You are on page 1of 17

Status Pasien I.

Identitas Pasien
Nama : Ny. DA Usia : 29 tahun Rumah : Green Garden B.16/17 Rt 06/02 Rorotan Cilincing Jakarta Utara Suami : Tn. S RegMed : 15 10 30 Tanggal masuk : 10-9-2011 Tanggal diperiksa : 10-9-2011

II.

Anamnesis
Keluhan Utama : Nyeri perut sejak 10 hari SMRS Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluh nyeri perut sebelah kanan, nyeri dirasakan muncul tiba-tiba, pasien sempat pingsan saat di IGD. Nyeri disertai dengan mual namun tidak sampai muntah, pasien mengaku tidak hamil, namun sudah terlambat haid sejak 2 bulan SMRS, ibu mengeluh keluar plek namun sedikit. Riwayat penyakit dahulu : penyakit maagh Riwayat pernikahan : pasien mengaku pernikahan pertama, masih nikah hingga sekarang Riwayat Haid : menarche usia 14 tahun, haidnya teratur, saat haid tidak terasa sakit, lamanya 7 hari, haid terakhir _-6-2011 Riwayat operasi : disangkal Riwayat persalinan :
No. Tempat Penolong Bersalin tahun Aterm Jenis Persalinan Penyulit JK BB Anak keadaan

1 2 3

Bidan

Bidan Dokter

2003 Aterm Normal 2008 Aterm Seksio sesar

Tanpa penyulit Gagal induksi

4200 3600

Sehat Sehat

Hamil ini

III.

Pemeriksaan Fisik CM

Kesadaran Umum : Tanda Vital:


Tekanan darah Nadi Pernapasan Suhu

: 100/70 mmHg : 100 x / menit : 30 x / menit : 36 0 C

Status generalisata
Kepala : rambut tampak bersih Mata : conjunctiva tampak anemis, sklera tidak tampak ikterik Mulut : tampak lembab Leher : kelenjar thyroid tak tampak dan tak teraba membesar Dada Paru Inspeksi : dada tampak simetris. Palpasi : vocal fremitus sama kanan kiri. Perkusi : terdengar sonor pada kedua lapang paru. Auskultasi : terdengar vesicular pada kedua lapang paru, ronchi (-), wheezing (-). Jantung Inspeksi : ictus cordis tidak tampak Palpasi : ictus cordis tidak teraba Perkusi : batas kanan jantung linea sternalis dextra, batas kiri jantung linea midclavicularis sinistra. Auskultasi : bunyi jantung I dan II murni reguler Ekstremitas : edema (-/-), acral teraba dingin

Pemeriksaan Obstetri a. Pemeriksaan Luar Inspeksi : perut tampak buncit dan tegang Palpasi : perut teraba supel, nyeri tekan pada abdomen kuadran kanan bawah dan kuadran kiri bawah, defense muscular (+).
b. Pemeriksaan Dalam

Nyeri goyang portio (+), perdarahan pervaginam (+)

I.

Pemeriksaan Penunjang

Hasil laboratorium pada tanggal 10-9-2011 Pemeriksaan hematologi dan elektrolit Hb LED Leukosit Hematokrit Trombosit STO STH Na K Cl Plano test 8,70 68 26500 25,3 356 (-) 1/160 135 5,3 90 +

II.

Assesment

Ibu : G3 P2002 nyeri colic akut ec kehamilan ektopik terganggu Rencana diagnosa : laparotomi Rencana Terapi : salphyngo ovarectomy

III.

Laporan bedah :

Dokter ahli : dr.Bambang Widjanarko, Sp.OG


3

Tanggal pembedahan : 10-9-2011 Diagnosa pembedahan : G3 P2002 nyeri colic akut ec kehamilan ektopik terganggu Diagnosa Pasca bedah : kehamilan ektopik terganggu Tindakan : 1.laparotomi 2.salphyngo ovarectomy dextra Laporan bedah : 1. Anestesi spinal 2. Dilakukan asepsis dengan iodine 3. Insisi parenteral 8 cm, insisi tumpul dan tajam yang diperdalam sampai peritonium 4. Buka peritonium, mencari tuba fallopi dan ovarium 5. Tampak tuba fallopi dextra yang berisi kantung kehamilan, kemudian dilakukan eksisi 6. Dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung kehamilan keluar 7. Kemudian luka eksisi dijahit kembali 8. Keluarkan stosel 9. Periksa adnexa, tidak ada kelainan lalu ditutup kembali 10. selesai

I.

