You are on page 1of 8

KIZOFRENIA RESIDUAL (F20.

5)

SKIZOFRENIA RESIDUAL (F20.5)


I. PENDAHULUAN Gangguan-gangguan psikis yang sekarang dikenal sebagai skizofrenia, untuk pertamakalinya diidentifikasi sebagai demence precoce atau gangguan mental dini oleh Benedict Muler (1809-1873), seorang dokter kebangsaan belgia pada tahun 1890. Konsep yang lebih jelas dan sistematis diberikan oleh Emil Kraepelin (1856-1926), seorang psikiatri jerman pada tahun 1893. Kraepelin menyebutnya dengan istilah dimentia praecox. Menurut Kraepeli, dimentia praecox merupakan proses penyakit yang disebabkan oleh penyakit tertentu dalam tubuh. Dimentia praecox meliputi hilangnya kesatuan dalam pikiran, perasaan, dan tingkah laku. Penyakit ini muncul pada usia muda dan ditandai oleh kemampuankemampuan yang menurun yang akhirnya menjadi disintegrasi kepribadian yang kompleks. Gambaran Kraepelin tentang dimentia paecox ini meliputi pola-pola tingkah laku seperti delusi, halusinasi, dan tingkah laku yang aneh.(1) Eugen Bleuler (1857-1939), seorang psikiater swiss, memperkenalkan istilah skizofrenia . Istilah ini berasal dari bahasa yunani schitos artinya terbelah, terpecah, dan pren yang artinya pikiran. Secara harafiah, skizofrenia berarti pikiran/jiwa yang terpecah/terbelah. Bleuler lebih menekankan pola perilaku, yaitu tidak adanya integrasi otak yang mempengaruhi pikiran, perasaan, dan afeksi. Dengan demikian tidak ada kesesuaian antara pikiran dan emosi, antara persepsi terhadap kenyataan yang sebenarnya. (1) PPDGJ III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gngguan Jiwa di Indonesia III) menempatkan skizofrenia pada kode F20. Skizofrenia termasuk dalam kelompok psikosis fungsional. Psikosis fungsional merupakan penyakit mental secara fungsional yang non organis sifatnya, hingga terjadi kepecahan kepribadian yang ditandai oleh desintegrasi kepribadian dan maladjustment sosial yang berat, tidak mampu mengadakan hubungan sosial

dengan dunia luar, bahkan sering terputus sama sekali denga realitas hidup (lalu menjadi ketidakmampuan secara sosial). Hilanglah rasa tanggung jawabnya dan terdapat gangguan pada fungsi intelektualnya. Jika perilakunya tersebut menjadi begitu abnormal dan irrasional, sehingga dianggap bisa membahayakan orang lain dan dirinya sendiri, yang secara hukum disebut gila. (1) II. DEFENISI Skizofrenia adalah suatu deskripsi sindrom dengan variasi penyebab (banyak belum diketahui) dan perjalanan penyakit (tak selalu bersifat kronis) yang luas, serta sejumlah akibat yang tergantung pada pertimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial budaya. Pada umumnya ditandai oleh penyimpangan yang foundamental dan karakteristik dari pikiran dan persepsi, serta oleh afek yang tidak wajar (inapropriate) atau tumpul (blunted). Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual biasanya tetap terpelihara, walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. (2) Skizofrenia residual adalah skizofrenia yang diawali dengan gejala positif, namun minimal dalam waktu satu tahun terakhir telah timbul gejala negatif. (2) III. EPIDEMOLOGI Insiden skizofrenia secara umum berkisar antara 5-50/100.000 orang pertahun. Ditemukan pada 1% populasi di seluruh dunia tanpa memandang sosioekonomi dan jenis kelamin. Prevalensi di Amerika Serikat berbeda pada tiap negara bagian dan diperkirakan 1.5-2 juta orang terkena kelainan ini. Onset skizofrenia lebih cepat pada laki-laki (15-25 tahun) dibanding perempuan (25-35 tahun). Namun pada hakekatnya bisa terjadi pada hampir setiap tingkat usia (10% pada usia 20 tahun, 65% pada usia 20-40 tahun, 50% pada usia 30 tahun, dan 25% pada usia diatas 40 tahun. Diperkirakan pula bahwa skizofrenia mengenai 3350% pada individu tunawisma serta penyalahgunaan obat terjadi pada 50% penderita skizofrenia. (1,3,4,5,6,7)

IV.

