayah DAS, dan para-pihak kepentingan yang lain. Membentuk keanggotaan yang melibatkan semua pemda di wilayah DAS, serta pejabat Propinsi yang terkait, termasuk juga LSM dan Universitas Mulawarman. Mengembangkan metode perencanaan tata-guna tanah dan perlindungan hutan, dan juga memperkuat hubungan antara calon investor dengan komunitas asli setempat dalam penggunaan sumber alam di DAS Mahakam. http://www.forplid.net/studi-kasus/4-pengelolaan-sungai-pengelolaan-sungai-/106pengelolaan-sungai-mahakam-.html

MENGELOLA DAS MAHAKAM SECARA TERPADU & BERKELANJUTAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) Mahakam merupakan salah satu kawasan di Kalimantan Timur yang memiliki luas 8,2 juta hektar atau sekitar 41% dari luas wilayah Propinsi Kalimantan Timur. Cakupan wilayah DAS Mahakam meliputi empat wilayah kabupaten, yaitu Kutai, Kutai Barat, Kutai Timur dan Malinau serta satu wilayah kota, yaitu Samarinda. Saat ini di kawasan DAS Mahakam terdapat areal lahan kritis seluas 1,52 juta hektar atau sekitar 55% dari total area yang perlu direhabilitasi di Kalimantan Timur. DAS Mahakam merupakan pusat dari kegiatan banyak pihak, mulai dari sektor industri, pertanian, kehutanan, pertambangan, hingga pusat kegiatan ekonomi masyarakat. Selain itu, sungai Mahakam yang menjadi titik tengah DAS Mahakam merupakan urat nadi kehidupan sebagian besar masyarakat Kalimantan Timur, terutama masyarakat yang beraktivitas dan hidup di dalam kawasan DAS Mahakam. Sampai dengan saat ini, telah banyak pihak yang memperoleh manfaat dan keuntungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dari keberadaan DAS Mahakam. Para pengusaha telah sekian lama mengeruk potensi tambang, hutan dan sumberdaya alam lainnya yang ada dalam kawasan DAS Mahakam, masyarakat telah memperoleh bahan pangan dan kebutuhan hidup lainnya, termasuk air, dari kawasan DAS Mahakam, serta pemerintah telah banyak menghasilkan proyek dari kawasan yang disebut DAS Mahakam. Walaupun masih terlihat ketimpangan dari sisi pemanfaatan DAS Mahakam oleh masyarakat dan oleh pengusaha, dimana pengusaha masihlah memperoleh bagian terbesar dari kue DAS Mahakam. Melihat akan arti penting dan kemanfaatan dari kawasan DAS Mahakam bagi banyak pihak di Kalimantan Timur, maka sudah saatnya Pemerintah Propinsi Kalimantan Timur mulai memikirkan penataan kembali kawasan DAS Mahakam dengan sebuah program yang terpadu dan berkelanjutan. Penataan kawasan yang dilakukan bukanlah untuk menghasilkan sebuah proyek berkelanjutan, namun lebih pada sebuah kemanfaatan yang berkelanjutan bagi masyarakat Kalimantan Timur, khususnya yang beraktivitas di kawasan DAS Mahakam. Dari sekian banyak pihak yang telah meluangkan kakinya di Kalimantan Timur, ternyata telah sangat banyak yang melakukan aktivitas dan kajian terhadap pemanfaatan

