Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh
AZIZ PRIAMBODO 0806340006
HARNADIEMAS R. F. 0806340044
oleh :
Aziz Priambodo (0806340006)
Harnadiemas R. F. (0806340044)
Menyetujui,
Koordinator Pembimbing Lapangan
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
Aziz Priambodo (0806340006)
Harnadiemas R. F. (0806340044)
Mengetahui, Menyetujui,
Koordinator Kerja praktik Dosen Pembimbing
iii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas karunianya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktik ini tepat pada
waktunya. Berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan Kerja
Praktik di bagian Safety & Environment PT. Bio Farma (Persero), sebagai salah
satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Teknik pada Departemen Teknik Kimia
Fakultas Teknik Universitas Indonesia.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan laporan ini, sangatlah sulit bagi
penulis untuk menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih kepada:
(1) Bapak dr. Mahsun Muhammadi, Bapak Asep Sukma S.Si, dan Bapak Didin
Nurdin, selaku Pembimbing lapangan penulis yang memberikan banyak
ilmu mengenai safety dan instalasi pengolahan air limbah yang terjadi di
bagian Safety & Environment PT. Bio Farma (Persero);
(2) Prof. Dr. Ir. Muhammad Nasikin, M.Eng., selaku dosen pembimbing
penulis;
(3) Ir. Rita Arbianti, M.Si selaku dosen pembimbing akademik penulis;
(4) Bapak Obur yang telah banyak membantu dari sebelum penulis mulai Kerja
Praktik di PT. Bio Farma (Persero);
(5) Ir. Yuliusman M.Eng selaku kordinator Kerja Praktik Teknik Kimia FTUI;
(6) Orang tua yang selalu memberi doa, dukungan, dan semangat dalam Kerja
Praktik ini;
(7) Bapak dan Ibu karyawan PT. Bio Farma (Persero) yang telah banyak
membantu selama Kerja Praktik penulis;
(8) Bapak dan Ibu dosen DTK UI yang telah memberi ilmu sehingga dapat
diterapkan dalam Kerja Praktik ini;
(9) Bapak Herry dan Ibu Diah Novitasari bagian Quality Assurance yang telah
membantu kami dalam memberikan data yang dibutuhkan dalam kerja
praktik ini;
iv
(10) Pak Yusuf Munawar, Pak Wawan, Pak Usep, Pak Yayan, Pak Budiana dan
Pak Asrial di seksi Safety yang telah membantu kami selama kerja praktik
di seksi safety;
(11) Pak Uli, Pak Hendri, Mas Nanang, Mas Arif, Mas Haryanto di seksi
Pemeliharaan Gedung Polio-Campak (PGPC) yang telah membantu kami
selama kerja praktik di seksi PGPC;
(12) Rekan-rekan seperjuangan kerja praktik: Imania, Iqbal, Ikhsan, Indra,
Chandra, dan Arnis yang sudah membantu dalam bertukar wawasan serta
informasi yang ada, dan memori-memori yang tak terlupakan selama Kerja
Praktik;
(13) Semua teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu demi satu, yang selalu
memberikan informasi dan bantuan semangat;
(14) Semua pihak yang telah membantu penyusunan laporan ini secara langsung
maupun tidak langsung;
Penulis menyadari bahwa dalam laporan kerja praktik ini masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun sehingga dapat menyempurnakan laporan ini dan melaksanakan
perbaikan di masa yang akan datang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca dan bagi dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.
.
Depok, Januari 2012
Penulis
v
Laporan Kerja Praktik
Departemen Teknik Kimia FTUI
DAFTAR ISI
BAB II .................................................................................................................... 4
PROFIL PT. BIO FARMA .................................................................................. 4
2.1 Tinjauan Umum ............................................................................................. 4
BAB 3 ................................................................................................................... 16
GAMBARAN UMUM SEKSI ENVIRONMENT PT BIO FARMA ............. 16
3.1 Limbah ......................................................................................................... 16
3.8 Instalasi Pengelolaan Air Limbah 1 (IPAL I) PT. Bio Farma ..................... 32
BAB 4 ................................................................................................................... 37
GAMBARAN UMUM SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA PT BIO FARMA ......................................................... 37
4.1 Sistem Manajemen K3 di PT Biofarma (Persero) ....................................... 37
4.3.3 Check/Pemantauan................................................................................ 46
4.6 Analisis Pelaksanaan Kebijakan SMK3 di PT. Bio Farma (Persero) .......... 56
BAB 5 ................................................................................................................... 60
TUGAS KHUSUS ............................................................................................... 60
5.1 Pendahuluan ................................................................................................ 60
BAB 6 ................................................................................................................... 71
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dalam Kerja Praktik ini adalah:
1. Menerapkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan bidang ilmu Teknologi
Bioproses, serta memperluas wawasan mahasiswa di bidang teknologi, dalam
aplikasinya di lingkungan serta keselamatan dan kesehatan kerja.
2. Memperluas pemahaman mahasiswa mengenai sistem instalasi pengolahan
air limbah yang dilakukan PT. Bio Farma dalam menunjang kinerja
perusahaan dalam produksi vaksin dan antisera.
3. Membekali mahasiswa dengan pengalaman langsung dan aplikatif mengenai
unit-unit instalasi pengolahan air limbah yang digunakan oleh PT. Bio Farma.
4. Membekali mahasiswa dengan pengetahuan mengenai sistem manajemen
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) yang diterapkan pada industri
bioproses, khususnya pada PT. Bio Farma.
5. Memenuhi salah satu mata kuliah wajib yang menjadi syarat kelulusan bagi
mahasiswa Departemen Teknik Kimia FTUI untuk memperoleh gelar sarjana
strata satu (S1).
1.3 Manfaat
Manfaat yang ingin diperoleh dari kerja praktik ini antara lain ialah:
1. Dapat mengetahui proses yang terjadi dalam Bagian Environment dan Safety
PT. Bio Farma.
2. Memperluas wawasan di bidang industri bioproses melalui pengalaman
langsung di lapangan.
BAB II
PROFIL PT. BIO FARMA
L. Otten yang saat itu sebagai direktur utama dengan Kikuo Kurauchi. Masa
kepemimpinan Kikuo Kurauchi sangatlah singkat sehingga diganti kemudian oleh
Mitsukiyo Matsuura pada periode 1943-1945.
