You are on page 1of 6

Polarisasi Cahaya

27NOV
Gelombang cahaya memiliki arah getaran medan listrik dan medan magnet yang saling tegak lurus, dan keduanya tegak lurus terhadap arah rambat gelombang cahaya. Cahaya yang menjalar pada arah tertentu terdiri atas rentetan gelombang yang bidang getarnya terorientasi secara serampangan terhadap arah rambatan. Cahaya semacam ini disebut cahaya takterpolarisasi.

Gambar 1. (a) cahaya takterpolarisasi memiliki arah medan listrik ke segala arah; (b) cahaya tak terpolarisasi diwakili oleh dua arah medan listrik untuk memudahkan pembahasan; (c) cahaya tak terpolarisasi sejajar dan tegak lurus bidang gambar atau arah rambatan. Polarisasi cahaya adalah terserapnya sebagian arah getar cahaya yang arah bidang getarnya satu. Cahaya yang terpolarisasi dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar 2. Cahaya Terpolarisasi, medan listriknya hanya memiliki satu arah saja Apabila digambarkan dalam bentuk tiga dimensi, cahaya terpolarisasi memiliki medan listrik dan medan magnet sebagai berikut

Gambar 3. Perpaduan dan pada cahaya terpolarisasi Gelombang transversal seperti pada gambar 3 disebut terpolarisasi bidang, artinya getaran vektor E adalah sejajar satu sama lain untuk semua titik dalam gelombang tersebut sehingga membentuk satu bidang. Polarisasi ini juga disebut polarisasi linear karena terletak pada statu garis lurus. Peristiwa terjadinya polarisasi cahaya dapat disebabkan oleh beberapa hal diantaranya karena penyerapan selektif, pemantulan (refleksi), pembiasan ganda (birefrigence), dan hamburan.

1. Polarisasi karena Penyerapan Selektif


Teknik yang umum untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi adalah menggunakan polaroid yang akan meneruskan gelombang gelombang yang arah getarnya sejajar dengan sumbu transmisi dan menyerap semua gelombang pada arah getar lainnya. Pada gambar 4 tampak dua buah polaroid, polaroid pertama disebut polarisator dan polaroid kedua disebutanalisator. Polarisator berfungsi untuk menghasilkan cahaya terpolarisasi dari cahaya tak terpolarisasi (cahaya alami). Analisator berfungsi untuk mengurangi intensitas cahaya cahaya terpolarisasi.

Gambar 4. polarisator dan analisator Prinsip kerja sistem adalah sebagai berikut, seberkas cahaya alami menuju polarisator. Di sini cahaya dipolarisasi secara vertikal, yaitu hanya komponen vektor medan listrik E yang sejajar dengan sumbu transmisi saja yang diteruskan sedangkan lainnya diserap. Cahaya terpolarisasi yang masih mempunyai kuat medan listrik belum berubah menuju analisator (sudut antara sumbu transmisi analisator dan polarisator adalah ). Di

analisator, semua komponen E yang sejajar sumbu analisator yang diteruskan. Jadi, kuat medan listrik yang diteruskan oleh analisator adalah E2 = E cos (1) Jika cahaya alami tak terpolarisasi yang jatuh pada polaroid pertama (polarisator) memiliki intensitas Io, maka cahaya terpolarisasi yang melewati polarisator, I1 adalah I1= 1/2 I0 (2) Cahaya dengan intensitas I1 ini kemudian datang pada analisator dan cahaya yang keluar dari analisator akan memiliki intensitas I2 . menurut hukum Maulus, hubungan antara I2 dan I1 dapat dinyatakan I2 = I1 cos2 = I0 cos2 (3) Persamaan 3 menunjukkan bahwa analisator berfungsi untuk mengurangi intensitas cahaya terpolarisasi. Intensitas cahaya yang diteruskan oleh sistem Polaroid mencapai maksimum jika kedua sumbu polarisasi adalah sejajar ( = 0o atau 180o) dan mencapai minimum jika kedua sumbu polarisasi saling tegak lurus atau 90o Polarisasi oleh kristal dikroik Kristal dikroik adalah kristal yang dapat menyerap secara selektif salah satu komponen yang saling tegak lurus dari cahaya alam (tak terpolarisasi). Kristal ini mempunyai sumbu yang jika medan listrik cahaya terpolarisasi linear sejajar dengan sumbu ini datang pada kristal, maka cahaya akan ditruskan dengan redaman yang sangat kecil.

Gambar 5. Polarisasi oleh kristal dikroik

2. Birefrigence (Refraksi Ganda)


Efek polarisasi ganda/kembar/rangkap yang terjadi ketika cahaya/sinar dilewatkan melalui kristal Iceland spar (yang sekarang kita kenal sebagai kristal kalsit) pertama kali ditemukan oleh Bartholinus pada tahun1669. Lalu, kemudian pada tahun 1690, ChristianHuygens menemukan fenomena polarisasi cahaya dengan melewatkan cahaya

