You are on page 1of 5

Model dick and carey digolongkan sebagai model yang berorientasi pada dua hal, yaitu : a.

Pengetahuan, apabila model tersebut dipakai sebagai sumber informasi tentang konsepkonsep,prinsip-prinsip perencenaan instruksional dan langkah langkahya. b.Hasil,dengan menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip perancangan yang menghasilkan suatu bahan instruksional yang dapat dipakai belajar secara mandiri tanpa bantuan guru. Disini pun evaluasi dilaksanakan berulangkali sampai dapat diperoleh hasil yang memuaskan. Seperti model-model pengembangan lainnya, disinipun dick dan carey menerapkan pendekatan sistem untuk perancang sistem instruksional dengan langkah langkah : 1. Penentuan tujuan instruksional (tujuan terminal) yang menyatakan apa yang dapat dilakukan oleh siswa setelah mengikuti program instruksional tersebut. Penentuan tujuan ini dapat bersumber dari penilaian kebutuhan tujuan-tujuan yang ada, atau pengalaman praktis dengan siswa yang mengalami kesulitan belajar,analisis suatu tugas, dan sebagainya. Berbeda dengan tujuan umum pada taksonomi bloom, disini tujuan terminal perlu dinyatakan dalam bentuk yang dapat dilihat dan diukur seperti yang dinyatakan oleh mager.hal ini untuk mempermudah keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan instruksional tersebut. 2. Setelah penenetuan tujuan terminal ialah menentukan macam belajar apa yang akan dipelajari siswa berdasarkan klasifikasi Gagne (lima macam belajar ). Untuk itu tujuan instraksional dipecah pecah menjadi ketrampilan-ketrapilan yang perlu dipelajari siswa dalam mencapai tujuan instruksional. 3. Identifikasi kemampuan awal siswa dan karakteristik siswa. Disini ialah menentukan ketrampilan ketrampilan apa yang telah dimiliki siswa agar dpt mengikuti program instruksional.serta karakteristik siswa secara umum dan gaya belajar siswa 4. Merumuskan tujuan instruksional khusus, tujuan-tujuan khusus ini harus relevan dengan ketrampilan ketrampilan yang telah di identivikasikan dalam analisis tugas. Patokan-patokan yang dipakai untuk mengukur keberhasilan pencapaian tujuan instruksional khusus ini dapat dikonsultasikan pada para ahli. 5. Pengembangan butir-butir tes berdasarkan acuan patokan, yang selanjutnya akan dipakai untuk mengukur sejauh mana siswa telah mencapai tujuan instruksional. Hal ini dapat dilakukan dengan membandingkan penampilan siswa dalam pengujian dengan patokan yang telah ditentukansebelumnya. Disini Dick dan carey menyatakan adanya empat macam tes yaitu : a.Tes untuk mengukur kemampuan awal yang merupakan prasyarat bagi program instruksional tersebut. b.Tes awal untuk mengukur sejauh mana siswa telah menguasai materi yang akan diajarkan c.Tes selama siswa sedang didalam proses belajar untuk melihat apakah siswa dapat menangkap apa yang telah diajarka d.Tes akhir untuk mengukur semua tujuan instruksional yang ada. 6.Pengembangan strategi instruksional yang akan memberikan kegiatan-kegiatan dan pengalaman belajar pada siswa. Disini diterapkan prinsip-prinsip belajar serta hasil-hasil penelitian di bidang psikologipendidikan serta teknoogi instruksional. Langkah ini terdiri dari empat macam langkah kegiatan, yaitu : 1)Aktifitas pre-instruksional yang mencakup cara menarik perhatian dan membangkitkan motivasi siswa, penyampaian tujuan pembelajaran pada peserta didik. 2)Presentasi informasi disini diberikan materi yang diurut berdasarkan analisis hirarki tugas (dari muda ke yang sulit)