Follow up

10-9-2011 S : pasien mengeluh nyeri pada luka bekas operasi, mual (+) O : conjunctiva anemis (+/+), TD : 100/70 mmHg, HR : 100x/menit, RR : 30x/menit, S:360C, Hb 7,40 A: kehamilan ektopik terganggu, Anemia ec underlying disease, post laparotomi P: IVFD : RD : RL = 1000 : 1000 cc / 20 tts / 24 jam O2 kanul hidung 2-4 L/ menit Transfusi darah PRC 500 1000 cc Petidine 50 g IV (saat pasien mengeluh nyeri pada bagian bekas operasi) cendantron 4 g IV (saat mual dan muntah) ceftriaxon 2x1g IV alinamin 2x1g Vit.C 2x1

Remopain 3x30 mg Periksa Hb post transfusi

11-9-2011 S : pasien masih mengeluhkan luka bekas operasi, flatus (-) O : TD : 100/70 mmHg, HR : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 360 C, Hb : 8,30 A : kehamilan ektopik terganggu, post laparotomi hari ke-2 P : Ceftriaxon, Alinamin, Vit.C, Ketorolac 12-9-2011 S : pasien sudah merasa lebih baik, flatus (+) O : TD : 120/80 mmHg, HR : 80 x/menit, RR : 20 x/ menit, Suhu : 360C A : kehamilan ektopik terganggu post laparotomi hari ke-3 P : Ceftriaxon, Alinamin, Vit.C, Ketorolac

Tinjauan Pustaka Kehamilan Ektopik Definisi


Kehamilan ektopik adalah peristiwa dimana implantasi blastosis terjadi diluar endometrium cavum uteri dan umumnya terjadi di tuba falopii. Implantasi juga dapat terjadi di ovarium atau cavum abdomen. Peristiwa ini merupakan keadaan kegawat daruratan medik.

Epidemiologi
. Sebagian besar Kehamilan Ektopik (ectopic gestation) terjadi di tuba falopii namun kadang-kadang ovum yang sudah dibuahi dapat mengadakan implantasi pada permukaan ovarium, servik uteri atau yang sangat jarang adalah pada omentum (menyebabkan abdominal pregnancy ). Di negara berkembang, angka kejadian kehamilan ektopik terkesan meningkat menjadi sekitar 1 : 80-150 kehamilan. Peningkatan angka kejadian ini diperkirakan akibat peningkatan aktivitas seksual bebas dan penyakit menular seksual atau akibat keberhasilan deteksi dini kehamilan ektopik dengan pemeriksaan ultrasonografi.

Etiologi
Etiologi pasti tak diketahui. Implantasi ovum yang sudah dibuahi hanya berlangsung setelah sebagian atau seluruh zona pellucida menghilang. Implantasi berlangsung terlalu awal bila terdapat hambatan perjalanan ovum yang sudah dibuahi dalam tuba falopii.
FREKUENSI KEJADIAN MENURUT LOKASI

1. Pars ampularis 78% 2. Pars isthmica 12% 3. Ovarium 4% 4. Cornual (pars interstitsialis ) 2% 5. Servical 1%

Faktor Risiko
1. Faktor mekanis

Faktor-faktor ini menghalangi atau memperlambat perjalanan ovum yang telah dibuahi menuju ke rongga uterus. Bedah tuba yang dilakukan sebelumnya, baik untuk memulihkan patensi maupun melakukan sterilisasi, mempunyai risiko tertinggi. Setelah terjadi sekali kehamilan kehamilan ektopik selanjutnya adalah 7 sampai 15 persen.. Peningkatan risiko ini kemungkinan disebabkan oleh salpingitis yang terjadi sebelumnya sehingga menyebabkan aglutinasi lipatab-lipatan mukosa yang bercabang-cabang seperti pohon dan disertai penyempitan lumen atau pembentukan kantong-kantong buntu. Berkurangnya silia akibat infeksi, penyakit radang panggul sebelumnya terutama yang disebabkan oleh Chlamydia trachomatis, dapat menyebabkan tuba tertekuk dan lumennya menyempit, sehingga memungkinkan untuk terjadinya perlekatan perituba. Pajanan terhadap dietilstil-besterol inutero dapat menjadi predisposisi timbulnya kelainan perkembangan tuba, khususnya divertikulum, ostium asesorius, dan hipoplasia. Seksio sesarea sebelumnya juga dapat dikaitkan peningkatan kecil resiko kehamilan ektopik. 2. Faktor fungsional Beberapa faktor tuba memperlambat perjalanan ovum yang telah dibuahi ke dalam rongga uterus. Perubahan motilitas tuba setelah terjadi perubahan kadar estrogen dan progesteron serum, yang dapat terjadi akibat upregulation reseptor adrenergik pada otot polos. Penggunaan kontrasepsi oral yang hanya berisi progestin juga dilaporkan dapat meningkatkan insidensi kehamilan ektopik juga pada penggunaan AKDR-dengan atau tanpa progesteron, setelah penggunaan estrogen dosis tinggi pasca ovulasi untuk mencegah
7