Ditengah kecamuk perang Dunia II, pada 17 Agustus 1945 para pejuang
Indonesia memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia, meski maklumat
ini tak diakui oleh pemerintah Hindia Belanda karena tidak adanya serah terima
ataupun pengalihan kekuasaan. Hal ini juga ditindaklanjuti dengan pengambil
alihan Bandung Boeki Kenkyushoo pada 1 September 1945, mengubah namanya
sebagai Gedung Cacar dan Lembaga Pasteur, menunjuk R.M. Sardjito sebagai
direktur dan memindahkan perusahaa tersebut ke Klaten. Pemindahan perusahaan
ini juga berkaitan dengan kondisi Bandung yang dalam keadaan berbahaya
menyusul kekalahan Jepang.
Pada Agresi Militer II tahun 1946 Belanda berhasil memukul balik
tentara Jepang, dan tentara sekutu mengalahkan armada Jepang. Belanda
menguasai kota-kota penting termasuk Bandung. Mereka kembali menguasai alat-
alat produksi, termasuk gedung Cacar dan Lembaga Pasteur. Fungsi dan nama
lembaga oleh Belanda dikembalikan seperti semula dan menunjuk I.P Heinneman
sebagai direktur untuk periode 1946-1948. Pada 4 Desember 1948, Seketaris
Negara A.G. Pringgodigdo didampingi menteri kesehatan J. Leimena
mengumumkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 1948 yang menetapkan
Institut Pateur berada di lingkungan Kementerian Kesehatan sebagai salah satu
lembaga dengan kewajiban membuat vaksin dan antisera.
Diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia tidak serta merta membuat
semua aset peninggalan Belanda menjadi milik Indonesia. Baru pada tahun 1951
pemerintah Indonesia sepenuhnya mengambil alih Landskoepokinrichting dan
mengangkat R. M. Djuhana Wiradikarta sebagai direktur dari tahun 1951-1954.
Setelah itu pada periode 1955-1960 pemerintah mengubah nama lembaga ini
menjadi Perusahaan Negara Pasteur. Lantas melalui Peraturan Pemerintah No. 80
tahun 1961 (Lembaran Negara Tahun 1961 No. 101) Perusahaan Negara Pasteur
berubah menjadi Perusahaan Negara Bio Farma. Direktur pertama yang bertugas
begitu lembaga ini bernama “Bio Farma” ialah R. Sumiatno dengan masa jabatan
tahun 1954-1966.
Pada periode 1966-1988 puncak pimpinan Bio Farma dipegang oleh M.S.
Nasution yang merupakan anggota WHO Expert Committee on Biological
Standardization. Pada masa kepemimpinan M.S. Nasution inilah Perusahaan
Negara (PN) Bio Farma berubah menjadi perusahaan umum (Perum), yaitu berkat
Peraturan Pemerintah RI No. 26 tahun 1978. Namun seiring berjalannya waktu,
bentuk sebagai Perusahaan Umum (Perum) dirasakan memiliki keterbatasan untuk
menghimpun keuntungan. Keinginan untuk terus maju membuat perusahaan ini
mengembangkan berbagai kemungkinan yang terbuka dan mengejar peluang
kemajuan. Seiring perkembangan dan strategi bisnis, lama-lama Bio Farma
berusaha lebih mandiri. Upaya ini mendapat momentum ketika Darodjatun
menjadi Direktur Bio Farma pada periode 1988-1997. Di masa Darodjatun inilah
Bio Farma telah mendapat dispensasi untuk menumpuk laba sebelum akhirnya
berstatus Perseroan Terbatas (PT) hingga saat ini.
Misi
1. Memproduksi, memasarkan dan mendistribusikan vaksin dan antisera
yang berklualitas internasional untuk kebutuhan pemerintah, swasta
nasional dan internasional.
2. Mengembangkan inovasi vaksin dan antisera yang sesuai dengan
kebutuhan pasar.
3. Mengelola perusahaan agar tumbuh dan berkembang dengan
menerapkan good corporate governance.
4. Meningkatkan kesejahteraan karyawan dan pemegang saham, dengan
tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya.
Selain itu, PT. Bio Farma (Persero) juga memiliki sembilan kebijakan yang
bertujuan sebagai pedoman dalam melakukan aktivitas produksi dan mewujudkan
visi-misi yang telah disusun. Sembilan kebijakan perusahaan Bio Farma yaitu:
1. Produk Bermutu Tinggi
2. Produk Ramah Lingkungan
3. Berdaya saing Global
4. Kepuasan Pelanggan
5. Perbaikan Berkesinambungan
6. Pengendalian Pencemaran
7. Pencegahan Kecelakaan dan Penyakit Akibat Kerja
8. Penghemeatan Energi dan Sumber Daya Alam.
9. Patuh Peraturan Perundangan dan Persyaratan Lainnya.
2.5 Lokasi
PT. Bio Farma (Persero) memiliki dua tempat kegiatan perusahaan. Pertama
berlokasi di Jalan Pasteur 28, Bandung, 40161, Kelurahan Pasteur, Kecamatan
Sukajadi, Kota bandung, Jawa Barat. Lokasi ini diperuntukkan untuk seluruh
aktivitas produksi vaksin ,antisera serta pengemasan. Luas area Bio Farma Pasteur
ialah 91.210 m2. Luas area PT. Bio Farma Pasteur meliputi kantor, gudang,
masjid, klinik, dan area perluasan pabrik.
Lokasi kedua terletak di Jalan Kolonel Mashuri, KM 13, Desa Kertawangi,
Kec. Cisarua, Kabupaten Bandung Barat. Luas PT. Bio Farma Cisarua ialah
282.441 m2. Area PT. Bio Farma Cisarua ini meliputi bagian uji klinis hewan,
kandang, pengolahan limbah padat dan cair serta area rerumputan untuk pelatihan
dan makanan kuda. Hewan yang diternak di PT. Bio Farma Cisarua ini merupakan
hewan untuk fasilitas produksi seperti kuda, mencit, ayam dan kelinci. Luas
bangunan pada PT. Bio Farma Cisarua ini hanya 10.017 m2 sedangkan sisanya
merupakan lahan kosong yang biasa digunakan untuk area makan dan berlatih
kuda.