3)Partisipasi siswa yang merupakan bagian terpenting dalam proses belajar disini perlu dipilih aktivitasaktivitas untuk siswa yang relevan dengan tujuan instruksional yang harus dicapai siswa disini perlu dilakukan penguatan guna untuk keberhasilan dalam proses belajar. 4)Pengujian dilakukan aktifitas untuk menguji keberhasilan siswa selama mengikuti kegiatan belajar mengajar. 5)Aktivitas lanjutan ini menyangkut pertanyaan pertanyaan apakah ada perlu remedial, langkah ini dilakuakan apabila ada umpan balik dari hasil uji coba dilapangan. 7.Perencanaan instruksional ini adalah pengembangan dan pemilihan bahan atau materi instruksional terdapat tiga kemungkinan : a)Bahan dapat dipelajari secara individual tanpa bantuan guru b)Bahan diberikan guru seluruhnya, sesuai dengan strategi yang telah dikembangkan c)Guru memakai bermacam macam sumber, yang dapat dipelajari secara individual maupun tanpa bantuan guru 8.Mengadakan evaluasi vormative yang dapat dipakai untuk umpan ballik system yang dirancang sehingga dapat berfungsi secara lebih efetif dan efisien 9.Revisi system yang dilakukan berdasarkan umpan balik yang dilakkan berdasarkan umpan balik yang diperoleh selama evaluasi formatif disini terdapat dua macam revisi yaitu : a.Perubaha dalam isi dalam substansi sehingga dapat lebih efektif b.Perbahan prosedur 10.Evaluasi system sumatif yang dilakukan untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan instruksional terminal. Disamping itu evaluasi sumatif dipakai juga untuk mengukur keefektifan system instruksional yang dirancang sendiri. Kekuatan model ini terletak pada analisis tugaas secara terperinci serta penysunan tugas tugas tersebut serta tujuan instruksional khusus secara hirarkis. Dengan demikian telah diketahui dengan pasti langkah langkah yang harus dilakukan oleh sisiwa untuk mencapai tujuan terminal system. Disamping itu ada ujian berulangkali menyebabkan hasil yang akan diperoleh system dapat diandalkan. Karena ujian ini dilakukan berulang kali inilah maka modeltersebut digolongkan kepada model yang berorientasi pada hasil.

Kemampuan Awal (Prior Knowledge)


Kemampuan awal merupakan hasil belajar yang didapat sebelum mendapat kemampuan yang lebih tinggi. Kemampuan awal siswa merupakan prasyarat untuk mengikuti pembelajaran sehingga dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Kemampuan seseorang yang diperoleh dari pelatihan selama hidupnya, dan apa yang dibawa untuk menghadapi suatu

pengalaman baru. Menurut Rebber (1988) dalam Muhibbin Syah (2006: 121) yang mengatakan bahwa kemampuan awal prasyarat awal untuk mengetahui adanya perubahan Gerlach dan Ely dalam Harjanto (2006:128) Kemampuan awal siswa ditentukan dengan memberikan tes awal. Kemampuan awal siswa ini penting bagi pengajar agar dapat memberikan dosis pelajaran yang tepat, tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Kemampuan awal juga berguna untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan. Senada disampaikan Gagne dalam Nana Sudjana (1996:158) menyatakan bahwa kemampuan awal lebih rendah dari pada kemampuan baru dalam pembelajaran, kemampuan awal merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum memasuki pembelajaran materi pelajaran berikutnya yang lebih tinggi. Jadi seorang siswa yang mempunyai kemampuan awal yang baik akan lebih cepat memahami materi dibandingkan dengan siswa yang tidak mempunyai kemampuan awal dalam proses pembelajaran. Kemampuan awal juga bisa disebut dengan prior knowledge (PK). PK merupakan langkah penting di dalam proses belajar, dengan demikian setiap guru perlu mengetahui tingkat PK yang dimiliki para peserta didik. Dalam proses pemahaman, PK merupakan faktor utama yang akan mempengaruhi pengalaman belajar bagi para peserta didik. Dari berbagai penelitian terungkap bahwa lingkungan belajar memerlukan suasana stabil, nyaman dan familiar atau menyenangkan. Lingkungan belajar, dalam konteks PK, harus memberikan suasana yang mendukung keingintahuan peserta didik, semangat untuk meneliti atau mencari sesuatu yang baru, bermakna, dan menantang. Menciptakan kesempatan yang menantang para peserta didik untuk memanggil kembali PK merupakan upaya yang esensial. Dengan cara-cara tersebut maka pengajar/instruktur/fasilitator mendorong peserta didik untuk mengubah pola pikir, dari mengingat informasi yang pernah dimilikinya menjadi proses belajar yang penuh makna dan

