You are on page 1of 11

1.

4. Manifestasi klinis

Gejala klinis yang muncul merefleksikan gangguan fungsi dari berbagai sistem dalam tubuh antara lain penurunan kinerja fisik, gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, anorexia (badan kurus kerempeng), pica, serta perkembangan kognitif yang abnormal pada anak. Sering pula terjadi abnormalitas pertumbuhan, gangguan fungsi epitel, dan berkurangnya keasaman lambung. Cara mudah mengenal anemia dengan 5L, yakni lemah, letih, lesu, lelah, lalai. Kalau muncul 5 gejala ini, bisa dipastikan seseorang terkena anemia. Gejala lain adalah munculnya sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah). Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung(Sjaifoellah, 1998). 1. y y 6. Pemeriksaan penunjang Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun. Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB), peningkatan (AP). Pansitopenia (aplastik). Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis). Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia). LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek. Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB). SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik). Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik) Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik). Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik) TBC serum : meningkat (DB) Feritin serum : meningkat (DB) Masa perdarahan : memanjang (aplastik) LDH serum : menurun (DB) Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP) Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB). Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP). Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik). Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges, 1999).

y y y y y

y y y y y y y y y y y y

1. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat kesehatan sekarang

1.) 3.) 4.) 5.)

Keluhan utama : lemah 2.)

Riwayat keluhan utama : lemah dan sakit kepala, pusing, berkeringat.

Sifat keluhan : hilang timbul. Keluhan bertambah bila beraktifitas. Riwayat penyebab sebelum masuk rumah sakit :

Sebelum masuk rumah sakit klien merasakan sakit kepala, lemah, pusing, sesak nafas dan panas, 1. 1.) 2.) 3.) Riwayat kesehatan masa lalu

Klien tidak ada riwayat allergi dan obat-obatan Klien suka minum kopi. Klien suka merokok 1. Riwayat kesehatan keluarga

Genogram 3 generasi.

1. Pemeriksaan fisik 1. Keadaan umum baik 2. Kesadaran komposmentis 3. Tanda tanda vital :
Pernaf 1. : 28 x/menit Kepala

Inspeksi : Warna rambut hitam Tidak mudah rontok Kebersihan rambut bersih Keadaan rambut dan hygiene kepala Palpasi : 1. Tidak teraba adanya massa yang abnormal Tidak ada nyeri tekanan Muka

Inspeksi : Muka simetris kiri dan kanan

Bentuk wajah lonjong Ekspresi wajah murung.

Palpasi : -Tidak teraba adanya massa abnormal/Tidak ada nyeri tekan. 1. Mata

Inspeksi : Palpebra : Tidak ada oedema dan tanda-tanda radang/Sklera : Ada refleks bila ada cahaya. : Tidak ada icterus

Konjungtiva pucat/ Pupil 1. Hidung

Inspeksi : Bentuk hidung simetris kiri dan kanan/ Tidak ada sekret pada hidung/Tidak ada sumbatan pada hidung.

Palpasi :>Tidak ada nyeri tekan pada hidung. telinga Inspeksi : Posisi telinga simetris kiri dan kanan>Tidak ada serumen pada telinga>Tidak memakai alat bantu

pendengaran 1. Mulut Inspeksi : Keadaan gigi bersih>Tidak memakai gigi palsu>Tidak ada tanda radang pada gusi. Lidah bersih, Bibir pucat, Kemampuan bicara kurang baik. Tidak ada nyeri menelan Tidak tampak adanya tanda-tanda peradangan. 1. Leher Inspeksi :Tidak tampak pembesaran kelenjar tyroidTidak tampak pembesaran kelenjar limfe Tidak tampak adanya bendungan vena jugularis 1. Thoraks Inspeksi : Bentuk dada simetris kiri dan kanan,Pengembangan dada simetris,Frekwensi pernafasan 28 x/menit

1. Jantung,Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak pada ICS V kiri. 1. Pola Kegiatan Sehari-hari 1. Nutrisi 1.) KebiasaanPola makan : Nasi, sayur, lauk Frekuensi makan/hari 3 . Nafsu makan baik. - Makanan pantang tidak ada/ Minum 8 gelas/hari 2.) Perubahan selama sakit./ Nafsu makan : menuru/Porsi makan tidak dihabiskan/Minum : menurun menjadi 5-6 gelas/hari 1. Eliminasi 1.) BAB Kebiasaan : Frekuensi : 1 2 kali/hari/Warna kuning/ Konsistensi keras Perubahan selama sakit :/Selama di rumah sakit bab 1 kali dalam 3 hari. 2.) BAKebiasaan : Frekuensi : 3 4 kali sehari > Warna Jumlah : 500 cc 1000 cc/hari 1. Olah raga dan aktifitas Klien tidak suka berolah raga 1. Pola Interaksi Sosial 1. Orang yang terdekat adalah istrinya. 2. Klien mudah mendapat teman 3. Jika ada masalah diatasi dengan keluarga 4. Hubungan dengan keluarga harmonis. 5. Kesehatan sosial Keadaan rumah menurut klien : 1. 2. 3. 4. 5. Kebersihan rumah memadai Status rumah pribadi Jumlah penghuni 5 orang Jauh dari kebisingan Kegiatan keagamaa Klien rajin melakukan sholat >Perawatan dan Pengobatan 1. Perawatan>Istirahat di tempat tidur>Pemberian diet TKTP : kuning muda>