Bagian Pengadaan
d. Bagian Sistem Informasi Manajemen (langsung bertanggung jawab kepada
Dirut)
Berikut merupakan nama-nama divisi serta bagian yang dibawahi oleh
masing-masing direktur yang ada di PT. Bio Farma:
1. Direktur Keuangan dan SDM
a. Divisi Administrasi Keuangan
Bagian Administrasi Keuangan
Bagian Pajak
Bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL)
b. Divisi Anggaran dan Akuntansi
Bagian Informasi dan Keuangan Anggaran
Bagian Manajemen Keuangan
Bagian Akuntansi Keuangan
c. Divisi Sumber Daya Manusia (SDM)
Bagian Pengembangan SDM
Bagian Admininstrasi SDM
Bagian Pelatihan
d. Divisi Logistik
Bagian Pembelian Umum
Bagian Investasi dan Suku Cadang
2. Direktur Pemasaran
a. Divisi Pemasaran Dalam Negeri
Bagian Penjualan untuk Pemerintah
Bagian Penjualan untuk Swasta
b. Divisi Pemasaran Ekspor
Bagian Ekspor Umum
Bagian Ekspor Institusional
c. Divisi Pelayanan Jasa
Bagian Pelayanan dan Jasa
Bagian Diagnostik Klinik
3. Direktur Produksi
a. Divisi Produksi Vaksin Virus
Bagian Produksi Vaksin Campak
Bagian Produksi Vaksin Polio
Bagian Produksi Vaksin Influenza
Bagian Produksi Media
b. Divisi Bagian Produksi Vaksin Bakteri
Bagian Produksi Vaksin Pertusis
Bagian Produksi Vaksin Tetanus
Bagian Produksi Vaksin Difteri
Bagian Produksi Vaksin BCG
Bagian Produksi Vaksin Hib
c. Divisi Produksi Obat
Bagian Formulasi Pengisian Vaksin dan Pelarut
Bagian Formulasi Pengisian Vaksin dan Sera
Bagian Pengemasan
d. Divisi Teknik dan Pemeliharaan
Bagian Mekanik
Bagian Pendingin dan Pemeliharaan Bangunan
Bagian Listrik dan Jaringan
Bagian Kalibrasi dan Validasi
4. Direktur Perencanaan dan Pengembangan
a. Divisi Perencanaan dan Pengendalian Produksi
Bagian Production Planning Inventory Control (PPIC)
Bagian Inventory (Warehouse)
b. Divisi Quality Control (QC)
Bagian QC Vaksin Bakteri
Bagian QC Vaksin Virus
Bagian QC Fisika-Kimia
Bagian QC Mikrobiologi
Bagian NVT
BAB 3
GAMBARAN UMUM SEKSI ENVIRONMENT PT BIO FARMA
3.1 Limbah
Sudah akrab kita ketahui bahwa hampir setiap kegiatan yang dilakukan oleh
manusia baik dalam rumah tangga maupun dalam dunia industri dapat
menghasilkan produk sampingan berupa limbah. Secara harfiah limbah dapat
diartikan sebagai suatu produk sampingan dari sutau kegiatan rumah tangga
maupun industri yang tidak diinginkan dan dianggap sebagai bahan buangan. Ada
beberapa kerugian yang dapat ditimbulkan oleh pengelolaah limbah yang
sembarangan diantaranya:
1. Dapat menjadi sumber penyakit bagi manusia
2. Dapat merusak ekosistem disekitar pembuangan limbah
3. Dapat mengganggu estetika seperti timbulnya bau tidak sedap dan
pemandangan yang kotor.
Tingkat bahaya dari suatu limbah ditentukan oleh jenis dan karakter dari
limbah tersebut. Secara umum berdasarkan wujudnya limbah dapat terbagi
menjadi tiga golongan yakni limbah padat, limbah cair dan limbah gas. Setiap
jenis limbah berdasarkan wujudnya tersebut diolah dengan cara yang berbeda
beda agar optimal dan sesuai dengan baku mutu limbah yang
ditentukan.Konsentrasi dan kuantitas limbah juga menentukan seberapa bahaya
limbah tersebut. Pada konsentrasi dan kuantitas tertentu limbah dapat
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan juga bagi kesehatan manusia.
Karena pentingnya proses pengolahan limbah yang akan berdampak pada
kesehatan dan lingkungan, maka perlu ditekankan agar setiap kegiatan industri
maupun domestik mempunyai sistem untuk pengolahan limbahnya. Dalam hal ini
pemerintah berperan penting untuk menentukan kebijakan guna melindungi
dampak buruk dari limbah. Selama ini proses pengolahan limbah masih terkesan
dikesampingkan dan lebih cenderung bersifat kuratif. Pada umumnya penanganan
dilaksanakan setelah masalah dan dampak pencemaran timbul atau populer
disebut end of pipe solution. Pada kenyataannya pola penanganan semacam ini
amatlah sulit dan memerlukan biaya yang relatif mahal. Perlakuan preventif dan
terintegrasi dapat menjadi sebuah alternatif tepat untuk menghindari dampak
negatif dari limbah. Proses terintegrasi ini meliputi eliminasi limbah melalui
rekayasa proses yang diikuti dengan pewadahan di tempat, pengumpulan,
pengangkutan, penyimpanan, pengolahan samapai dengan pengolahan akhir
(ultimate disposal) yang dilakukan secara aman dan sesuai dengan persyaratan
yang ditetapkan.
Air
Limbah Buangan
Padat & Cair IPAL PP 82/2001
SLUDGE
Gambar 3.1 Bagan peraturan perundangan yang mengatur tentang pengelolaan limbah
f. Bersifat Korosif
Limbah yang bersifat korosif adalah salah satu limbah yang mempunya
salah satu sifat sebagai berikut :
1) Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit
2) Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020)
dengan laju korosi 6,35 mm/tahun dan temperatur pengujian 55 C.
3) Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah asam dan sama
atau lebih besar dari 12,5 untuk limbah yang bersifat asam.
Sementara itu untuk mengendalikan tingkat pencemaran akibat limbah
terhadap lingkungan, maka telah diatur parameter-parameter pengelolaan limbah
yang aman sebelum dilepas ke alam. Ada beberapa kebijakan pemerintah yang
dibuat sesuai dengan spesifikasi limbahnya seperti untuk limbah gas diatur sesuai
dengan PP 41/2001 dan untuk pengendalian pencemaran air sesuai dengan PP
82/2001.
