You are on page 1of 2

Alat Pembayaran Antar Negara Dalam definisi atau pengertiannya devisa adalah alat pembayaran luar negeri yang

antara lain berupa emas, uang kertas asing dan tagihan lainnya dalam valuta asing kepada pihak luar negeri (Rachbini, 2000: 113). Sedangkan cadangan devisa merupakan posisi bersih aktiva luar negeri pemerintah dan bank-bank devisa, yang harus dipelihara untuk keperluan transaksi internasional. Devisa diperlukan untuk membiayai impor dan membayar utang luarnegeri. Cadangan devisa dikelola oleh Bank Indonesia berdasarkan UU No. 23 tahun 1999 pasal 13. Pengelolaan itu dilakukan dengan melalui berbagai jenis transaksi devisa yaitu menjual, membeli, dan atau menempatkan devisa, emas dan surat-surat berharga secara tunai atau berjangka termasuk pemberian pinjaman. Pengelolaan dan pemeliharaan cadangan devisa didasarkan pada prinsip untuk memperoleh pendapatan yang optimal. Tujuan pengelolaan dan pemeliharaan cadangan devisa ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari upaya menjaga nilai tukar, dimana menipisnya cadangan devisa akan mengundang spekulasi rupiah dari pada spekulator. Menurut Bank Dunia, peranan cadangan devisa adalah (www. Pikiran rakyat. Com):1) Untuk melindungi negara dari guncangan eksternal. Krisis keuangan pada akhir 1990-an membuat para pembuat kebijakan memperbaiki pandangannya atas nilai dari cadangan devisa sebagai proteksi dalam melindungi dari krisis mata uang. 2) Tingkat cadangan devisa merupakan faktor penting dalam penilaian kelayakan kredit dan kredibilitas kebijakan secara umum, sehingga negara dengan tingkat cadangan devisa yang cukup dapat mencari pinjaman dengan kondisi yang lebih nyaman. 3) Kebutuhan likuiditas untuk mempertahankan stabilitas nilai tukar. Selain berbagai kelebihan diatas, kebijakan untuk mempertahankan cadangan devisa juga memerlukan biaya, saat level cadangan devisa menjadi lebih besar, biaya yang diperlukan juga semakin besar. Membengkaknya cadangan devisa kinerja moneter terekspansi melebihi kapasitas produksi ekonomi yang berakhir pada inflasi. Untuk meningkatkan cadangan devisa, sejak tahun 1970 pemerintah telah menerapkan sistem devisa bebas. Peraturan tentang sistem devisa bebas tersebut dituangkan dalam UU No. 24 tahun 1999 tentang lalu lintas devisa dan system nilai tukar menggantikan UU lama yaitu UU No. 32 tahun 1964. Dalam mengelola cadangan devisa ini, Bank Indonesia lebih mengutamakan tercapainya tujuan likuiditas dan keamanan dari pada keuntungan yang tinggi. Walaupun demikian, Bank Indonesia tetap mempertimbangkan perkembangan yang terjadi di pasar internasional, sehingga tidak tertutup kemungkinan terjadinya pergeseran dalam portopolio komposisi jenis penempatan cadangan devisa. Dalam pengelolaan cadangan devisa yang optimal, Bank Indonesia menerapkan sistem diversifikasi, baik berdasarkan jenis valuta asing maupun berdasarkan jenis investasi surat berharga. Dengan cara tersebut diharapkan penurunan nilai dalam

salah satu mata uang dapat dikompensasi oleh jenis mata uang lainnya atau penempatan lain yang mempunyai nilai yang lebih baik. Posisi cadangan devisa resmi yang dikuasai Bank Indonesia perlu dipertahankan pada tingkat yang wajar. Hal ini terutama untuk menjaga kestabilan ekonomi dan moneter serta untuk menghindari terjadinya gejolak kurs mata uang asing dan pelarian modal keluar negeri. Dalam hubungan ini sebagai ukuran yang lazim digunakan oleh rasio cadangan resmi terhadap impor. Jika cadangan devisa itu cukup untuk menutup impor selama tiga bulan pada lazimnya dipandang sebagai titik yang aman, dan jika hanya untuk dua bulan atau kurang, maka akan menimbulkan tekanan terhadap neraca pembayaran (Rustian Kamaluddin, 1999: 187). Mulai bulan Juli tahun 2000, Bank Indonesia mengubah konsep pencatatan cadangan devisa. Angka cadangan devisa yang dilaporkan hanya menggunakan konsep Internasional Reserve and Foreign Currency Liquidity (IRFCL) yang merupakan standar pelaporan secara internasional (SDDS-IMF). Perbedaan antara angka cadangan devisa yang berdasarkan konsep GFA dengan yang berdasarkan IRFCL terjadi karena perbedaan defenisi. Dalam konsep IRFCL, hanya aset yang tergolong likuid yang diperhitungkan sebagai komponen internasional reserve dan penilaiannya menggunakan kurs yang berlaku saat tanggal pelaporan. Sedangkan dalam konsep yang lama, GFA tidak dibedakan tingkat likuiditas tersebut, serta tidak digunakan kurs yang berlaku pada saat pelaporan melainkan kurs mata uang asing per 31 Maret 1998. Konsep IRFCL berangkat dari standar penyebaran data khusus (special data dissemination standars/ SDDS), yang merupakan bentuk penyajian data ekonomi melalui internet dengan menggunakan standar penyajian data dana moneter internasional (IMF). Cakupan SDDS adalah sektor riil, sektor fiskal, sektor keuangan, dan sektor eksternal. Mengenai IRFCL, struktur mode tersebut terbagi menjadi devisa internasional (Internasional Reserve), perkiraan aliran bersih devisa yang terjadwal (predetermined short-term net drains), perkiraan aliran devisa yang bersifat siaga (contingent short-term net drains), dan meno item (sumber: Bank Indonesia ).

You might also like