You are on page 1of 128

ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM DAN BAYI BARU LAHIR

KELOMPOK 3 : 1. Sarah Ridhasha F 2. Ariska Juniar Arlan


3.

(220110080013) (220110080017) (220110080020) (220110080055) (220110080062) (220110080079) (220110080091) (220110080094) (220110080097) (220110080133) (220110080136) (220110080139) (220110080150)

Natalia Chandra W 4. Ayu Siti Marlina

5. Dedih Suandi
6. Sri

Melfa Damanik Putri Mardela

7. Aira

8. Amilia Destiani Sofia 9. Silvia Junianty 10.Dewi Indriyani Utari 11.Marini Pita Sari 12.Melisa Sevtiyana 13.Muhajirin

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS KEPERAWATAN JATINANGOR, 2011 ASUHAN KEPERAWATAN POST PARTUM DAN BAYI BARU LAHIR KASUS 3 Ny. I, 27 tahun P2A0 hari ke 1 post partum, klien mengeluh nyeri pada perineum, klien merasa takut jahitannya akan terbuka lepas jika mau berkemih. Sampai saat ini setelah 4 jam melahirkan belum berani berkemih.. merasa senang dengan kelahiran anak pertama ini, namun merasa bingung juga karena belum tahu cara merawat bayi dan cara menurunkan berat badan namun tetap ingin bisa menyusui. Hasil pemeriksaan fisik: keadaan umum baik, tingkat kesadaran compos mentis. Tanda-tanda vital: tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 84 kali/menit, berat badan 65 kg, tinggi badan 156 cm. Payudara: payudara simetris kanan dan kiri, hiperpigmentasi pada areola mammae, pengeluaran ASI (-), putting exverted. TFU 3 jari di bawah pusat, uterus tidak teraba, kontraksi (-), diastasis rektus abdominis 2 jari, lochea rubra, 1 pembalut penuh setelah 6 jam, jahitan, ruptur perineum grade 2, ekstremitas: edema -/- varises -/- reflek patella -/human sign -/-. Pengkajian terhadap bayi: APGAR 9, reflek (+) (rooting, sucking, moro). STEP 1 1. Exverted 2. Diastasis rektus abdominus 3. Lochea rubra 4. Moro, sucking, rooting Jawaban

1. Jenis putting yang menonjol (exverted), putting yang tenggelam (inverted). 2. Peregangan otot rektus abdominus setelah melahirkan. 3. Lochea adalah caira atau sekret yang keluar saat nifas. Ada 3 jenis lochea, yaitu lochea rubra, serosa, dan alba. Lochea rubra yaitu cairan yang keluar berisi darah, desidua dan keluar selama 2-3 hari postpartum. Lochea serosa yaitu cairan yang berwarna kekuningan dan masih ada sel-selnya. Sedangkan lochea alba yaitu cairan bening yang keluar, cairan ini sudah tidak mengandung sel-sel lagi. 4. Reflek yang ada pada bayi. Moro yaitu reflek terkejut. Sucking adalah reflek bayi menghisap. Rooting feflek bayi untuk mencari putting.

STEP 2 1. 2. Efek dari tidak berkemih? Perawatan post partum pada ibu (nutrisi, cairan, rasa nyaman, istirahat, tidur, ambulasi, eliminasi, kebutuhan seksual, mencegah perdarahan, dan infeksi) dan pada bayi baru lahir? 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Tanda-tanda ruptur perineum grade 2? Manajemen laktasi? Posisi menyusui yang baik dan benar? Diastasis rektus abdominus, normal kah? Lalu beraapa lama waktu yang diperlukan untuk kembali ke keadaan semula? Interpretasi data? P2A0 tetapi anak pertama? Faktor-faktor yang mempengaruhi ASI tidak keluar?

10. Adaptasi postpartum? 11. Dinamika keluarga (maternal, paternal, kakek-nenek, sibling)? 12. Faktor yang mempengaruhi respon orangtua terhadap penerimaan anak? 13. Proses menjadi orangtua? 14. Penkes (perawatan BBL, merawat tali pusat, memandikan, pemberian ASI, exercise pada bayi, perawatan baju dan pemakaiannya)? 15. Penkes pada ibu (penurunan berat badan, dan senam nifas)?

16. Persiapan lingkngan di rumah menyambut bayi (suhu, mengahangatkan bayi, posisi bayi untuk mempertahankan O2 adekuat)? 17. Perawatan jahitan perineum? 18. Nilai budaya bayi baru lahir dan ibu post partum? 19. Penatalaksanaan farmako dan non farmako untuk ibu postpartum? 20. Masalah keperawatan? 21. Askep postpartum dan BBL? 22. Discharge planning untuk ibu post partum? 23. Home visit? 24. Rawat gabung (keuntungan)? 25. Adaptasi BBL? 26. Imunisasi BBL? 27. Ballard score? 28. Komplikasi BBL dan penanganannya? 29. Karakteristik perilaku BBL (siklus terjaga-tidur, respon terhadap stimulus dari luar, respon sensori dan factor-faktor yang mempengaruhinya)? 30. Pedoman antisipasi BBL (eliminasi, pernapasan, temperature, kenyamanan)?

STEP 3 1. Bisa terjadi batu gnjal, ISK, aliran balik ke ginjal yang menyebabkan hidronefrosis, dan distensi. 2. Nutrisi pada bayi yaitu ASI eksklusif, jangan berikan makanan lain karena pencernaan bayi belum matur. Nutrisi ibu yaitu berikan makanan yang dapat membantu pengeluaran ASI. Cairan ibu yaitu mengembalikan cairan eektrolit ibu, jaga suhu karena setiap kenaikan 1O C, cairan berkurang 10 %. Kenyamanan, distraksi, relaksasi, posisi, kompres hangat, ganjal handuk saat duduk, kompres payudara, pijat bayi, pijat perut. Istirahat, menyusui tegah malam. 3. LO 4. Breastcare atau perawatan payudara.

5. Posisi bayi diangkat ke atas lalu diberi bantal dibawahnya agar putting ibu tidak tertarik ke bawah. 6. LO 7. Data-data di kasus masih dalam rentang normal ( TD 110/70 mmHg, nadi 84 x/menit, RR 20 x/menit) namun untuk berat badan masih diatas ideal, dan ASI yang seharusnya (+) setelah melahirkan. 8. Karena janin yang sudah mati pun saat keluar (lahir) per vagina dihitung suatu kelahiran, jadi P2A0 tetapi anak pertama karena pada kelahiran pertama janinnya mati dan kelahiran kedua janin yang dilahirkan hidup. 9. Stress, obat-obatan, pengaruh hormone. 10. LO 11. LO 12. LO 13. LO 14. LO 15. LO 16. LO 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. Dibersihkan dengan air hangat, cuci tangan, jaga agar tidak terkena infeksi. Di Amerika wanita hamil tidak boleh keluar rumah saat musim dingin karena bisa membuat nyeri. LO Nyeri, cemas, perubahan proses keluarga, resiko tinggi infeksi. LO Menjelaskan penkes yang sudah dipersiapkan. Evaluasi apakah ibu sudah bisa merawat bayi. Ikatan emosional antara ibu dan bayi menjadi lebih kuat. LO Hepatitis b 3, BCG, polio. LO Hiperbilirubin, hidrocepalus, thalasemia, hirschprung, hiospadia, atresia ani. LO LO

STEP 4

Home visit Dinamika keluarga POSTPARTUM DAN BBL

Ibu postpartum Adaptasi per-sistem Penkes Penatalaksanaan Manajemen laktasi Nilai budaya Perawatan perineum Askep

BBL Adaptasi per-sistem Penatalaksanaan Karakteristik perilaku Penkes Imunisasi Ballard score Pedoman antisipasi Nilai budaya Askep

Discharge planning

STEP 5 1. 2. 3. 4. 5. 6. Tanda-tanda ruptur perineum grade 2? Diastasis rektus abdominus, normal kah? Lalu beraapa lama waktu yang diperlukan untuk kembali ke keadaan semula? Adaptasi postpartum? Dinamika keluarga (maternal, paternal, kakek-nenek, sibling)? Faktor yang mempengaruhi respon orangtua terhadap penerimaan anak? Proses menjadi orangtua?

7. 8. 9.

Penkes (perawatan BBL, merawat tali pusat, memandikan, pemberian ASI, exercise pada bayi, perawatan baju dan pemakaiannya)? Penkes pada ibu (penurunan berat badan, dan senam nifas)? Persiapan lingkungan di rumah menyambut bayi (suhu, mengahangatkan bayi, posisi bayi untuk mempertahankan O2 adekuat)?

10. Penatalaksanaan farmako dan non farmako untuk ibu postpartum? 11. Askep postpartum dan BBL? 12. Adaptasi BBL? 13. Ballard score? 14. Karakteristik perilaku BBL (siklus terjaga-tidur, respon terhadap stimulus dari luar, respon sensori dan factor-faktor yang mempengaruhinya)? 15. Pedoman antisipasi BBL (eliminasi, pernapasan, temperatur, kenyamanan)?

POST PARTUM
I. ADAPTASI ANATOMI DAN FISIOLOGI PADA PERIODE POST PARTUM Periode post partum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organorgan reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil. Periode ini kadang-kdang disebut Puerium atau trimester keempat kehamilan. Perubahan fisiologis yang terjadi sangat jelas, walaupun dianggap normal, dimana proses-proses pada kehamilan berjalan terbalik. Periode Post Partum (Rubin, 1977) Immediate post partum (1 jam pertama post partum) Early post partum (1 minggu pertama post partum) Late post partum (minggu ke-2 sampai ke-6 post partum) Sistem Reproduksi dan Struktur Terkait Uterus Involusi Uteri Plasenta lahir 7 hari (minggu 1) 14 hari (minggu 2) 6 minggu Proses Involusi Proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Pada akhir tahap ketiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Tinggi Fundus Uteri Setinggi pusat Pertengahan pusat dan simpisis Tidak teraba Normal Berat Uterus 1000 gram 500 gram 350 gram 60 gram Diameter Uterus 12,5 cm 7,5 cm 5 cm 2,5 cm

Pada saat ini besar uterus kira-kira sama dengan besar uterus sewaktu usia kehamilan 16 minggu kira-kira sebesar grapefruit (jeruk masam) dan beratnya kira-kira 1000 g. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai lebih 1 cm di atas umbilikus. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis. Uterus tidak bisa di palpasi pada abdomen pada hari ke-9 pascaprtum. Uterus, yang pada waktu hamil penuh beratnya 11 kali berat sebelum hamil, berinvolusi menjadi kira-kira 500 gr, 1 minggu setelah melahirkan dan 350 g (11 sampai 12 ons) 2 minggu setelah melahirkan. Seminggu setelah melahirkan uterus berada di dalam panggul sejati lagi. Pada minggu keenam, beratnya menjadi 50 sampai 60 kg. Peningkatan kadar estrogen dan progesteron bertanggung jawab untuk pertumbuhan masif uterus selama masa hamil. Pertumbuhan uterus prenatal tergantung pada hiperplasia, peningkatan jumlah sel-sel otot, dan hipertrofi, pembesaran sel-sel yang sudah ada. Pada masa pascapartum penurunan kadar hormon-hormon ini menyebabkan terjadinya autolisis, perusakan secara langsung jaringan hipertrofi yang berlebihan. Selsel tambahan yan gterbentuk selama masa hamil menetap. Inilah penyebab ukuran uterus sedikit lebih besar setelah hamil Kontraksi Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, di duga terjadi sebagai respon terhadap penurunan volume intrauterin yang sangat besar. Hemostasis pascapartum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembekuan bekuan. Hormon oksigen yang dilepas dari kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengompresi pembuluh darah, dan membantu hemostasis. Selama 1 sampai 2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini, biasanya suntikan oksitosin (pitosin) secara intavena atau intramuskular diberikan segera setelah plasenta lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya, dianjurkan membiarkan bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara merangsnag pelepasan oksitosin.

After pains Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap

kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan sepajang awal puerperium. Rasa nyeri setelah melahirkan ini lebih nyata setelah ibu melahirkan, di tempat uterus terlalu teregang (misalnya, pada bayi besar, kembar). Menyusui dan oksitosin tambahan biasanya meningkatkan nyeri ini karena keduanya merangsnag kontraksi uterus. Tempat Plasenta Segera setelah plasenta dan ketuban dikeluarkan, konstriksi vaskular dan trombosis menurunkan tempat plasenta ke suatu area yang meninggi dan bermodul tidak teratur. Pertumbuhan endometrium ke atas menyebabkan pelepasan jaringan rekrotik dan mencegah pembentukan jaringan parut yang menjadi karakteristik penyembuh luka. Proses penyembuhan yang unik ini memampukan endometrium menjalankan siklusnya seperti biasa dan memungkinkan implantasi dan plasentasi untuk kehamilan di masa yang akan datang. Regenerasi endometrium selesai pada akhir minggu ketiga masa pasca partum, kecuali pada bekas tempat plasenta. Regenerasi pada tempat ini biasanya tidak selesai sampai enam mingggu setelah melahirkan. Lokia Rabas uterus yang keluar setelah bayi lahir seringkali disebut lokia, mula-mula berwarna merah, kemudian berubah menjadi merah tua atau merah coklat. Rabas ini dapat mengandung vekuan darah kecil. Selama dua jam pertama setelah lahir, jumlah cairan yang keluar dari uterus tidak boleh lebih dari jumlah maksimal yang kelua selama menstruasi. Setelah waktu tersebut, aliran lokia yang keluar harus semakin berkurang. Lokia rubra terutama mengandung darah dan debris desisua serta debris trofoblastik. Aliran menyembur, menjadi merah muda atau coklat setelah 3 sampai 4 hari (lokia serosa). Lokia serosa terdiri dari darah lama (old blood), serum, leukosit, dan devris jaringan. Sekitar 10 hari setelah bayi lahir, warna cairan ini menjadi kuning sampai putih (lokia alba). Lokia alba mengandung leukosit , desidua, sel epitel, mukus, serum, dan bakteri. Lokia alba bisa bertahan selama dua sampai enam minggu setelah bayi lahir.

Pengkajian jumlah aliran lokia berdasarkan observasi perineum sulit dilakukan. Cara mengukur lokia yang objektif dengan mengkaji jumlah cairan yang menimbang tampon perineum sebelum dipakai dan setelah dilepas. Setiap peningkatan berat sebesar satu gram setara denagn sekitar satu mililiter darah. Seluruh perkiraan cairan lokia tidak akurat bila faktor waktu tidak dipertimbangkan. Seorang wanita yang mengganti satu tampon perineum dalam waktu satu jam atau kurang mengeluarkan lebih banyak darah daripada wanita yang mengganti tampon setelah 8 jam. Apabila wanita mendapat pengobatan oksitosin, tanpa memandang cara pemberiannya, lokia yan gemngalir biasanya sedikit sampai efek obat hilang. Setelah operasi sesaria, jumlah lokia yang keluar biasanya lebih sedikit. Cairan lokia biasanya meningkat, jika klien melakukan ambulasi dan menyusui. Setelah operasi sesaria, jumlah lokia yang keluar biasanya lebig sedikit. Cairan lokia biasanya meningkat, jika klien melakukan ambulasi dan menyusui. Setelah berbaring di tempat tidur selama kurun waktu yang lama, wanita dapat mengeluarkan semburan darah saat ia berdiri, tetapi hal ini tidak sama dengan perdarahan. Lokia rubra yang menetap pad aawal periode pascapartum menunjukkan perdarahan berlanjut sebagai akibat periode pascapartum menunjukkan perdarahan berlanjut sebagai akibat fragmen plasenta atau membran yang tertinggal. Terjadinya perdarahan ulang setelah hari ke-10 pascapartum menandakan adanya perdarahan pada bekas tempat plasenta yang mulai memulih. Namun, setelah 3 sampai 4 minggu, perdarahan mungkin disebabkan oleh infeksi atau subinvolusi. Lokia serosa atau lokia alba yang berlanjut bisa menandakan endometritis. Perlu diingat bahwa tidak semua perdarahan pervaginam pascapartum adalah lokia. Sumber umum ialah laserasi atau serviks yang tidak diperbaiki dan perdarahan bukan lokia. Serviks Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. Delapan belas (18) jam pascapartum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat dan kembali ke bentuk semula. Srviks setinggi segmen bawah uterus tetap edematosa, tipis, dan rapuh selama beberapa hari setelah ibu melahirkan. Ektoserviks (bagian serviks yang menonjol ke vagina) terlihat memar dan ada sedikit laserisasi kecil-kondisi yang

optimal untuk perkembangan infeksi. Muara serviks, yang berdilatasi 10 cm sewaktu melahirkan, menutup sacara bertahap. Dua jari mungkin masih dapat dimasukkan ke dalam muara serviks pada hari ke-4 sampai hari ke-6 pascapartum, tetapi hanya tangkai kuret terkecil yang dpat dimasukkan pada akhir minggu kedua. Vagina dan Perineum Estrogen pascapartum yang menurun berperan dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke ukuran sebelum hamil enam samapi 8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan kembali terlihat pada sekitar minggu keempat walaupun tidak akan semenonjol pada wanita nulipara. Pada umunya rugae akan memipih secara permanen. Mukosa tetap atrofik pada wanita yang menyusui sekurang-kurangnya sampai menstruasi dimulai kembali. Penebalan mukosa vagina terjadi seiring pemulihan fungsi ovarium. Kekurangan estrogen menyebabkan penurunan jumlah pelumas vagina dan penipisan mukosa vagina. Kekeringan lokal dan rasa tidak nyaman saat koitus (dispareunia)menetap samapi fungsi ovarium kembali normal da n menstruasi dimulai lagi. Biasanya wanita dianjurkan menggunakan pelumas larut air saat melakukan hubunagn seksual untuk mengurangi nyeri. Pada awalnya, introitus mengalami eritematosa dan edematosa, terutama pada daerah episiotomi atau jahitan laserasi. Perbaikan yang cermat, pencegahan, atau pengobatan dini hematoma dan higienea yang baik selama dua minggu pertama setelah melahirkan biasanya membuat introitus dengan mudah dibedakan dari itoitus pada wanita nulipara. Pada umumnya episiotomi hanya mungkin dilakukan bila wanita berbaring miring dengan bokong diangkat atau ditempatkan pada posisi litotomi. Penerangan yang baik diperlukan supaya episiotomi dapat terlihat jelas. Proses enyembuhan luka episotomi sama dengan luka operasi lain. Tanda-tanda infeksi (nyeri, merah, panas, bengkak, atau rabas) atau tepian insisi tidak saling mendekat bisa terjadi. Penyembuhan harus berlangsung dalam dua sampai tig aminggu. Hemoroid (varises anus) umunya terlihat. Wanita sering menagalami gejala terkait, seperti rasa gatal, tidak nyaman, dan perdarahan berwarna merah terang pada waktu defekator. Ukuran hemoroid biasanya mengecil beberapa mingggu setelah lahir.

Topangan Otot Panggul Jaringan penopang dasar panggul yang terobek atau teregang saat ibu melahirkan memerlukan waktu sampai 6 bulan untuk kembali sampai ke tonus semula. Istilah relaksasi panggul berhubungan dengan pemanjangan dan melemahnya topangan permukaan struktur panggul. Payudara Konsentrasi hormone yang menstimulasi perkembangan payudara selama wanita hamil (estrogen, progesterone, HCG, prolaktin, kortisol dan insulin) menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan hormone-hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak. Ibu tidak menyusui Payudara biasanya teraba nodular (pada wanita tidak hamil teraba granular). Apabila wanita memilih untuk tidak menyusui dan tidak menggunakan obat antilaktogenik, kadar prolaktin akan turun dengan cepat. Sekresi san ekskresi kolostrum menetap selama beberapa hari pertama setelah wanita melahirkan. Pada jaringanpayudara wanita, saat palpasi dilakukan pada hari kedua dan ketiga, dapat ditemukan adanya nyeri seiring dimulainya produksi susu. Pada hari ketiga atau keempat pascapartum bias terjadi pembengkakan (engorgement). Payudara teregang (bengkak), keras, nyeri bila ditekan, dan hangat jika diraba (kongesti pembuluh darah menimbulkan rasa hangat). Distensi payudara terutama disebabkan oleh kongesti sementara vena dan pembuluh limfatik, bukan akibat penimbunan air susu. Air susu dapat dikeluarkan dari putting. Jaringan payudara di aksila (tail of Spence) danjaringan payudara atau puting tambahan juga bias terlibat. Pembengkakkan dapat hilang dengan sendirinya dan rasa nyaman dapat berkurang dalam 24 jam sampai 36 jam. Apabila bayi belum mengisap (atau dihentikan), laktasi berhenti dalam beberapa hari sampai satu minggu. Ibu yang menyusui Ketika laktasi terbentuk, teraba suatu massa (benjolan), tetapi kantong susu yang terisi berubah posisi dari hari ke hari. Sebelum laktasi dimulai, payudara teraba lunak dan suatu cairan kekuningan, yakni kolostrum, dikeluarkan dari payudara. Setelah laktasi dimulai, payudara teraba hangat dank eras ketika disentuh. Rasa nyeri akan menetap selama sekitar 48 jam. Susu putih kebiruan (tampak seperti susu skim) dapat

sikeluarkan dari putting susu. Putting susu harus diperiksa untuk dikaji erektilitasnya, sebagai kebalikan dari intervensi, dan untuk menemukan apakah ada fisura atau keretakan.

Sistem Endokrin Hormon Plasenta Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang diproduksi oleh organ tersebut. Penurunan hormon human plasental lactogen (hPL), estrogen, dan kortisol serta plasental enzym insulinase membalik efek diabetogenik kehamilan sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna pada masa puerperium. Kadar estrogen dan progesteron menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar terendahnya dicapai kira-kira satu minggu pascapartum. Penurunan kadar estrogen berkaitan dengan pembengkakan payudara dan diuresis cairan ekstraseluler berlebih yang terakumulasi selama masa hamil. Hormon Hipofisis dan Fungsi Ovarium Kadar prolaktin serum yang tinggi pada wanita menyusui tampaknya berperan dalam menekan ovulasi. Karena kadar FSH terbukti sama pada wanita menyusui dan tidak menyusui, disimpulkan ovarium tidak berespons terhadap stimulasi FSH ketika kadar prolaktin meningkat. Pada wanita menyusui, kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu keenam setelah melahirkan. Kadar prolaktin serum dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama sekali menyusui, dan banyak makanan tambahan yang diberikan. Setelah melahirkan, wanita tidak menyusui mengalami penurunan kadar prolaktin, mencapai rentang sebelum hamil dalam 2 minggu. Sistem Urinarius Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Diperlukan kira-kira 2 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil. Komponen Urin Glikosuria ginjal yang diinduksi oleh kehamilan menghilang. Laktosuria positif pada ibu menyusui merupakan hal yang normal. BUN (blood urea nitrogen), yang

meningkat selama masa pascapartum merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi. Pemecahan kelebihan protein di dalam sel otot uterus juga menyebabkan proteinuria ringan (+1) selama 1-2 hari setelah wanita melahirkan. Asetonuria bias terjadi pada wanita yang tidak mengalami komplikasi persalinan atau setelah suatu persalinan yang lama dan disertai dehidrasi. Diuresis Pascapartum Dalam 12 jam setelah melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang tertimbun di jaringan selama ia hamil. Diuresis pascapartum, yang disebabkan oleh penurunan kadar estrogen, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tungkai bawah, dan hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme lain tubuh untuk mengatasi kelebihan cairan. Uretra dan Kandung Kemih Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemesis dan edema, seringkali disertai daerah-daerah kecil hemoragi akibat proses melahirkan. Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek konduksi anestesi menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu, rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi vagina, atau episiotomy menurunkan atau mengubah reflex berkemih. Penurunan berkemih, seiring diuresis pascapartum, bisa menyebabkan distensi kandung kemih. Sistem Pencernaan Nafsu Makan Segera setelah melahirkan atau setelah benar-benar pulih dari efek analgesia, anesthesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar. Motilitas Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anastesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas ke keadaan normal. Defekasi BAB secara spontan bisa tertunda selama 2-3 hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan

dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan, atau dehidrasi.

Sistem Kardiovaskular Volume Darah Perubahan volume darah tergantung pada beberapa factor misalnya kehilangan darah selama melahirkan dan mobilisasi serta pengeluaran cairan ekstravaskuler. Kehilangan darah merupakan akibat penurunan volume darah total yang cepat tetapi terbatas. Pada minggu ketiga dan keempat setelah bayi lahir, volume darah biasanya menurun sampai mencapai volume sebelum hamil. Hipervolemia yang diakibatkan kehamilan menyebabkan kebanyakan ibu bisa mentoleransi kehilangan darah saat melahirkan. Pasca melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan dekompensasi kordis pada penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima post patum. Tiga perubahan fisiologis pascapartum yang melindungi wanita : Hilangnya sirkulasi uteroplasenta yang mengurangi ukuran pembuluh darah Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan stimulus vasodilatasi. Terjadinya mobilisasi air ekstravaskuler yang disimpan selama wanita hamil. maternal 10%-15%.