ETIOLOGI Terdapat beberapa pendekatan yang dominan dalam menganalisa penyebab

Skizofrenia, yaitu pendekatan biologis ( meliputi faktor genetik dan faktor biokimia), dan pendekatan psikodinamik. (1) Pendekatan Biologis 1. Faktor Genetik Semakin dekat hubungan genetis antara penderita skizofrenia dan anggota keluarganya, semakin besar kemungkinannya untuk terkena skizofrenia. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan terkena skizofrenia dapat ditularkan secara genetis. Keluarga penderita skizofrenia tidak hanya terpengaruh secara genetis akan tetapi juga melalui pengalaman sehari-hari. Orang tua yang menderita skizofrenia dapat sangat mengganggu perkembangan anaknya. (1) 2. Faktor Biokimia Hipotesis dopamine menyatakan bahwa skizofrenia disebabkan oleh terlalu banyaknya penerimaan dopamine dalam otak. Kelebihan ini mungkin karena produksi neurotransmitter atau gangguan regulasi mekanisme pengambilan kembali yang dengannya dopamine kembali dan disimpan oleh vesikel neuron parasimpatik. Kemungkinan lain adalah adanya oversensitif reseptor dopamine atau terlalu banyaknya respon dopamine. (1) 3. Otak Sekitar 20-35% penderita skizofrenia mengalami beberapa bentuk kerusakan otak. (1) Pendekatan Psikoanalisa Menurut Freud struktur kepribadian terdiri atas 3 aspek yaitu id, ego, dan super ego. Pertimbangan antara id dan super ego seringkali tidak seimbang dan menimbulkan konflik. Apabila ego berfungsi dengan baik, maka situasi konflik tersebut akan dapat dikendalikannya atau di selesaikannya secara adekuat. Sementara jika ego lemah, maka situasi konflik tersebut

tidak akan dapat diseleaikannya, dan akan timbul banyak konflik internal atau bahkan konflik yang sifatnya sangat hebat, yang diekspresikan dalam bentuk tingkahlaku yang abnormal. (1) V. GEJALA KLINIS Pembagian skizofrenia menjadi subtipe berdasarkan gejala-gejala yang menonjol. Secara garis besar gejala skizofrenia, menurut DSM-IV, dibagi menjadi dua, yaitu : 1. Gejala Positif: y Halusinasi (auditorik; mendengar suara-suara yang mengomentari atau bercakap-cakap tentang dirinnya, visual,olfaktorik, gustatorik, taktil) y Waham (biasa dalam bentuk waham kejar, cemburu, bersalah, kebesaran, keagamaan, somatik, waham dikendalikan, siar pikiran, penarikan pikiran, waham menyangkut diri sendiri, dll). (2,4,6) y y Perilaku aneh (dalam berpakaian, perilaku sosial, seksual, agresif, perilaku berulang) Gangguan proses pikiran (inkoherensi, noologismus, tangensialitas, sirkumtansial, bicara kacau, dll). (2,4,6) 2. Gejala Negatif: y Afek yang tumpul/datar (ekspresi wajah tidak berubah, penurunan spontanitas gerak, hilangnya gerakan ekspresif, kontak mata yang buruk, afek yang tidak sesuai, tidak adanya modulasi suara) y Alogia (kemiskinan bicara, kemiskinan isi bicara, penghambatan dan peningkatan latensi respon) y y y Tidak ada kemauan, apati (bersikap acuh tak acuh) Anhedonia (tidak suka berhubungan sosial, tidak suka dalam hubungan pertemanan) Atensional impairmen (pecahnya perhatian). (2,4,6) VI. DIAGNOSIS

Menurut PPDGJ III pedoman diagnostik untuk Skizofrenia Residual (F20.5) adalah sebagai berikut: Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut harus dipenuhi semua: a) Gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotor, aktivitas menurun, afek yang tumpul, sikap pasif dan ketidaan inisiatif, kemiskinan dalam kualitas atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk. (2,8) b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia. c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia d) Tidak terdapat dimentia atau penyakit/gangguan otak organik lain, depresi kronik atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut. (2,8) VII. PENATALAKSANAAN Farmakoterapi Trifluooperazine, Fluphenazine, dan Haloperidol yang efek samping sedatif lemah digunakan terhadap sindron psikosis dengan gejala dominan apatis,menarik diri, afek tumpul, kehilangan minat dan inisiatif,hipoaktif, waham, halusinasi, dll. (6) Mekanisme obat antipsikosis tipikal adalah memblokade dopamine pada reseptor pascasinaptik neuron diotak, kususnya sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (Dopamine D2 reseptor antagonis), sehingga efektif untuk geala positif. Sedangkan obat antipsikosis atipikal disamping berafinitas terhadap Dopamine D2 Reseptor juga terhadap Serotonin 5 HT2 Reseptor, sehingga efektif juga untuk gejala negatif. (6) Psikoterapi dan Sosioterapi