Pada pembahasan kali ini akan difokuskan pada parameter kualitas yang
digunakan sebagai baku mutu air limbah. Secara umum parameter kualitas air
limbah dapat dikelompokkan dalam tiga parameter yaitu parameter kimia,
karakteristik fisik, dan biologis. Parameter kimia merupakan ukuran jumlah zat
kimia maksimum yang diperbolehkan terkandung dalam air limbah. Parameter
kimia air limbah terdiri dari pH, BOD5, COD, fenol, klor bebas, nitrogen, besi
terlarut dan beberapa lainnya. Parameter merupakan ukuran fisik maksimum dari
air limbah yang diperbolehkan. Parameter fisik air limbah terdiri dari Temperatur,
warna, baru, Total Suspended Solid (TSS), Total Dissolved Solid (TDS).
Sementara itu parameter biologis dapat dilihat dari kondisi mikroorganisme yang
ada dalam air dan organisme lain yang cenderung peka terhadap perubahan kodisi
air.
pengelolaan limbah yang terstruktur. Secara garis besar limbah di PT. Bio Farma
dapat digolongkan sesuai bagan berikut :
Limba
h
Padat Cair
Organi Anorganik B3
Non-
k B3
Kimia Biologi
s
Gambar 3.3 Bagan pengolahan limbah di PT. Bio Farma (Persero)
Karakteristik limbah yang dihasilkan dari seluruh kegiatan perusahaan
berbeda beda, oleh karena itu perlakuan yang diberikan juga berbeda.
Sekurangnya ada dua instalasi pengolahan air limbah (IPAL) untuk pengelolaan
limbah cair dan ada sebuah insenerator yang dimiliki PT. Bio Farma.
Limbah cair yang dihasilkan dari proses produksi dimana merupakan sisa
proses produksi atau air bekas pencucian/pembilasan yang kemungkinan
mengandung zat pencemar maka perlu dilakukan penghelolaan sebelum dibuang
ke lingkungan. Limbah cair dialirkan pada IPAL 1 yang digunakan sebagai tempat
pengolahan limbah sisa produk berbasis virus (vaksi polio dan campak),
laboratorium dan limbah yang berasal dari toilet. Sedangkan pada IPAL 2
digunakan untuk limbah cair yang merupakan sisa produksi produk berbasis
bakteri seperti vaksin anti tetanus dan anti sera bisa ular.
Limbah padat yang dihasilkan bioframa ada beberapa yang dikumpulkan
dan digunakan kembali. Proses pengumpulan dan pemanfaatan kembali limbah
padat biofarma dilakukan oleh komunitas yang telah ditunjuk oleh biofarma.
Sedangkan limbah padat seperti sisa jarum suntik, botol vial dihancurkan
menggunakan needle destroyer. Limbah padat yang bersifat toksik karena
kandungan bakteri patogen seperti bangkai hewan percobaan ataupun medium
pembuatan vaksin yang tidak terpakai maka dikirim ke incenerator untuk dibakar
menjadi abu sebelum dikirimkan ke PPLI.
Gambar 3.4 Sistem instalasi pengolahan alir limbah 1 PT. Bio Farma (Persero) yang digambar menggunakan software SuperPro Designer
Tahapan Proses dari Instalasi pengolahan air limbah unit 1 (IPAL I) dimulai
dari penampungan limbah pada masing masing storage dari breeding hewan,
limbah toilet, dan limbah laboratorium yang karakternya sedikit berbeda. Limbah
dari toilet masuk kedalam raw pit sedangkan limbah dari breeding hewan masuk
ke animal sewage tank dimana pada kedua tangki yang berbeda ini dilakukan
proses penghancuran limbah padat lunak dengan menggunakan tenaga mekanis
udara yang berasal dari blower 1. Tenaga mekanis udara dari blower ini akan
membuat limbah padat lunak seperti feses dan partikel-partikel lainnya hancur.
Setelah dilakukan proses mekanis dengan udara, maka limbah cair dari toilet
dipompa langsung ke raw sewage tank dan limbah yang berasal dari breeding
hewan dilewatkan terlebih dahulu ke Screen sebelum ke raw sewage tank untuk
memfilter adanya sisa bulu hewan, partikel besar, dan benda sejenisnya yang
dapat mengganggu efisiensi proses.
Lain halnya dengan limbah toilet dan limbah breeding hewan yang
memerlukan tenaga mekanis udara sebelum masuk ke raw sewage tank, untuk
limbah cair yang berasal dari laboratorium gedung vaksin polio & campak tidak
diberi perlakuan seperti yang berasal dari breeding hewan dan limbah toilet.
Perlakuan yang diberikan pada limbah laboratorium gedung vaksin polio &
campak sebelum masuk ke raw sewage tank yaitu melalui tahap netralisasi
dimana sifat limbah ini yang cenderung asam ataupun basa perlu mengalami
penyesuaian pH ideal agar tidak mengganggu kinerja degradasi material organik
oleh bakteri di aeration tank. Limbah dari laboratorium gedung vaksin polio &
campak akan terlebih dahulu terukur pH-nya dimana saat pengukuran
menunjukkan bahwa limbah tersebut bersifat basa secara otomatis Asam Sulfat
(H2SO4) akan dipompakan kedalam tangki netralisasi samapai pH yang
ditunjukkan netral. Begitu juga sebaliknya, apabila hasil pengukuran pH
menunjukkan bahwa sifat limbah adalah asam maka secara otomatis sodium
hidroksida (NaOH) yang akan dipompakan ke tangki netralisasi sampai kondisi
netral.
Pada raw sewage tank air limbah dari toilet, breeding hewan, dan
laboratorium gedung vaksin polio & campak bercampur mejadi satu sekaligus
terjadi proses homogenisasi limbah cair. Proses homogenisasi pada raw sewage
tank juga dibantu oleh tenaga mekanis udara dari blower, dimana gerakan
gelembung udara yang dialirkan kedalam raw sewage tank membantu
mempercepat proses homogenisasi limbah tersebut. Setelah melalui tahap
homogenisasi inilah limbah kemudian dipompa ke flow control tank yang mana
merupakan tangki penampungan sementara sekaligus sebagai pengatur kuantitas
air limbah yang akan dipompa lagi ke aeration tank.