Curah Jantung Denyut jantung, volume sekuncup, dan curah jantung meningkat selama masa hamil. Segera setelah wanita melahirkan, keadaan ini akan meningkat bahkan lebih tinggi selama 30-60 menit karena darah yang biasanya melintasi sirkuit uteroplasenta tiba-tiba kembali ke sirkulasi umum. Tanda-Tanda Vital

Temuan normal Temperatur

Deviasi dari nilai normal dan penyebab yang mungkin Diagnosis sepsis puerperal baru dipikirkan, jika

Selama 24 jam pertama dapat meningkat suhu tubuh ibu meningkat sampai 380C (100,40 sampai 38 derajat celcius sebagai akibat efek F) setelah 24jam pertama setelah bayi lahir dan dehidrasi persalinan. Setelah 24jam wanita terjadi lagi atau menetap selama 2 hari. harus tidak demam Denyut nadi Kemungkinan lain ialah mastitis, endometritis, infeksi saluran kemih, dan infeksi sistemik Frekuensi denyut nadi yang cepat atau semakin

Denyut nadi dan volume sekuncup serta curah meningkat dapat menunjukkan hipovolemia jantung tetap tinggi selama jam pertama akibat perdarahan setelah bayi lahir. Kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahui. Pada minggu ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil. Tekanan darah Tekanan darah yang rendah atau menurun bias

Tekanan darah sedikit berubah atau menetap. menunjukkan hipovolemia akibat perdarahan. Hipotensi ortistatik yang diindikasikan oleh Akan tetapi ini merupakan tanda yang lambat rasa pusing dan seakan ingin pingsan segera munculnya. Gejala lain perdarahan biasanya setelah berdiri, dapat timbul dalam 48 jam membuat staf waspada. Tekanan darah yang pertama. Hal ini merupakan alkibat semakin meningkat bias disebabkan pemakaian atau bias obat oksitoksik setelah secara blok berlebihan. Hipoventilasi pembengkakan limpa yang terjadi setelah vasopresor wanita melahirkan Pernafasan sebelum melahirkan Suhu Badan Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celcius. Pasca melahirkan, suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan normal. Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan cairan maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada pembentukan ASI, kemungkinan payudara

terjadi

Pernapasan harus berada dalamrentang normal subarachnoid tinggi yang tidak lazim

membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun sistem lain. Apabila kenaikan suhu di atas 38 derajat celcius, waspada terhadap infeksi post partum. Nadi Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca melahirkan, denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum. Tekanan Darah Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg. Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah. Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian, hal tersebut sangat jarang terjadi. Pernafasan Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok. Komponen Darah Hematokrit dan Hemoglobin Selam 72 jam pertama setelah bayi lahir, volume plasma yang hilang lebih besar daripada sel darah yang hilang. Penurunan volume plasma dan peningkatan sela darah merah dikaitkan dengan peningkatan hematokrit pada hari ketiga sampai hari ketujuh

pascapartum. Tidak ada sel darah merah yang rusak selama masa pasca partum, tetapi semua kelebihan sel darah merah akan menurun secara bertahap sesuai dengan usia sel darah merah tersebut. Waktu yang pastikapan volume sel darah merah kembali ke nilai sebelum hamil tidak diketahui, tetapi volume ini berada dalam batas normal saat dikaji 8 minggu setelah melahirkan. Hitung Sel Darah Putih Leukositosis normal pada kehamilan rata-rata sekitar 12000/mm3. Selama 10 sampai 12 hari pertama setelah bayi lahir, nilai leukosit antara 20000 dan 25000/mm3 merupakan hal yang umum. Netrofil merupakan sel darah putih yang paling banyak. Keberadaan leukositosis disertai peningkatan normal laju endap darah merah dapat membingungkan dalam menegakkan diagnosis infeksi akut selama waktu ini. Faktor Koagulasi Faktor-faktor pembekuan dan fibrinogen biasanya meningkat selam masa hamil dan tetap meningkat pada awal puerperium. Keadaan hiperkoagulasi yang bias diiringi keerusakan pembuluh darah dan imobilitas, mengakibatkan peningkatan risiko tromboembolisme, terutama setelah wanita melahirkan secara sesaria. Aktivitas fibrinolitik juga meningkat selam beberapa hari setelah bayi baru lahir. Varises Varises di tungkai dan disekitar anus (hemoroid) sesring dijumpai pada wanita hamil. Varises bahkan varises vulva yang jarang dijumpai akan mengecil dengan cepat setelah bayi lahir. Opersi varises tidak dipertimbangkan selama masa hamil. Regresi total atau mendekati total diharapkan terjadi setelah melahirkan. Sistem Hematologi Pada hari pertama post partum, kadar fibrinogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah. Leukositosis adalah meningkatnya jumlah selsel darah putih sebanyak 15.000 selama persalinan. Jumlah leukosit akan tetap tinggi selama beberapa hari pertama masa post partum. Jumlah sel darah putih akan tetap bisa naik lagi sampai 25.000 hingga 30.000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami persalinan lama.

Pada awal post partum, jumlah hemoglobin, hematokrit dan eritrosit sangat bervariasi. Hal ini disebabkan volume darah, volume plasenta dan tingkat volume darah yang berubah-ubah. Tingkatan ini dipengaruhi oleh status gizi dan hidarasi dari wanita tersebut. Jika hematokrit pada hari pertama atau kedua lebih rendah dari titik 2 persen atau lebih tinggi daripada saat memasuki persalinan awal, maka pasien dianggap telah kehilangan darah yang cukup banyak. Titik 2 persen kurang lebih sama dengan kehilangan darah 500 ml darah. Jumlah kehilangan darah selama masa persalinan kurang lebih 200-500 ml, minggu pertama post partum berkisar 500-800 ml dan selama sisa masa nifas berkisar 500 ml. Sistem Neurologi Perubahan neurologis selama puerperium merupakan kebalikan adaptasi neurologis yang terjadi saat wanita hamil dan disebabkan trauma yang dialami wanita saat bersalin dan melahirkan. Rasa tidak nyaman neurologis yang diinduksi kehamilan akan menghilang setelah wanita melahirkan. Eliminasi edema fisiologis melalui dieresis setelah bayi lahir menghilangkan sindrom carpal tunnel dengan mengurangi kompresi saraf median. Rasa baal dan kesemutan (tingling) periodic pada jari yang dialami 5% wanita hamil biasanya menghilang setelah anak lahir, kecuali jika mengangkat dan memindahkan bayi memperburuk keadaan. Nyeri kepala memerlukan pemeriksaan yang cermat. Nyeri kepala pasca partum bias disebabkan berbagai keadaan termasuk hipertensi akibat kehamilan, sters, dan kebocoran cairan serebrospinalis ke dalam ruang ekstradural selam jarum epidural diletakkan di tulang punggung untuk anestesia. Sistem Musculoskeletal Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca partum antara lain: Nyeri punggung bawah Nyeri punggung merupakan gejala pasca partum jangka panjang yang sering terjadi. Hal ini disebabkan adanya ketegangan postural pada sistem muskuloskeletal akibat posisi saat persalinan.

Penanganan: Selama kehamilan, wanita yang mengeluh nyeri punggung sebaiknya dirujuk pada fisioterapi untuk mendapatkan perawatan. Anjuran perawatan punggung, posisi istirahat, dan aktifitas hidup sehari-hari penting diberikan. Pereda nyeri elektroterapeutik dikontraindikasikan selama kehamilan, namun mandi dengan air hangat dapat menberikan rasa nyaman pada pasien. Sakit kepala dan nyeri leher Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit kepala dan migrain bisa terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan ketidaknyamanan pada ibu post partum. Sakit kepala dan nyeri leher yang jangka panjang dapat timbul akibat setelah pemberian anestasi umum. Nyeri pelvis posterior Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi area sendi sakroiliaka. Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan disfungsi simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas sendi sakroiliaka pada bagian otot penumpu berat badan serta timbul pada saat membalikan tubuh di tempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha posterior. Penanganan: pemakaian ikat (sabuk) sakroiliaka penyokong dapat membantu untuk mengistirahatkan pelvis. Mengatur posisi yang nyaman saat istirahat maupun bekerja, serta mengurangi aktifitas dan posisi yang dapat memacu rasa nyeri. Disfungsi simpisis pubis Merupakan istilah yang menggambarkan gangguan fungsi sendi simfisis pubis dan nyeri yang dirasakan di sekitar area sendi. Fungsi sendi simfisis pubis adalah menyempurnakan cincin tulang pelvis dan memindahkan berat badan melalui pada posisis tegak. Bila sendi ini tidak menjalankan fungsi semestinya, akan terdapat fungsi/stabilitas pelvis yang abnormal, diperburuk dengan terjadinya perubahan mekanis, yang dapat mrmpengaruhi gaya berjalan suatu gerakan lembut pada sendi simfisis pubis untuk menumpu berat badan dan disertai rasa nyeri yang hebat.Penanganan: tirah baring selama mungkin; pemberian pereda nyeri; perawatan ibu dan bayi yang lengkap; rujuk ke ahli fisioterapi untuk latihan abdomen yang tepat;latihan meningkatkan sirkulasi; mobilisasi secara bertahap; pemberian bantuan yang sesuai. Diastasis rekti

Apabila wanita berdiri di hari pertama setelah melahirkan, abdomennya akan menonjol dan membuat wanita tersebut tampak seperti masih hamil. Diperlukan sekitar 6 minggu untuk dinding abdomen kembali ke keadaan sebelum hamil. Pada keadaan tertentu, dengan atau tanpa ketegangan yang berlebihan, seperti bayi besar atau hamil kembar, otot-otot dinding abdomen memisah, suatu keadaan yang dinamai diastasis rekti abdominis. Apabila menetap, defek ini dapat dirasa mengganggu pada wanita tetapi seiring perjalanan waktu, defek tersebut menjadi kurang terlihat. Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm pada tepat setinggi umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi paritas, bayi besar, poli hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang salah. Selain itu, juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah keturunan, sehingga ibu dan anak mengalami diastasis. Penanganan: melakukan pemeriksaan rektus untuk mengkaji lebar celah antara otot rektus; memasang penyangga tubigrip (berlapis dua jika perlu), dari area xifoid sternum sampai di bawah panggul; latihan transversus dan pelvis dasar sesering mungkin, pada semua posisi, kecuali posisi telungkup-lutut; memastikan tidak melakukan latihan sit-up atau curl-up; mengatur ulang kegiatan seharihari, menindaklanjuti pengkajian oleh ahli fisioterapi selama diperlukan. Osteoporosis akibat kehamilan Osteoporosis timbul pada trimester ketiga atau pasca natal. Gejala ini ditandai dengan nyeri, fraktur tulang belakang dan panggul, serta adanya hendaya (tidak dapat berjalan), ketidakmampuan mengangkat atau menyusui bayi pasca natal, berkurangnya tinggi badan, postur tubuh yang buruk. Disfungsi rongga panggul,Disfungsi dasar panggul, meliputi : Inkontinensia urin. Inkontinensia alvi. Prolaps

Sistem Integumen Kloasama yang muncul pada masa hamil biasanya menghilang saat kehamilan berakhir. Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya setelah

bayi lahir. Pada beberapa wanita, pigmentasi pada daerah tersebut akan menetap. Kulit yang meregang pada payudara, abdomen, paha, dan panggul mungkin memudar, tetapi tidak hilang seluruhnya., Kelainan pembuluh darah seperti spider angioma (nevi), eritema palmar, dan epulis, biasanya berkurang sebagai respons terhadap penurunan kadar estrogen setelah kehamilan berakhir. Pada beberapa wanita sidernevi menetap. Rambut halus yang tumbuh dengan lebat pada waktu hamil biasanya akan menghilang setelah wanita melahirkan, tetapi rambut kasar yang timbul sewaktu hamil biasanya akan menetap. Sistem Imun Kebutuhan ibu untuk mendapatkan vaksinasi rubella atau untuk mencegah isoimunisasi Rh diterapkan

II. DINAMIKA KELUARGA SETELAH ANAK LAHIR Adaptasi Psikologis Pada Keluarga Setelah Anak Lahir Adaptasi Maternal Ada 3 fase penyesuaian ibu terhadap perannya sebagai orang tua. Fase-fase penyesuaian maternal ini ditandai oleh perilaku dependen, perilaku dependen-mandiri, dan perilaku interdependen. Fase Dependen Selama 1 sampai 2 hari pertama setelah melahirkan ketergantungan ibu menonjol. Pada waktu ini ibu mengharapkan segala kebutuhannya dapat dipenuhi oleh orang lain, ibu memindahkan energi psikologisnya kepada anaknya. Rubin (1961) menetapkan periode beberapa hari ini sebagai fase menerima (taking-in phase), sewaktu-waktu dimana ibu baru memerlukan perlindungan dan perawatan. Fase menerima yang kuat hanya terlihat pada 24 jam pertama setelah ibu melahirkan. Fase dependen ialah sewaktu-waktu yang penuh kegembiraaan dan kebanyakan orang tua sangat suka

mengomunikasikannya. Mereka merasa perlu menyampaikan pengalaman mereka tentang kehamilan dan kelahiran dengan kata-kata. Kecemasan dan keasyikan terhadap peran barunya sering mempersempit lapangan persepsi ibu. Fase Dependen-Mandiri Dalam fase dependen-mandiri ibu, secara bergantian muncul kebutuhan untuk mendapat perawatan dan penerimaan dari orang lain dan keinginan untuk bisa segala sesuatu secara mandiri. Rubin (1961) menjelaskan keadaan ini sebagai fase takinghold, yang berlangsung kira-kira 10 hari. Dalam 6 sampai 8 minggu setelah melahirkan, kemampuan ibu untuk menguasai tugas-tugas sebagai orang tua merupakan hal yang penting. Ibu yang kelihatannya memerlukan dukungan tambahan adalah sebagai berikut: Primipara yang belum berpengalaman mengasuh anak Wanita karir Wanita yang tidak punya cukup banyak teman atau keluarga untuk dapat berbagi rasa Ibu yang berusia remaja Wanita yang tidak bersuami Keletihan setelah melahirkan diperburuk oleh tuntutan bayi yang banyak sehingga dengan mudah dapat timbul perasaan depresi. Keadaan fisiologis ini dapat menjelaskan depresi pascapartum ringan (baby-blues) keadaan depresif ini ditandai dengan menarik diri, kehilangan perhatian terhadap sekeliling dan menangis. Diharapkan bahwa pada akhir fase dependen-mandiri, tugas dan penyesuaian rutinitas sehari-hari akan mulai menjadi sesuatu pola yang tetap. Fase Interdependen Tuntutan utama ialah menciptakan suatu gaya hidup yang melibatkan anak, tetapi dalam beberapa hal tidak melibatkan anak. Kebanyakan suami istri memulai lagi hubungan seksualnya pada minggu ke-3 atau ke-4 setelah anak lahir. Fase interdependen (letting-go) merupakan fase yang penuh stres bagi orang tua. Pria dan wanita harus menyelesaikan efek dari perannya masing-masing dalam hal mengasuh anak, mengatur rumah, dan membina karir.

Adaptasi Paternal Ayah menunjukkan keterlibatan yang dalam dengan bayi mereka. Greenberg dan Morris (1976) menyebut absorbs, keasyikan dan kesenangan ayah dengan bayinya sebagai engrossmen. Keinginan ayah untuk menemukan hal-hal yang unik maupun yang sama dengan dirinya merupakan karakteristik lain yang berkaitan dengan kebutuhan ayah untuk merasakan bahwa bayi ini adalah miliknya. Respon yang jelas ialah adanya daya tarik yang kuat dari bayi yang baru lahir. Suatu studi yang dilakukan oleh Henderson dan Browse (1991) tentang pengalaman beberapa ayah selama 3 minggu pertama kehidupan bayi menyatakan bahwa para ayah baru ini menjalani 3 tahap proses yang sudah bisa diperkirakan sebelumnya. Tahap pertama meliputi pengalaman prakonsepsi, yakni akan seperti apa rasanya jika mereka membawa bayi pulang ke rumah. Tahap kedua adalah realitas yang tidak menyenangkan tentang menjadi ayah baru. Perasaan sedih dan ragu seringkali menyertai realitas. Tahap ketiga meliputi keputusan yang dilakukan dengan sadar untuk mengontrol dan menjadi lebih aktif terlibat dalam kehidupan bayi mereka. Bantuan yang dibutuhkan meliputi bantuan untuk ayah dalam meninjau kembali harapan pada saat menjadi ayah, memberi informasi yang realistis dan konsisten tentang tingkah laku bayi dan melibatkan ayah yang ingin mengetahui cara perawatan bayi. Adaptasi Sibling Memperkenalkan bayi kepada suatu keluarga dengan satu anak atau lebih bisa menjadi persoalan bagi orang tua. Anak yang lebih tua harus menyusun posisi baru dalam hierarki keluarga. Anak yang tertua harus tetap berada dalam posisi sebagai pemimpin. Kelakuan mundur ke usia yang lebih muda bisa terlihat pada beberapa anak. Mereka bisa kembali mengompol, merengek, dan tidak mau makan sendiri. Reaksi kecemburuan dapat muncul ketika sukacita akan kehadiran bayi di rumah mulai pudar. Ibu dan ayah menghadapi sejumlah tugas yang terkait dengan penyesuaian dan permusuhan antar saudara. Tugas-tugas tersebut adalah: Membuat anak yang lebih tua merasa dikasihi dan diinginkan. Mengatasi rasa bersalah yang timbul dari pemikiran bahwa anak yang lebih tua mendapat perhatian dan waktu yang lebih sedikit.

Mengembangkan rasa percaya diri dalam kemampuan mereka mengasuh lebih dari satu anak. Menyesuaikan waktu dan ruang untuk menampung bayi baru tersebut. Memantau perlakuan anak yang lebih tua terhadap bayi yang lebih lemah dan mengalihkan perilaku yang agresif. Penyesuaian awal anak yang lebih tua terhadap bayi baru lahir membutuhkan waktu. Kasih saudara kandung bertumbuh seperti juga kasih sayang yang lain yaitu melalui kebersamaan yang mereka jalani dan dengan berbagi pengalaman. Adaptasi Kakek-Nenek Nenek dari ibu ialah model yang penting dalam praktik perawatan bayi (Rubin, 1975). Ia bertindak sebagai sumber pengetahuan dan sebagai individu yang mendukung. Dukungan kakek dan nenek dapat menjadi pengaruh yang menstabilkan keluarga yang sedang mengalami krisis perkembangan seperti kehamilan dan menjadi orang tua baru (Newell, 1984). Kakek-nenek dapat membantu anak-anak mereka mempelajari keterampilan menjadi orang tua dan mempertahankan tradisi budaya. Salah satu cara untuk membantu kakek-nenek menjembatani perbedaan generasi ialah dengan menawarkan mereka untuk mengikuti kelas-kelas persiapan (Maloni, 1987). Kelas yang dimaksud meliputi pemberian informasi tentang praktik kehamilan yang baru, terutama cara merawat yang berpusat pada keluarga, perawatan bayi, pemberian makan, tindakan keselamatan dan penggalian peran yang dimainkan orang tua dalam unit keluarga. Adaptasi Bayi - Orangtua Interaksi orangtua-bayi ditandai oleh suatu rangkaian irama, repertoar perilaku dan pola tanggung jawab (Field, 1978). Interaksi dapat diperbaiki dengan cara berikut : (1) modulasi ritme, (2) modifikasi repertoar perilaku dan (3) respons yang mutual. Ritme Untuk mengatur ritme, baik orang tua maupun bayi harus mampu untuk saling berinteraksi. Orang tua harus berusaha keras membantu bayi mempertahankan keadaan sadar penuh dalam waktu yang cukup lama dan cukup sering sehingga interaksi dapat terjadi. Ibu multipara menunjukkna rasa sensitif dan mampu memberi respons dengan

sangat baik terhadap ritme makan bayinya. Ibu yang sensitif terhadap makan memberi kesempatan pada bayinya untuk berhenti mengisap. Semakin lama bayi dapat melakukan interaksi yang lebih lama menyesuaikan ritme aktivitas, yaitu gerakan anggota gerak, mengisap, mengubah arah pandang dan habituasi. Untuk sementara orang dewasa belajar memahami ritme ini, mengatur dan dengan demikian mempermudah interaksi yang ritmis (Field, 1978). Repertoar Repertoar bayi meliputi perilaku memandang, bersuara dan ekspresi wajah. Bayi mampu fokus dan mengikuti wajah manusia sejak lahir. Bayi juga mampu mengubah arah pandangnya. Kemampuan ini dikontrol secara volunter. Bayi tampak menjauhkan pandangannya dari wajah ibu saat diberi stimulus untuk mengatur tingkat kesadarannya dan memproses stimulasi yang ia terima (Field, 1978). Brazelton, dkk (1974) mengatakan bahwa salah satu kunci respon yang harus dipelajari orang tua adalah kesadaran akan kapasitas bayi untuk mendapatkan perhatian dan sebaliknya. Sikap tubuh membentuk sebagian bahasa awal bayi. Bayi memberi salam pada orang tua dengan melambaikan tangannya atau berusaha meraih tangan orang tua. Bayi dapat menaikkan alis untuk memperoleh perhatian sayang. Repertoar orang tua mencakup berbagai perilaku dalam berinteraksi dengan bayi mereka. Salah satu bentuk perilaku ini ialah memandang bayi secara konstan dan memperhatikan perilaku bayi tersebut. Orang tua juga menggunakan ekspresi wajah sebagai media dalam berinteraksi. Seperti ekspresi kejutan, kebahagiaan, dan kebingungan dalam mengomunikasikan hal tersebut pada bayi. Orang tua juga dapat meniru perilaku bayi. Apabila bayi tersenyum orang tua juga akan tersenyum. Respon Kesatuan respon ialah respon yang terjadi pada waktu tertentu dan bentuknya sama dengan perilaku stimulus. Dengan kata lain respon tersebut berfungsi sebagai umpan balik positif. Orang dewasa melihat perilaku bayi seperti tersenyum, bersuara dan melakukan kontak mata. Respon-respon ini berfungsi sebagai imbalan bagi individu

yang memberi stimulus. Apabila orang dewasa meniru bayi, bayi tampak menikmati respon tersebut.

Faktor yang Memengaruhi Respon Orangtua Cara orang tua berespon terhadap kelahiran anaknya dipengaruhi berbagai faktor, meliputi usia, jaringan sosial, budaya, keadaan sosial ekonomi dan aspirasi pribadi tentang masa depan. Usia maternal lebih dari 35 tahun. Masalah dan kekuatiran yang terkait dengan kelompok ibu berusia lebih dari 35 tahun semakin banyak muncul pada dekade terakhir ini. Penelitian menunjukkan beberapa faktor tertentu yang mempengaruhi respon orang tua pada kelompok yang lebih tua ini: keletihan dan kebutuhan untuk lebih banyak istirahat tampaknya telah menjadi masalah utama pada orang tua yang sudah berusia ini (Queenan, 1987). Tindakan yang bertujuan membantu ibu memperoleh kembali kekuatan dan vanus otot misalnya latihan senam prenatal dan pascapartum sangat dianjurkan. Jaringan Sosial Primipara dan multipara memiliki kebutuhan yang berbeda. Multipara akan lebih realistis dalam mengantisipasi keterbatasan fisiknya dan dapat lebih mudah beradapatasi terhadap peran dan interaksi sosial. Primipara mungkin memerlukan dukungan yang lebih besar dan tindak lanjut yang mencakup rujukan ke badan bantuan dalam masyarakat. Jaringan sosial memberi sistem dukungan, dimana orang tua dapat meminta bantuan (Crawfort, 1985). Jaringan sosial meningkatkan potensi pertumbuhan anak dan mencegah kekeliruan dalam perlakuan anak. Mercer (1982) dan Crawfort (1985) menemukan bahwa jaringan sosial memberi dukungan dan juga menjadi sumber persoalan. Kadang kala jaringan kekerabatan yang luas menimbulkan masalah karena nasihat yang diterima oleh orang tua baru saling bertentangan. Budaya Kepercayaan dan praktik budaya menjadi determinan penting dalam perilaku orang tua. Kedua hal tersebut mempengaruhi interaksi orang tua dan bayi. Pengetahuan tentang keyakinan budaya dapat membantu perawat membuat pengkajian yang lebih

akurat dan menegakkan diagnosis tentang perilaku orang tua. Karena tidak semua orang selalu percaya pada praktik tradisional ini, sangat penting untuk memastikan praktik budaya yang masih dianggap penting pada setiap pasangan orang tua. Kondisi Sosial Ekonomi Kondisi sosial ekonomi seringkali menjadi jalan untuk mendapat bantuan. Keluarga yang menemukan kelahiran seorang bayi sebagai suatu beban finansial dapat mengalami peningkatan stres. Stres ini dapat mengganggu perilaku orang tua sehingga membuat masa transisi untuk memasuki masa menjadi orang tua jadi lebih sulit. Intervensi keperawatan yang dirancang untuk membantu individu yang mengalami stres karena keadaan ekonomi antara lain merujuk orang tua tersebut ke badan-badan bantuan ekonomi dan sosial dalam masyarakat atau badan-badan kesehatan. Aspirasi Personal Beberapa wanita menjadi orang tua mengganggu kebebasan pribadi atau kemajuan karir mereka. Rasa kecewa yang tidak terselesaikan berdampak pada cara mereka merawat dan mengasuh bayinya dan bahkan mereka menelantarkan bayinya. Intervensi keperawatan dilakukan dengan memberi kesempatan pada orang tua untuk mengungkapkan perasaan mereka dengan bebas kepada seorang pendengar yang objektif, untuk membahas tindakan yang bisa memberi peluang untuk pertumbuhan pribadi. Proses menjadi orang tua Selama periode prenatal ibu ialah salah satunya pihak yng membentuk lingkungan tempat janin berkembang dan bertumbuh. Tugas, tanggung jawab dan sikap yang membentuk peran menjadi orang tua dirumuskan oleh Steele dan Pollack (1968) sebagai fungsi menjadi ibu (mothering function). Ini merupakan proses orang dewasa (pribadi yang matang, penyayang, mampu dan mandiri) mulai mengasuh seorang bayi (kepribadian tidak matang, tidak berdaya, dependen). Steele dan Pollack (1968) menyatakan bahwa menjadi orang tua merupakan satu proses yang terdiri dari dua komponen. Komponen pertama bersifat praktis atau mekanis, melibatkan keterampilan kognitif dan motorik; komponen kedua, bersifat

emosional, melibatkan keterampilan afektif dan kognitif. Kedua komponen ini penting untuk perkembamgan dan keberadaan bayi.