Skizofrenia dapat berupa kondisi yang sangat mengkhawatirkan dan dapat berhubungan dengan penurunan fungsi sosial, sehingga diperlukan dukungan, nasehat, dan pendidikan yang baik. Terapi pendekatan psikologi keluarga yang utama berfokus pada membangun ikatan yang baik dengan pasien. Pelatihan kemampuan sosial juga diperlukan karena dapat meningkatkan kompetensi sosial dan menolong fungsi adaptasi dalam komunitas. (5) VIII. PROGNOSIS Sekitar 10% pasien skizofrenia akan berhasil bunuh diri. Sebagian besar beresiko pada orang muda yang mempunyai pendidikan tinggi dan bagi orang yang menderita penyakit. Jenjang usia pada penderita skizofrenia biasa sekitar 10 tahun lebih pendek dibanding usia orang pada umumnya. Hal ini dikarenakan beberapa faktor diantaranya tindakan bunuh diri, meningkatnya jumlah perokok, sosial ekonomi dan kecelakaan. (5) Faktor-faktor dengan prognosis yang baik pada skizofrenia adalah: Wanita Status menikah Onset pada umur tua Onset sakitnya secara tiba-tiba Merespon baik terhadap pengobatan Tidak adanya gejala negatif Riwayat premorbid yang baik Waktu yang pendek dari sakitnya sampai pengobatan Penyakitnya dipengaruhi oleh pikiran pasien sendiri atau masalah keluarga(5) IX. PENUTUP

Kesimpulan

Skizofrenia residual adalah skizofrenia yang diawali dengan gejala positif, namun minimal dalam waktu satu tahun terakhir telah timbul gejala negatif. Gejala-gejala positif disini antara lain adalah waham, halusinasi, pikiran kacau, dan bicara kacau. Sedangkan gejala-gejala negatifnya adalah apati(bersikap acuh tak acuh), alogia, afek tumpul/datar, anhedonia(tidak suka berhubungan sosial), dan antensional impairmen (pecahnya perhatian). Untuk menentukan diagnosis dari skizofrenia residual, PPDGJ III dapat digunakan sebagai pedoman. Menurut PPDGJ III pedoman diagnostik untuk Skizofrenia Residual (F20.5) adalah persyaratan berikut harus dipenuhi semua: a) Gejala negatif dari skizofrenia yang menonjol, misalnya perlambatan psikomotor, aktivitas menurun, afek yang tumpul, sip pasif dan ketidaan inisiatif, kemiskinan dalam kualitas atau isi pembicaraan, komunikasi non verbal yang buruk seperti dalam ekspresi muka, kontak mata, modulasi suara, dan posisi tubuh, perawatan diri dan kinerja sosial yang buruk. b) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotik yang jelas dimasa lampau yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia. c) Sedikitnya sudah melampaui kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom negatif dari skizofrenia d) Tidak terdapat dimentia atau penyakit/gangguan otak organik lain, depresi kronik atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas negatif tersebut. Pada skizofrenia residual terdapat adanya gangguan persepsi, isi pikiran, perilaku dan adanya hendaya dalam bidang sosial sehingga pasien membutuhkan psikoterapii, dan sosioterapi. farmakoterapi,

DAFTAR PUSTAKA

1.

1.

Wicaksana, inu.2000.Skizofrenia: Antara Kerja dan Kualitas Hidup.Artikel pada

harian kompas 15 oktober 2000,halaman 21. 2.


2.

Maslim,Dr.Rusdi.SpKJ.2001.Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ-III.

Jakarta:Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya. 3. 4. 5.


3.

Cameron, Alasdair D. 2004. Psychiatry second edition. Philadelphia: Elseivier Mosbhy. Stevens, Vivian M. 2004. Behavioral Science. Philadelphia: Elseivier Mosbhy. Stern, Theodore A.2004. Massachusetts General Hospital Psychiatry Update and

4.

5.

Board Preparation, Second EditionNew York: McGraw-Hill. 6.


6.

Maslim,Dr.Rusdi.SpKJ.2007.Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik,

Edisi Ketiga. Jakarta:Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya. 7.


7.

Skizofrenia, Available at; Http://www.cc.columbia.edu/cu/cup Skizofrenia Diagnostic Criteria, Available at:

8. 8. Residual

Http://Counsellingresource.com/distress/skizophrenia/icd/residual.html

You might also like