Pada aeration tank salah satu proses pengolahan limbah yang terpenting
terjadi. Pada tanki ini ditanam plat Polyvinyl Chloride (PVC) yang berguna
sebagai permukaan kontak (biofilm) antara bakteri dengan material organik yang
terkandung dalam air. Mikroorganisme menyerap senyawa organik yang ada
dalam air limbah yang terkontakkan dengan plat dan mendapatkan suplai
oksigen melalui proses aerasi yang diberikan. Energi yang didapatkan dari
penguraian senyawa organik tersebut digunakan mikroorganisme untuk proses
perkembangbiakan dan metabolisme sel. Senyawa hasil penguraian tersebut
berupa asam amino sederhana dan zat lainnya yang terlarut dalam air. Pada
aeration tank, mempunyai debit 150 m3/day optimum sehingga kualitas air
keluaran limbah dari aeration tank ini sesuai dengan standar yang ada. Debit air
limbah yang melebihi debit optimum kedalam aeration tank mebuat waktu tinggal
(retention time) air limbah berkurang sehingga laju penguraian yang material
organik yang masuk juga tidak optimal.
Setelah melalui aeration tank, air akan masuk kedalam Sedimentation tank
dimana air masuk pada sedimentation tank karena over flow yang terjadi di
aeration tank. Di sedimentation tank air limbah mengalami proses pemisahan
flocculant dan air bersihnya. Larutan tersuspensi dari aeration tank akan masuk
kedalam bak sedimentasi, dalam kondisi tenang/diam, flocculant akan
menggumpal membentuk flock-flock yang lebih besar dan mengendap turun
kedasar bawah bak. Sludge dibagian bawah bak akan ditransfer sebagaian dengan
pompa kembali ke bak aerasi untuk reaktifasi kembali mikrobanya. Kalau sludge
yang terkumpul didasar bak sudah cukup banyak, melalui pompa
dibuang/dikeringkan ke drying bed/sand filter.
Air limbah dari sedimentation tank kemudian masuk ke dalam bak
defoaming tank. Bak ini dibuat sebagai penampung air limbah sebelum masuk ke
bak klorinasi. Bak defoaming dioperasikan secara manual oleh operator yang
apabila terdapat banyak foam pada air olahan maka dipompa ulang ke bak aerasi.
Adanya banyak busa pada defoaming tank menunjukkan masih tingginya
kandungan senyawa kimia yang bersifat basa (zat sabun) seperti logam alkali
sehingga perlu diolah kembali agar mencapai hasil olahan yang baik. Apabila
dirasa bahwa kandungan busanya tidak ada, maka berikutnya air masuk kolam
ikan. Ikan yang ada pada kolam sebagai parameter yang digunakan bahwa air
yang telah diolah sudah sudah aman dan tidak membahayakan bagi makhluk
hidup.
Tahap klorinasi merupakan tahap terakhir sebelum air olahan limbah dilepas
ke lingkungan. Pada tangki klorinasi air yang berasal dari kolam ikan setelah
terbukti aman bagi makhluk hidup kemudian di beri klorin yang berfungsi untuk
lebih memastikan bahwa air telah bersih dari kandungan bahan berbahaya
terutama bakteri patogen yang sangat mungkin muncul dari kegiatan produksi
vaksin di PT. Bio Farma.
BAB 4
GAMBARAN UMUM SISTEM MANAJEMEN
KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PT BIO FARMA
Perencanaan dan Pengembangan. Ketua pelaksana P2K3 saat ini dirangkap oleh
Kepala Bagian Pelayanan dan Jasa. P2K3 bersifat fungsional dan tidak bersifat
struktural sehingga tidak terdapat dalam struktur organisasi PT. Biofarma.
Walaupun tidak bersifat struktural, P2K3 memiliki tanggung jawab langsung
kepada Direktur Utama.
kecelaan kerja, frequency rate, severity rate, dan analisis kecelakaan kerja
berikut penyebab, penanggulangan dan pencegahannya.
3. Membuat laporan kepada Dinas Tenaga Kerja tiga bulan sekali terkait laporan
kegiatan P2K3 seperti safety patrol dan angka kecelakaan kerja serta laporan
terkait poliklinik seperti pemeriksaan kesehatan awal, berkala dan khusus.
4. Bekerja sama dengan bagian lain dalam melaksanakan Internal Audit tentang
implementasi SMK3/OHSAS 18001:1999 dan implementasi sistem
manajemen lingkungan ISO 14001:2004 setiap enam bulan sekali.
5. Melaksanakan safety patrol setiap satu bulan sekali sesuai dengan prosedur
100K-SP-01.
6. Melaksanakan vendor audit ke catering Koperasi Karyawan Bio Farma
(K2BF) setiap enam bulan sekali yang meliputi perizinan ke Disnaker,
hygiene dan sanitasi lingkungan, hygiene perorangan, dan angka kecukupan
gizi/nutrisi.
7. Melakukan pembinaan ke K2BF tentang hygiene, sanitasi dan gizi.
8. Melaksanakan Monitoring Catering setiap satu bulan sekali sesuai dengan
prosedur 100K-MonC-01 (idem safety patrol) meliputi jenis menu, hygiene
alat, hygiene petugas penyelenggara, kelengkapan APAR, kota P3K dan
pengelolaan limbah.
9. Bekerja sama dengan Divisi SDM, teknik, dan hukum dalam audit
ketenagakerjaan yang dilakukan oleh Disnaker setiap satu tahun sekali.
10. Mengimplementasikan Sistem Kesiagaan dan Tanggap Darurat Bio Farma
sesuai prosedur baku 214-KTD-01 Rev #1 dengan penanggung jawab utama
Ketua P2K3 dan penanggung jawab lapangan Kepala Bagian Umum dan
Sarana.
11. Bekerja sama dengan bagian lain dalam mendesain, menganalisis, dan apabila
dibutuhkan ikut serta dalam merevisi sistem manual atau prosedur terkait K3
dan lingkungan seperti pemantauan kesehatan karyawan, safety patrol, job
safety analysis (JSA), alat deteksi dini kebakaran, izin kerja dan penanganan
kerja.