kehamilan. Angka kehamilan ektopik tuba dialporkan meningkat pada wanita yang mengalami defek fase luteal, begitu juga pada wanita perokok dan yang melakukan vaginal douche. 3. Reproduksi bantuan Peningkatan kehamilan ektopik pada reproduksi dengan bantuan kemungkinan berkaitan dengan faktor tuba yang menyebabkan inferilitas. Kehamilan dituba meningkat setelah transfer gamet intra falopii (GIFT) dan vertilisasi in vitro (IVF), serta induksi ovulasi dan inseminasi intra uteri.

4. Kegagalan kontrasepsi Dengan bentuk kontrasepsi apapun, jumlah kehamilan ektopik sebenarnya menurun karena kehamilan akan lebih jarang terjadi. Namun, pada beberapa kegagalan kontrasepsi dapat meningkatkan kehamilan ektopik dibandingkan kehamilan intrauteri. Contohnya, beberapa bentuk sterilisasi tuba dan pada wanita yang menggunakan AKDR atau mengkonsumsi minipil yang berisi progestin saja. Belakangan ini dilaporkan seorang wanita yang emngalami kehamilan tuba pada masing-masing tuba diwaktu yang berbeda setelah serilisasi tuba pada masa nifas. Kehamilan tuba juga dapat terjadi setelah histerektomi, dengan cara sperma bermigrasi melalui fistula di forniks vagina. Faktor Risiko Risiko tinggi Bedah korektif tuba Serilisai tuba Riwayat kehamilan ektopik Pajanan DES in utero AKDR Patologi tuba yang tercatat 21,0 9,3 8,3 5,6 4,5-45 3,8-21 Risiko

Risiko sedang Infertilitas Riwayat infeksi genital Banyak pasangan 2,5-21 2,5-3,7 2,1

Risiko ringan Riwayat bedah panggul / abdomen Merokok Vaginal douche Hubungan seks < 18 tahun 0,93-3,8 2,3-2,5 1,1-3,1 1,6

Patofisiologi
Pada sebagian besar kasus, kehamilan ektopik berakhir pada kehamilan 6 10 minggu melalui beberapa cara : Abortus Tuba atau Ruptura Tuba. Aborrtus Tuba

Terjadi pada 65% kasus dan umumnya terjadi implantasi didaerah fimbriae dan ampula. Berulangnya perdarahan kecil pada tuba menyebabkan lepasnya dan yang diikuti dengan kematian ovum. Perjalanan selanjutnya adalah : 1. Absorbsi lengkap secara spontan. 2. Absorbsi lengkap secara spontan melalui ostium tubae menunju cavum peritoneum. 3. Abosrbsi sebagian sehingga terdapat konsepsi yang terbungkus bekuan darah yang menyebabkan distensi tuba.
4. Pembentukan tubal blood mole.

Ruptur Tuba

Terjadi pada 35% kasus dan seringkali terjadi pada kasus kehamilan ektopik dengan implantasi didaerah isthmus. Ruptura pars ampularis umumnya terjadi pada kehamilan 6 10 minggu , namun ruptura pada pars isthmica dapat berlangsung pada usia kehamilan yang lebih awal. Pada keadaan ini trofoblast menembus lebih dalam dan seringkali merusak lapisan serosa tuba, ruptura dapat berlangsung secara akut atau gradual . Bila ruptur terjadi pada sisi mesenterik tuba maka dapat terjadi hematoma ligamentum latum. Pada kehamilan ektopik pars interstitisialis, ruptura dapat terjadi pada usia kehamilan yang lebih tua dan menyebabkan perdarahan yang jauh lebih banyak. Kehamilan Abdominal Sekunder