DAS Mahakam secara terpadu dan berkelanjutan. Namun sangat disayangkan, masih belum banyak pihak yang merasa hal tersebut adalah keinginan mereka, sehingga dengan silih bergantinya pemerintah dan terjadinya mutasi di birokrasi, membuat program yang telah tersusun dalam sebuah konsep akhirnya hanyalah menjadi arsip di perpustakaan ataupun menjadi referensi bagi sebuah penelitian. Saat ini, Pemerintah Kalimantan Timur telah menanda tangani piagam kerja sama dengan Negara Bagian Oregon di Amerika Serikat, yang salah satu itemnya adalah pengelolaan DAS Mahakam secara terpadu. Tahapan-tahapan proses telah tersusun, namun sangat disayangkan baru diketahui segelintir pihak yang berada di kawasan DAS Mahakam. Selain itu, Pemerintah Kalimantan Timur di tahun 2002 ini, melalui instansi teknisnya akan melakukan penataan ruang kawasan DAS Mahakam, yang juga belum banyak diketahui bagaimana nantinya program ini dijalankan. Dalam sebuah diskusi informal yang dihadiri staf pemerintah, aktivis organisasi non pemerintah, akademisi dan pekerja lembaga kerja sama internasional, terungkap sebuah kenyataan bahwa ternyata Kalimantan Timur telah memiliki banyak sekali konsep dan program yang berkaitan dengan kawasan DAS Mahakam, namun kesemuanya saling tidak berkait dan saling tidak diketahui satu dengan yang lainnya. Penyebab terjadinya hal ini dikatakan dalam pertemuan tersebut adalah dikarenakan para pemegang kebijakan (dalam hal ini kepala daerah dan pimpinan instansi teknis) masih belum memiliki keinginan politis untuk menjalankan sebuah program yang saling terpadu tanpa memikirkan kewilayahan dan kesektoran. Selain itu, hal ini diperburuk dengan kondisi akibat adanya mutasi di lingkungan birokrasi, sehingga sang pemegang ide tidak lagi berada dalam posisi mungkin untuk meneruskan idenya. Melihat kenyataan yang terjadi tersebut, maka sangatlah sayang bila ternyata hingga saat ini begitu banyak dana negara (yang nota bene adalah dana dari rakyat) dipergunakan untuk sebuah aktivitas yang tersiakan, serta telah begitu banyaknya dana dari luar negeri (yang nota bene telah menjual negara) digunakan hanya untuk memperkaya segelintir pihak. Apakah hal ini harus dibiarkan untuk tetap berlanjut? Sebuah titik lemah yang sebenarnya telah disadari oleh banyak pihak (baik pemerintah maupun masyarakat) dalam proses pembangunan ini adalah kurang akuratnya

dan kurang terdokumentasikannya dengan baik data-data yang dibutuhkan dalam sebuah proses perencanaan, tidak dilibatkannya banyak pihak (terutama masyarakat) dalam proses perencanaan hingga pelaksanaan dan pengawasan, lemahnya koordinasi antar wilayah dan antar sektor, serta belum adanya perangkat hukum yang memberikan penghargaan dan sanksi. Keempat titik lemah tersebut hingga saat ini masihlah dalam kerangka sebuah pidato ataupun sebuah celoteh para pemegang kekuasaan di daerah, namun selalu terlupakan ketika proses pembangunan terjalankan. Kelemahan sisi data yang akurat, selalu dipaparkan dalam sebuah proyek inventarisasi, pengolahan data dan lainnya, namun tidak pada sebuah proses pembangunan sistem dokumentasi data yang tertata rapi, mudah diakses dan akurat. Alasan yang dikemukakan ketika ditabrakan pada sisi lemah ini adalah kurangnya sumberdaya manusia yang mampu mengelola hal tersebut, namun ketika APBD diketuk, tak ada satu program peningkatan sumberdaya manusia pun yang diarahkan pada penyiapan sumberdaya manusia untuk menangani dan mengelola dokumentasi data, kecuali hanya untuk beasiswa pejabat, anak pejabat dan tetangga pejabat. Kelemahan dari sisi pelibatan banyak pihak (terutama masyarakat) selalu terungkapkan, namun hingga saat ini sebuah upaya pembangunan kemandirian dan kekritisan masyarakat masihlah belum menjadi frame utama dari pemerintah dalam proses pembangunan. Ujung tombak pemerintah (kecamatan dan kelurahan/desa/kampung) masihlah belum termanfaatkan dengan baik sebagai ujung tombak dalam peningkatan partisipasi aktif masyarakat dan kekritisan masyarakat. Program-program di tingkat kecamatan dan kelurahan masihlah terpaku dengan sebuah rutinitas aktivitas pemerintahan, sementara proses pengembangan daya kritis dan kreativitas masyarakat masih belum menjadi prioritas dan dipandang hanya menjadi tugas organisasi non pemerintah. Padahal bila ujung tombak pemerintah telah difungsikan, maka biaya konsultasi publik akan menjadi lebih murah dan tak akan ada lagi ungkapan bahwa saat ini masih kekurangan dana untuk proses partisipasi masyarakat. Kelemahan dari sisi koordinasi antar sektor selalu ditimpakan pada instansi BAPPEDA (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah), sementara sisi koordinasi antar wilayah akhirnya akan ditimpakan pada Gubernur. Bappeda sebagai instansi penyatu antar