Keterampilan Kognitif-Motorik Komponen pertama dalam proses menjadi orang tua melibatkan aktivitas perawatan anak, seperti memberi makan, menggendong, mengenakan pakaian, dan membersihkan bayi, menjaganya dari bahaya, dan memungkinkannya untuk bisa bergerak Steele dan Pollack (1968) kemampuan orang tua dalam hal ini dipengaruhi oleh pengalaman pribadi dan budayanya. Keterampilan Kognitif-Afektif Komponen psikologis dalam menjadi orang tua, sifat keibuan atau kebapakan tampaknya berakar dari pengalaman orang tua di masa kecil saat mengalami dan menerima kasih sayang dari ibunya. Keterampilan kognitif-afektif menjadi orang tua ini meliputi sikap yang lembut, waspada dan memberi perhatian terhadap kebutuhan dan keinginan anak. Suatu hubungan orang tua anak yang positif ialah saling memberi satu sama lain. Konsep Ericson (1959, 1964) tentang dasar kepercayaan juga hampir sama. Ia mengatakan bahwa perkembangan rasa percaya ini akan menentukan respon baik selama hidupnya. Untuk orang yang mengalami hubungan orang tua anak yang positif cenderung lebih mudah bersosialisasi dan terbuka serta mampu meminta bantuan dan menerima bantuan dari orang lain. Perkenalan, ikatan dan kasih sayang dalam menjadi orang tua Proses ini sering disebut attachment (kasih sayang) atau bonding (ikatan), istilah yang sering tertukar pemakaiannya walaupun sebenarnya memiliki definisi yang berbeda. Bonding, didefinisikan brazelton (1978) sebagai sesuatu ketertarikan mutual pertama antar individu. Attachment terjadi pada periode kritis seperti pada kelahiran atau adopsi. Proses kasih sayang dijelaskan sebagai sesuatu yang linear, dimulai saat ibu hamil, semakin menguat pada awal periode pascapartum dan begitu terbentuk akan menjadi konstan dan konsisten.

Mercer (1982) menulis lima prakondisi yang mempengaruhi ikatan sebagai berikut: Kesehatan emosional orang tua (termasuk kemampuan untuk mempercaya orang lain). Sistem dukungan sosial meliputi pasangan hidup, teman dan keluarga. Suatu tingkat keterampilan dalam berkomunikasi dan dalam memberi asuhan yang kompeten. Kedekatan orang tua dengan bayi. Kecocokan orang tua bayi (termasuk keadaan, temperamen dan jenis kelamin bayi). Menurut Stainton (1983); ikatan ialah pertukaran perasaan karena adanya ketertarikan, respon, dan kepuasan dan intensitasnya bisa berubah bila kadar berubah seiring berjalan waktu. Ikatan berkembang dan dipertahankan oleh kedekatan dan interaksi. Mercer (1982) mencatat bahwa ikatan dipermudah oleh adanya umpan balik positif: umpan balik positif meliputi respon sosial, respon verbal dan bukan verbal, baik yang sejati atau bukan, yang menunjukkan penerimaan satu sama lain. Bayi menunjukkan perilaku penanda (signaling behaviour) seperti menangis, tersenyum dan mengeluarkan suara yang menginisiasikan kontak dan membuat ibu mendekati anaknya. Perilaku ini kemudian diikuti oleh perilaku eksekutif, seperti rooting, menggengam dan penyesuaian postur untuk mempertahankan kontak. Bagian penting dari ikatan ialah perkenalan (Klaus, 1982). Orang tua melakukan kontak mata, menyentuh, berbicara, dan mengekplorasi segera setelah mereka mengenai bayinya. Komunikasi Orang tua-Anak Ikatan diperkuat melalui penggunaan respon sensual atau kemampuan oleh kedua pasangan dalam melakukan interaksi orang tua-anak. Respon dan kemampuan yang dipakai dalam komunikasi antara orang tua dan anak meliputi hal berikut: Sentuhan Sentuhan atau indera peraba dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengaruh lain sebagai suatu sarana untuk mengenali bayi baru lahir. Banyak ibu yang ingin segera meraih anaknya saat ia baru dilahirkan dan tali pusar dipotong. Mereka

mengangkat bayi ke dada, merangkulnya ke dalam pelukan, dan mengayun-ngayunnya. Gerakan-gerakan lembut dipakai untuk menenangkan bayi. Ibu menepuk atau mengusap lembut bayi mereka di punggung setelah menyusuinya. Bayi menepuk dada ibunya sewaktu menyusu. Orang tua dan bayi tampaknya senang dan saling menikmati kehangatan tubuh masing-masing. Kontak Mata Kesenangan untuk melakukan kontak mata diperlihatkan berulang-ulang orang tua menghabiskan waktu yang lama untuk membuka mata dan melihat mereka. En face (bertatap muka) ialah suatu posisi dimana kedua wajah terpisah kira-kira 20 cm pada bidang pandang yang sama. Suara Orang tua menunggu tangisan pertama bayi dengan tegang. Saat suara yamg membuat mereka yakin bayinya dalam keadaan sehat terdengar, mereka mulai melakukan tindakan untuk menghibur. Aroma Ibu berkomentar terhadap aroma bayi mereka ketika baru lahir dan megetahui bahwa setiap anak memiliki aroma yang unik (porter, 1983). Bayi belajar dengan cepat untuk membedakan aroma susu ibunya (Stainton, 1985). Entraiment Bayi baru lahir bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa (Condon, 1974). Mereka menggoyang tangan, mengangkat kepala, menendangnendangkan kaki. Hal ini berarti bayi telah mengembangkan irama muncul akibat kebiasaan jauh sebelum ia mampu berkomunikasi dengan kata-kata. Entraimen terjadi saat anak-anak berbicara. Irama ini juga berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan menegakkan suatu pola komunikasi efektif yang positif. Bioritme Setelah lahir bayi yang menangis dapat ditenangkan dengan dipeluk dalam posisi sedemikian sehingga ia dapat mendengar denyut jantung ibunya atau mendengar suara denyut jantung yang direkam. Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih sayang yang konsisten dan dengan memanfaatkan waktu saat bayi mengembangkan perilaku yang responsif. Kontak dini

Keuntungan fisiologis kontak dini antara ibu dan bayi telah didokumentasikan (klaus, 1982). Pada ibu, kadar oksitosin meningkat; pada bayi refleks mengisap dialakukan dini. Kontak dekat yang dini bisa mempercepat proses ikatan antara oang tua dan anak. Kontak secara luas Salah satu metode perawatan yang berpusat ialah memberi fasilitas rungan bagi perawatan ibu dan bayi. Ayah dianjurkan mengunjungi dan berpartisipasi dalm perawatan bayi. Saudara kandung dan kakek-nenek juga dianjurkan melakukan kunjungan dan mengenali bayi. Perawatan ibu-bayi merupakan bentuk lain perawatan ibu yang diberikan oleh perawatan yang mendukung kesatuan keluarga. Orang tua lebih memiliki rasa percaya diri dalam merawat dan ikatan maternal serta peran maternal ditingkatkan (NAAGOC, 1989). Peran Orangtua Setelah Bayi Lahir Selama masa pascapartum, tugas dan tanggung jawab baru muncul dan kebiasaan lama perlu diubah atau ditambah dengan yang baru. Ibu dan ayah memberi respons terhadap terhadap peran orang tua melalui suau perjalanan waktu yang bisa diduga sebelumnya. Periode waktu berkonsolidasi ini meliputi peran bernegosiasi juga meliputi stabilisasi tugas-tugas seiring upaya untuk menetapkan komitmen. C. RAWAT GABUNG Bayi dan ibu yang dapat dirawat gabung harus memenuhi syarat atau kriteria sebagai berikut : 1. Lahir spontan, baik presentasi kepala maupun bokong. 2. Bila lahir dengan tindakan, maka rawat gabung dilakukan setelah bayi cukup sehat, refleks mengisap baik, tidak ada tanda infeksi dan sebagainya. 3. Bayi yang lahir dengan sectio cesarea dengan anestesia umum, rawat gabung dilakukan segera setelah ibu dan bayi sadar penuh (bayi tidak ngantuk), misalnya 4-6 jam setelah operasi selesai. Bayi tetap disusukan meskipun mungkin ibu masih mendapat infus. 4. Bayi tidak asfiksia setelah lima menit pertama (nilai Apgar minimal).

5. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih. 6. Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih. 7. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum. 8. Bayi dan ibu sehat. Bagi Ibu, perawatan rooming in akan memperkecil resiko mengalami depresi pasca melahirkan, karena ibu merasakan daya tarik tersendiri terhadap bayinya dan membuat rasa sayang kepadanya. Perawatan rooming in sangat memungkinkan sepanjang bayi tidak ada gangguan pernapasan, bisa mengisap dan menelan dengan baik, atau berat badannya di atas 2000-2500 gram. Bahkan bayi di dalam inkubator tetap bisa rawat gabung bersama ibunya.

PENGERTIAN Rawat gabung adalah suatu system perawatan ibu dan anak bersama-sama pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu, setiap saat ibu dapat menyusui anaknya. Rawat gabung adalah satu cara perawatan dimana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh seharinya. Ada dua jenis rawat gabung : a. RG kontinu : bayi tetap berada disamping ibu selama 24 jam b. RG parsial : ibu dan bayi bersama - sama hanya dalam beberapa jam seharinya. Misalnya pagi bersama ibu sementara malam hari dirawat di kamar bayi. Rawat gabung parsial saat ini tidak dibenarkan dan tidak dipakai lagi.

TUJUAN RAWAT GABUNG a. Memberikan bantuan emosional 1). Ibu dapat memberikan kasi sayang sepenuhnya kepada bayi 2).Memberikan kesempatan kepada ibu dan keluarga untuk mendapatkan pengalaman dalam merawat bayi

b. Penggunaan ASI 1). Agar bayi dapat sesegera mungkin mendapatkan kolostrum/ASI 2). Produksi ASI akan makin cepat dan banyak jika diberikan sesering mungkin c. Pencegahan infeksi mencegah terjadinya infeksi silang d. Pendidikan kesehatan Dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan pada ibu e. Memberikan stimulasi mental dini tumbuh kembang pada bayi

MANFAAT RAWAT GABUNG a. Bagi ibu 1). Aspek psikologi Antara ibu dan bayi akan segera terjalin proses lekat (early infant-mother bonding) dan lebih akrab akibat sentuhan badan antara ibu dan bayi Dapat memberikan kesempatan pada ibu untuk belajar merawat bayinya Memberikan rasa percaya kepada ibu untuk merawat bayinya. Ibu dapat memberikan ASI kapan saja bayi membutuhkan, sehingga akan memberikan rasa kepuasan pada ibu bahwa ia dapat berfungsi dengan baik sebagaimana seorang ibu memenuhi kebituhan nutrisi bagi bayinya. Ibu juga akan merasa sangat dibutuhkan oleh bayinya dan tidak dapat digantikan oleh orang lain. Hal ini akan memperlancar produksi ASI. 2). Aspek fisik Involusi uteri akan terjadi dengan baik karena dengan menyusui akan terjadi kontraksi rahim yang baik Ibu dapat merawat sendiri bayinya sehingga dapat mempercepat mobilisasi b. Bagi bayi 1). Aspek psikologi Sentuhan badan antara ibu dan bayi akan berpengaruh terhadap perkembangan pskologi bayi selanjutnya, karena kehangatan tubuh ibu merupakan stimulasi mental yang mutlak dibutuhkan oleh bayi.

Bayi akan mendapatkan rasa aman dan terlindung, dan ini merupakan dasar bagi terbentuknya rasa percaya pada diri anak 2). Aspek fisik Bayi segera mendapatkan colostrum atau ASI jolong yang dapat memberikan kekebalan/antibodi Bayi segera mendapatkan makanan sesuai pertumbuhannya Kemungkinan terjadi infeksi nosokomial kecil Bahaya aspirasi akibat susu botol dapat berkurang Penyakit sariawan pada bayi dapat dihindari/dikurangi Alergi terhadap susu buatan berkurang c. Bagi keluarga 1). Aspek psikologi Rawat gabung memberikan peluang bagi keluarga untuk memberikan support pada ibu untuk memberikan ASI pada bayi 2). Aspek ekonomi Lama perawatan lebih pendek karena ibu cepat pulih kembali dan bayi tidak menjadi sakit sehingga biaya perawatan sedikit. d. Bagi petugas 1). Aspek psikologi Bayi jarang menangis sehingga petugas di ruang perawatan tenang dan dapat melakukan pekerjaan lainnya. 2). Aspek fisik Pekerjaan petugas akan berkurang karena sebagian besar tugasnya diambil oleh ibu dan tidak perlu repot menyediakan dan memberikan susu buatan

PELAKSANAAN a. Di poliklinik kebidanan Penyuluhan tentang ASI Memutar film Mlayani konsultasi masalah ibu dan anak

b. Kamar persiapan Jika rumah sakit telah berfungsi sebagai RS sayang ibu, maka hampir semua ibu yang masuk kamar bersalin sudah mendapat penyuluhan manajemen laktasi sejak mereka berada di poliklinik. Kamar ini dipersiapkan bagi ibu yang tidak pernah melakukan ANC di RS dimana ia akan bersalin. Di dalam ruangan persiapan diperlukan gambar, poster, brosur dsb untuk membantu memberikan konseling ASI. Di ruangan ini tidak boleh terdapat botol susu, dot atau kempengan apalagi iklan susu formula yang semuanya akan mengganggu keberhasilan ibu menyusui. c. Kamar Persalinan Di ruangan ini dapat dipasang gambar, poster tentang menyusui yang baik dan benar. Serta menyusui segera setelah lahir. Dalam waktu 30 menit setelah lahir bayi segera disusukan. Rangsangan pada puting susu akan merangsang hormon prolaktin dan oksitosin untuk segera memproduksi ASI d. Kamar perawatan Bayi diletakkan dekat dengan ibunya Awasi KU dan kenali keadaan-keadaan yang tidak normal Ibu dibantu untuk dapat menyusui dengan baik dan cara merawat payudara Mencatat keadaan bayi sehari-hari KIE tentang perawatan tali pusat, perawatan bayi, perawatan payudara, cara memandikan bayi, immunisasi dan penanggulangan diare Jika bayi sakit pindahkan ke ruang khusus

SASARAN DAN SYARAT a. Bayi lahir dengan spontan , baik presentasi kepala atau bokong b. Jika bayi lahir dengan tindakan maka rawat gabung dapat dilakukan setelah bayi cukup sehat, reflek hisap baik, tidak ada tanda-tanda infeksi dsb c. Bayi yang lahir dengan Sectio Cesarea dengan anestesi umum, RG dilakukan segera stelah ibu dan bayi sadar penuh (bayi tidak ngantuk)misalnya 4-6 jam setelah operasi. d. Bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama (nilai apgar minimal 7) e. Umur kehamilan 37 minggu atau lebih f. Berat lahir 2000-2500 gram atau lebih

g. Tidak terdapat tanda-tanda infeksi intrapartum h. Bayi dan ibu sehat KONTRA INDIKASI Rawat gabung tidak dianjurkan pada keadaan : a. Ibu b. Bayi Bayi kejang Sakit berat pada jantung Bayi yang memerlukan pengawasan intensif Catat bawaan sehingga tidak mampu menyusu Penyakit jantung derajat III Pasca eklamsi Penyakit infeksi akut, TBC Hepatitis, terinfeksi HIV, sitimegalovirus, herpes simplek Karsinoma payudara

PERSYRARATAN RAWAT GABUNG YANG IDEAL a. Bayi Ranjang bayi tersendiri yang mudah terjangkau dan dilihat oleh ibu Bagi yang memerlukan tersedia rak bayi Ukuran tempat tidur anak 40 x 60 cm b. Ibu Ukuran tempat tidur 90 x 200 cm Tinggi 90 cm c. Ruang Ukuran ruang untuk satu tempat tidur 1,5 x 3 m Ruang dekat dengan ruang petugas (bagi yang masih memerlukan perawatan) d. Sarana Lemari pakaian

Tempat mandi bayi dan perlengkapannya Tempat cuci tangan ibu Setiap kamar mempunyai kamar mandi ibu sendiri Ada sarana penghubung Petunjuk/sarana perawatan payudara, bayi dan nifas, pemberian makanan pada bayi dengan bahasa yang sederhana Perlengkapan perawatan bayi e. Petugas Rasio petugas dengan pasien 1 : 6 Mempunyai kemampuan dan ketrampilan dalam pelaksanaan RG MODEL PENGATURAN RUANGAN RAWAT GABUNG a. satu kamar dengan satu ibu dan anaknya b. empat sampai lima orang ibu dalam 1 kamar dengan bayi pada kamar yang lain bersebelahan dan bayi dapat diambil tanpa ibu harus meninggalkan tempat tidurnya c. beberapa ibu dalam 1 kamar dan bayi dipisahkan dalam 1 ruangan kaca yang kedap udara d. model dimana ibu dan bayi tidur di atas tempat tidur yang sama e. bayi di tempat tidur yang letaknya disamping ibu

KEUNTUNGAN & KERUGIAN a. Keuntungan Menggalakkan penggunaan ASI Kontak emosi ibu dan bayi lebih dini dan lebih erat Ibu segera dapat melaporkan keadaan-keadaanbayi yang aneh Ibu dapat belajar merawat bayi Mengurangi ketergantungan ibu pada bidan Membangkitkan kepercayaan diri yang lebih besar dalam merawat bayi Berkurangnya infeksi silang Mengurangi beban perawatan terutama dalam pengawasan

b. Kerugian Ibu kurang istirahat Dapat terjadi kesalahan dalam pemberian makanan karena oengaruh orang lain

Bayi bisa mendapatkan infeksi dari pengunjung Pada pelaksanaan ada hambatan tekhnis/fasilitas

IV. MANAJEMEN LAKTASI Selama kehamilan, hormon

estrogen

dan

progesteron

menginduksi

(membangkitkan) perkembangan alveolus dan duktus laktiferus didalam mamae (payudara), sehingga menstimulasi (merangsang) produksi kolostrum. Sesudah bayi dilahirkan, disusul kemudian terjadinya peristiwa penurunan kadar hormon estrogen. Penurunan kadar estrogen ini mendorong naiknya hormon prolaktinsehingga mendorong produksi ASI. Sekresi ASI berada dibawah pengaruh atau dikendalikan oleh neuro endokrin. Ketika bayi menghisap puting susu menyebabkan timbulnya rangsangan yang menyebabkan terjadinya produksi oksitosin. Oksitosin merangsang terjadinya kontraksi sel-sel mioepitel Kolostrum Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjarpayudara dari hari pertama sampai hari ketiga. Merupakan cairan kental yang berwarna kekuningkuningan., Lebih banyak mengandung protein dan mineral dibandingkandengan ASI matur, Lebih banyak mengandung antibodi., Kadar karbohidrat dan lemak rendah dibandingkan denganASI matur., Total energi 58 Kal/100 ml kolostrum., Volume 150-300 ml/24 jam Teknik Memerah ASI Sebelumnya(sebaiknya) payudara dipijat dahulu Memutar dengan 3 jari tengah Menyisir dengan jari-jari/ sisir (stroking) Cuci tangan Duduk/ berdiri dengan nyaman, penampung dekat payudara Jemari dan jempol di sisi areola,tekan ke arah dalam mengarah ke dinding dada Pencet di belakang puting susu dan areola dengan jempol dan jemari Lakukan pula dari arah samping

Teknik Menyusui Yang Benar 1. Persiapan menumpuk. 2. Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk memudahkan isapan bayi. 3. Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan jalan operasi. Posisi dan Perlekatan Menyusui Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyususi yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan duduk, berdiri atau berbaring. memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan: Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang lepas tidak

Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar (Perinasia, 1994)

Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar (Perinasia, 1994)

Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar (Perinasia, 1994)

Gambar 4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal (Perinasia, 1994) Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakkan disamping kepala ibu dengan posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti memegang bola bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak tersedak.

Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan (Perinasia, 2004

Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah (Perinasia, 2004)

Gambar 7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh (Perinasia, 2004)

Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan (Perinasia, 2004)

Gambar 9. Cara meletakan bayi (Perinasia, 2004)

Gambar 10. Cara memegang payudara (Perinasia, 2004)

Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi (Perinasia, 2004) Langkah-Langkah Menyusui yang Benar Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, putting, duduk dan berbaring dengan santai jangan hanya leher dan bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

Gambar 12. Perlekatan benar (Perinasia, 2004) Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi

terletak di bawah puting susu. Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu

menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar dan bibir bawah bayi membuka lebar.

Gambar 13. Perlekatan salah (Perinasia, 2004) Cara Pengamatan Teknik Menyusui yang Benar Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut : masuk. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan. Puting susu tidak terasa nyeri. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus. Kepala bayi agak menengadah. Bayi tampak tenang. Badan bayi menempel pada perut ibu. Mulut bayi terbuka lebar. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang

Lama dan Frekuensi Menyusui Sebaiknya dalam menyusui bayi tidak dijadwal, sehingga tindakan menyusui bayi dilakukan di setiap saat bayi membutuhkan, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (kencing, kepanasan/kedinginan atau sekedar ingin didekap) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu payudara sekitar 57 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya,

bayi tidak memiliki pola yang teratur dalam menyusui dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 2 minggu kemudian.Menyusui yang dijadwal akan berakibat kurang baik, karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui tanpa jadwal, sesuai kebutuhan bayi akan mencegah timbulnya masalah menyusui. Ibu yang bekerja dianjurkan agar lebih sering menyusui pada malam hari. Bila sering disusukan pada malam hari akan memicu produksi ASI.Untuk menjaga keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara. Pesankan kepada ibu agar berusaha menyusui sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI menjadi lebih baik. Setiap kali menyusui, dimulai dengan payudara yang terakhir disusukan. Selama masa menyusui sebaiknya ibu menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara, tetapi tidak terlalu ketat. V. PENATALAKSANAAN PADA PERIODE POSTPARTUM 1. Mencegah perdarahan berlebih Penyebab perdarahan setelah melahirkan yang paling sering ialah atoni uterus, kegagalan otot rahim untuk berkontraksi dengan kuat. Pada palpasi rahim teraba lunak. Mempertahankan tonus rahim Intervensi utama untuk mempertahankan tonus yang baik ialah menstimulasi dengan pijatan lembut di bagian fundus rahim sampai rahim teraba keras. Pijatan pada fundus bisa menyebabkan perdarahan vagina meningkat untuk sementara. Perdarahan ini terlihat sebagai bekuan darah yang keluar dari rahim. Bekuan darah ini bisa didorong keluar. Pemberian pengajaran kepada pasien sangat penting untuk mempertahankan tonus rahim. Pijatan fundus bisa merupakan prosedur yang membuat pasien tidak nyaman. Pemahaman tentang penyebab dan bahaya atoni rahim dan tujuan pemijatan fundus dapat membuat ibu lebih bersedia untuk bekerjasama. Mengajarkan ibu melakukan pijatan fundus sendiri membuatnya mampu mempertahankan kendali dan megurangi rasa cemas. Rahim bisa tetap lunak walaupun sudah dipijat dan bekuan sudah dikeluarkan. Apabila hal ini terjadi, sangat penting bagi perawat untuk tetap bersama pasien dan memberi pertolongan. Dokter jaga harus segera diberitahu. Intervensi lain yang sangat dapat dilakuakn adalah memberikan cairan intravena dan obat-obat oksitosik (obat-obat yang meransang kontraksi otot polos rahim)

Mencegah distensi kandung kemih Kandung kemih yang penuh membuat rahim terdorong ke atas umbilicus dan ke

salah satu sisi abdomen. Keadaan ini juga mencegah uterus berkontraksi secara normal. Intervensi perawat difokuskan untuk membantu ibu mengosongkan kandung kemihnya secara spontan sesegera mungkin. Prioritas pertama ialah membantu ibu ke kamar kecil atau berkemih di bedpan jika ia tidak mampu berjalan. Membiarkan ibu mendengar bunyi air mengalir, merendam tangannya di dalam air hangat, atau memercik air dari botol ke perineumnya bisa meransang berkemih. Teknik lain dengan membantu ibu mandi atau melakukan sitz bath dan menganjurkan ibu berkemih atau meletakkan minyak peppermint di dalam bedpan di bawah ibu. Uap minyak ini dapat merelaksasi meatus urinarius dan membuat ibu berkemih secara spontan. Apabila tindakan ini tidak berhasil, sebuah kateter steril dimasukkan untuk mengeluarkan urin. 2. Mencegah infeksi Salah satu cara penting untuk mencegah infeksi ialah mempertahankan lingkungan yang bersih. Penutup tempat tidur harus diganti setiap hari, tampon atau pelapis sekali pakai perlu diganti lebih sering. Pasien diusahakan untuk tidak berjalan di dalam rumah sakit tanpa menggunakan alas kaki untuk menghindari kontaminasi tempat tidur. Supervisi penggunaan fasilitas untuk mencegah kontaminasi silang juga diperlukan. Misalnya, tempat duduk untuk mandi atau lampu pemanas harus dicuci bersih sebelum digunakan oleh ibu yang lain. Tindakan pencegahan secara universal harus dilakukan. Anggota staf yang pilek, batuk, dan memiliki infeksi kulit, misalnya herpes di bibir harus mengikuti protocol RS jika kontak dengan pasien pascapartum. Perawatan tempat episiotomi dan setiap laserasi perineum dilakukan dengan baik mencegah infeksi pada dearah genitourinara dan mempercepat proses penyembuhan. Ajari ibu membersihkan perineum dari arah depan ke belakang (uretra ke anus) setelah berkemih atau defekasi. Dibanyak RS, dipakai botol percik yang diisi air hangat atau larutan betadin untuk membersihkan daerah perineum setipa kali selesai berkemih. Pasien juga perlu diajari mengganti pelapis perineumnya dari arah depan ke belakang setiap kali selesai berkemih atau defekasi dan untuk mencuci tangannya sampai bersih sebelum dan sesudah melakukan hal tersebut. 3. Pemenuhan kebutuhan rasa nyaman

Kebanyakan ibu mengalami nyeri segera setelah memasuki masa nifas. Penyebab umum nyeri meliputi nyeri pasca melahirkan (afterbirth), episiotomy atau laserasi perineum, hemoroid, dan pembesaran (engorgement) payudara. Penjelasan ibu tentang jenis dan berat nyeri adalah pedoman terbaik bagi perawat untuk memilih intervensi yang harus dilakuakn. Untuk memastikan lokasi dan luas penyebaran nyeri, perawat bisa melakukan inspeksi dan palpasi di daerah nyeri, memperhatikan kemerahan, pembengkakan, adanya cairan dan panas, dan observasi posisi tubuh, gerakan, dan ekspresi wajah. Tekanan darah, nadi, dan pernapasan bisa meningkat sebagai respon terhadap nyeri akut. Intervensi keperawatan ditujukan untuk mengeliminasi sensasi nyeri secara keseluruhan atau menguranginya sampai pada tingkat yang dapat diterima ibu. Intervensi nonfarmakologis Nyeri postpartum dalah nyeri yang dirasakan seperti kram menstruasi oelh banyak ibu saat uterus berkontraksi setelah melahirkan. Kompres hangat, distraksi, membayangkan sesuatu, sentuhan terapeutik, relaksasi dan interaksi dengan bayi bisa mengurangi nyeri yang ditimbulkan kontraksi rahim. Intervensi sederhana untuk mengurangi nyeri akibat episiotomy atau laserasi pada perineum ialah endorong ibu berbaring pada salah satu sisinya dan menggunakan bantal saat duduk. Kompres es yang dikemas (ice pack), obat salep (jika diresepkan dokter), aplikasi panas kering, membersihkan dengan botol percik atau Surgi-Gator, dan sitz bath. Rasa tidak nyaman akibat pembesaran payudara bisa dikurangi dengan kompres es atau panas pada payudara dan menggunakan bra yang menopang payudara dengan baik. Intervensi farmakologis Kebanyakan dokter secara rutin memprogramkan pemberian obat analgetik, jika diperlukan, termasuk obat narkotik dan bukan narkotik sekaligus dosis dan waktu penggunaannya. Upaya patient controlled analgesia (PCA) dan pemberian infus analgesic epidural secara kontiniu adalah dua teknologi baru yang sering digunakan. Apabila akan member analgesic, perawat harus melakukan pengkajian klinis tentang jeis, dosis, dan frekuensi pemberian obat yang diprogramkan. Ibu harus diberitahu tentang analgesic yang diberikan dan efek samping yang sering timbul.