memulai perjalanan untuk menghubungkan berbagai jenis kejadian/peristiwa dan bukan lagi mengingat-ingat pengalaman yang ada secara terpisah-pisah. Dalam seluruh proses tadi, PK merupakan elemen esensial untuk menciptakan proses belajar menjadi sesuatu yang bermakna. Dalam proses belajar, PK merupakan kerangka di mana peserta didik menyaring informasi baru dan mencari makna tentang apa yang sedang dipelajari olehnya. Proses
membentuk makna melalui membaca didasarkan atas PK di mana peserta didik akan mencapai tujuan belajarnya.

Menurut Sugiyarto (2009) dalam makalahnya tentang peningkatan kualitas pembelajaran dalam bidang ekologi di perguruan tinggi melalui penerapan praktikum mandiri yang disampaikan pada semiloka nasional menyatakan bahwa kunci utama tutorial adalah pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang atau yang disebut dengan prior knowledge. PK akan keluar dari simpanan para peserta didik apabila ada trigger atau pemicu. Dalam proses inkuiri terbimbing siswa dipacu dengan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada jawaban dari permasalahan yang dihadapi sehingga siswa dapat dengan mandiri bisa menyimpulkan dan menmukan konsep-konsep dalam materi yang sedang dipelajari. Dari uraian tersebut, maka kemampuan awal dapat diambil dari nilai yang sudah didapat sebelum materi baru diperoleh. kemampuan awal merupakan prasyarat yang harus dimiliki siswa sebelum memasuki pembelajaran materi pelajaran berikutnya yang lebih tinggi. Kemampuan awal dalam penelitian ini diambil dari nilai tes perkembangan manusia sebelum memasuki materi yang baru yaitu materi sistem gerak manusia.

1. Kemampuan awal

Pentingnya pemahaman tentang kemampuan awal setiap murid oleh seorang guru telah menjadi perhatian utama para ahli di bidang pendidikan. Mereka, terutama yang berkecimpung dalam bidang desain atau rancangan pembelajaran, mengasumsikan bahwa suatu rancangan atau desain pembelajaran dikatakan baik apabila memperhitungkan kemampaun awal siswa sebagai sasaran. Pada awal proses pembelajaran kadang-kadang siswa belum mampu menunjukkan kemampuan sebagaimana yang dirumuskan guru dalam tujuan rencana pembelajaran. Artinya masih terdapat kesenjangan antara realitas (pengetahuan, sikap, dan keterampilan anak awal proses pembelajaran) dengan idealitas (berupa deskripsi kemampuan yang dirumuskan dalam tujuan pembelajaran pada rencana pembelajaran). Kemampuan awal pada dasarnya adalah pengetahuan, sikap, dan keterampilan, yang telah dipelajari atau dikuasai oleh siswa sebagai persyaratan awal untuk mempelajari tugas-tugas pembelajaran yang baru. Kemampuan awal itu menjadi kemampuan faktual siswa yang perlu diketahui oleh guru sebelum siswa mempelajari tugas-tugas pembelajaran yang baru. Kemampuan awal siswa bisa diperoleh melalui berbagai cara misalnya melalui pengalaman kehidupan sehari-hari. Dalam serangkaian proses pembelajaran, yang jelas kemampuan awal itu memegang peranan yang sangat penting terutama bagi siswa untuk mempelajari tugas-tugas pembelajaran berikutnya yang lebih baru. Karena itu, tidak jarang terdapat berbagai materi pelajaran yang menyaratkan adanya kemampuan awal. Biasanya dikenal dengan istilah prerequisit. Sebagai contoh dalam hal ini misalnya, seorang

You might also like