12. Bekerja sama dengna bagian lain ketika diaudir oleh pihak auditor
eksternal/surveillance visit setiap enam bulan sekali tentang implementasi
Proses Kegiatan
Penilaian Risiko
PLAN
Klasifikasi Risiko
Manajemen
DO Pelaksanaan Control
Tindakan
Kesesuaian perbaikan dan
Pencegahan
ACTION
4.3.1 Plan/Perencanaan
Menetapkan proses perencanaan untuk:
Mengidentifikasi bahaya dan risiko dari keselamatan dan kesehatan kerja.
(aspek internal & eksternal).
Mengidentifikasi dan memantau peraturan perundangan, perizinan dan
persyaratan lainnya (termasuk kriteria kinerja internal) di bidang K3.
Menetapkan proses, sasaran, dan program K3 yang diperlukan untuk
pencapaian kebijakan K3.
Mengembangkan dan menggunakan indikator kinerja K3.
4.3.2 Do/Pelaksanaan
Menerapkan dan mengoperasikan sistem manajemen K3.
Membuat struktur manajemen, menetapkan peran dan tanggung jawab
beserta wewenang yang memadai.
Menyediakan sumber daya yang memadai.
Melatih karyawan dan memastikan kesadaran dan kompetensi karyawan di
bidang K3, seperti pelatihan penggunaan APAR dan Hydrant, pelatihan
evakuasi, PK3 dll.
Mengembangkan dan memeliharan dokumentasi.
Menetapkan dan menerapkan pengendalian dokumen.
Menetapkan dan menerapkan pengendalian operasional, dengan
menerapkan hierarki pengendalian.
Memastikan kesiapan dan tanggap darurat, berupa simulasi tanggap
darurat.
4.3.3 Check/Pemantauan
Melakukan pemeriksaan proses sistem manajemen K3.
Melakukan pemantauan dan pengukuran terhadap kebijakan K3, objective,
Legal, & persyaratan lainnya.
Mengevaluasi status kesesuaian terhadap peraturan perundangan dan
perizinan di bidang K3.
4.3.4 Action/tindakan
Melakukan tinjauan manajemen terhadap sistem manajemen K3 setiap bulan
(QSHE meeting).
Mengidentifikasikan area untuk penerapan K3.
perusahaan lain yang memiliki unit safety yang telah lebih dahulu berkembang
untuk menimba ilmu serta pengalaman tentang safety.
Karyawan Tetap
Jenis
Nama Jabatan Kelamin Pendidikan
R. Asep Sukma
S.Si Kepala Seksi Safety L S1
Yusuf Munawar Penanggung Jawab Safety L S.M.S.R
Budiyana Pelaksana L SMU
Usep Ruhana Pelaksana L SMU
Yayan Supriatna Pelaksana L SMU
Wawan Kurnia Pelaksana L S1
Tenaga Harian Lepas
Asrial Salahuddin Pelaksana L SMK
Aspek Penting
No / Resiko Tujuan Sasaran Program PIC
Bahaya
Kebakaran Tidak terjadi kebakaran di Mencegah terjadinya kebakaran Kerjasama dengan bagian teknik
lingkungan perusahaan kecil, sedang, besar sesuai SOP listrik untuk pelatihan pengenalan
1 Safety
214K-KTD-01 panel listrik terhadap TTDB, TTDI,
Anggota Keamanan Internal
Gempa bumi Evakuasi seluruh karyawan, Emergency respon time/ saat Simulasi / pelatihan Evacuation
tamu, pekerja proyek, dll ke kejadian gempa bumi untuk seluruh Drill jika terjadi gempa bumi di
2 assembly point/Titik Kumpul gedung adalah kurang dari 6 menit lingkungan perusahaan dari tiap- Safety
dapat dilakukan dengan baik tiap gedung dan atau dari seluruh
gedung.
Ancaman bom Ancaman bom dapat diantisipasi Tidak terjadi kepanikan pada Simulasi ancaman bom
dengan baik karyawan pada saat ada ancaman
3 Safety
bom.
Alarm tanda Jika terjadi kondisi darurat akan Karyawan memahami dan terlatih Pelatihan panel kontrol alarm
bahaya kurang diketahui oleh karyawan saat mendengar bunyi alarm darurat darurat untuk security & sekaligus
4 dipahami sosialisasi bunyi alarm darurat Safety
karyawan tanda bahaya kepada seluruh
karyawan.
Unsafe Action Melaksanakan inspeksi pada Terjaminnya pelaksanaan K3 yang Instalasi speed dom camera untuk
& Unsafe implementasi K3 yang baik baik dengan terciptanya Safe pengawasan proyek
5 Condition dengan terciptanaya Safe Condition & Safe Actiuon di seluruh Safety
Condition & Safe Action di area perusahaan
seluruh area perusahaan.
Seksi safety Safety dapat berkembang secara Safety behaviour di semua unsur Study banding safety ke perusahaan
secara struktural struktural menjadi suatu bagian perusahaan dapat diwujudkan atau industri lain yang sudah
6 tidak atau divisi. Safety dapat dengan baik berkembang safetynya Safety
berkembang dirasakan semua pihak menjadi
suatu kebutuhan
Tim tanggap Kondisi darurat di bagian pada Tim tanggap darurat bagian dapat Pelatihan TTDB di luar lokasi Bio
darurat bagian awal kejadian dapat ditangani mengatasi kondisi darurat secara Farma (Pelatihan Evakuasi,
7 Safety
tidak terlatih dengan cepat oleh TTDB professional, disertai dengan mental Tracking, dll.)
yang kuat
4.6.2 Kebijakan K3
Manajemen puncak harus mendefinisikan dan menyetujui kebijakan K3 dan
memastikan bahwa ruang lingkup SMK3 sesuai dengan klausul OHSAS 18001.
Manajemen puncak menyerahkan pelaksanaan K3 kepada P2K3 baik dalam
penyusunan SMK3, audit internal dan evaluasi. Kebijakan ini juga harus
dilaksanakan dengan komitmen yang kuat, hal ini ditunjukkan dengan pelaporan
hasil pelaksanaan SMK3 kepada direksi oleh P2K3. Selain itu, setiap pelanggaran
yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja atau pengabaian keselamatan kerja
dapat dikenai sanksi berupa teguran dan pemecatan. Hal ini berlaku bagi seluruh
karyawan Bio Farma. Apabila yang melakukan pelanggaran merupakan pihak luar
seperti kontraktor maka kontraktor tersebut dapat diberhentikan proyeknya dan
dapat diganti dengan kontraktor yang lain.