Apabila nyeri pada tingkat tertentu tidak juga dicapai dalam waktu satu jam dan pada pemeriksaan awal tidak ada suatu perubahan, perawat mugkin perlu menghubungi dokter untuk memperoleh obat penurun nyeri tambahan atau untuk memperoleh petunjuk lebih lanjut. Nyeri yang tidak hilang akan menimbulkan keletihan, kecemasan, dan persepsi nyeri semkain memburuk. Keadaan ini juga menunjukkan adanya masalah sebelumnya yang tidak diobati atau tidak diketahui. Pemeriksaan dan pengobatan lebih lanut perlu dilakukan untuk menentukan penyebab nyeri dan upaya penanganan. 4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan Pendidikan untuk Ibu menyusui harus: Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui) Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca bersalin Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASInya. 5. Pemenuhan kebutuhan ambulasi Ambulasi dini terbukti bermanfaat untuk mengurangi insiden tromboembolisme dan mempercepat pemulihan kekuatan ibu. Tirah baring tidak diperlukan oleh ibu yang mendapat anestesi umum, anestesi epidural atau spinal, atau mendapat anestesi local, seperti blok pudendal. Ibu dapat bergerak bebas setelah pengaruh anestesi hilang, kecuali bila ia diberi analgetik. Setelah periode istirahat vital pertama berakhir, ibu didorong untuk sering berjalan-jalan. 6. Pemenuhan kebutuhan eliminasi Setelah melahitkan, ibu harus berkemih dengan spontan dalam 6 samai 8 jam post partum, kalau dalam 8 jam post partum belum dapat kencing atau sekali kencing belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi akan tetapi, bila kandungan kencing penuh, tidak usah menunggu sampai 8 jam untuk kateterisasi. Urin yang dikeluarkan dari beberapa perkemihan pertama harus diukur untuk mengetahui apakah pengosongan kandung kemih adekuat. Diharapkan setipa kali

berkemih, urine yang keluar adalah 150 ml. Beberapa wanita mengalami kesulitan untuk mengosongkan kandung kemihnya. Sebab-sebab retensi urin post partum antara lain: Tekanan intra abdominal berkurang Otot-otot perut masih lemas Edema dari uretra Dinding kandung kencing kurang sensitif

7. Pemenuhan kebutuhan seksual Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Banyak budaya mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang bersangkutan. 8. Pemenuhan Kebutuhan Istirahat Tidur Kegembiraan yang dialami setelah melahirkan seorang bayi bisa membuat ibu sulit beristirahaat. Ibu baru seringkali cemas akan kemampuannya dalam merawat bayinya atau seering merasa nyeri. Hal ini bisa membuatnya sukar tidur. Ada hari-hari selanjutnya tuntutan dari bayi, pengaruh lingkungan, dan rutinitas di rumah sakit juga akan mengganggu pola tidur ibu tersebut. Intervensi harus direncanakan untuk memenuhi kebutuhan ibu akan tidur dan istirahat. Menggosok-gosok punggung, tindakan lain yang memmberi kenikmatan, dan pemberian obat tdur mugkin diperlukan selama beberapa malam pertama. Rutinitas rumah sakit dan perawat bisa juga disesuaikan untuk memenuhi kebutuhan individu. Selain itu, perawat dapat membantu keluarga ini membatasi pengunjung dan memberi kursi yang nyaman atau tempat tidur untuk pasangan.

VI. NILAI BUDAYA Nilai keyakinan dan budaya yang dianut masing-masing ibu mempengaruhi dari perawatan post partum. Beberapa mitos yang berkembang di masyarakat :

Makanannya hanya boleh makan lalapan pucuk daun tertentu, nasi, sambel oncom dan kunyit bakar. Kunyit bakar sangat dianjurkan agar alat reproduksi cepat kembali pulih dan sepet. Pantang sekali makan telur, daging-dagingan dan susu. Alasannya: nanti alat reproduksi dan air susunya anyir. Padahal, makan kunyit terus akan membuat sembelit. Justru menyiksa ibu yang baru melahirkan. Padahal itu adalah makanan bergizi semua. Bayi membutuhkan gizi yang baik dari sang ibu. Tetap diam di tempat tidur Ternyata dengan membiarkan badan ibu nifas bergerak tanpa harus berlama-lama di tempat tidur, membuat ibu nifas merasa lebih cepat sehat. Sekarang sudah tidak dianggap perlu lagi menahan ibu pasca melahirkan terlentang di tempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur bahkan sampai 6 jam setelah melahirkan untuk buang air kecil sendiri. Menurut penelitianpenelitian, early ambulation tidak mempunyai pengaruh yang buruk. Tidak menyebabkan pendarahan yang abnormal, tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau luka di perut, tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau retroflexio. Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada penderita dengan penyulit. Misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit paru-paru, demam, dan lain-lain. Lagi pula penambahan kegiatan dengan early ambulation harus beragsur-angsur. Tentang pemakaian gurita atau stagen, yang khawatir rahim melorot ke bawah kalau tidak di ikat. Pemakaiannya walau sebentar, banyak yang menganggap kesusahan dan tidak nyaman. Selain itu, dari sudut pandang kedokteran juga dianggap tidak perlu memakainya. Gurita atau stagen itu hanya perlu pada penderita yang perutnya sangat longgar, yang tekanan intra abdominalnya sangat menurun setelah persalinan. Misalnya pada hydramnion, kehamilan kembar dan vitium cordis (gangguan jantung dalam kehamilan).

VII. DISCHARGE PLANNING Rencana Pemulangan (RP) merupakan bagian pelayanan perawatan, yang bertujuan untuk memandirikan klien dan mempersiapkan orang tua untuk memenuhi kebutuhan fisik dan emosional bayi bila pulang.Waktu yang terbaik untuk memulai

rencana pulang adalah hari pertama masuk rumah sakit. Klien belum dapat dipulangkan sampai dia mampu melakukan apa yang diharapkan darinya ketika di rumah. Oleh karena itu Rencana Pemulangan harus didasarkan pada : Kemampuan klien untuk melakukan aktifitas sehari-hari dan seberapa jauh tingkat ketergantungan pada orang lain Ketrampilan, pengetahuan dan adanya anggota keluarga atau teman Bimbingan perawat yang diperlukan untuk memperbaiki dan mempertahankan kesehatan, pendidikan, dan pengobatan. Beberapa hal yang perlu dikemukakan berkenaan dengan proses berencana untuk memulangkan klien adalah : Menentukan klien yang memerlukan rencana pulang. Waktu yang terbaik untuk memulai rencana pulang. Staf yang terlibat dalam rencana pulang. Cara yang digunakan dan evaluasi efektifitas dari rencana pulang.

Beberapa karakteristik yang harus dipertimbangkan dalam membuat Rencana Pemulangan (RP) adalah : Berfokus pada klien. Nilai, keinginan dan kebutuhan klien merupakan hal penting dalam perencanaan. Klien dan keluarga harus berpartisipasi aktif dalam hal ini. Kebutuhan dasar klien pada waktu pulang harus diidentifikasi pada waktu masuk dan terus dipantau pada masa perawatan Kriteria evaluasi menjadi panduan dalam menilai keberhasilan implementasi dan evaluasi secara periodik. Rencana pemulangan suatu proses yang melibatkan tim kesehatan dari berbagai disiplin ilmu. Klien harus membuat keputusan yang tertulis mengenai rencana pemulangan.

Rencana penyuluhan didasarkan pada : Kebutuhan belajar orang tua. Prinsip belajar mengajar. Mengkaji tingkat pengetahuan dan kesiapan belajar.

- Metode belajar - Kondisi fisik dan psikologis orang tua up. Cara-cara penyampaian Rencana Pemulangan adalah : Gunakan bahasa yang sederhana, jelas dan ringkas. Jelaskan langkah-langkah dalam melaksanakan suatu perawatan. Perkuat penjelasan lisan dengan instruksi tertulis Motivasi klien untuk mengikuti langkah-langkah tersebut dalam melakukan perawatan dan pengobatan. Kenali tanda-tanda dan gejala komplikasi yang harus dilaporkan pada tim kesehatan. Berikan nama dan nomor telepon yang dapat klien hubungi. Dasar-dasar rencana penyuluhan : Cara memandikan bayi dengan air hangat (37 -38 celsius) Membersihkan mata dari dalam ke luar Membersihkan kepala bayi (bayi masih berpakaian lalu keringkan) Buka pakaian bayi, beri sabun dan celupkan ke dalam air. Perawatan tali pusat / umbilikus Bersihkan dengan alkohol lalu kompres betadin Tali pusat akan tanggal pada hari 7 10 Mengganti popok dan pakaian bayi Menangis merupakan suatu komunikasi jika bayi tidak nyaman, bosan, kontak dengan sesuatu yang baru Cara-cara mengukur suhu Memberi minum Pola eliminasi Perawatan sirkumsisi Latar belakang sosial budaya untuk proses belajar mengajar Lamanya bayi dan ibu tinggal di rumah sakit Tekankan bahwa merawat bayi bukan hanya kewajiban wanita -Early discharge 6 - 8 jam I, dimana informasi penting harus diberikan serta follow

Imunisasi Tanda-tanda dan gejala penyakit, misalnya : Letargi ( bayi sulit dibangunkan ) Demam ( suhu > 37 celsius) Muntah (sebagian besar atau seluruh makanan sebanyak 2 x) Diare ( lebih dari 3 x) Tidak ada nafsu makan.

Rencana pemulangan ditujukan pada: IBU Dalam rencana pemulangan yang perlu dianjurkan antara lain : Pernapasan dada Bentuk tubuh, lumbal,dan fungsi otot-otot panggul Latihan panggul, evaluasi, gambaran dan ukuran yang menyenangkan Latihan penguatan otot perut Posisi nyaman untuk istirahat Permudahan gerakan badan dari berdiri ke jalan Tehnik relaksasi Pencegahan; jangan mengangkat berat, melakukan sit up secara berlebihan.

Instruksi masa nifas adalah : Bekerja Ibu seharusnya menghindari kerja berat (misalnya mengangkat / membawa beban) pada 3 minggu pertama. Pada ibu-ibu yang mempunyai pengertian berbeda tengan kerja berat dapat mendiskusikan dengan ibu-ibu yang lain. Perawat dapat membantu mengidentifikasikan pengertian dari kerja berat. Biasanya dianjurkan tidak bekerja selama 3 minggu ( lebih baik 6 minggu), bukan saja untuk kesehatan tetapi juga untuk mendapatkan kesempatan lebih dekat dengan bayinya.

Istirahat Ibu sebaiknya mengusahakan bisa tidur siang dan tidur malam yang cukup. Ibu biasanya tidur siang selagi bayi tidur dan minta suami/keluarga menggantikan tugas-tugas yang ada. Mintalah keluarga / suami untuk membantu tugas-tugas rumah tangga.

Kegiatan / aktifitas / latihan

Pada minggu pertama ibu seharusnya memulai latihan berjalan setahap demi setahap. Pada minggu ke dua, jika lokea normal dapat memulai latihan aktifitas lain yang akan direncanakan seperti mencuci popok setiap hari walaupun dengan memakai mesin cuci, naik turun tangga untuk melihat bayinya atau berada setiap saat disamping bayinya. Ibu seharusnya melanjutkan senam nifas di rumah seperti halnya sit up dan mengangkat kaki. Kebersihan Ibu harus tetap bersih, segar dan wangi. Merawat perineum dengan baik dengan menggunakan antiseptik (PK / Dethol) dan selalu diingat bahwa membersihkan perineum dari arah depan ke belakang. Coitus Coitus lebih segera setelah lokea menjadi alba dan bila ada episiotomi sudah membaik / sembuh ( minggu 3 setelah persalinan). Sel-sel vagina mungkin tidak setebal sebelumnya karena keseimbangan hormon prepregnansi belum kembali secara lengkap. Gunakan kontrasepsi busa atau jeli akan membantu kenyamanan dan pengaturan posisi yang bisa mengurangi penekanan atau dispariunia. Kontrasepsi Jika ibu menginginkan memakai IUD, dapat dipasang segera setelah persalinan atau chekup post partum yang pertama. Jenis kontrasepsi yang memakai diafragma harus pada minggu ke 6 , kontrasepsi oral dimulai antara 2 -3 minggu post partum sampai kembali pada chekup berikutnya. Ibu dan pasangannya dapat menggunakan kombinasi antara jelly yang mengandung spermatid dengan kondom lebih dapat mencegah pembuahan. Konsultasi dalam memilih alat kontrasepsi harus kepada tenaga kesehatan yang berkopeten untuk mencegah kesalahan informasi.

BAYI Pertumbuhan dan perkembangan serta perubahan kebutuhan bayi (seperti rangsangan, latihan, dan kotak sosial) selalu menjadi tanggung jawab orang tua dalam memenuhinya dengan mengikuti aturan dan gambaran yang diberikan selama perencanaan pulang. Yang perlu diperhatikan adalah : Temperatur / suhu Sebab-sebab penurunan suhu tubuh Catat gejala-gejala yang timbul seperti kelemahan, bersin, batuk dll. Cara-cara mengurangi / menurunkan suhu tubuh seperti kompres dingin, mencegah bayi terkena sinar matahari terlalu lama, dan lain-lain Gunakan lampu penghangat / selimut tambahan Ukur suhu tubuh Pernapasan Perubahan frekwensi dan irama napas Refleks-refleks seperti; bersin, batuk. Pencegahan terhadap asap rokok, infeksi orang terkena infeksi saluran napas Gejala-gejala pnemonia aspirasi Eliminasi Perubahan warna dan kosistensi feses Perubahan warna urin Keamanan Mencegah bayi dari trauma seperti; kejatuhan benda tajam (pisau, gunting) yang mudah dijangkau oleh bayi / balita. Mencegah benda panas, listrik, dan lainnya Menjaga keamanan bayi selama perjalanan dengan menggunakan mobil atau sarana lainnya. Pengawasan yang ketat terhadap bayi oleh saudara - saudaranya.

VIII. HOME VISIT

Definisi Home Visit adalah salah satu tehnik pengumpul data dengan jalan mengunjungi klien untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi dan untuk melengkapi data klien yang sudah ada yang diperoleh dengan tehnik lain (WS.Winkel, 1995). Alasan Penggunaan Home Visit Untuk melengkapi pengalaman membimbing tentang seseorang perlu mengetahui kehidupan keluarga di mana anak itu tinggal dan banyak melakukan kegiatan sesudah pulang sekolah. Tidak sedikit masalah yang timbul berasal dari rumah.

Tujuan Home Visit. Membangun hubungan antara lembaga masyarakat. Mengumpulkan data yang berharga tentang latar belakang kehidupan anak dan keluarganya, mengumpulkan data dapat berarti mendapat data baru atau mengecek betul tidaknya data yang diperoleh melalui metode lain. Lebih mengenal lingkungan, bila informasi yang dibutuhkan tidak dapat diperoleh melalui angket dan wawancara informasi. Untuk membicarakan kasus memerlukan kerjasama dengan orang tua.

Langkah-langkah Home Visit Persiapan Menentukan tujuan Menentukan waktu pelaksanaan Mengirim surat pemberitahuan kepada orang tua Mempersiapkan perlengkapan yang dibutuhkan, misalnya daftar pertanyaan Pelaksanaan

dan pedoman observasi. Perkenalan, dimaksudkan untuk mengadakan kontak yang baik agar konsep orang tua tidak bersifat defensif / mempertahankan diri. Untuk menciptakan hubungan baik,

konselor harus bersikap sopan dan sabar, menjelaskan maksud dan tujuan home visit. Dengan demikian diharapkan orang tua akan bersikap terbuka. Mengadakan observasi seperlunya. Mengadakan wawancara yang sesungguhnya dan secukupnya. Penutup.

Mengakhiri home visit dan minta diri. Akhirilah home visit pada waktu yang tepat, dengan melihat kemungkinan terjadinya kebosanan dan memeprtimbangkan waktu. Pembuatan laporan. Dalam menyusun laporan home visit hendaknya dibuat juga kesimpulan (sementara). Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Home Visit. Mengadakan persiapan mental sebelumnya mengenai informasi apa yang ingin diperoleh. Konselor perlu bersikap wajar, sopan dan menghargai dan ada kesediaan untuk menolong untuk menghindari memberikan kesan seolah-olah diadakan pemeriksaan atau penggeledahan. Harus ada kepastian sebelum berkunjung ,bahwa kedatangan konselor akan disambut dengan baik. Kepastian itu dapat diperoleh dari surat balasan yang diberikan orang tua terhadap surat pemberitahuan dari RS mengenai rencana kunjungan rumah atau dengan menanyai siswa yang bersangkutan tentang rencana berkunjung ke rumahnya. Kalau Ada pihak yang tidak menyukainya atau meragukan kerelaan orang tua menerima kunjungan petugas bimbingan / konselor, pada umumnya lebih baik rencana itu dibatalkan saja. Membuat catatan seperlunya, sesuai dengan tujuan. Hindari wawancara sepihak. Pada ibu biasanya banyak tersimpan data. Sebelum mengadakan home visit, sebaiknya pembimbing mempelajari data keluarga. Mencari data sejauh yang memungkinkan. Pendekatan dapat dilakukan dari segi positif atau kekuatan dari keluarga anak. Hasil dari home visit dipergunakan dalam rangka menolong

Sesudah kembali dari kunjungan rumah, pembimbing membuat laporan singkat tentang informasi yang diperoleh dengan membedakan antara fakta dan data dengan kesan pribadi yang merupakan interpretasi terhadap informasi. Laporan itu disimpan sendiri dan tembusan dilampirkan pada kartu pribadi yang bersangkutan

IX. ASKEP PENGKAJIAN POST PARTUM I. BIODATA KLIEN Biodata klien berisi tentang : Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Suku Agama Alamat No. Medical Record Identitas Penanggungjawab Nama Suami Umur Pendidikan Pekerjaan Suku Agama Alamat,Tanggal Pengkajian :::::::: Ny.I : 27 Tahun ::::::-

II. KELUHAN UTAMA

Klien mengeluh nyeri pada perineum, klien merasa takut jahitannya akan terbuka jika mau berkemih. III. RIWAYAT HAID :-

(Umur Menarche pertama kali, Lama haid, jumlah darah yang keluar, konsistensi, siklus haid, hari pertama haid terakhir, perkiraan tanggal partus.) IV. RIWAYAT PERKAWINAN tidak, atau tidak direstui orang tua?) V. RIWAYAT OBSTETRI 1. Riwayat kehamilan : P2 (Berapa kali dilakukan pemeriksaan ANC, Hasil Laboratorium : USG, Darah, Urine, keluhan selama kehamilan termasuk situasi emosional dan impresi, upaya mengatasi keluhan, tindakan dan pengobatan yang diperoleh). 2. Riwayat persalinan Data yang harus dilengkapi :0 : :-

(Kehamilan ini merupakan hasil pernikahan ke berapa? Apakah perkawinan sah atau

Riwayat persalinan lalu : Jumlah Gravida, jumlah partal, dan jumlah abortus, umur kehamilan saat bersalin, jenis persalinan, penolong persalinan, BB bayi, kelainan fisik, kondisi anak saat ini. Riwayat nifas pada persalinan lalu : Pernah mengalami demam, keadaan lochia, kondisi perdarahan selama nifas, tingkat aktifitas setelah melahirkan, keadaan perineal, abdominal, nyeri pada payudara, kesulitan eliminasi, keberhasilan pemberian ASI, respon dan support keluarga. Riwayat persalinan saat ini : Kapan mulai timbulnya his, pembukaan, bloody show, kondisi ketuban, lama persalinan, dengan episiotomi atau tidak, kondisi perineum dan jaringan sekitar vagina, dilakukan anastesi atau tidak, panjang tali pusat, lama pengeluaran placenta, kelengkapan placenta, jumlah perdarahan. Riwayat New Born : apakah bayi lahir spontan atau dengan induksi/tindakan khusus, kondisi bayi saat lahir (langsung menangis atau tidak), apakah

membutuhkan resusitasi, nilai APGAR skor, Jenis kelamin Bayi, BB, panjang badan, kelainan kongnital, apakah dilakukan bonding attatchment secara dini dengan ibunya, apakah langsung diberikan ASI atau susu formula. VI. RIWAYAT KB & PERENCANAAN KELUARGA Data yang harus dilengkapi : Kaji pengetahuan klien dan pasangannya tentang kontrasepsi, jenis kontrasepsi yang pernah digunakan, kebutuhan kontrasepsi yang akan datang atau rencana penambahan anggota keluarga dimasa mendatang. VII. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU Data yang harus dilengkapi : Penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, bagaimana cara pengobatan yang dijalani, dimana mendapat pertolongan. Apakah penyakit tersebut diderita sampai saat ini atau kambuh berulang-ulang? VIII. RIWAYAT PSIKOSOSIAL-KULTURAL Data yang harus dilengkapi : Adaptasi psikologi ibu setelah melahirkan, pengalaman tentang melahirkan, apakah ibu pasif atau cerewet, atau sangat kalm. Pola koping, hubungan dengan suami, hubungan dengan bayi, hubungan dengan anggota keluarga lain, dukungan social dan pola komunikasi termasuk potensi keluarga untuk memberikan perawatan kepada klien. Adakah masalah perkawinan, ketidak mampuan merawat bayi baru lahir, krisis keluarga. Blues : Perasaan sedih, kelelahan, kecemasan, bingung dan mudah menangis. Depresi : Konsentrasi, minat, perasaan kesepian, ketidakamanan, berpikir obsesif, rendahnya emosi yang positif, perasaan tidak berguna, kecemasan yang berlebihan pada dirinya atau bayinya, sering cemas saat hamil, bayi rewel, perkawinan yang tidak bahagia, suasana hati yang tidak bahagia, kehilangan kontrol, perasaan bersalah, merenungkan tentang kematian, kesedihan yang berlebihan, kehilangan nafsu makan, insomnia, sulit : ::-

Kultur yang dianut termasuk kegiatan ritual yang berhubungan dengan budaya pada perawatan post partum, makanan atau minuman, menyendiri bila menyusui, pola seksual, kepercayaan dan keyakinan, harapan dan cita-cita.