melalui dua buah kristal kalsit yang disusun secara seri. Huygens mendapatkan bahwa jika sebuah sinar masuk ke dalam kristal kalsit dalam berbagai sudut masuk, maka sinar itu akan terpecah menjadi dua buah sinar yang keluar dari kristal kalsit, yakni sinar biasa (sinar o) dan sinar luar biasa (sinar e). Pembelokan rangkap/ganda/rangkap dari sebuah sinar yang ditransmisikan melalui kalsit dinamakan refraksi ganda/kembar. Jadi, jika cahaya melalui kaca, maka cahaya lewat dengan kelajuan sama ke segala arah. Ini disebabkan kaca mempunyai satu indeks bias. Tetapi dalam bahan kristal tertentu seperti kalsit dan kuarsa. Kelajuan cahaya tidak sama untuk ke segala arah. Ini disebabkan kristal mempunyai lebih dari satu nilai indeks bias. Jadi cahaya yang lewat mengalami pembiasan ganda. Jika seberkas sinar datang searah garis normal, maka sinar ini akan dibagi menjadi dua sinar. Sinar pertama diteruskan tanpa pembelokan disebut sebagai sinar biasa. Sinar kedua dibelokkan, dan disebut sebagai sinar istimewa. Peristiwa ini disebut sebagai polarisasi dengan pembiasan ganda. Jadi polarisasi pembiasan ganda terjadi pada kristal yang memiliki lebih dari satu nilai indeks bias. Jika seberkas sinar datang searah dengan sumbu normal, maka akan dibagi menjadi dua, yaitu sinar biasa dan sinar istimewa.

Gambar 6. Peirstiwa Pembiasan Ganda Refraksi ganda atau birefringence atau double refraction adalah dekomposisi sinar cahaya menjadi dua sinar cahaya yang disebut ordinary ray dan extraordinary ray. Refraksi ganda terjadi pada saat gelombang cahaya melalui medium material anisotropik seperti kristal kalsit atau Boron nitrat. Jika material tersebut mempunyai sumbu optis atau sumbu anisotropik tunggal, maka pembiasan yang terjadi disebut uniaxial birefringence dengan 2 buah indeks bias material anisotropik, masing-masing untuk 2 buah arah polarisasi dengan intensitas menurut persamaan: n = ne no

di mana no dan ne adalah indeks bias untuk polarisasi tegak lurus ordinary ray dan polarisasi paralel extraordinary ray terhadap sumbu anisotropik. Refraksi ganda juga dapat terjadi dengan sumbu anisotropik ganda yang disebut biaxial birefringence atau trirefringence, seperti yang terjadi pada pembiasan sinar cahaya pada material anisotropik layaknya kristal atau berlian. Untuk material semacam ini, tensor indeks bias n, secara umum memiliki tiga eigenvalues yang berbeda, yaitu na, n and n?.

3. Hamburan (Scattering)
Hamburan cahaya oleh partikel kecil bahan adalah salah satu fenomena alam yang indah. Langit biru dan merahnya sunset adalah peristiwa hamburan. Seperti sinar matahari melewati atmosfer, sebagian besar diserap oleh molekul udara dan dengan seketika diberikan pada beberapa arah yang baru. Fenomena hamburan sama dengan perilaku gelombang air pada benda yang mengapung. Ketika sebuah batu kecil tenggelam dalam air yang sama, sebuah gabus kecil yang mengapung akan bergerak naik turun dengan frekuensi dari gelombang yang melewatinya. Gelombang cahaya divisualisasikan bergerak dalam cara yang sama pada molekul udara. Pertama sebuah gelombang cahaya mengatur sebuah molekul atau partikel ke dalam sebuah getaran, gelombang dapat dipancarkan lagi pada arah yang acak. Pada gambar terlihat bahwa cahaya dihamburkan dalam berbagai arah. Telah lama diketahui bahwa gelombang cahaya pendek dihamburkan lebih daripada gelombang cahaya yang lebih panjang. Secara spesifik, hamburan ditemukan dalam percobaan menjadi proporsional dengan pangkat empat dari frekuensi atau atau berbanding terbalik dengan pangkat empat panjang gelombang. Scattering v2 Scattering 1/4 Ini biasanya menunjukkan hukum pangkat empat atau kebalikan hukum pangkat empat. Sesuai dengan hubungan itu, cahaya ungu pada panjang gelombang pendek dari spektrum dihamburkan 10 kali sebanyak cahaya merah pada panjang gelombang panjang. Cahaya ungu dan biru dihamburkan paling banyak, kemudian diikuti hijau, kuning, jingga, dan merah. Untuk setiap gelombang merah (=700 nm) yang dihamburkan oleh sinar matahari, ada 10 gelombang ungu (=400 nm).

Merah 1

Jingga 2

Kuning 2,5

Hijau 3

Biru 6

Ung 10

4. Polarisasi oleh kristal diploid


Kristal diploid adalah Kristal yang dapat menyerap secara selektif salah satu komponen yang tegak lurus dari cahaya alam (takterpolarisasi). Kristal ini mempunyai sumbu yang jika medan listrik cahaya terpolarisasi linier sejajar dengan sumbu ini dating pada Kristal, maka cahaya akan diteruskan dengan redaman yang sangat kecil. Sumbu ini disebut sumbu mudah atau sumbu polarisasi.

Gambar 7.polarisasi oleh Kristal diploid Biasanya dipasang dua buah Kristal diploid sebagai polarisator dan yang lain sebagai analisator. Jika sumbu mudah kedua Kristal saling tegak lurus, maka tidak ada cahaya yang sampai dapat menembus analisator (medan listrik terserap sempurna). Jika sumbu mudah analisator membentuk sudut terhadap sumbu mudah polarisator, maka cahaya akan dapat sampai pada pengamat dengan intensitas sebesar: I1= I0 cos2 Dengan: I1= Intensitas cahaya setelah melewati analisator I0= Intensitas cahaya sebelum melewati analisator = Sudut yang dibentuk antara sumbu mudah polarisator dan analisator

You might also like