Setiap kebijakan, evaluasi serta data keselamatan dan kesehatan kerja
seperti angka kecelakaan kerja didokumentasikan sepenuhnya oleh divisi Quality
Assurance. Hal ini untuk memudahkan pendataan serta pengarsipan data apabila
dibutuhkan di kemudian hari.
4.6.3 Perencanaan
Klausul ini berisi tentang tiga poin besar yaitu identifikasi bahaya, penilaian
risiko dan penetapan pengendalian; peraturan dan perundangan dan persyaratan
lain; serta tujuan dan program. Ketiga poin tersebut telah dilaksanakan oleh Bio
Farma sebagai bagian dari pelaksanaan OHSAS 18001.
Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan penetapan pengendalian diterapkan
oleh Bio Farma salah satunya yaitu dengan melakukan analisis keselamatan kerja
pada setiap pekerjaan yang ada di Bio Farma. Analisis tersebut meliputi deskripsi
pekerjaan yang dilakukan, bahaya yang dapat timbul saat bekerja serta langkah
pencegahannya. Pengendalian bahaya dan risiko di biofarma juga mengacu pada
OHSAS yaitu mengikuti hierarki eliminasi, substitusi, pengendalian teknik,
pengendalian administrasi dan penggunaan alat pelindung diri (APD).
Penggunaan APD sebisa mungkin dilakukan apabila tidak ada lagi cara
pencegahan bahaya di lingkungan kerja.
Bio Farma juga rutin melakukan simulasi tanggap bencana atau kondisi darurat
seperti simulasi gempa bumi atau kebakaran.
4.6.5 Pemeriksaan
Sebagai bentuk pelaksanaan klausul OHSAS 18001, Bio Farma rutin
melakukan audit secara internal. Pemeriksaan ini meliputi pelaksanaan SMK3 di
masing-masing bagian dan divisi, pihak kontraktor yang bekerja di lingkungan
Bio Farma, catering, serta seluruh area produksi. Setiap harinya, seksi safety
sebagai bagian dari P2K3 melakukan safety patrol yang bertujuan melakukan
pengawasan serta deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya bahaya-bahaya
yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
Hasil pemeriksaan oleh P2K3 dan safety atau pelaporan dari karyawan
tentang K3 akan dibawa ke rapat P2K3 supaya dicarikan solusi apabila ditemukan
masalah atau ketidaksesuaian dengan kebijakan SMK3. Hasil rapat di P2K3 ini
akan dilaporkan langsung ke manajemen puncak.
BAB 5
TUGAS KHUSUS
5.1 Pendahuluan
5.1.1 Latar Belakang
Sistem pengolahan limbah dalam industri farmasi memegang peranan yang
penting dalam kaitannya dengan lingkungan karena limbah industri mengandung
senyawa-senyawa kimia yang berbahaya apabila dibuang langsung ke lingkungan.
Di setiap industri farmasi biasanya memiliki instalasi pengolahan air limbah
(IPAL) yang berfungsi mengolah air limbah dari instalasi produksi dan limbah
domestik agar sesuai dengan baku mutu limbah yang ditetapkan. Dewasa ini,
banyak industri farmasi yang menggunakan pengolahan limbah secara biologis
menggunakan jasa mikroorganisme untuk mengurai senyawa kimia yang terdapat
dalam limbah.
Pada pengolahan limbah biologis, instalasi pengolahan air limbahnya harus
memiliki kelayakan agar limbah dapat diurai dengan sempurna. Kelayakan ini
diuji menggunakan dua parameter, pertama yaitu rasio Food : Mass (F:M Ratio)
yang menunjukkan beban material organik dari aliran influent yang harus
diuraikan oleh biomassa berbanding bakteri pengurai yang ada didalam bak
aerasi. Kedua yaitu sludge age atau solid retention time (ϴc) yang merupakan
waktu tinggal rata-rata solid di dalam reaktor.
PT Bio Farma (Persero) sebagai perusahaan industri farmasi yang
memproduksi vaksin dan antisera memiliki limbah yang berbeda dengan industri
farmasi lainnya. Hal ini dikarenakan vaksin dan antisera menggunakan bahan
baku berupa vaksin dan bakteri dalam proses produksinya. Limbah hasil produksi
vaksin dan antisera ini tentunya mengandung virus dan bakteri yang perlu
penanganan berbeda dan baku mutu limbah yang spesifik. Sistem instalasi
pengolahan air limbah PT Bio Farma telah berumur 20 tahun sejak pertama kali
dibuat sehingga kelayakannya perlu ditinjau lebih lanjut. Oleh karena itu, pada
tugas khusus laporan kerja praktik ini kami akan menghitung kelayakan instalasi
pengolahan air limbah PT Bio Farma (Persero) melalui dua parameter yaitu
sludge area dan rasio F : M.
Gambar 5.3 Kolam aerasi yang berisi activated sludge (lumpur aktif)
Besar F:M ratio yang optimum berkisar antara 0,2-0,6 kg BOD/kg MLSS
(sludge yang terbentuk mudah mengendap atau good settling).
Gambar 5.5 Grafik perbandingan jumlah biomassa dan beban organik limbah (F:M)
Pada grafik di atas ditunjukkan bahwa jika F/M ratio antara 0.2-0.6 maka
zone settling velocity (ZSV) akan mudah mengendap, dengan sludge age sekitar
3-14 hari. Efisiensi dari penurunan BOD removal sangat kecil pada range
tersebut, biasanya diatas 95% dalam sistem yang konvensional. Apabila F:M ratio
terlalu rendah maka dapat menimbulkan tumbuhnya filamen bakteri atau kondisi
bulking. Pengendapan di tangki sedimentasi terganggu/sulit. Namun jika F:M
Ratio terlalu tinggi maka dapat menyebabkan kenaikan kebutuhan oksigen dan
menaikan clarifier loading.