IX. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA Data yang harus dilengkapi :

:-

Adakah anggota keluarga yang menderita penyakit yang diturunkan secara genetic, menular, kelainan congenital atau gangguan kejiwaan yang pernah diderita oleh keluarga.

X. PROFIL KELUARGA

:-

(Kebutuhan informasi pada keluarga, dukungan orang terdekat, sibling, type rumah, community seeting, penghasilan keluarga, hubungan social dan keterlibatan dalam kegiatan masyarakat.) XI. KEBIASAAN SEHARI-HARI Data yang harus dilengkapi : Pola nutrisi : pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (Kalori, protein, vitamin, tinggi serat), freguensi, konsumsi snack (makanan ringan), nafsu makan, pola minum, jumlah, freguensi,. Pola istirahat dan tidur : Lamanya, kapan (malam, siang), rasa tidak nyaman yang mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remangremang atau gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan pada perineum). Pola eliminasi : Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah :

inkontinensia (hilangnya infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass atau tidak atau retensi urine karena rasa talut luka episiotomi, apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, freguensi, konsistensi, rasa takut BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet.

Personal Hygiene dan wajah

: Pola mandi, kebersihan mulut dan gigi,

penggunaan pembalut dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tatarias rambut

Aktifitas bekerja dan menyusui.

: Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah

melahirkan, kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan

Rekreasi dan hiburan : Situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat fresh dan relaks.

SEXUAL Data yang harus dilengkapi

::

Bagaimana pola interaksi dan hubungan dengan pasangan meliputi freguensi koitus atau hubungan intim, pengetahuan pasangan tentang seks, keyakinan, kesulitan melakukan seks, continuitas hubungan seksual.

Pengetahuan pasangan kapan dimulai hubungan intercourse pasca partum (dapat dilakukan setelah luka episiotomy membaik dan lochia terhenti, biasanya pada akhir minggu ke 3). Bagaimana cara memulai hubungan seksual berdasarkan pengalamannya, nilai yang dianut, fantasi dan emosi, apakah dimulai dengan bercumbu, berciuman, ketawa, gestures, mannerism, dress, suara.

Pada saat hubungan seks apakah menggunakan lubrikasi untuk kenyamanan. Posisi saat koitus, kedalaman penetrasi penis. Perasaan ibu saat menyusui apakah memberikan kepuasan seksual. Faktor-faktor pengganggu ekspresi seksual : bayi menangis, perubahan mood ibu, gangguan tidur, frustasi yang disebabkan penurunan libido.

XII. KONSEP DIRI

:-

Sikap penerimaan ibu terhadap tubuhnya, keinginan ibu menyusui, persepsi ibu tentang tubuhnya terutama perubahan-perubahan selama kehamilan, perasaan klien bila mengalami opresi SC karena CPD atau karena bentuk tubuh yang pendek.

XIII. PERAN Pengetahuan ibu dan keluarga tentang peran menjadi orangtua dan tugas-tugas perkembangan kesehatan keluarga, pengetahuan perubahan involusi uterus, perubahan fungsi blass dan bowel. Pengetahan tentang keadaan umum bayi, tanda vital bayi, perubahan karakteristik faces bayi, kebutuhan emosional dan kenyamanan, kebutuhan minum, perubahan kulit. Ketrampilan melakukan perawatan diri sendiri (nutrisi dan personal hyhiene, payu dara) dan kemampuan melakukan perawatan bayi (perawatan tali pusat, menyusui, memandikan dan mengganti baju/popok bayi, membina hubungan tali kasih, cara memfasilitasi hubungan bayi dengan ayah, dengan sibling dan kakak/nenek). Keamanan bayi saat tidur, diperjalanan, mengeluarkan secret dan perawatan saat tersedak atau mengalami gangguan ringan. Pencegahan infeksi dan jadwal imunisasi. XIV. Mengidentifikasi periode dan perubahan klien post partum Periode Immediate PP, Early PP, Late PP Perubahan psikologi: fase taking in, fase taking hold, fase letting go, fase honey moon XV. PEMERIKSAAN FISIK Keadaan Umum BB TB LLA Tanda Vital Kepala Mata Kesimetrisan Sklera Konjungtiva Hidung : : : :: : : Baik : 65kg : 156cm :

Lubang hidung Cuping hidung Mulut dan Lidah Palatum Warna palatum Warna lidah Telinga Kesimetrisan Warna Daun telinga Lekuk telinga Cairan yang keluar Leher Kelenjar Thyroid JVP KGB Dada DJA Gerakan Mamae

: Ada dan kedua lubang hidung simetris( pada kasus tidak terkaji) : Ada/tdk( pada kasus tidak terkaji) : Normal/tdk(tidak terkaji) : Merah muda/tdk(tidak terkaji) : Merah muda (tidak terkaji) : Simetris antara kiri dan kanan(tidak terkaji) : Sama dengan kulit wajah(tidak terkaji) : ada (tidak terkaji) : ada (tidak terkaji) : ada /tidak ada lesi(tidak terkaji) : ada/Tidak ada pembesaran(tidak terkaji) : ada/Tidak ada peninggian(tidak terkaji) : ada/Tidak ada pembesaran(tidak terkaji) :: : Pembesaran, simetris, pigmentasi, warna kulit, keadaan

areola dan puting susu, stimulation nepple erexi. Kepenuhan atau pembengkakan, benjolan, nyeri, produksi laktasi/kolostrum. Perabaan pembesaran kelenjar getah bening diketiak. Abdomen (kontraksi uterus, mengukur diastasis rektus abdominus, involusio uteri, distensi kandung kemih, after pains, observasi luka post SC. Anogenital : Keadaan luka episiotomy, echimosis, edema, kemerahan, eritema, drainage. Lochia (warna, jumlah, bau, bekuan darah atau konsistensi , 1-3 hr rubra, 4-10 hr serosa, > 10 hr alba Muskoloskeletal : Tanda Homan, edema, tekstur kulit, nyeri bila dipalpasi, kekuatan otot.

XVI. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Darah : Hemoglobin dan Hematokrit 12-24 jam post partum (jika Hb < 10 g% dibutuhkan suplemen FE), eritrosit, leukosit, Trombosit. Klien dengan Dower Kateter diperlukan culture urine. XVII. ANALISA DATA No 1 Data DS : Klien mengeluh nyeri pada perineum DO :Terdapat jahitan, Ruptur perineum grade 2 Terputusnya kontinuitas jaringan Jaringan melepaskan zat-at bradikinin dan histamin Merangsang syaraf perifer Dihantarkan melalui spinal cord menuju thalamus Korteks cerebri Nyeri dipersepsikan Nyeri Bendungan ASI/Penyebab lain ASI tidak keluar Terputusnya kontinuitas jaringan Robekan jalan lahir Etiologi Robekan jalan lahir Masalah Nyeri

2.

DS : DO :

Proses menyusui kurang efektif

ASI (-) Payudara simetris kanan dan hiperpigmentasi exverted.


3.

Tidak bisa menyusui bayi Proses menyusui terganggu Menyusui kurang efektif Persalinan Gangguan eliminasi: Robekan perineum Perioneograhy Kurang pengetahuan Kekhawatiran untuk retensi urin

kiri, pada

aerola mammae, puting

DS : Klien (lepas) berkemih. Sampai saat ini setelah 4 jam melahirkan klien belum berani berkemih. DO : Terdapat jahitan, ruptur perineum grade 2 DS : DO :merasa jika takut mau jahitannya akan terbuka

Berkemih Retensi urin Proses persalinan Perlukaan jalan lahir Merupakan media berkembangbiaknya kuman phatogen Risiko tinggi infeksi

4.

Risiko tinggi infeksi

XVIII. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat ruptur perineum ditandai dengan klien mengeluh nyeri pada perineum, terdapat jahitan, dan ruptur perineum grade 2. 2. Proses menyusui kurang efektif berhubungan dengan tidak adanya air susu ibu yang keluar yang ditandai dengan keluaran ASI (-), payudara simetris kanan dan kiri, hiperpigmentasi pada aerola mammae, puting exverted. 3. Gangguan eliminasi: retensi urin berhubungan dengan trauma jalan lahir atau jaringan akibat luka episiotomi yang ditandai dengan klien merasa takut jahitannya akan terbuka (lepas) jika mau berkemih, sampai saat ini setelah 4 jam melahirkan klien belum berani berkemih, terdapat jahitan, ruptur perineum grade 2. 4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka pada perineum.

INTERVENSI KEPERAWATAN No 1. Diagnosa Keperawatan Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas ruptur perineum ditandai dengan: DS: Klien mengeluh Tujuan Intervensi Rasional Agar kan dapat kebutuhan dan asKeperawatan Setelah dilakukan Observasi tingkat, asuhan keperawatan dalam x 24 jam, nyeri berkurang sampai dengan hasil: Klien Ekspresi cerah, tidak wajah mengeluh nyeri, kriteria Observasi tanda vital. tanda- lokasi nyeri. dan sifat

mengidentifikasi perawatan pemberian

jaringan akibat dengan hilang

kep yang tepat. Perubahan tanda vital menunjukkan terjadinya rangsangan nyeri. Dapat menunjukkan adanya trauma berlebihan/

Tanda vital dalam Observasi keadaan nyeri pada batas normal. luka perineum. perineum, T: 110120/80mmHg DO: N: 80 x /menit

Terdapat jahitan, ruptur perineum grade 2. dan

S : 36 37 oC

komplikasi yang memerlukan intervensi lebih lajut. Anjurkan untuk Dapat mengurangi tekanan langsung perineum. pada duduk dengan otot gluteal terkontraksi dan gunakan bantal sebagai ganjalan sewaktu duduk. Beri kompres panas lembab (rendam duduk antara 38oC s/d 42oC selama 20 menit 24jam setelah Meningkatkan sirkulasi perineum, mening-katkan oksigenasi nutrisi jaringan menurunkan edema dan meningkatkan penyembuhan. Gunakan distraksi, relaksasi interaksi bayi. Berikan posisi yang menyenangkan bagi klien, bila perlu Meningkatkan kenyamanan teknik imagery, dan dengan Mengalihkan perhatian klien. dan pada pada

sentuhan terapeutik,

posisi miring. 2. Proses menyusui berhubungan dengan ibu keluar ditandai dengan: DS: DO: Keluaran ASI (-), Payudara simetris kanan dan kiri, Berikan informasi secara verbal, dan tertulis, mengenai fisiologi keuntungan menyusui perawatan payudara. Berikan informasi kepada tentang menyusui baik dan benar. klien cara yang dan puting dan Hiperpigmenta si pada aerola mammae, puting exverted. Setelah dilakukan perawatan dalam bisa memberikan Kaji klien pengalaman menyusui sebelumnya.

klien. dalam saat dan

pengetahuan Membantu tentang kebutuhan ini rencana perawatan.

mengidentifikasi

kurang efektif x 24 jam, klien tidak ASI untuk yang kriteria hasil: yang Ibu sudah bisa menyusui bayinya

mengembangkan

adanya air susu bayinya, dengan

Tentukan pendukung

sistem Meningkatkan yang dukungan cukup yang untuk

tersedia pada klien.

meningkatkan kesempatan untuk bisa menyusui dengan berhasil Agar klien bisa

memahami pentinganya menyusui berusaha bisa bayinya. dan untuk

menyusui

Untuk Kaji puting klien.

mengetahui yang

tindakan

akan diberikan. Diketahui menambah Instruksikan klien untuk menghindari penggunaan pelindung kecuali khusus diindikasikan. 3. Gangguan eliminasi: retensi berhubungan Setelah dilakukan perawatan dalam urin x 24 jam, klien mampu berkemih, Palpasi kemih, kandung Untuk pantau menegtahui ada atau puting secara kegagalan laktasi bisa

apakah distensi tidak. Agar

tinggi fundus dan lokasi serta jumlah aliran lochia.

dengan trauma dengan kriteria jalan lahir atau hasil: jaringan akibat Nyeri luka episiotomi yang DS: Klien takut jahitannya akan (lepas) terbuka jika merasa dengan: berkurang,tidak adanya tanda-tanda sudah mau untuk berkemih ditandai infeksi,dan ibu

klien dan untuk menahan

Berikan mengenai dari

informasi akibat menahan

memahami tidak keinginan berkemih. Agar klien

proses berkemih.

tidak takut ingin

Berikan mengenai jahitan (cara terhadap

informasi luka episiotomi perawatan,

merasa ketika berkemih.

pengaruhnya

mau berkemih, sampai saat ini

setelah 4 jam melahirkan klien berani berkemih. DO: Terdapat jahitan, Ruptur perineum grade 2. belum

berkemih). Untuk Pantau intake dan output cairan. mengetahui output intake apakah dengan sesuai. Meningkatkan keinginan Stimulasi untuk berkemih. Kaji ISK. Membantu pengeluaran urin Kolaborasi Kateterisasi dengan menggunakan kateter lurus atau indwelling, indikasi. sesuai tanda-tanda klien bisa Agar bisa mencegah secara dini klien untuk berkemih.

4.

Resiko infeksi

tinggi Setelah dilakukan perawatan selama x 24 jam, tidak dengan

Observasi

tanda- Untuk

mengetahui

tanda infeksi.

tanda/ gejala awal terjadinya infeksi. Perubahan tanda dijadikan

berhubungan luka perineum.

dengan adanya infeksi pada terjadi Luka kering. Tanda kriteria hasil:

Ukur dan observasi vital tanda-tanda

vital proses

nampak vital

indikator adanya peradangan.

dalam normal.

batas Lakukan hygiene. vulva Vulva yang kotor dan lembab dapat dijadikan tempat berkembang biaknya kuman. ada Bethdine membunuh Lakukan perawatan luka episiotomi dengan tehnik septik dan anti septik. Untuk Kompres hecting bethadine. luka dengan terkontaminasinya kuman klien. Untuk mempercepat HE kepada klien untuk menjaga personal hygiene. proses penyembuhan luka mencegah infeksi. atau pada mencegah kuman mempercepat proses penyembuhan, dan

T : 110/70 mmHg S : 36.4 C N : 80 x /menit D : 20 x /menit Tidak tanda-tanda infeksi Rubor Color Dolor Fungsilesia
o

Dapat Kolaborasi Penatalaksanaan pemberian antibiotik.

menghambat sel dan

pem-bentukan dinding bakteri membunuh

kuman patogen.

BAYI BARU LAHIR I. Adaptasi Sistem Tubuh pada Bayi Baru Lahir Sistem Pernafasan Perkembangan paru-paru

Paru-paru berasal dari titik tumbuh yang muncul dari pharynx, yang bercabang dan kemudian bercabang kembali membentuk struktur percabangan bronkus. Proses ini terus berlanjut setelah kelahiran hingga sekitar usia 8 tahun sampai jumlah bronkiolus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walaupun janin memperlihatkan adanya bukti gerakan napas sepanjang trimester kedua dan ketiga (Varneys, halaman 551). Ketidakmatangan paru-paru terutama akan mengurangi peluang kelangsungan hidup bayi baru lahir sebelum usia kehamilan 24 minggu, yang disebabkan oleh keterbatasan permukaan alveolus, ketidakmatangan system kapiler paru-paru dan tidak mencukupinya jumlah surfaktan. Awal adanya nafas Dua faktor yang berperan pada rangsangan napas pertama bayi. a. Hipoksia pada akhir persalinan dan rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernapasan diotak. b. Tekanan terhadap rongga dada, yang terjadi karena kompresi paru-paru selama persalinan, yang merangsang masuknya udara kedalam paru-paru secara mekanis. Interaksi antara system pernapasan, kardiovaskuler dan susunan saraf pusat menimbulkan pernapasan yang teratur dan berkesinambungan serta denyut yang diperlukan untuk kehidupan. Jadi system-sistem harus berfungsi secara normal. Surfaktan dan upaya respirasi untuk bernafas Upaya pernapasan pertama seorang bayi berfungsi untuk : a. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru b. Mengembangkan jaringan alveolus paru-paru untuk pertama kali Agar alveolus dapat berfungsi, harus terdapat surfaktan yang cukup dan aliran darah ke paru-paru. Produksi surfaktan dimulai pada 20 minggu kehamilan dan jumlahnya akan meningkat sampai paru-paru matang sekitar 30-34 minggu kehamilan. Surfaktan ini mengurangi tekanan permukaan paru dan membantu untuk menstabilkan dinding alveolus sehingga tidak kolaps pada akhir pernapasan. Tanpa surfaktan, alveoli akan kolaps setiap saat setelah akhir setiap pernapasan, yang menyebabkan sulit bernapas. Peningkatan kebutuhan energi ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Peningkatan kebutuhan energi ini memerlukan penggunaan lebih banyak oksigen dan glukosa. Berbagai peningkatan ini menyebabkan stress pada bayi yang sebelumnya sudah terganggu.

Dari cairan menuju udara Bayi cukup bulan, mempunyai cairan di dalam paru-parunya. Pada saat bayi melalui jalan lahir selama persalinan, sekitar sepertiga cairan ini diperas keluar dari paru-paru. Seorang bayi yang dilahirkan melalui seksio sesaria kehilangan keuntungan dari kompresi rongga dada ini dan dapat menderita paru-paru basah dalam jangka waktu lebih lama. Dengan beberapa kali tarikan napas pertama, udara memenuhi ruangan trakea dan bronkus bayi baru lahir. Dengan sisa cairan di dalam paru-paru dikeluarkan dari paru dan diserap oleh pembuluh limfe dan darah. Semua alveolus paru-paru akan berkembang terisi udara sesuai dengan perjalanan waktu. Fungsi system pernapasan dalam kaitanya dengan fungsi kardiovaskuler Oksigenasi yang memadai merupakan factor yang sangat penting dalam mempertahankan kecukupan pertukaran udara. Jika terdapat hipoksia, pembuluh darah paru-paru akan mengalami vasokonstriksi. Pengerutan pembuluh ini berarti tidak ada pembuluh darah yang terbuka guna menerima oksigen yang berada dalam alveoli, sehingga menyebabkan penurunan oksigenasi jaringan, yang akan memperburuk hipoksia. Peningkatan aliran darah paru-paru akan memperlancar pertukaran gas dalam alveolus dan menghilangkan cairan paru-paru. Peningkatan aliran darah ke paru-paru akan mendorong terjadinya peningkatan sirkulasi limfe dan membantu menghilangkan cairan paru-paru dan merangsang perubahan sirkulasi janin menjadi sirkulasi luar rahim. Perubahan Sistem Sirkulasi Setelah lahir, darah bayi baru lahir harus melewati paru untuk mengambil oksigen dan mengadakan sirkulasi melalui tubuh guna mengantarkan oksigen ke jaringan. Untuk membuat sirkulasi yang baik guna mendukung kehidupan luar rahim, harus terjadi dua perubahan besar: a. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung b. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta. Perubahan sirkulasi ini terjadi akibat perubahan tekanan pada seluruh system pembuluh tubuh. Ingat hokum yang menyatakan bahwa darah akan mengalir pada

daerah-daerah yang mempunyai resistensi yang kecil. Jadi perubahan-perubahan tekanan langsung berpengaruh pada aliran darah. Oksigen menyebabkan system pembuluh mengubah tekanan dengan cara mengurangi atau meningkatkan resistensinya, sehingga mengubah aliran darah. Hal ini terutama penting kalau kita ingt bahwa sebagian besar kematian dini bayi baru lahir berkaitan dengan oksigen (asfiksia). Dua peristiwa yang mengubah tekanan dalam system pembuluh darah : a. Pada saat tali pusat dipotong, resistensi pembuluh sistemik meningkat dan tekanan atrium kanan menurun. Tekanan atrium kanan menurun karena berkurangnya aliran darah ke atrium kanan tersebut. Hal ini menyebabkan penurunan volume dan tekanan atrium kanan itu sendiri. Kedua kejadian ini membantu darah dengan kandungan oksigen sedikit mengalir ke paru-paru untuk menjalani proses oksigenasi ulang. b. Pernapasan pertama menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru dan meningkatkan tekanan atrium kanan. Oksigen pada pernapasan pertama ini menimbulkan relaksasi dan terbukanya system pembuluh darah paru-paru (menurunkan resistensi pembuluh darah paru-paru). Peningkatan sirkulasi ke paru-paru mengakibatkan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kanan. Dengan peningkatan volume darah dan tekanan pada atrium kiri, foramen ovale secara fungsional akan menutup. Vena umbilicus, duktus venosus dan arteri hipogastrika dari tali pusat menutup secara funsional dalam beberapa menit setelah lahir dan setelah tali pusat diklem. Penutupan anatomi jaringan fibrosa berlangsung dalam 2-3 bulan Perubahan Sistem Termoregulasi Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuh mereka, sehingga akan mengalami stress dengan adanya perubahan-perubahan lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih dingin. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat kulit, sehingga mendinginkan darah bayi. Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan

lemak coklat terdapat di seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100 %. Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan, semakin banyak persediaan lemak coklat bayi. Jika seorang bayi kedinginan, dia akan mulai mengalami hipoglikemia, hipoksia dan asidosis. Oleh karena itu, upaya pencegahan kehilangan panas merupakan prioritas utama dan bidan berkewajiban untuk meminimalkan kehilangan panas pada bayi baru lahir. Disebut sebagai hipotermia bila suhu tubuh turun dibawah 360 C. Suhu normal pada neonatus adalah 36 disebabkan oleh: 1. Pusat pengaturan suhu tubuh pada bayi belum berfungsi dengan sempurna 2. Permukaan tubuh bayi relative lebih luas 3. Tubuh bayi terlalu kecil untuk memproduksi dan menyimpan panas 4. Bayi belum mampu mengatur possisi tubuh dan pakaiannya agar ia tidak kedinginan. Hipotermia dapat terjadi setiap saat apabila suhu disekeliling bayi rendah dan upaya mempertahankan suhu tubuh tidak diterapkan secara tepat, terutama pada masa stabilisasi yaitu 6 12 jam pertama setelah lahir. Misal: bayi baru lahir dibiarkan basah dan telanjang selama menunggu plasenta lahir atau meskipun lingkungan disekitar bayi cukup hangat namun bayi dibiarkan telanjang atau segera dimandikan. Gejala hipotermia: a.Sejalan dengan menurunnya suhu tubuh, bayi menjadi kurang aktif, letargis, hipotonus, tidak kuat menghisap ASI dan menangis lemah. b. Pernapasan megap-megap dan lambat, denyut jantung menurun.
5

370 C. Bayi baru lahir mudah sekali terkena hipotermia yang

c.Timbul sklerema : kulit mengeras berwarna kemerahan terutama dibagian punggung, tungkai dan lengan. d. Muka bayi berwarna merah terang tubuh yang akan berakhir dengan kegagalan fungsi jantung, perdarahan terutama pada paru-paru, ikterus dan kematian. Mekanisme terjadinya Hipotermia: Hipotermia pada bayi baru lahir timbul karena penurunan suhu tubuh yang dapat terjadi melalui: a.Radiasi : Yaitu panas tubuh bayi memancar kelingkungan sekitar bayi yang lebih dingin, misal : BBL diletakkan ditempat yang dingin. b. Evaporasi : Yaitu cairan/air ketuban yang membasahi kulit bayi menguap, misal : BBL tidak langsung dikeringkan dari air ketuban. c.Konduksi : Yaitu pindahnya panas tubuh bayi karena kulit bayi langsung kontak dengan permukaan yang lebih dingin, misal : popok/celana basah tidak langsung diganti. d. Konveksi : Yaitu hilangnya panas tubuh bayi karena aliran udara sekeliling bayi, misal : BBL diletakkan dekat pintu/jendela terbuka. Perubahan Sistem Metabolisme Untuk memfungsikan otak memerlukan glukosa dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir seorang bayi harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada setiap baru lahir, glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 sampai 2 jam). Koreksi penurunan gula darah dapat dilakukan dengan 3 cara : a.Melalui penggunaan ASI (bayi baru lahir sehat harus didorong untuk menyusu ASI secepat mungkin setelah lahir). b. Melalui penggunaan cadangan glikogen (glikogenesis) e.Hipotermia menyebabkan terjadinya perubahan metabolisme

c.Melalui pembuatan glukosa dari sumber lain terutama lemak (glukoneogenesis). Bayi baru lahir yang tidak dapat mencerna makanan dalam jumlah yang cukup akan membuat glukosa dari glikogen (glikogenolisis). Hal ini hanya terjadi jika bayi mempunyai persediaan glikogen yang cukup. Seorang bayi yang sehat akan menyimpan glukosa sebagai glikogen, terutama dalam hati, selama bulan-bulan terakhir kehidupan dalam rahim. Seorang bayi yang mengalami hipotermia pada saat lahir yang mengakibatkan hipoksia akan menggunakan persediaan glikogen dalam jam pertama kelahiran. Inilah sebabnya mengapa sangat penting menjaga semua bayi dalam keadaan hangat. Perhatikan bahwa keseimbangan glukosa tidak sepenuhnya tercapai hingga 3-4 jam pertama pada bayi cukup bulan yang sehat. Jika semua persediaan digunakan pada jam pertama maka otak bayi dalam keadaan beresiko. Bayi baru lahir kurang bulan, lewat bulan, hambatan pertumbuhan dalam rahim dan distress janin merupakan resiko utama, karena simpanan energi berkurang atau digunakan sebelum lahir. Gejala-gejala hipoglikemia bisa tidak jelas dan tidak khas meliputi : kejang-kejang halus, sianosis, apnu, tangis lemah, letargis, lunglai dan menolak makanan. Bidan harus selalu ingat bahwa hipoglikemia dapat tanpa gejala pada awalnya. Akibat jangka panjang hipoglikemia ialah kerusakan yang meluas di seluruh sel-sel otak. Perubahan Sistem Gastrointestinal Sebelum lahir, janin cukup bulan akan mulai menghisap dan menelan. Refleks gumoh dan refleks batuk yang matang sudah terbentuk dengan baik pada saat lahir. Kemampuan bayi baru lahir cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain susu) masih terbatas. Hubungan antara esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir dan neonatus. Kapasitas lambung sendiri sangat terbatas, kurang dari 30 cc untuk seorang bayi baru lahir cukup bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi baru lahir. Pengaturan makan yang sering oleh bayi sendiri penting contohnya memeberi ASI on demand. Usus bayi masih belum matang sehingga tidak mampu melindungi dirinya sendiri dari zat-zat berbahaya kolon. Pada bayi baru lahir kurang efisien dalam mempertahankan air

disbanding orang dewasa, sehingga menyebabkan diare yang lebih serius pada neonatus. Perubahan Sistem Kekebalan Tubuh Sistem imunitas bayi baru lahir masih belum matang, sehingga menyebabkan neonatus rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Sistem imunitas yang matang akan memberikan kekebalan alami maupun yang didapat. Kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan infeksi. Berikut beberapa contoh kekebalan alami meliputi: 1. 2. 3. 4. Perlindungan oleh kulit membrane mukosa. Fungsi saringan saluran napas. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.