sektor

juga

hingga

saat

ini

masih

kesulitan

dalam

memilah

program

dan

mengkoordinasikan antar program, walaupun Rapat Koordinasi Pembangunan selalu dilaksanakan setiap tahunnya, namun forum rapat tersebut masihlah sebagai upaya pendorongan masuknya proyek dalam APBD, bukan dalam sebuah kerangka mensinergikan proyek sehingga memiliki sebuah dampak yang nyata bagi masyarakat yang dilayani oleh pemerintah. Dan posisi Gubernur Kalimantan Timur yang saat ini masih sibuk dengan divestasi saham KPC (yang mungkin lebih menguntungkan ketimbang membicarakan koordinasi lintas wilayah) masihlah belum memfungsikan dirinya sebagai fasilitator antar kabupaten/kota dengan anggapan bahwa sang bupati/walikota tidak ingin diatur dan duduk bersama. Apakah hal ini harus terus diabaikan dan dianggap angin lalu? Kelemahan dari sisi hukum yang walaupun telah diketahui banyak pihak, namun masihlah belum dapat diwujudkan karena kekhawatiran melakukan kesalahan dalam pembuatan kebijakan daerah. Pemberian penghargaan dan sanksi hukuman masih dipandang belum penting untuk sebuah proses pembangunan yang baik di daerah. Mungkin inilah yang menyebabkan sisi hukum masih tidak lagi dipandang oleh masyarakat sehingga masyarakat masih lebih suka membuat dan menerapkan hukum masing-masing karena tidak ada yang mereka pandang layak untuk menerapkan hukum. Kelemahan-kelemahan yang telah diketahui tersebut seharusnya bukanlah hanya sebuah jargon maupun celotehan politik, namun harus diresapi dalam diri bila memang ternyata ada sebuah kebutuhan bahwa DAS Mahakam bukanlah sebuah ladang proyek namun DAS Mahakam adalah merupakan sumber kehidupan bagi banyak pihak yang telah ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu menggantungkan hidupnya dari aliran sungai dan sumberdaya yang ada dalam kawasan DAS Mahakam. Mengelola DAS Mahakam secara terpadu dan berkelanjutan bukanlah harus tergantung dengan Amerika yang mendorongnya melalui program kerjasama antar kota, dan juga tidak harus tergantung dengan Jerman melalui proyek kali bersih dan proyek pengelolaan lingkungan hidupnya, namun mengelola DAS Mahakam secara terpadu dan berkelanjutan haruslah hadir dan lahir dari keinginan para pihak yang memiliki menggantungkan hidupnya dari kawasan DAS Mahakam, hingga kesalahan di masa lalu bahwa konsep tinggallah konsep tak akan terulang kembali.

Sebuah ungkapan yang terlontarkan oleh salah seorang staf pemerintah dalam pertemuan yang hanya dihadiri segelintir orang dari berbagai kepentingan adalah bahwa dalam pengelolaan DAS Mahakam, ternyata banyak pihak punya kepentingan, telah banyak pihak bicara, tapi hingga kini belum ada kesamaan konsep. [ 60602 ] http://timpakul.web.id/mahakam.html

2. Kegiatan perkebunan, kehutanan dan pertambangan yang ada di wilayah Kaltim mempunyai dampak terhadap siklus air. Uraikan gagasan saudara agar cadangan air permukaan dan air tanah tanah tetap terpelihara. 3. Berbagai wilayah di Kalimantan Timur kerap terkena banjir, khususnya Samarinda kota. Analisa dan susunlah alternatif-alternatif untuk mengatasi banjir, sehingga dimasa depan peluang banjir semakin berkurang. 4. Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik yang sangat besar, direncanakan untuk membangun bendungan raksasa di sungai mahakam yang digunakan untuk hidroelektrik. Buatlah asumsi pro dan kontra rencana kegiatan tersebut dan perkirakan pula dampaknya bagi siklus air serta organisme perairan dan solusi yang aplikatif.

You might also like