Gambar 5.6 Hubungan antara sludge age dan efisiensi BOD removal
Dari gambar di atas dapa dilihat bahwa di bawah sludge age minimum,
biomass dipindahkan lebih cepat di tangki aerasi daripada digantikan oleh
pertumbuhan sel baru. Proses ini disebut sebagai Washout. Ada juga sludge age
maximum atau critical. Diatas age ini, semua peningkatan performa diabaikan.
Ada periode antara washout dan critical sludge age dimana aktivitas biomass
mungkin naik atau turun secara teratur.
5.3 Perhitungan
Tabel 5. 1 Hasil pengukuran efluent IPAL 1
Pada kasus ini kami mencoba menghitung beberapa tolak ukur dari data
proses yang didapat seberapa baikkah proses pengolahan limbah IPAL I PT
Biofarma. Dalam menentukan seberapa baik proses pengolahan limbah pada
IPAL I PT Biofarma(Persero) digunakan 2 tolak ukur yakni Food : Mass Ratio
(F:M Ratio) dan Sludge Age (ϴc).
(F:M Ratio) terlalu rendah, maka dapat timbul tumbuhnya filamen bakteri
berlebih atau terjadi kondisi bulking. Kondisi ini akan mempersulit pengendapan
di tangki seimentasi. Sebalikny, apabila nilai Food : Mass Ratio (F:M Ratio)
terlalu tinggi maka dapat menaikkan kebutuhan oksigen dan menaikkan clarifier
loading. Food : Mass Ratio (F:M Ratio) dapat dicari dengan persamaan :
𝑚3 𝑔
130
𝑥 165600
𝑑𝑎𝑦 𝑙
𝐹: 𝑀 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 = 𝑔
408410 𝑥 200 𝑚3
𝑙
= 0,2635
Dari nilai Food : Mass Ratio yang didapat dari perhitungan IPAL I PT.
Biofarma (Persero) yakni 0,2635 menunjukkan bahwa sistem pengolahan air
limbah tersebut mempunyai rasio antara biomassa dan material organik yang
seimbang sehingga dapat dikatakan masih ideal.
cair. Sludge age atau solid retention time (ϴc) dapat diartikan sebagai waktu
tinggal rata-rata solid di dalam reaktor. Secara ideal sludge age atau solid
retention time (ϴc) mempunyai waktu tinggal berkisar antara 3-14 hari untuk
menghasilkan biological floc yang baik. Jika sludge age (ϴc) dalam reaktor
kurang dari 3 hari maka biomassa yang dihasilkan akan kurang tebal sehingga
menyebabkan bulking sludge, atau dengan kata lain tingkat penguraian material
organik masih sangat rendah. Sebaliknya Sludge Age (ϴc) sangat tinggi maka
floc partikel yang terbentuk terlalu kecil.
568,53
𝑆𝑙𝑢𝑑𝑔𝑒 𝐴𝑔𝑒 𝑑𝑎𝑦𝑠 =
160,12
𝑆𝑙𝑢𝑑𝑔𝑒 𝐴𝑔𝑒 𝑑𝑎𝑦𝑠 = 3,551 𝑑𝑎𝑦
Dari perhitungan didapatkan bahwa sludge age atau solid retention time
(ϴc) dari pengolahan IPAL I PT. Biofarma (Persero) adalah 3,551 hari yang mana
menunjukkan bahwa sludge age (ϴc) masih ideal.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat kami ambil dari data dan pengamatan yang kami
dapatkan selama melakukan kerja praktek di bagian IPAL PT. Bio Farma, yaitu:
1. Untuk memastikan matinya virus maupun bakteri patogen yang ada pada
limbah, sebelum masuk Instalasi pengolahan air limbah dilakukan tahap
desinfektasi dengan autoclave.
2. Instalasi Pengolahan Air Limbah di PT. Bio Farma telah menggunakan
tiga jenis pengolahan limbah yakni secara fisika, kimia, dan biologis
sehingga mampu menghasilkan effluent limbah yang sesuai dengan baku
mutu yang ditentukan.
3. Instalasi Pengolahan Air Limbah PT. Bio Farma memiliki debit efektif
maksimum sebesar 150 m3/hari.
4. Proses aerasi pada tanki pengurai (aeration tank) berlangsung secara aerob
dimana udara kaya oksigen selalu dipompakan kedalam tanki untuk
menjaga kehidupan bakterinya.
5. Dalam Aeration Tank ditanamkan plat untuk memberikan ruang kontak
yang cukup antara air limbah dengan biofilm yang mengandung bakteri
sehingga proses degradasi material organik menjadi lebih maksimal.
6. Nilai Food : Mass Ratio yang didapat dari perhitungan IPAL I PT.
Biofarma (Persero) yakni 0,2635 menunjukkan bahwa sistem IPAL
tersebut mempunyai rasio antara biomassa dan material organik yang
seimbang sehingga dapat dikatakan masih ideal.
7. sludge age atau solid retention time (ϴc) dari pengolahan IPAL I PT.
Biofarma (Persero) adalah 3,551 hari yang mana menunjukkan bahwa
sludge age (ϴc) masih ideal.
Sedangkan kesimpulan dari kerja praktik kami pada pelaksanaan sistem
manajemen K3 PT. Bio Farma (Persero) yaitu:
6.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan terkait manajemen lingkungan khususnya
pengelolaan limbah di IPAL 1, saran yang bisa kami berikan ialah pada tahap
klorinasi, dimana masa pencampuran klorin, keasaman, kesadahan air saat masuk
kedalam bak klorinasi, konsentrasi klorin dan suhu harus lebih diperhatikan.
Mengingat masa pencapuran, kesadahan air, pH, serta konsentrasi mempengaruhi
efektifitas kerja klorin untuk membunuh mikroorganisme yang masih terkandung
dalam air. Apabila ini diabaikan maka tahap klorinasi pada IPAL I dapat
berlangsung sia-sia.
Secara umum, kami memiliki beberapa rekomendasi untuk sistem
manajemen lingkungan dan K3 di PT. Bio Farma, yaitu:
1. Melakukan pelatihan atau training pada karyawan PT Bio Farma tentang
proses produksi bersih khususnya pada segmen yang potensial
menghasilkan limbah sehingga dapat mereduksi volume limbah langsung
dari sumbernya.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Direktur Utama
Direktur Utama
Bagian Produksi
Vaksin Hib