Kekebalan alami juga disediakan pada tingkat sel oleh sel darah yang membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme asing. Tetapi pada bayi baru lahir sel-sel darah ini masih belum matang, artinya bayi baru lahir tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi infeksi secara efisien. Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. Bayi baru lahir yang lahir dengan kekebalan pasif mengandung banyak virus dalam tubuh ibunya. Reaksi antibody keseluruhan terhadap antigen asing masih belum bisa dilakukan sampai awal kehidupan anak. Salah satu tuges utama selama masa bayi dan balita adalah pembentukan system kekebalan tubuh. Karena adanya defisiensi kekebalan alami dan didapat ini, bayi baru lahir sangat rentan terhadap infeksi. Reaksi bayi baru lahir terhadap infeksi masih lemah dan tidak memadai. Oleh karena itu, pencegahan terhadap mikroba (seperti pada praktek persalinan yang aman dan menyusui ASI dini terutama kolostrum) dan detekdi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting. Sistem Perkemihan Pada bulan keempat kehidupan janin, ginjal terbentuk. Didalam rahim, urine sudah terbentuk dan dieksresi ke dalam cairan amnion. Fungsi ginjal yang mirip dengan fungsi orang dewasa, belum terbentuk pada tahun kedua kehidupan.

Umumnya bayi cukup bulan meneglaurkan urine 15-60 ml per kilogram per hari. Berkemih 6-10 kali dengan warna urin pucat menunjukan masukan cairan yang cukup. Bayi baru lahir tidak mengeluarkan urin selama 12-24 jam. Perbedaan keseimbangan cairan dan elektrolit BBl dari respon fisiologis orang dewasa ialah sebagai berikut : Sekitar 40 % berat badan BBL terdiri dari cairan ekstrasel sedangkan pada orang dewasa hanya 20% Setiap hari BBL memasukan dan mengeluarkan 600-700 ml air yang ekuivalen dengan 20% total cairan tubuh atau 50% cairan ektrasel. Sebaliknya, orang dewasa menukar 2000 ml air yang ekuivalen dengan 5% total cairan tubuh dan 14% cairan ektrasel. Terdapat variasi komposisi cairan tubuh. Konsenrasi natrium, fosfat, klorida, dan asam organik lebih tinggi dan konsentrasi ion bikarbonat lebih rendah. GFR ialah 30 % sedangkan pada orang dewasa 50%. Namun, protein pertumbuhan hampir semua dimetabolisme. Urine bersifat hipotonik Reabsorbsi natrium menurun akibat aktivitas sodium-potasium-activated adenosinetriphospate BBl dapat mengencerkan urine sampai 50 miliosmol BBl dapat mengonsentrasi urin dari 600-700 mOsm sedangkan kapasitas orang dewasa adalah 1400 mOsm. Berat jenis urinnya sekitar 1,005-1,015 BBL memiliki ambang glukosa lebih tinggi Sistem Hematopoesis Saat Bayi baru lahir, nilai rata hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit lebi tinggi dari nilai normal. Hb bayi baru lahir berkisar antara 14,5-22,5 g/dl. Ht bervariasi dari 44%-72% dan hitung eritrosit 5-7,5 juta/mm3. Darah bayi baru lahir mengandung sekitar 80% Hb janin. Presentasi Hb janin menurun sampai 55% pada minggu ke lima dan sampai 5% pada minggu ke-20. Penurunan ini terjadi karena umur sel yang mengandung Hb janin lebih pendek, akibatnya terjadi anemia ringan sementara. Persediaan zat besi pada bayi yang tali pusatnya tidak segera diklem dapt meningkat karena 80 ml darah plasenta mengandung 50 mg zat besi.

Leukosit janin denga hitung SDP sekitar 18.000/mm3 merupakan nilai normal saat bayi lahir dan meningkat menjadi 23.000-24.000 pada hari pertama setelah bayi lahir. Pada neonatal leukosit dipertahankan pada 11.500/mm3. Pada bayi baru lahir jumlah leukosit ini tidak meningkat secara bermakna jika terjadi infeksi.

Sistem Hepatika Hati janin mulai menyimpan besi sejak dalam kandungan. Apabila ibu mendapat cukup asupan besi selama hamil, bayi akan memiliki simpanan besi yang dapat bertahan sampai bulan kelima kehidupannya diluar rahim. Hiperbilirubinemia fisiologis mrupakan kondisi normal pada 50% bayi cukup bulan dan 80 % pada bayi prematur. Ikterik ini mungkin bisa disebabkan karena jumlah eritrosit pada bayi lebih banyak per kilogram berat badannya dan usia eritrosit lebih pendek. Disamping itu, terdapat cukup banya reabsorbsi bilirubin pada usus halus neonatus. Sistem Integumen Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk saat lahir, tetapi masih belum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat dengan baik dan sangat tipis. Vernik kaseosa juga berfusi dengan epidermis dan berfungsi sebagai lapisan pelindung. Kulit sering terlihat berbercak, terutama disekitar ekstremitas. Tangan dan kaki terlihat sedikit sianotik. Warna kebiruan ini, akrasianotik disebabkan oleh ketidakstabilan vasomotor, stasis kapiler, dam kadar Hb yang tinggi. Edem wajah dan ekimosis dapat timbul akibat presentasi muka atau kelahiran dengan forsep. Kaput suksedanum ialah edema pada kulit kepala. Sefalhematoma ialah kumpulan darah diantara tulang tengkorak dan periosteum. Deskuamasi pada kulit bayi tiak terjadi sampai beberapa hari setelah lahir Kelenjar keringat sudah ada Sejak bayi lahir tetapi tidak berespon terhadap peningkatan suhu tubuh Sistem Reproduksi Wanita

Saat lahir ovarium bayi berisi beribu-ribu sel-sel germinal primitif. Genitalia eksterna biasanya edematosa disertai pigmentasi yang lebih banyak. Pada BBL cukup bulan, labia mayora dan minora menutup vestibulum. Pada bayi prematur, klitoris menonjol dan labia mayora kecil dan terbuka.

Pria Testis turun ke dalam skrotum pada 90% BBL laki-laki. Sistem Muskuloskeletal Kepala bayi cukup bulan berukuran seperempat panjang tubuh. Lengan sedikit lebih panjang daripada tungksi. Ada dua kurvatura pada kolumna vertebralis yaitu toraks dan sakrum. Ketika bayi mulai dpat mengendalikan kepalnya kurvatura yang lain mulai terbentuk. Sistem Neuromuskular Terjadi pertumbuhan otak yang cepat II. PENATALAKSANAAN BAYI BARU LAHIR Suhu Tubuh Setiap kali prosedur dilakukan, upayakan untuk mencegah atau mengurangi hilangnya panas pada bayi baru lahir. Stress dingin akan mengganggu kesehatan bayi baru lahir. Perawat dapat membantu menstabilkan temperatur tubuh bayi baru lahir dengan beberapa cara. Temperatur ruang di unit rawat sebaiknya 240C. bayi baru lahir harus dikeringkan dan dibungkus dengan selimut hangat segera setelah lahir, perhatikan supaya kepala juga diselimuti selama bayi digendong orang tuanya. Mandi pertama ditundai sampai temperatur kulit bayi mencapai 36,50C dan suhu tersebut menetap sekurang-kurangnya selama dua jam. Menghangatkan Bayi

Seorang bayi cukup bulan dalam keadaan sehat yang baik sekalipun dapat mengalami hipotermia. Bayi hipotermi dilakukan dengan hati-hati. Menghangatkan atau mendinginkan bayi dengan cepat dapat menyebabkan bayi mengalami apnea dan asidosis. Suplai Oksigen yang Adekuat Kondisi yang mempertahankan suplai oksigen yang adekuat. -Jalan napas bersih -Usaha bernapas -Sistem kardiopulmoner berfungsi -Dukungan panas (pemaparan pada stress dingin meningkatkan kebutuhan oksigen). Profilaksis Mata Salep mata eritromisin atau tetrakain diteteskan dalam konjungtiva bawah pada setiap mata dalam dua jam setelah lahir untuk mencegah optalmia neonatorum, suatu infeksi yang disebabkan oleh nesisseria gonorrhoeae, dan konjungtivitis inklusi, suatu infeksi disebabkan oleh Chlamydia trachomatis. Bayi dapat terpapar pada bakteri ini ketika melewati saluran vagina. Apgar Score NILAI Tanda Denyut jantung Pernapasan Tonus otot Refleks Warna 0 Tidak ada Tidak ada Lemah Tidak ada respon Biru, pucat 1 Lambat (< 100) Lambat, menangis lemah. Ekstremitas sedikit fleksi Menyeringai (grimace) Tubuh merah muda, ekstremitas biru. Keterangan : (1) 7-10 (2) 4-6 (3) 0-3 Imunisasi : Bayi normal : Asfiksia sedang : Asfiksia berat 2 Lebih dari 100 Mengis dengan baik Fleksi dengan baik Menangis Merah muda seluruhnya

Jenis imunisasi yag diberikan pada bayi baru lahir adalah hepatitis B, cacar, BCG,dan lain-lain

III. KARAKTERISTIK PERILAKU BBL

Siklus Tidur Terjaga Keadaan Perilaku dan Perilaku Menetap KARAKTERISTIK KEADAAN Aktivitas Gerak Mimik Wajah Pola Tubuh Keadaan Tidur Tidur Sangat Dalam nyenyak, tetapi kadangkadang terkejut Mata Tidak ada Tanpa kadang melakukan gerakan menghisap dengan interval teratur Napas mimik Lancar teratur

Keadaan

Tingkat Respon Ambang dapat sangat stimulus dan intensitasnya tinggi yang akan memba-ngunkan bayi tertinggi, yang

wajah, kadang- dan

stimulus

sehingga ha-nya meng-ganggu

Tidur ringan

Beberapa gerakan tubuh

Gerakan mata cepat (REM), mata berkedut di balik kelopak mata

Dapat mengeluarkan suara rewel atau menangis

Tidak

Lebih respon-sif terhadap stimulus nal. mulus berada keadaan Saat interstinal dan ekstermuncul dalam tidur

tersenyum dan teratur

bayi dapat tetap

ringan, kembali

ke tidur dalam, atau ntuk. terjaga sampai menga-

Keadaan Terjaga MenganTingkat akti- Mata tuk vitas berva- terbuka riasi, lingi ringan waktu waktu. dise- dan kea- kadangdari tertutup, ke kelopak mata berat, tampak berkacakaca Waspadatenang Minimal Mata bersinar dan melebar

Dapat memperlihatkan beberapa mimik wajah; seringkali tidak mimik dan ada wajah tampak

Tidak teratur

Bayi terhadap stimulus

bereaksi

walaupun terhadap stimulus tertunda. Keadaan berubah setelah stimulasi diberikan dengan sering

daan terkejut kadang

tidur nyenyak

Wajah tampak Teratur cerah, bersinar

Perhatian paling tercurah lingkungan,

bayi banyak pada

memfokuskan perhatian setiap yang optimal Waspadaaktif Banyak aktivitas tubuh; Mata terbuka, tetapi Banyak mimik Tidak wajah; tidak wajah teratur secerah Semakin terhadap stimulus yang peka pada ada. stimulus

Keadaan terjaga

memperlihat rewel

tidak cerah

pada tenang

keadaan

menganggu (rasa lapar, letih, ribut, penanganan yang berlebihan)

kan periode terlalu

waspada-

Menangis

Aktivitas motorik meningkat disertai perubahan warna

Mata tertutup erat atau terbuka

Menyeringai

Lebih tidak teratur

Respon ekstrim terhadap stimulus yang luar tidak berasal menyenangkan dari dalam atau

Faktor Lain yang Mempengaruhi Perilaku Neonatus Usia Gestasi bayi dan tingkat kematangan SSP akan mempengaruhi perilaku yang terlihat. Lama waktu untuk memulihkan diri akibat persalinan dan melahirkan akan mempengaruhi perilaku bayi baru lahir saat mereka mulai terorganisasi Kejadian di lingkungan dan stimulus Efek obat-obatan maternal yang diberikan selama persalinan kepada bayi baru lahir. (masih kontroversi) Perilaku Sensori Penglihatan Pupil bayi bereaksi terhadap rangsangan cahaya sehingga refleks mengedip mudah. Kelenjar air mata biasanya belum berfungsi sampai bayi berusia 2-4 minggu. Jarak pandang paling jelas17-20 cm BBL sensitif tehadap cahaya dengan mengerutkan wajah bila suatu cahaya terang diarahkan ke wajahnya dan akan memalingkan kepala ke cahaya yang teduh.

Respon terhadap gerakan dilihat bila suatu obyek yang terang (bahkan pada usia 15 menit), mereka akan mengikuti objek tersebut dengan matanya dan sebagian bayi akan memalingkan kepalanya untuk melakukan hal tersebut. Pendengaran 1 menit setelah bayi lahir cairan ammnion keluar dari telinga, pendengaran bayi sama dengan pendengaran orang dewasa. Bayi berespon terhadap suara ibunya. Sentuhan Wajah, terutama mulut, tangan dan telapak kaki merupakan daerah yang paling sensitif terhadap sentuhan, misalnya sentuhan ujung jari, mengusap-usap wajah dengan lembut, dan memijat punggung. Refleks dapat ditunjukkan dengan memukul-mukul. Trauma atau stress lahir serta obat-obatan depresan yang dipakai ibu mmenggurangi sensitivitas bayi terhadap stimulus sentuhan atau stimulus nyeri. Pengecap Bayi baru lahir memilki sistem kecap yang berkembang baik Larutan yang hambar tidak membuat bayi berespons, sedangakan larutan yang manis membuat bayi mengisap dengan bersemangat. Larutan asam membuat bayi menggerakkan bibirnya dan larutan pahit membuat bayi marah. Penciuman Indera penciuman bayi baru lahir sudah berkembang baik saat bayi lahir dengan memberi reaksi yang sama dengan reaksi orang dewasa, bila diberi bau yang menyenangkan. Bayi yang disusui mampu membaui ASI dan dapat membedakan ibunya dari ibu yang lain yang juga menyusui. Respon Terhadap Stimulus Lingkungan

Temperamen : BBL memiliki reseptor sensoris yang mampu memberikan respon selektif terhadap berbagai stimulus yang terdapat di lingkungan internal dan eksternal. Habituasi : Merupakan mekanisme proteksi. Habituasi membuat bayi terbiasa dengan stimulus lingkungan. Bayi baru lahir yang diberi stimulus baru akan membuka matanya lebar-lebar dan mengarahkan pandangannya untuk sesaat, tetapi pada akhirnya ia menjadi tidak tertarik lagi. Kemampuan berhabituasi memungkinkan bayi baru lahir menyeleksi stimulus yang meningkatkan kemampuannya mempelajari dunia sosial, sehingga menghindari rasa berlebihan. Konsolasi : Menangis merupakan salah satu inisiatif bayi dalam mengurangi stress yang dialaminya. Gerakan tangan kearah mulut umum, dengan atau tanpa menghisap. Bayi juga terjaga jika diberi stimulus suara, bunyi atau stimulus visual. Iritabilitas : Beberapa bayi baru lahir menangis lebih lama dan lebih keras daripada bayi yang lain. Mereka mudah marah akibat suara asing, rasa lapar, basah atau pengalaman baru dan mereka berespon dengan intens. Menangis : Menangis pada bayi berarti berkomunikasi dan bisa menunjukkan rasa lapar, nyeri, keinginan untuk diperhatikan atau rasa tidak puas. Menggendong bayi: Saat digendong bayi akan menyesuaikan tubuhnya dengan bentuk lekukan tubuh si pemberi perawatan. IV. PEDOMAN ANTISIPASI DALAM MERAWAT BAYI BARU LAHIR Temperatur Peningkatan temperatur tubuh (menangis, stress dingin yang menyebabkan vasokonstriksi, infeksi), dan respons lingkungan yang ekstrem. Tanda yang perlu dilaporkan, seperti temperature tinggi dan rendah, hidung tersumbat, letargi, iritabilitas, tidak mau makan dan menangis. Cara menurunkan suhu tubuh, memandikan dengan air hangat kuku, mengenakan pakaian yang sesuai dengan temperature ruangan pada bayi, dan lindungi bayi dari paparan sinar matahari yang lama. Pentingnya memakaikan bayi pembungkus hangat atau selimut ekstra jika udara dingin. Cara membaca thermometer dan mengukur aksila bayi.

Pernapasan Berapa variasi normal frekuensi dan irama pernapasan. Refleks apa yang dilakukan bayi untuk membersihkan jalan napas, misalnya, bersin. Perlunya melindungi bayi dari hal-hal berikut : Polusi akibat lingkungan yang penuh asap. Orang yang menderita infeksi saluran napas atas. Sufokasi. Tanda-tanda yang mengindikasikan selesma. Beri bayi makanan dalam jumlah lebih sedikit, tetapi lebih sering supaya bayi tidak menjadi terlalu lemah. Gendong bayi dalam posisi tegak. Beri air steril atau waktu perawtan ekstra. Saat tidur, tinggikan kepala dan dada bayi. Hindari angin dan jangan mengenakan terlalu banyak pakaian pada bayi. Gunakan hanya obat yang diresepka dokter. Lindungi bibir atas dengan sebuah pelapis tipis dari bahan petroleum untuk meminimalakan ekskoriasi akibat sekresi hidung. Eliminasi Perubahan apa yang orangtua dapat harapkan tentang warna feses, jumlah defekasi, dan bau tinja yang mendapat air susu ibu atau bayi yang mendapat susu botol. Warna urin normal yang seharusnya dan berapa jumlah berkemih yang orangtua dapat harapkan dari bayi dalam sehari. Keamanan Cara melindungi bayi dari trauma, antara lain: menjauhkan obyek, seperti peniti dan gunting dari jangkauan bayi. Melindungi bayi supaya tidak jatuh dengan mengajarkan orangtua untuk memegang bayi dengan cara yang aman. Untuk memasangkan sabuk pengaman di tempat duduk

dan kereta dorong bayi, untuk meninggikan sisi tempat tidur di tempat tidur bayi, untuk tidak pernah meninggalkan bayi sendiri di atas meja atau di atas tempat tidur bayi. Cara mencegah bayi merasakan panas yang berlebihan atau supaya bayi tidak menggigil Hal-hala yang harus diperhatikan saat memindahkan bayi terutama jika menggunakan kendaraan. Penggunaan tempat duduk bayi di mobil diatur oleh undang-undang di 33 negara bagian V. KLASIFIKASI DAN TINGKAT KEMATANGAN BAYI BARU LAHIR (BALLARD SCORE) Tes ini untuk menentukan usia gestasi bayi baru lahir melalui penilaian neuromuskular dan fisik. Penilaian neuromuskular meliputi postur, square window, arm recoil, sudut popliteal, scarf sign dan heel to ear maneuver. Penilaian fisik yang diamati adalah kulit, lanugo, permukaan plantar, payudara, mata/telinga, dan genitalia. Penilaian Maturitas Neuromuskular a. Postur Tonus otot tubuh tercermin dalam postur tubuh bayi saat istirahat dan adanya tahanan saat otot diregangkan. Ketika pematangan berlangsung, berangsur-angsur janin mengalami peningkatan tonus fleksor pasif dengan arah sentripetal, dimana ekstremitas bawah sedikit lebih awal dari ekstremitas atas. Pada awal kehamilan hanya pergelangan kaki yang fleksi. Lutut mulai fleksi bersamaan dengan pergelangan tangan. Pinggul mulai fleksi, kemudian diikuti dengan abduksi siku, lalu fleksi bahu. Pada bayi prematur tonus pasif ekstensor tidak mendapat perlawanan, sedangkan pada bayi yang mendekati matur menunjukkan perlawanan tonus fleksi pasif yang progresif. Untuk mengamati postur, bayi ditempatkan terlentang dan pemeriksa menunggu sampai bayi menjadi tenang pada posisi nyamannya. Jika bayi ditemukan terlentang, dapat dilakukan manipulasi ringan dari ekstremitas dengan memfleksikan jika ekstensi atau sebaliknya. Hal ini akan memungkinkan bayi menemukan posisi dasar kenyamanannya. Fleksi panggul tanpa abduksi memberikan gambaran seperti posisi kaki kodok. Square Window Fleksibilitas pergelangan tangan dan atau tahanan terhadap peregangan ekstensor memberikan hasil sudut fleksi pada pergelangan tangan. Pemeriksa

meluruskan jarijari bayi dan menekan punggung tangan dekat dengan jari-jari dengan lembut. Hasil sudut antara telapak tangan dan lengan bawah bayi dari preterm hingga posterm diperkirakan berturut-turut > 90 , 90 , 60 , 45 , 30 , dan 0 . Arm Recoil Manuver ini berfokus pada fleksor pasif dari tonus otot biseps dengan mengukur sudut mundur singkat setelah sendi siku difleksi dan ekstensikan. Arm recoil dilakukan dengan cara evaluasi saat bayi terlentang. Pegang kedua tangan bayi, fleksikan lengan bagian bawah sejauh mungkin dalam 5 detik, lalu rentangkan kedua lengan dan lepaskan. Amati reaksi bayi saat lengan dilepaskan. Skor 0: tangan tetap terentang/ gerakan acak, Skor 1: fleksi parsial 140-180 , Skor 2: fleksi parsial 110-140 , Skor 3: fleksi parsial 90-100 , dan Skor 4: kembali ke fleksi penuh Popliteal Angle Manuver ini menilai pematangan tonus fleksor pasif sendi lutut dengan menguji resistensi ekstremitas bawah terhadap ekstensi. Dengan bayi berbaring telentang, dan tanpa popok, paha ditempatkan lembut di perut bayi dengan lutut tertekuk penuh. Setelah bayi rileks dalam posisi ini, pemeriksa memegang kaki satu sisi dengan lembut dengan satu tangan sementara mendukung sisi paha dengan tangan yang lain. Jangan memberikan tekanan pada paha belakang, karena hal ini dapat mengganggu interpretasi. Kaki diekstensikan sampai terdapat resistensi pasti terhadap ekstensi. Ukur sudut yang terbentuk antara paha dan betis di daerah popliteal. Perlu diingat bahwa pemeriksa harus menunggu sampai bayi berhenti menendang secara aktif sebelum melakukan ekstensi kaki. Posisi Frank Breech pralahir akan mengganggu maneuver ini untuk 24 hingga 48 jam pertama usia karena bayi mengalami kelelahan fleksor berkepanjangan intrauterine. Tes harus diulang setelah pemulihan telah terjadi Scarf Sign Manuver ini menguji tonus pasif fleksor gelang bahu. Dengan bayi berbaring telentang, pemeriksa mengarahkan kepala bayi ke garis tengah tubuh dan mendorong tangan bayi melalui dada bagian atas dengan satu tangan dan ibu jari dari tangan sisi lain pemeriksa diletakkan pada siku bayi. Siku mungkin perlu diangkat melewati badan, namun kedua bahu harus tetap menempel di permukaan meja dan kepala tetap lurus dan amati posisi siku pada dada bayi dan bandingkan dengan angka pada lembar kerja, yakni, penuh pada tingkat leher (-1); garis aksila kontralateral (0); kontralateral baris

puting (1); prosesus xyphoid (2); garis puting ipsilateral (3); dan garis aksila ipsilateral (4) Heel to Ear Manuver ini menilai tonus pasif otot fleksor pada gelang panggul dengan memberikan fleksi pasif atau tahanan terhadap otot-otot posterior fleksor pinggul. Dengan posisi bayi terlentang lalu pegang kaki bayi dengan ibu jari dan telunjuk, tarik sedekat mungkin dengan kepala tanpa memaksa, pertahankan panggul pada permukaan meja periksa dan amati jarak antara kaki dan kepala serta tingkat ekstensi lutut ( bandingkan dengan angka pada lembar kerja). Penguji mencatat lokasi dimana resistensi signifikan dirasakan. Hasil dicatat sebagai resistensi tumit ketika berada pada atau dekat: telinga (-1); hidung (0); dagu (1); puting baris (2); daerah pusar (3); dan lipatan femoralis (4) Penilaian Maturitas Fisik a. Kulit Pematangan kulit janin melibatkan pengembangan struktur intrinsiknya bersamaan dengan hilangnya secara bertahap dari lapisan pelindung, yaitu vernix caseosa. Oleh karena itu kulit menebal, mengering dan menjadi keriput dan / atau mengelupas dan dapat timbul ruam selama pematangan janin. Fenomena ini bisa terjadi dengan kecepatan berbeda-beda pada masing-masing janin tergantung pada pada kondisi ibu dan lingkungan intrauterin. Sebelum perkembangan lapisan epidermis dengan stratum corneumnya, kulit agak transparan dan lengket ke jari pemeriksa. Pada usia perkembangan selanjutnya kulit menjadi lebih halus, menebal dan menghasilkan pelumas, yaitu vernix, yang menghilang menjelang akhir kehamilan. pada keadaan matur dan pos matur, janin dapat mengeluarkan mekonium dalam cairan ketuban. Hal ini dapat mempercepat proses pengeringan kulit, menyebabkan mengelupas, pecahpecah, dehidrasi, sepeti sebuah perkamen. b. Lanugo Lanugo adalah rambut halus yang menutupi tubuh fetus. Pada extreme prematurity kulit janin sedikit sekali terdapat lanugo. Lanugo mulai tumbuh pada usia gestasi 24 hingga 25 minggu dan biasanya sangat banyak, terutama di bahu dan punggung atas ketika memasuki minggu ke 28. Lanugo mulai menipis dimulai dari