Pemberian kateter teta>Pengobatan 1. Pemeriksaan Penunjang


y y

Radiologi Laboratorium Hasil 3,79 0,34 7,44 11,22 4,58 Rujukan <0,3 0,6 1,1 3,4 7 735 <1,1 Satuan Mg/dl Mg/dl Mg/dl Mg/dl Mg/dl ket H L H L H

Parameter BIL-D CREA UA HDL Tot-BiL Klasifikasi Data


1.

Data Subyektif :

Klien mengeluh sakit kepala Klien mengeluh pu sing> Klien merasa lemah> Klien mengeluh sesak bila berjalan> Klien mengeluh mual> Klien mengeluh panas >Klien mengeluh berkerinngat> Klien bertanya-tanya tentang penyakitnya 1. NO 1. Data Obyektif : Ekspresi wajah tampak murung> Klien tampak lemah>Aktifitas terbatas HB 6, 7 gr % Analisa Data DATA Data Subyektif : Klien mengeluh sesak nafas bila berjalan Klien mengeluh sakit kepala Klien mengeluh pusing PENYEBAB HB menurun Pengangkutan O2 dan nutrisi kejaringan menurun Gangguan perfusi jaringan MASALAH Gangguan perfusi jaringan.

Data Obyektif : Nampak klien lemah Nampak HB 6,7 gr%

Data subyektif :

NO

DATA Klien mengeluh lemah Data obyektif : Wajah pucat HB 6, 7 gr %

PENYEBAB Hb menurun Pengangkutan O2 dan nutrisi ke jaringan menurun

MASALAH Kelemahan

2.

Tampak lemah Kelemahan

Data subyektif Perubahan status kesehatan Klien mengatakan cemas terhadap penyakitnya. Data obyektif Klien bertanya tentang penyakitnya. Klien tampak murung Pasien menjadi cemas Merupakan stressor psikologis Ansietas/kecemasan. Peningkatan ketegangan 3

PATODIAGRAM ANEMIA

Kecelakaan > Perdarahan atau hemolisis >

kelainan genetik

>

keracunan obat

Sel darah merah hilang atau menurun>HB menurun>Pengangkutan O2 dan nutrisi kejaringan menurun>kelemahan Gangguan perfusi jaringan Anemia >Perubahan status kesehatan<Hospitalisasi<Informasi inadekuat>Ansietas

1.

Diognosa Keperawatan 1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.

DS : Pasien mengeluh sesak nafas bila berjalan /Pasien mengeluh sakit kepala/ Pasien mengeluh pusing DO : Pasien tampak lemah/Nampak HB 6,7 gr% 1. Kelemahan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen (pengiriman) dan kebutuhan. Pasien mengeluh lemah

Data subyektif

Data obyektif : Wajah Pasien tampak pucat/ HB 6, 7 gr %/ Pasien Tampak lemah 1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan sekunder tidak adekuat.

Data subyektif : Data obyektif 1. HB 6,7 gr % Pasien tampak lemah Kecemasan berhubungandengan perubahan status kesehatan Pasien mengatakan cemas terhadap penyakitnya.

Data subyekti Data obyektif -

Pasien bertanya tentang penyakitnya. Pasien tampak murunan

DAFTAR PUSTAKA

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.

Betz, Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta, EGC. Ngastiyah. (1997). Perawatan Anak Sakit. Cetakan I. Jakarta, EGC. Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. Jakarta, CV Sagung Seto. Tucker SM. (1997). Standar Perawatan Pasien. Edisi V. Jakarta, EGC. Smeltzer, Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta, EGC. FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, FKUI. Harlatt, Petit. (1997). Kapita Selekta Hematologi. Edisi 2. Jakarta, EGC. ACS. (2003). What is Anemia ?. Available (online) http: // www // yahoo / nurse

1.

Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel ditandai dengan : Data Subyektif : Pasien mengeluh sesak nafas bila berjalan Pasien mengeluh sakit kepala Pasien mengeluh pusing

Dalam waktu 1 x 24 jam atau 2 x 24 jam perfusi jaringan adekuat, dengan kriteria hasil : Pasien tidak pucat HB 13 gr %

Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar kuku.

memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menetukan kebutuhan intervensi.

y y Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.

Pasien tidak sesak bila berjalan.

y Data Obyektif : Pasien tampak lemah Nampak HB 6,7 gr% y Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.

meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi. dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jantung karena regangan jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.

iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko infark.

Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.

termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.

Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi dengan thermometer. awasi hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel

mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap terapi.

darah merah lengkap/packed produk darah sesuai indikasi (kolaborasi). Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi (kolaborasi).

memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.

Aktifitas dapat ter-penuhi dengan kriteria : Pasien tidak Kelemahan berhubungan dengan ketidak seimbangan antara suplai lemah O2 (pengiriman) dan kebutuhan Aktifitas ditandai dengan: tidak dibantu. Data subyektif : Pasien mengeluh lemah

2.

Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas seharihari. Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.

mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.

Data obyektif : Wajah Pasien tampak pucat y HB 6, 7 gr % Pasien Tampak lemah Observasi tanda-tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas. y menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12 mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera. manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan. meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan menurunkan regangan jantung dan paru.

y y Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising, pertahankan tirah baring bila di indikasikan. Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan dan

kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa memaksakan diri).

meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan.

Kaji tingkat kecemasan klien.

Kecemasan berkurang dengan kri-teria: Pasien tidak bertanya tentang penyakitnya

Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan ditandai dengan: 3. Data subyektif Pasien mengatakan cemas terhadap penyakitnya. Data obyektif Pasien bertanya tentang penyakitnya. Pasien tampak murun

Untuk mengetahui faktor predis-posisi yang menimbulkan kecemasan sehingga memudahkan mengantisipasi rasa cemasnya.

Dorong klien dapat mengekspresika n pera-saannya.

Beri informasi yang jelas proses penyakitnya.

Dengan mengungkapkan perasa-annya maka kecemasannya berkurang. Memudahkan klien dalam mema-hami dan mengerti tentang proses penyakitnya.

y y Beri dorongan spiritual

Kesembuhan bukan hanya dipe-roleh dari pengobatan atau perawatan tetapi yang menentukan adalah Tuh

ANEMIA DEFISIENSI ZAT BESI

I. DEFINISI Anemia defisiensi zat besi adalah kondisi dimana seseorang tidak memiliki zat besi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuhnya atau pengurangan sel darah karena kurangnya zat besi. II. ETIOLOGI Defisiensi zat besi terjadi jika kecepatan kehilangan atau penggunaan elemen tersebut melampaui kecepatan asimilasinya. Penurunan cadangan zat besi jika bukan pada anemia yang nyata, biasanya dijumpai pada bayi dan remaja dimana merupakan masa terbanyak penggunaan zat besi untuk pertumbuhan. Neonatal yang lahir dari perempuan dengan defisiensi besi jarang sekali anemis tetapi memang memiliki cadangan zat besi yang rendah. Bayi ini tidak memiliki cadangan yang diperlukan untuk pertumbuhan setelah lahir. ASI merupakan sumber zat besi yang adekuat secara marginal. Berdasarkan data dari the third National Health and Nutrition Examination Survey ( NHANES III ), defisiensi besi ditentukan oleh ukuran yang abnormal dari serum ferritin, transferring saturation, dan/atau erythrocyte protophorphyrin. Kebutuhan zat besi yang sangat tinggi pada laki-laki dalam masa pubertas dikarenakan peningkatan volume darah, massa otot dan myoglobin. Pada wanita kebutuhan zat besi setelah menstruasi sangat tinggi karena jumblah darah yang hilang, rata-rata 20mg zat besi tiap bulan, akan tetapi pada beberapa individu ada yang mencapai 58mg. Penggunaan obat kontrasepsi oral menurunkan jumblah darah yang hilang selama menstruasi, sementara itu alat-alat intrauterin meningkatkan jumblah darah yang hilang selama menstruasi. Tambahan beban akibat kehilangan darah karena parasit seperti cacing tambang menjadikan defisiensi zat besi suatu masalah dengan proporsi yang mengejutkan. Penurunan absorpsi zat besi, hal ini terjadi pada banyak keadaan klinis. Setelah gastrektomi parsial atau total, asimilasi zat besi dari makanan terganggu, terutama 3 akibat peningkatan motilitas dan by pass usus halus proximal, yang menjadi tempat utama absorpsi zat besi. Pasien dengan diare kronik atau malabsorpsi usus halus juga dapat menderita defisiensi zat besi, terutama jika duodenum dan jejunum proximal ikut terlibat. Kadang-kadang anemia defisiensi zat besi merupakan pelopor dari radang usus non tropical ( celiac sprue ). Kehilangan zat besi, dapat terjadi secara fisiologis atau patologis; Fisiologis: Menstruasi Kehamilan, pada kehamilan aterm, sekitar 900mg zat besi hilang dari ibu kepada fetus, plasenta dan perdarahan pada waktu partus. Patologis: Perdarahan saluran makan merupakan penyebab paling sering dan selanjutnya anemia defisiensi besi. Prosesnya sering tiba-tiba. Selain itu dapat juga karena cacing tambang, pasien dengan telangiektasis herediter sehingga mudah berdarah, perdarahan traktus gastrourinarius, perdarahan paru akibat bronkiektasis atau hemosiderosis paru idiopatik. Yang beresiko mengalami anemia defisiensi zat besi: Wanita menstruasi Wanita menyusui/hamil karena peningkatan kebutuhan zat besi Bayi, anak-anak dan remaja yang merupakan masa pertumbuhan yang cepat Orang yang kurang makan makanan yang mengandung zat besi, jarang makan daging dan telur selama bertahun-tahun. Menderita penyakit maag. Penggunaan aspirin jangka panjang Colon cancer

You might also like