You are on page 1of 2

Catatan Haji Rasa Indonesia di Masjid Jin Arifin Asydhad - detikNews

<a href='http://openx.detik.com/delivery/ck.php?n=a59ecd1b&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUM BER_HERE' target='_blank'><img src='http://openx.detik.com/delivery/avw.php?zoneid=24&amp;cb=INSERT_RANDOM_NUM BER_HERE&amp;n=a59ecd1b' border='0' alt='' /></a> Makkah - Bila Anda ke Makkah, cobalah mampir ke Masjid Jin. Masjid yang terletak di daerah Sulaiminiyah, di dekat Pekuburan Ma'la, termasuk masjid yang punya nilai sejarah. Di musim haji, Masjid Jin sangat kental dengan rasa Indonesia. Masjid ini berjarak 1 km dari Masjid Nabawi. Dalam sejarahnya, masjid ini merupakan tempat Nabi Muhammad SAW bertemu sekumpulan jin. Setelah Nabi Muhammad membacakan Al Quran kepada mereka, para jin ini kemudian mengimani Allah dan kerasulan Muhammad. Bangunan masjid yang berdiri sekarang ini merupakan hasil renovasi terakhir pada lima tahun lalu, 1421 Hijriyah. Bangunan masjid ini termasuk salah satu bangunan yang dipelihara oleh pemerintah Arab Saudi. Masjid yang terletak di pinggir jalan dan berada di lingkungan pertokoan ini tidak terlalu besar. Lahan bangunan berluas 10x20 meter. Terdiri dari dua lantai. Lantai pertama digunakan oleh jamaah pria dan lantai atas dipakai oleh jamaah perempuan. Ada bangunan basement yang digunakan untuk tempat wudlu. Bangunan masjid bercat krem ini tampak cantik dengan dinding berhias keramik warna cokelat. Masjid semakin indah dengan kusen jendela berwarna biru dan di lantainya terhampar karpet bercorak garis-garis warna abu-abu. Lampunya terang dengan bentuk lampu yang indah. AC-nya sangat sejuk. Di atap masjid bagian kubah dihias dengan tulisan kaligrafi Al Quran Surat Al Jin ayat 1-9. Dalam asbabun nuzul (sebab turun)-nya, ayat tersebut diturunkan kepada Nabi Muhammad terkait pertemuan Rasulullah bertemu jin di tempat ini. Saat reporter detikcom Arifin Asydhad berkunjung ke masjid ini, Senin (26/12/2005) lalu, tepatnya saat waktu salat magrib hingga isya, masjid ini dipenuhi oleh jamaah haji. Jamaah haji asal Indonesia tampak mendominasi. Di dekat lingkungan masjid memang banyak pemondokan/penginapan yang dihuni jamaah haji asal Indonesia. Bahasa Indonesia Rasa Indonesia semakin terasa setelah salat magrib diadakan ceramah yang khusus diterjemahkan dengan bahasa Indonesia.

Syaikh yang bertugas memberi ceramah adalah Syaikh Ali Al Ghomidy, salah seorang dosen Universitas Ummul Quro, Makkah. Wajahnya tampan, sejuk, berjenggot dan bersorban. Setelah diumumkan bahwa ada ceramah yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, jamaah-jamaah haji asal Indonesia pun tidak beranjak dari duduknya. Mereka tampak mendengarkan dengan seksama ceramah Syaikh Ali Al Ghomidy. Sebagian jamaah haji dari negara lain juga menyimaknya. Syaikh Ali Al Ghomidy tentu berceramah dengan bahasa Arab. Penerjemahnya adalah Abdullah Zaen, pemuda asal Purbalingga, Jawa Tengah, yang saat ini sedang menempuh S2 di Universitas Madinah. Penampilan Syaikh Al Ghomidy yang sangat enak dalam memberikan ceramahnya, semakin hidup dengan penampilan Abdullah yang cukup baik. Abdullah yang juga mengenakan sorban menerjemahkan ceramah Al Ghomidy dengan bahasa yang santai dan komunikatif. Salah satu yang menarik dari ceramah Al Ghomidy adalah tidak perlu mindernya umat muslim Indonesia. Orang Indonesia tidak lebih buruk dari orang Arab Saudi. "Karena itu, orang Indonesia tidak perlu minder bertemu orang Arab. Keunggulan orang di hadapan Allah, karena tingkat ketakwaannya. Orang Arab belum tentu lebih bertakwa daripada bangsa lain," kata Ali Al Ghomidy. Ceramah Ali Al Ghomidy berlangsung sekitar 1 jam dan berakhir menjelang salat isya. Sebelum menutup ceramahnya, Ali Al Ghomidy membuka tanya jawab selama 15 menit. Dan jamaah Indonesia pun antusias untuk bertanya kepada syaikh yang murah senyum itu. Program Ceramah Seusai acara, Abdullah menjelaskan bahwa pemerintah Arab Saudi memang membuat program ceramah-ceramah untuk para jamaah haji di masjid-masjid. Bila masjid-masjid lebih banyak didatangi jamaah Indonesia, maka ceramah itu akan diterjemahkan oleh bahasa Indonesia. Para syaikh yang ditugaskan untuk memberi ceramah juga bergantian. Abdullah sendiri merupakan salah satu penerjemah yang direkrut Departemen Agama Arab Saudi. Ada banyak mahasiswa dari berbagai negara yang diberi tugas menerjemahkan ceramah para ustad Arab Saudi. "Saya dulu ikut tes ke Depag Arab Saudi dan ternyata saya diterima," kata Abdullah yang sangat fasih berbahasa Arab ini. Rasa Asia lainnya di masjid ini adalah sang imam masjid. Biasanya di masjid-masjid di Arab Saudi, para imam berwajah Arab. Namun, imam Masjid Jin berwajah Asia, mirip wajah orang Indonesia. Tapi, setelah ditanya, sang imam yang jago bahasa Arab itu mengaku bukan dari Indonesia. "Saya Azman, dari Thailand," kata pria yang masih muda dan bersorban itu. (nrl/)

Tekan *123*121# untuk kenyamanan mudik Anda ke Jalur Jawa. cs:021-7941178 (khusus pelanggan Telkomsel) Tetap update informasi di manapun dengan http://m.detik.com dari bro

You might also like