punggung bagian bawah. Daerah yang tidak ditutupi lanugo meluas sejalan dengan maturitasnya dan biasanya yang paling luas terdapat di daerah lumbosakral. Pada punggung bayi matur biasanya sudah tidak ditutupi lanugo. Variasi jumlah dan lokasi lanugo pada masing-masing usia gestasi tergantung pada genetik, kebangsaan, keadaan hormonal, metabolik, serta pengaruh gizi. Sebagai contoh bayi dari ibu dengan diabetes mempunyai lanugo yang sangat banyak. Pada melakukan skoring pemeriksa hendaknya menilai pada daerah yang mewakili jumlah relatif lanugo bayi yakni pada daerah atas dan bawah dari punggung bayi. c. Permukaan Plantar Garis telapak kaki pertama kali muncul pada bagian anterior ini kemungkinan berkaitan dengan posisi bayi ketika di dalam kandungan. Bayi dari ras selain kulit putih mempunyai sedikit garis telapak kaki lebih sedikit saat lahir. Di sisi lain pada bayi kulit hitam dilaporkan terdapat percepatan maturitas neuromuskular sehingga timbulnya garis pada telapak kaki tidak mengalami penurunan. Namun demikian penialaian dengan menggunakan skor Ballard tidak didasarkan atas ras atau etnis tertentu. Bayi very premature dan extremely immature tidak mempunyai garis pada telapak kaki. Untuk membantu menilai maturitas fisik bayi tersebut berdasarkan permukaan plantar maka dipakai ukuran panjang dari ujung jari hingga tumit. Untuk jarak kurang dari 40 mm diberikan skor -2, untuk jarak antara 40 hingga 50 mm diberikan skor -1. Hasil pemeriksaan disesuaikan dengan skor di table d. Payudara Areola mammae terdiri atas jaringan mammae yang tumbuh akibat stimulasi esterogen ibu dan jaringan lemak yang tergantung dari nutrisi yang diterima janin. Pemeriksa menilai ukuran areola dan menilai ada atau tidaknya bintik-bintik akibat pertumbuhan papila Montgomer. Kemudian dilakukan palpasi jaringan mammae di bawah areola dengan ibu jari dan telunjuk untuk mengukur diameternya dalam milimeter. e. Mata/ Telinga Daun telinga pada fetus mengalami penambahan kartilago seiring perkembangannya menuju matur. Pemeriksaan yang dilakukan terdiri atas palpasi ketebalan kartilago kemudian pemeriksa melipat daun telinga ke arah wajah kemudian lepaskan dan pemeriksa mengamati kecepatan kembalinya daun telinga ketika

dilepaskan ke posisi semulanya. Pemeriksaan mata pada intinya menilai kematangan berdasarkan perkembangan palpebra. Pemeriksa berusaha membuka dan memisahkan palpebra superior dan inferior dengan menggunakan jari telunjuk dan ibu jari. Pada bayi extremely premature palpebara akan menempel erat satu sama lain. Dengan bertambahnya maturitas palpebra kemudian bisa dipisahkan walaupun hanya satu sisi dan meningggalkan sisi lainnya tetap pada posisinya. Hasil pemeriksaan pemeriksa kemudian disesuaikan dengan skor dalam tabel. Perlu diingat bahwa banyak terdapat variasi kematangan palpebra pada individu dengan usia gestasi yang sama. Hal ini dikarenakan terdapat faktor seperti stress intrauterin dan faktor humoral yang mempengaruhi perkembangan kematangan palpebra. f. Genital (Pria) Testis pada fetus mulai turun dari cavum peritoneum ke dalam scrotum kurang lebih pada minggu ke 30 gestasi. Testis kiri turun mendahului testis kanan yakni pada sekitar minggu ke 32. Kedua testis biasanya sudah dapat diraba di canalis inguinalis bagian atas atau bawah pada minggu ke 33 hingga 34 kehamilan. Bersamaan dengan itu, kulit skrotum menjadi lebih tebal dan membentuk rugae. Testis dikatakan telah turun secara penuh apabila terdapat di dalam zona berugae. Pada nenonatus extremely premature scrotum datar, lembut, dan kadang belum bisa dibedakan jenis kelaminnya. Berbeda halnya pada neonatus matur hingga posmatur, scrotum biasanya seperti pendulum dan dapat menyentuh kasur ketika berbaring. g. Genital (Wanita) Untuk memeriksa genitalia neonatus perempuan maka neonatus harus diposisikan telentang dengan pinggul abduksi kurang lebih 45o dari garis horisontal. Abduksi yang berlebihan dapat menyebabkan labia minora dan klitoris tampak lebih menonjol sedangkan aduksi menyebabkankeduanya tertutupi oleh labia majora. Pada neonatus extremely premature labia datar dan klitoris sangat menonjol dan menyerupai penis. Sejalan dengan berkembangnya maturitas fisik, klitoris menjadi tidak begitu menonjol dan labia minora menjadi lebih menonjol. Mendekati usia kehamilan matur labia minora dan klitoris menyusut dan cenderung tertutupi oleh labia majora yang membesar. Labia majora tersusun atas lemak dan ketebalannya bergantung pada nutrisi intrauterin. Nutrisi yang berlebihan dapat menyebabkan labia majora menjadi besar pada awal gestasi. Sebaliknya nutrisi yang kurang menyebabkan labia majora cenderung

kecil meskipun pada usia kehamilan matur atau posmatur dan labia minora serta klitoris cenderung lebih menonjol.

VI. PERAWATAN BAYI BARU LAHIR Perawatan Tali Pusat Perawatan tali pusat adalah memberikan perawatan tali pusat pada bayi baru lahir sampai tali pusat mengering dan lepas dengan spontan. Tujuan : 1. Mencegah terjadinya infeksi 2. Mempercepat proses pengeringan tali pusat

3. Mempercepat terlepasnya tali pusat Persiapan : a. Persiapan Alat - Alkohol 70% dalam tempatnya - Kasa steril 1 buah b. Persiapan klien Setelah dimandikan dan dikeringkan, bayi dibaringkan diatas meja khusus atau tempat tidur. Pelaksanaan 1. Cuci tangan 2. Buka kasa pembungkus tali pusat, bila susah di buka, kasa pembungkus terlebih dahulu dibasahi dengan lidi waten alcohol 70% 3. Bila tali pusat masih basah/lembab bersihkan tali pusat dengan lidi waten alcohol 70% dari pangkal menuju ujung tali pusar sampai bersih. 4. Kemudian oleskan betadine 10% seperti cara diatas (dari pangkal ke ujung tali pusat) 5. Tali pusat kemudian di bungkus dengan kasa steril (Bentuk segitiga) dan ikatkan dengan cara lipatkan. 5. Kemudian pakaian bayi dikenakan dan dirapikan 6. Cuci tangan kembali. Hal-hal yang harus diperhatikan : 1. Perawatan tali pusat dilakukan secara rutin setiap selesai mandi dan sewaktu-waktu bila diperlukan. 2. Daerah sekitar tali pusat harus selalu dalam keadaan kering dan bersih untuk mencegah terjadinya infeksi. 3. Dilarang menggunakan plester untuk menguatkan ikatan karena bisa terjadi iritasi pada kulit bayi. Pencegahan infeksi pada tali pusat Merawat tali pusat berarti menjaga agar luka tersebut tetap bersih, tidak terkena air kencing, kotoran bayi atau tanah.

Bila kotor, cuci luka tali pusat dengan air bersih yang mengalir dan segera keringkan dengan kassa kering dan dibungkus dengan kassa tipis yang steril dan kering.

Dilarang membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur, dan sebagainya pada luka tali pusat sebab akan menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir dengan kematian neonatal.

Tanda- tanda infeksi tali pusat adalah: a. Kulit sekitarnya berwarna kemerahan. b. Ada pus atau nanah. Memandikan Bayi Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam jam setelah lahir. Praktik memandikan bayi yang dianjurkan adalah : Tunggu sedikitnya 6 jam setelah lahir sebelum memandikan bayi (lebih lama jika bayi mengalami asfiksia atau hipotermi) Sebelum memandikan bayi, periksa bahwa suhu tubuh stabil (suhu aksila antara 36,5 C 37 C). Jika suhu tubuh bayi masih dibawah 36,5 C, selimuti kembali tubuh bayi secara longgar, tutupi bagian kepala dan tempatkan bersama ibunya di tempat tidur atau lakukan persentuhan kuli ibu bayi dan selimuti keduanya. Tunda memandikan bayi hingga suhu tubuh bayi tetap stabil dalam waktu (paling sedikit) satu 1 jam. Tunda untuk memandikan bayi yang sedang mengalami masalah pernapasan Sebelum bayi dimandikan, pastikan ruangan mandinya hangat dan tidak ada tiupan angin. Siapkan handuk bersih dan kering untuk mengeringkan tubuh bayi dan siapkan beberapa lembar kain atau selimut bersih dan kering untuk menyelimuti tubuh bayi setelah dimandikan. Memandikan bayi secara cepat dengan air bersih dan hangat Segera keringkan bayi dengan menggunakan handuk bersih dan kering

Ganti handuk yang basah dengan selimut bersih dan kering, kemudian selimuti tubuh bayi secara longgar. Pastikan bagian kepala bayi diselimuti dengan baik Bayi dapat diletakkan bersentuhan kulit dengan ibu dan diselimuti dengan baik Ibu dan bayi disatukan di tempat dan anjurkan ibu untuk menyusukan bayinya Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat Idealnya bayi baru lahir ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya, untuk menjaga bayi tetap hangat dan mendorong ibu untuk segera memberikan ASI Merawat Linen Bayi Umumnya, bayi memerlukan pakaian berlapis agar lebih nyaman. Untuk mengetahui apakah bayi cukup hangat atau tidak, sentuhlah tangan dan kakinya. Bila terasa dingin, tambahlah selimutnya. Tak cukup hanya mengutamakan kenyamanan, yang paling harus diperhatikan oleh ibu adalah menjaga kehegienisan pakaian bayi. Pakaian yang dikenakan harus bersih dan kering. Ganti pakaian basah sesegera mungkin karena bila tidak maka selain tidak nyaman bagi bayi juga dapat menyebabkan timbulnya jamur yang bisa membuat bayi gatal-gatal dan timbul biang keringat. Segeralah ganti popok yang basah bila bayi pipis atau buang air besar, karena bila tetap dipakai, popok yang basah tersebut dapat menyebabkan infeksi. Selain itu, ibu juga harus memperhatikan kebersihan tubuh bayi. Segera usap bila bayi terkena cairan susu atau yang lain dan pastikan kulit bayi kembali kering. Berikan bedak di setiap lipatan badan bayi untuk menghindarkan luka. Pastikan pakaian bayi anda cukup nyaman, tidak terlalu tebal namun juga tidak terlalu tipis. Pilihlah bahan katun yang dapat menyerap keringatnya dan juga menghindari gatalgatal. Ibu juga dapat memakaikan pakaian dalam bayi seperti singlet atau kaus tambahan yang tipis untuk melindungi bayi dari masuk angin.Begitu juga untuk selimut, pilihlah bahan yang tidak terlalu tebal sehingga tidak membuat bayi terlalu panas. Untuk bayi yang sudah berumur lebih dari 3 bulan, ibu dapat memakaikan singlet karena bayi sudah mulai beradaptasi dengan suhu udara sekitar. Bayi cenderung tidak bisa diam, oleh karena itu pegang dia baik-baik pada saat bajunya diganti. Jangan sepelekan mobilitas bayi. Jangan pernah meninggalkannya seorang diri, walau hanya sekejap. Kalau akan memakaikan baju kaos dan sweater,

gulung semua keatas sampai ke leher baju lalu masukkan belakang kepala bayi lebih dulu, lalu dahi dan hidungnya. Kemudian masukkan tangan bayi perlahan-lahan ke dalam lengan baju. Jikalau akan melepaskan sweater atau baju kaos, keluarkan dulu lengan bayi perlahan-lahan dari lengan baju. Renggangkan leher baju lalu angkat keatas melewati dagu, hidung dan dahi bayi. Sesudah itu, lepaskan melewati belakang kepala bayi. Dalam merawat bayi diperlukan perhatian ekstra dan juga tenaga ekstra. Untuk mencuci pakaiannya pun tak boleh sembarangan karena ia bisa menimbulkan alergi terhadap kulit yang disebabkan bahan kimia tertentu. Untuk itu ada beberapa trik yang harus diperhatikan orang tua saat mencuci pakaian bayi, diantaranya : Cuci Pakaian Bayi Baru sebelum Dipakai Pakaian bayi baru harus terlebih dahulu dicuci sebelum dipakaikan ke bayi anda, agar pakaian lebih steril. Pilih Deterjen yang Aman bagi Bayi Waspadai jika bayi menunjukkan tanda alergi setelah memakai pakaian yang baru saja dicuci. Bisa jadi sebabnya adalah deterjen yang anda gunakan. Bila terjadi tanda alergi pada kulit, hentikan pemakaian deterjen dan segera konsultasikan ke dokter. Hindari Pemutih Hindari penggunaan pemutih atau deterjen yang mengandung pemutih untuk mencuci Bahan kimia dalam pemutih pakaian bisa menyebabkan iritasi kulit pada bayi atau lebih parah bisa menyebabkan penyakit kulit. Hindari Penggunaan Softener Jika keadaan mengharuskan pemakaian softener pastikan kandungan softener tersebut aman bagi bayi anda. Pasalnya softener juga bisa menyebabkan iritasi dan alergi pada kulit bayi anda. Penggunaan Pengering Gunakan temperatur paling rendah saat mengeringkan pakaian bayi dalam mesin pengering untuk menghindari baju menyusut, sekaligus membuat pakaian bayi terlihat lebih segar. Pemenuhan Nutrisi Bayi ASI adalah makanan yang terbaik untuk bayi.

Manfaat ASI : ASI mengandung semua kebutuhan gizi yang diperlukan bayi ASI mengandung zat gizi yang mudah dicerna bayi Produksi ASI sesuai dengan kebutuhan bayi ASI mengandung berbagai zat anti sehingga bayi tidak mudah terkena infeksi ASI tidak mengandung kuman ASI selalu segar dan tidak pernah basi serta bisa diberikan kapan saja dan dimana saja ASI dapat mencegah alergi ASI akan mempererat hubungan batin antara ibu dan bayi Berikan asi sesering keinginan bayi atau kebutuhan ibu (jika payudara ibu penuh) Frekuensi menyusui setiap 2-4 jam sekali Pastikan bayi mendapat cukup colostrum selama 24 jam. Colostrum memberikan zat perlindungan terhadap infeksi dan membantu pengeluaran mekonium. Berikan ASI saja sampai umur 6 bulan

Dalam memenuhi kebutuhan nutrisi bayi, yaitu :

Exercise pada Bayi Jenis Stimulasi Yang Dapat Diberikan Stimulasi adalah perangsangan yang datang dari lingkungan luar bayi, sehingga bayi akan lebih mudah melakukan suatu gerakan. Stimulasi merupakan hal yang sangat penting dalam perkembangan anak. Anak yang mendapat stimulasi yang terarah akan lebih cepat perkembangannya daripada anak yang kurang atau tidak mendapat stimulasi. 1. Tapping (Ketukan) adalah upaya untuk meningkatkan kekuatan (tonus) otot melalui stimulasi raba dengan ketukan lembut pada otot menggunakan bagian dalam jari-jari tangan. Contoh : melatih agar bayi pada posisi tengkurap dapat mengangkat kepala, maka diberikan ketukan pada daerah pangkal leher dan punggung atas. 2. Latihan Penumpuan Berat Badan yaitu upaya stimulasi pada sendi dengan menggunakan beban berupa berat badan atau anggota badan itu sendiri untuk

menguatkan otot-otot sekitar sendi. Contoh : pada posisi tengkurap, bayi dilatih menumpu badanya pada kedua lengan. 3. Latihan Gerak adalah upaya merangsang kemampuan gerak bayi dengan cara anggota gerak (lengan dan tungkai) digerakkan. Contoh : melatih bayi agar mampu berguling, dilakukan gerak berupa salah satu tungkai bayi digerakkan menyilang tungkai yang lain. 1. Latihan Stimulasi Perkembangan Bayi Latihan mengangkat kepala pada posisi tengkurap: Tengkurapkan bayi, ibu disamping bayi. Beri ketukan lembut pada punggung atas bayi hingga kepala bayi terangkat.

Lakukan selama 2-3 menit, 2 kali sehari. 2. Latihan mempertahankan kepala tetap tegak: Bayi dipangku dengan dipegangi pada dadanya. Berikan tekanan ringan pada kepala bayi kearah leher (bawah). Lakukan selama

2-3 menit, 2 kali sehari. 3. Latihan menumpu badan dengan kedua lengan: Tengkurapkan bayi dengan lengan menyangga badan, pegangi pada kanan kiri Beri tekanan ringan pada kedua bahu dengan arah menuju lengan. Lakukan 2-3 bahunya. manit, 2 kali shari. 4. Latihan berguling dari posisi terlentang: Bayi terlentang, pegangi pada kaki kanan kirinya. Gerakkan salah satu kaki memutar menyilang kaki yang lain sehingga bayi

tengkurap. Lakukan 2-3 menit, 2 kali sehari. 5. Latihan duduk dari tengkurap: Bayi tengkurap, pegangi dari kanan kiri panggulnya. Beri tarikan pada panggul kearah duduk. Lakukan 2-3 menit, 2 kali sehari. Posisikan bayi duduk di depan ibu, pegangi pada kedua bahunya dari atas. Beri tekanan lembut pada kedua bahunya ke arah bawah.

6. Latihan mempertahankan posisi duduk tegak:

7. Latihan keseimbangan pada posisi duduk tegak: Posisi bayi duduk, pegangi kedua lengannya. Beri dorongan lembut pada lengan bayi ke kiri kanan bergantian. Lanjutkan dengan dorongan lembut ke depan-belakang bergantian. Posisi bayi duduk, pegangi kedua lengannya dari depan. Beri tarikan pada kedua lengannya ke arah depan atas sehingga bayi berdiri. Posisikan bayi berdiri dengan dipegangi panggulnya dari samping. Beri dorongan pada panggul secar lembut ke kanan kiri bergantian. Lanjutkan dengan dorongan lembut ke depan belakang.

8. Latihan berdiri:

9. Latihan keseimbangan pada posisi berdiri:

VII. ASPEK BUDAYA BAYI BARU LAHIR Para perawat berinteraksi dengan keluarga dari kebudayaan atau kelompok entis yang berbeda, dapat memberi asuhan keperawatan esensial sesuai dengan budaya dengan menguji secara teliti keyakinan-keyakinan budaya , mengidentifikasi bias, sikap, dan penilaian mempelajari praktek dari kebudayaan-kebudayaan yang penting . Beberapa kebudayaan memberikan prioritas tinggi untuk memiliki anak lakilaki, wanita yang melahirkan anak laki-laki menerima status yang lebih tinggi dalam keluarga, ini berlaku pada keluarga Cina tradisional. Dalam keluarga hispanic trdisional, nenek diharapkan memainkan peranan dalam merawat bayi baru lahir (Burrougs, A & Laifer, G 2001). Menurut galanti ( dikutip dari Bobak dkk, 2004) Orang Amerika-Meksiko memiliki beberapa tradisi seperti, menyusui pada bayi baru lahir dimulai pada hari keempat, karena kolostrum dianggap kotor atau tercemar . Minyak zaitun atau jarak diberikan pada bayi baru lahir karena dianggap dapat menstimulasi pengeluaran mekonium. Bayi laki-laki tidak disirkumsisi, dan telinga bayi laki- laki ditindik. Berbagai obat juga digunakan untuk mengatasi mal ajo dan fontanel yang cekung. Kebudayaan pada bayi baru lahir ini menyebabkan banyaknya mitos mengenai bayi baru lahir. Mitos-mitos yang lahir dimasyarakat ini kebenarannya kadang tidak masuk akal dan bahkan dapat berbahaya bagi ibu dan bayi. Hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang merawat bayi baru lahir.

Ada pun mitos dan fakta merawat bayi baru lahir hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang cara merawat bayi antara lain : Dibedong agar kaki tidak bengkok dikarenakan hampir setiap bayi memiliki kaki yang tampak bengkok, begitulah fisiologis kaki bayi. Ini disebabkan karena ia masih terbiasa dengan posisi meringkuk ketika masih berada didalam rahim. Beberapa ibu membedong bayi untuk melindungi dari dingin, baik karena faktor cuaca atau setelah mandi. Hidung ditarik agar mancung.

Tidak ada hubungannya menarik hidung dengan mancung tidaknya hidung, semua tergantung dari bentuk tulang hidungnya. Bayi yang mengalami kuning beberapa hari pasca kelahirannya harus dijemur diruangan terbuka. Penyakit kuning yang diderita bayi merupakan proses alamiah dari pemecahan sel darah ibunya. Proses ini memang dapat terbantu oleh sinar matahari. ASI pertama yang berwarna kekuningan merupakan asi yang sudah basi dan tidak baik dikonsumsi bayi. ASI pertama adalah kolostrum yang mengandung zat kekebalan tubuh dan kaya akan protein Ketika bayi demam harus dikompres air dingin. Setelah dikompres, tubuh yang awalnya panas mungkin akan terasa dingin begitu diraba. Akan tetapi ini bukan pertanda bahwa si kecil membaik. Sebaliknya suhu dingin dari kompresan tersebut akan mengirim sinyal yang salah kepada tubuh anak. Dalam menghadapi suatu kebudayaan pada masa bayi baru lahir maka kita memerlukan suatu perencanaan dan pemantauan kesehatan, salah satunya dengan penyuluhan agar kita dapat mengubah atau memperbaiki suatu keadaan dalam mitos yang dapat merugikan ibu, janin dan bayi. Tenaga kesehatan harus mampu menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungannya, beradaptasi dengan budaya-budaya dominan yang ada di daerahnya, dan memberikan penyuluhan tentang kesehatan ibu dan bayi baru lahir agar para ibu dan masyarakat di lingkungannya dapat mengerti benar . VIII. PENDIDIKAN KESEHATAN BAYI BARU LAHIR Interaksi Sosial

Aktivitas sehari-hari selama periode neonatal merupakan waktu terbaik bagi bayi dan keluaraga untuk melakukan interaksi. Sambil mengasuh bayi, ibu dan ayah dapat berbicara kepada bayinya, bermain dengan bayi, dan memeluk sambil mengusap-usap bayinya. Aktivitas mengasuh bayi baru lahir dibagi anatara perawat dan orangtua. Perawat bertindak sebagai guru pendukung. Pengjaran tentang mengasuh bayi bisa lewat film dan video.

Memberi Makan Bayi Bayi dapat disusui setelah lahir atau sekurang kurangnya dalam empat jam setelah lahir. Apabila bayi akan diberi susu botol, perawat bisa menawarkan sedikit air steril untuk memastikan bahwa refleks menelan dan refleks menghisap bayi berfungsi dengan baik dan tidak ada anomali.kebanyakan bayi menuntut pemerian makan terjadwal dan dan dapat diberi makan setiap kali mereka bangun. Dianjurakan setiap 3-4 jam sehari danselama beberapa hari setelah bayi lahir diberi makan hanya pada saat terbangun di malam hari. Posisi dan Teknik Menyusui Ada beberapa posisi yang digunakan dalam pemberian makan bayi. Bayi garus berada dalam posisi yang nyaman untuk mempermudahkan keadaan dan tidak harus memutar kepala atau meregangkan lehernya untuk dapat menjangkau puting. Ketika ibu menyentuh lembut bibir bayi dengan putingnya, bayi akan memberi respon dengan refleks rooting alami dan berpaling ke puting dan membuka mulutnya. Puting dan sebagian areaola berada dalam mulut bayi apabila hidung bayi tertutp oleh payudara angkat panggul bayi. Ada beberapa posisi untuk membuat bayi bersendawa.

Menggendong dan Mengatur Posisi Bayi digendong dengan aman denagn menopang kepala karena bayi baru lahir tidak mampu mempertahankan posisi kepalanya tetap tegak selama beberapa detik. Setelah makan posisikan bayi miring kanan untuk mempercepat pengosongan lambung keusus kecil. Memposisikan bayi miring ditempat tidur membuat pengeluaran mukus dari mulut dan tidak menekan tali pusat atau penis yang baru disirkumsisi. Posisi bayi diubah dari satu sisi ke sisi lain untuk membantu mengembangkan kontur tubuh yang sama disis kiri dan kanan serta meredakan tekanan pada bagian tubuh. Punggung bayi membentuk seperti kurva sehingga mudah menggelinding. Selimut yang dilipat atau digulung yang mengganjal punggung akan akan mencegah bayi mengubah posisi menjadi supine dan membuat perasaan bayi tenang. Merawat Tali Pusat Perawatan tali pusat sama dengan perawatan luka operasi lain. Tujuanya adalah mencegah dan mengidentifikasi perdarahan atau infeksi secara dini. Petunjuk tentang teknik perawatan tali pusat , memebersihkan tali pusat dan kulit sekitar dengan obat yangs udah diresepkan dokter misalnya erotromisin, dan setiap hari melakukan pemeriksaan untuk menemukan tanda-tanda infeksi. Klem pada tali pusat dilepas setelah 24 jam ketika tali pusat mengering. Memandikan Bayi

Mandi merupakan kesempatan untuk : membersihkan seluruh tubuh bayi mengobservasi keadaan memberi rasa nyaman mensosialisasi anak-orangtua-keluarga.

Mandi yang pertama ditunda sampai temperatur kulit bayi stabil apad 36,5o C atau sampai temperatr tubuh stabil pada 37oC selama dua jam.pertamakali mandi bayi menggunakan sabun ringan untuk membersihkan darah dan cairan amnion. Membersihkan genitalia cukup tiga sampai 4 hari pertama. Mandi dengan air hangat baik pada minggu pertama kemudian dapat menggunakan sabun ringan. Bayi bar lahir tidak perlu mandi setiap hari. Daerah lipatan yang ditutupi popok perlu dibersihkan dan diperhatikan. Apabila terjadi infeksi stafilokokus pada kulit bayi dimandika dengan deterjen hexaclorophene. Sabun alkali seperti minyak bedak dan losion tidak boleh dipakia karena kan meningkatkan keasaman.sehingga bakteri mudah masuk. Ruam Pengobatan ruam akibat popok dilakukan dengan membiarkan ruam terkena panas dan udara. Membersihkan dan mengeringkan daerah yang terkena air kemih atau tinja dalam mengganti popok setiap kali bayi berkemih atau defekasi mencegah dan membantu mnegatasi ruam akibat popok. Hindari popok sekali pakai atau celana plastik. Panas yang didapat dari senuah lampu berkekuatan 25 watt diletakan sekitar 45 cm di daerah yang sakit. Pakaian Aturan pemakaian pakaian pada bayi sama seperti pada orang dewasa. Sebuah baju atas dan popok untuk bayi kecil cukup. Sebuah topi mngkin diperlukan untuk melindungi kulit epala bayi dari panas. Membungkus bayi dengan selimut, menjaga temperatur tubuh dan meningkatkan rasa aman. Jangan menggunakan baju yang terlalu banyak pada saat udara panas dapata menimbulkan biang keringat dan rasa tidak nyaman. Penggunaan baju yang terlalu tipis pada sat udara dingin juga menimbulkan rasa tidak nyaman. astikan pakaian bayi terbuat dari bahan alami, seperti katun 100%, yang menyerap keringat, mudah dicuci dan disetrika. Panduan berbusana untuk bepergian

lain lagi. Kenakan mantel atau cardigan, kaos kaki, sepatu dan topi pada bayi untuk mencegah dia masuk angin. Perawatan Linen Bayi Membersihkan pakain dilakuakn untuk mengurangi infeksi silang dan membuang sisa sabun. Dirumah, pakai bayi harus dicuci dengan detejen ringan dan air hangat. Membilas pakain dua kali biasanya menghilangkan sisa sisa air kemih atau tinja. Keringkan pakain atau linen di bawah sinar matahari langsung untuk menetralkan residu. Linen tempat tidur perlu sering diganti. Matras pelapis plastik yang biasa diletakan di lapisan paling atas harus sering dicuci, dan tempat tidur juga harus sering dibersihkan dari debu. Peralatan kamar mandi bayi disimpan dalam satu kotak tersendiri.

IX. ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI BARU LAHIR PENGKAJIAN BAYI BARU LAHIR I. IDENTITAS KLIEN Nama Umur Jenis Kelamin Alamat No. peneng Tanggal Masuk Tanggal Pengkajian Biodata Penanggung jawab Nama Umur Jenis Kelamin Alamat : Ny. I : 27 tahun : perempuan :: Bayi Ny. I : 2 Hari :::::-

Pekerjaan Hubungan dengan klien

:: Ibu Bayi

II. RIWAYAT PRENATAL DAN INTRANATAL a. Riwayat Prenatal Masalah kehamilan selama kehamilannya, Memeriksa kehamilan yaitu pada : - Trimester I - Trimester II - Trimester III b.Riwayat Intranatal 1. Lamanya persalinan Kala I Kala II Kala III Kala IV 2. Ketuban Pecah sebelum lahir : . mnt Warna dan Bau 3. Pendarahan Jumlah Warna : . cc : Merah segar : jernih dan Amis :::::::-

4. Resusitasi pada bayi dilakukan dengan resusitasi pembersihan jalan nafas. c. Postnatal 1. Apgar Score 2. BB 3. TB 4. Lingkar Badan 5. Lingkar kepala :5 ::::-

6. Lingkar lengan atas : 7. Mekonium :-

III. PEMERIKSAAN FISIK 1.TTV DJA Suhu Respirasi 2.Kepala Cepal hematoma Cepal succedenium Sutura 3.Mata Kesimetrisan Sklera Konjungtiva 4.Hidung Lubang hidung Cuping hidung 5.Mulut dan Lidah Palatum Warna palatum Warna lidah Refleks hisap dan menelan 6.Telinga Kesimetrisan Warna Daun telinga Lekuk telinga : Simetris antara kiri dan kanan : : ada / tidak ada : ada / tidak ada : Normal : Merah muda : Merah muda : Belum terlatih dengan baik : Ada dan kedua lubang hidung simetris : Ada : Simetris antara mata kanan dan kiri : Putih tidak ada ikhterus : : tidak ada : tidak ada : :::-

Cairan yang keluar 7.Leher

Kelenjar Tiroid: ada pembesaran atau tidak JVP KGB 8.Dada DJA Gerakan 9.Mamae Putting Areola 10.Abdomen Bentuk Bising usus Tali pusat Tonjolan punggung Lipatan bokong Warna kulit bokong 12.GenetaliaTestis Keluar cairan 13.Tangan Pergerakan Jari tangan kanan/kiri Reflek menggenggam 14.Kaki Pergerakan: baik Jari kaki kanan/kiri : Lengkap : Baik : Lengkap : ada : : ada / tidak : : ada / Tidak : Simetris / asimetris : : ada / tidak : ada / tidak :: Dapat mengembang dan mengempis : ada / tidak : : ada peninggian atau tidak : ada pembesaran atau tidak

11.Punggung, Pinggul, dan Bokong

Refleks babinski 15.BadanAktivitas Warna kulit Lanugo Sianosis Tekstur

: Ada : Baik : : : :

IV. PENGKAJIAN REFLEK BAYI BARU LAHIR Refleks Pada Mata: 1. Berkedip atau Refleks korneal: Respon prilaku yang diharapkan: Bayi berkedip pada pemunculan sinar terang yang tiba-tiba atau pada pendekatan objek ke arah kornea: harus menetap sepanjang hidup. Deviasi: Tidak ada kedipan tidak simetris simetris menunjukkan adanya kerusakan pada syaraf kranial II, IV dan V. 2. Pupil: Pupil kontriksi bila sinar terang diarahkan padanya: reflek ini harus ada sepanjang hidup. Deviasi: Kontriksi tidak sama pupil dilatasi terfiksasi 3. Mata boneka: Ketika kepala digerakkan dengan perlahan ke kanan dan kekiri, mata normalnya tidak bergerak: reflek ini harus hilang sesuai perkembangan. Deviasi: Paralis abdusen asimetris Refleks Pada Hidung: 1. Bersin: Respon spontan saluran terhadap iritasi atau obstruksi: reflek ini harus menetap sepanjang hidup. Deviasi: Tidak ada bersin atau bersin terus menerus 2. Glabela: Ketukan halus pada glabela (bagian dahi antara dua alis mata) menyebabkan mata menutup dengan rapat. Deviasi: Tidak ada reflek Refleks Pada Mulut dan Tenggorokan

1. Menghisap: Bayi harus memulai gerakan menghisap kuat pada area sirkumolar sebagai respon terhadap rangsang: reflek ini harus tetap ada selama masa bayi, bahkan tanpa rangsangan sekalipun, seperti pada saat tidur. Deviasi: Menghisap lemah atau tidak ada 2. Muntah: Stimulasi faring posterior oleh makanan, hisapan, atau masuknya selang harus menyebabkan refleksi muntah: reflek ini harus menetap sepanjang hidup Deviasi: Tidak adanya reflek muntah menunjukkan adanya kerusakan pada syaraf glosoferingeal 3. Rooting: Menyentuh atau menekan dagu sepanjang sisi mulut akan menyebabkan bayi membalikan kepala ke arah sisi tersebut dan mulai menghadap: harus hilang kira-kira pada usia 3-4 bulan, tetapi dapat menetap selama 12 bulan. Deviasi: Tidak ada refleks, khususnya bila bayi tidak merasa kenyang 4. Ekstrusi: Bila lidah disentuh atau ditekan, bayi berespon dengan mendorongnya keluar: harus menghilang pada usia 4 bulan Deviasi: Protrusi konstan dari lidah dapat menunjukkan sindrom down 5. Menguap: Respon spontan terhadap penurunan oksigen dengan meningkatkan jumlah udara inspirasi, harus menetap sepanjang hidup. Deviasi: Tidak ada reflek 6. Batuk: Iritasi membran mukosa laring atau pohon trakeobronkial menyebabkan batuk: reflek ini harus tetap ada sepanjang hidup : biasanya ada setelah hari pertama kelahiran. Deviasi: Tidak ada reflek Refleks Pada Ekstremitas 1. Menggenggam: Sentuhan pada telapak tangan atau telapak kaki dekat dasar jari menyebabkan fleksi tangan dan jari kaki, genggaman telapak tangan harus berkurang setelah usia 3 bulan, digantikan dengan gerakan volunter, genggaman plantar berkurang pada usia 8 bulan. Deviasi: Fleksi asimetris dapat menunjukkan paralisis 2. Babinski:

Tekanan ditelapak kaki bagian luar ke arah atas dari tumit dan menyilang bantalan kaki menyebabkan jari kaki hiperekstensi dan halus dorsofleksi: reflek ini harus hilang setelah usia 1 tahun. Deviasi: Menetap setelah usia 1 tahun menunjukkan lesi traktur pyramidal 3. Klonus Pergelangan kaki: Dorsofleksi telapak kaki yang cepat ketika menopang lutut pada posisi fleksi parsial mengakibatkan munculnya satu sampai dua gerakan oskilasi (denyut). Akhirnya tidak boleh ada denyut yang teraba. Deviasi: Beberapa denyutan Refleks Pada Massa atau Tubuh 1. Moro: Denyutan atau perubahan tiba-tiba dalam ekuilibrium yang menyebabkan ekstensi dan abduksi ekstremitas tiba-tiba serta mengipaskan jari membentuk huruf C diikuti dengan fleksi lemah: bayi mungkin menangis: reflek ini harus hilang setelah usia 3-4 bulan, biasa paling kuat selama 2 bulan pertama Deviasi: Menetapnya reflek moro 6 bulan terakhir dapat menunjukkan kerusakan otak reflek moro asimetris atau tidak ada dapat menunjukkan cedera pada fleksus brakial, klavikula, atau humerus. 2. Startle: Suara keras yang tiba-tiba menyebabkan abduksi lengan dengan fleksi siku: tangan tetap tergenggam: harus hilang pada usia 4 bulan. Deviasi: Tidak adanya refleks ini menunjukkan kehilangan pendengaran 3. Perez: Saat bayi tertelungkup pada permukaan keras, ibu jari ditekan sepanjang medula spinalis dari sakrum ke leher: bayi berespon dengan menangis, memfleksikan ekstremitas dan meninggikan pelvis dan kepala:lordosis tulang belakang, serta dapat terjadi defekasi dan urinisasi, hilang padausia 4-6 bulan. Deviasi: Signifikasi hampir sama dengan reflek moro 4. Toknik leher asimetris (menengadah): Jika kepala bayi dimiringkan dengan cepat ke salah satu sisi, lengan dan kakinya akan berekstensi pada sisi tersebut dan lengan yang berlawanan dan kaki fleksi,harus hilang pada usia 3 -4 bulan,untuk digantikan dengan posisi simetris dari kedua sisi tubuh.

Deviasi: Tidak adanya atau menetapnya reflek ini menunjukkan kerusakan sistem syaraf. 5. Neck-rigthting: Jika bayi terlentang, kepala dipalingkan ke satu sisi: bahu dan batang tubuh membalik ke arah tersebut, diikuti dengan pelvis: menghilang pada usia 10 bulan Deviasi: Tidak ada: signifikansinya hampir sama dengan reflek tonik pada leher asimetris 6. Otolith-rigthing: Jika badan bayi yang tegak ditengadahkan, kepala kembali tegak, posisi tegak. Deviasi: Tidak ada:signifikansinya hampir sama dengan tonikleher asimetris 7. Inkurvasi batang tubuh (Galant): Sentuhan pada punggung bayi sepanjang tulang belakang menyebabkan panggul bergerak ke arah sisi yang distimulasi: refleks ini harus hilang pada usia 4 minggu. Deviasi: Tidak adanya refleks ini menunjukkan lesi medula spinalis. 8. Menari atau melangkah: Jika bayi dipegang sedemikian rupa hingga telapak kaki menyentuh permukaan keras, akan ada fleksi dan ekstensi resiprokal dari kaki, menstimulasi berjalan: harus hilang setelah usia 3-4 minggu, digantikan oleh gerakan yang dikehendaki. Deviasi: Langkah tidak simetris 9. Merangkak: Bayi bila ditempatkan pada abdomennya (tertelungkup),membuat gerakan merangkak dengan tangan dan kaki: harus hilang kira kira pada usia 6 minggu. Deviasi: Gerakan tidak simetris 10. Placing: Bila bayi dipegang tegak di bawah lengannya dan sisi dorsal telapak kaki dengan tiba-tiba ditempatkan diatas objek keras, seperti meja, kaki mengangkat seolaholah telapak melangkah diatas meja, usia hilangnya refleks ini bervariasi Deviasi: Tidak ada reflek

V. ANALISA DATA Data DS : Etiologi Bayi lahir Masalah Risiko tinggi perubahan suhu

DO : -

perbedaan suhu tubuh dalam perut ibu dan lingkungan luar Adaptasi Bayi belum mampu mengatur suhu tubuh Risiko tinggi perubahan suhu tubuh: hipotermia/ hipertermia Bayi baru lahir Adaptasi Pertahanan imunologi belum matur Faktor lingkungan Bakteri mudah masuk kedalam tubuh bayi dan berkembang biak Risiko tinggi infeksi Faktor penyebab memiliki keinginan ASI tidak keluar, ibu ada keinginan menurunkan berat badan tetapi masih ingin menyusui Asupan ASI tidak adekuat

tubuh:

hipotermia/

hipertermia

DS : DO:-

Risiko tinggi infeksi

DS : Ibu menurunkan berat badan, tetapi masih ingin menyusui DO : ASI (-)

Gangguan kurang kebutuhan

nutrisi: dari

Bayi tidak mendapat nutrisi optimal Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan V. DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan nutrisi: kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan ASI tidak adekuat ditandai dengan ASI (-). 2. Risiko tinggi perubahan suhu tubuh: hipotermia/ hipertermia berhubungan dengan kontrol terhadap temperatur immatur dan perubahan suhu lingkungan. 3. Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan kurangnya pertahanan imunologi dan faktor lingkungan. INTERVENSI KEPERAWATAN No Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan Setelah Tujuan Intervensi Keperawatan Tinjau riwayat ulang Bayi cukup bulan prenatal yang rentan hipoglikemia yang pada mengalami stress kronis uterus. Stresor kelahiran Perhatikan APGAR tipe/waktu pemberian obat, score kondisi saal lahir, dan stress dingin meningkatkanlaj u metabolisme dan dengan cepat menurunkan dalam khususnya pada Rasional

nutrisi: kurang dilakukan dari kebutuhan perawatan berhubungan ASI dengan DS: DO: ASI (-). dalam x 24 BBL dengan asupan jam, nutrisi dan tidak cairan adekuat ditandai adekuat dengan kriteria hasil : Bebas tanda-tanda hipoglikemia, dengan glukosa normal kadar darah dari

ibu terhadap ada kemungkinan stressor berdampak neonatus.

simpangan glukosa

Menunjukan penurunan berat badan dengan sama atau

dan pada bayi.

suhu

awal

simpanan glukosa.

penerimaan

di ruang perawatan Hipotermi meningkatkan konsumsi energy dan penggunakan simpanan lemak coklat yg tidak dapat diperbaharui. Menetapkan Timbang badan bayi berat saat kebutuhan kalori dan cairan sesuai dengan secara menurun sebanyak 10% dalam 5%3 berat normal badan dasar yang fisik seperti dingin, pengerahan dan berlebihan fisik, pada pemajanan

kurang dari 5%10% berat badan Turunkan stressor lahir pada waktu pulang.

pemancaran panas.

menerima di ruang perawatan setelah itu setiap hari.

sampai 4 hari. BBL Periksa hipoglikemia pada waktu usia 1 jam dengan menggunakan dextrostik, dan lebih sering sesuai kadar 1 jam dapat glukosa setelah

mempertahankan maternal sampai kelahiran, tetapi setelah waktu ini, konsumsi

dengan diindikasikan untuk tinggi.

yang bayi

oksigen melebihi masukan produksi

dapat dan

simptomatik/resiko

mengakibatkan hipoglikemia. Menandakan

Observasi terhadap tremor, iritabilitas, takipnea, diaforesisi, sianosis, pucat, dan aktivitas kejang;

hipoglikemia berkenaan dengan glukosa mg/dl. SDM adalah kadar darah

kurang dari 45

Pantau bayi baru lahir kebiruan; perhatikan peningkatan kadar Hb/Ht >20g/dl, >60%). (Hb Ht terhadap

consumer glukosa tertinggi, mencetuskan bayi polisitemia terhadap hipoglikemia.

Indikator Auskultasi usus. adanya abdomen, tangisan yang diam rangsang bising distensi adanya lemah bila oral menunjukan neonates lapar/siap makan. Perhatikan

yang

untuk

diberikan perilaku

dan

rooting/menghisap. Pemberian Lakukan pemberian makanan oral awal dengan 5-15 ml air steril, berlanjut formula kemudian pada dekstrosa dan air, makan awal bayi menyusi biasanya terjadi di ruang kelahiran. Sedangkan, mungkin diberikan diruang perawatan utnuk kefektifan menghisap,menel anrefleks dan esophagus. Kebutuhan cairan rentang dari 140 Pantau konstentrasi, frekuensi berkemih. warna, dan sampai ml/24 karena secara proposional mempunyai cadangan cairan yang lebih sedikit dan kebutuhan anak cairan lebih besar daripada 160 jam, BBL gag, kepatenan bayi mengkaji air

yang

lebih

tua

maupun dewasa.

orang

Pengukuran KOLABORASI Dapatkan kadar kurang 45mg/dl glukosa dextrostix dari darah segera bila glukosa memastikan temuan dextrostix kebutuhan terhadap intervensi. Berikan glukosa Bayi mungkin dan darah

memerlukan suplemen glukosa untuk meningkatkan kadar serum. 2. Risiko tubuh: hipotermia/ hipertermia berhubungan terhadap temperatur immatur perubahan suhu tinggi Setelah perawatan selama x 24 jam, suhu tubuh terjaga dengan Dapat mempertahanka dan n suhu Demonstrasikan Diskusikan pentingnya termoregulasi pada bayi baru lahir. Pertahankan 25,5 suhu derajat ruangan antara 24 celcius. Teknik yang tidak tepat dapat Lingkungan rumah dengan segera peroral atau intravena.

perubahan suhu dilakukan

yang termonetral dibutuhkan untuk membantu kemampuan termoregulasi bayi itu sendiri.

dengan kontrol kriteria hasil:

lingkungan.

teknik yang tepat untuk mengkaji suhu aksila.

menimbulkan keidakakuratan hasil. Menunjukkan

Perhatikan

tanda-

hipotermia hipertemia. Suhu tubuh

atau bayi lahir cepat dengan suhu

tanda iritablitas Observasi lingkungan terhadap kehilangan termal, melalui konveksi, konduksi, radiasi,

baru berfluktuasi dengan sesuai perubahan lingkungan.

dan evaporasi.

Bantu orang tua dalam Informasi membantu mempelajari tindakan yang tepat untuk mempertahankan suhu bayi seperti membedong bayi dengan tepat dan meutup kepala bila suhu kepala lebih rendah dari 36,1 derajat. orang menciptakan lingkungan optimal bayi bayi memberikan penutup dikepalanya membantu menahan tubuh. Tempatkan bayi pada Dapat lingkungan yang mempertahankan panas untuk mereka. dan tua

Membungkus

hangat Beri Setelah segera Hindari kontak dengan jendela dan berlebihan. 3. Risiko infeksi berhubungan dengan kurangnya pertahanan imunologi faktor lingkungan. tinggi Setelah dilakukan perawatan selama x 24 jam, tidak terjadi infeksi. dan Meminimalisir terjadinya resiko denga hasil : TTV normal. Tidak Tidak demam ada Gunakan krim eucerin pada area kulit yang kering, pada kaki khususnya pergelangan dan ada infeksi kriteria Lap kulit tubuh bayi bayi langsung udara terbuka, ventilasi selimut, mandi keringkan pakaian, dan popok

suhu tubuh bayi

dingin, kipas angin,

dengan Terjadinya untuk mandi ; infeksi ditingkatkan dengan bermakna merupakan jalan masuk potensial untuk organisme infeksius, seperti pembuluh darah & tali pusat Membantu mencegah robek kulti dan jumlah

perlahan mengeringkan setelah

hindari menggosok secara berlebihan.

perdarahan.

rusak,khususnya pada bayi dengan kulit kering.

pergelangan tangan.

Anjurkan dini

menyusui bila tepat. Kolostrum sekretorius dalam tinggi,yang memberikan imunitas. dan IgA jumlah ASI mengandung

Kaji tali pusat dan area pada dasar tali pusat dari kemerahan, atau rabas. setiap hari bau, adanya Meningkatkan pengeringan dan pemulihan, meningkatkan nekrosis pengelupasan normal. Inspeksi mulut bayi terhadap plak putih mukosa oral,gusi,dan lidah. Bedakan antara bercak putih dari sariawan dan dadih susu Perhatikan adanya Tanda-tanda munjukan kemungkinan infeksi. yang Infeksi didapat ini adanya pada Bercak putih yg tidak dihilangkan yang berdarah disentuh disebabkan oleh Candida albicans, dapat dan bila cenderung dan

letargi, penambahan berat badan buruk, gelisah, penurunan suhu, ikterik, gejala pernapasan, atau

lesi terlihat.

secara tranplasenta cenderung mempengaruhi hepar dan fungsi SSP.

Cuci tangan sebelum dan pada bayi KOLABIRASI Pantau pemeriksaan laboratorium, sesuai indikasi : Jumlah SDP Kadar IgA Kultur lesi,pustule,atau drainase ada. Kultur darah Mencegah terjadinya infeksi lingkungan. antibiotic Peningkatan IgM topical, oral, atau kelahiran parental terjadi kadar pada dapat sebagai dari bila serum IgE,IgM,dan Defisiensi yang dalam defisiensi immunoglobulin spesifik membuat bayi cukup bulan cenderung terkena infeksi. neutrofil berperan respons sesudah h infeksi Mencega terjadinya melakukan tindakan

fagosit awal dan

Berikan

Berikan (mycostatin)

nistatin pada

respon infeksius uterus.

terhdapa dalam

organism

mulut, swab diatas mukosa oral, gusi, dan lidah.

Mengidentifikasi kemungkinan pathogen. Mendiagnosis adanya bakterimia sepsis atau serta

mengidentifikasi agen penyebab. Mengesampingkan organisme patogenik Menghilangkan Candida sariawan albicans, dan organism penyebab stomatitis mikotik.

Daftar Pustaka
Bobak, Irene. 2005. Buku Ajar keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC. Doenges, Marlynn. 2001. Rencana Perawatan Maternal/ Bayi Edisi 2. Jakarta : EGC. http://erlitagustin04.blogspot.com/2010/11/aspek-sosial-budaya-pada-bayi-baru.html (Erlit Agustin. 2010. Aspek Sosial Budaya pada Bayi Baru Lahir. Diakses pada 29 April 2011, jam 20.00 WIB) http://www.clubnutricia.co.id/my_baby/babys_immunity/article/immunization_schedule (Dr. Rini. 2009. Jadwal Imunisasi. Diakses tanggal 01 Mei 2011 jam 16. 30 WIB) http://www.scribd.com/doc/47348822/Proses-Laktasi-Dan-Menyusui (Novrita Tri Yulvia M.Keb. . Proses Laktasi dan Menyusui. Diakses tanggal 30 April 2011 jam 20.30 WIB) http://www.jendelaanakku.net/index.php? option=com_content&view=article&id=88:pola-tidur-a-masalah-yang-dihadapi-padabayi-0-6-bulan&catid=1:perkembangan-anak-a-perilaku-anak&Itemid=74[akses 1april2011] (jendela anakku. 2010. 2010. Pola tidur dan Masalah yang Dihadapi pada Bayi 0-6 Bulan. Diakses pada 29 April 2011 jam 21.00)

You might also like