Suatu keadaan yang sangat jarang terjadi, dimana ovum yang keluar dapat terus berkembang dan trofoblas melekat pada organ abdomen. Pada sejumlah kasus, kehamilan dapat mencapai aterm atau mati dan menjadi litopedion. Ada dua macam kehamilan abdominal, yaitu primer, terjadi bila telur dari awal mengadakan implantasi dalam rongga perut, dan sekunder, bila berasal dari kehamilan tuba dan setelah ruptur baru menjadi kehamilan abdominal. Lazimnya janin mati sebelum cukup bulan karena pengambilan makanan yang kurang sempurna. Kehamilan interstitial

10

Implantasi telur terjadi dalam pars interstisialis tuba. Karena lapisan miometrium di sini lebih tebal, ruptur terjadi lebih lambat kira-kira pada bulan ke-3 atau ke-4. Apabila terjadi ruptur, maka perdarahan terjadi hebat karena tempat ini banyak pembuluh darah sehingga dalam waktu yang singkat dapat menyebabkan kematian. Terapi yang dapat dilakukan adalah histerektomi. Kehamilan servikal Kehamilan servikal jarang terjadi. Pada implantasi di serviks, dapat terjadi perdarahan tanpa disertai nyeri, dan kemungkinan terjadinya abortus spontan sangat besar. Jika kehamilan tumbuh sampai besar, perdarahan / ruptur yang terjadi sangat berat, sehingga sering diperlukan tindakan histerektomi total. Kriteria klinis dari Paalman & McElin (1959) untuk kehamilan servikal: 1.ostium uteri internum tertutup 2.ostium uteri eksternum terbuka sebagian 3.hasil konsepsi terletak di dalam endoserviks 4.perdarahan uterus setelah fase amenorhea, tanpa disertai nyeri 5.serviks lunak, membesar, dapat lebih besar daripada fundus (hour-glass uterus). Kehamilan Ovarial Kehamilan ovarial ditegakkan atas dasar kriteria Spiegelberg : 1.tuba pada sisi kehamilan harus normal 2.kantung janin harus terletak dalam ovarium 3.kantung janin dihubungkan dengan uterus oleh ligamentum ovarii proprium 4.jaringan ovarium yang nyata harus ditemukan dalam dinding kantung janin Pada kenyataannya kriteria ini sulit dipenuhi, karena umumnya telah terjadi kerusakan jaringan ovarium, pertumbuhan trofoblas yang luas, dan perdarahan menyebabkan topografi kabur, sehingga pengenalan implantasi permukaan ovum sukar ditentukan secara pasti.

Gambaran Klinis
Sejumlah penyakit menunjukkan gejala dan tanda yang mirip dengan kehamilan ektopik antara lain: 1. Abortus iminen insipien atau inkompletus 2. Ruptura kista ovarium 3. Torsi kista ovarium 4. Gastroenteritis 5. Apendisitis Oleh karena menegakkan diagnosa dini adalah hal yang tidak mudah maka dugaan keras terjadinya kehamilan ektopik ditegakkan bila pada kehamilan trimester pertama terjadi perdarahan pervaginam dan atau nyeri abdomen yang bersifat akut serta keadaaan umum pasien yang memburuk (renjatan atau anemia ). 15 20% kasus kehamilan ektopik merupakan kasus emergensi yang memerlukan tindakan pembedahan. Gejala dan Tanda

11

Nyeri Gejala yang timbul berkaitan dengan ruptur atau tidaknya kehamilan ektopik tersebut.gejala kehamilan ektopik yang paling sering adalah nyeri panggul, nyeri abdomen, amenorrhea disertai spotting atau perdarahan pervaginam, gejala gastrointestinal, pusing dan perasaan mau pingsan. Pada kehamilan ektopik yang ruptur, nyeri abdomen dapat terjadi di regio mana pun.

Menstruasi abnormal Sekitar seperempat wanita tidak melaporkan amenore; sering kali terjadi kesalahan pahaman perdarahan uterus pada kehamilan tuba sering disangka sebagai menstruasi. Perdarahan biasanya sedikit berwarna coklat tua, dapat intermiten atau kontinu. Nyeri tekan abdomen dan pelvis Nyeri tekan hebat pada pemeriksaan abdomen dan per vaginam, terutama bila serviks digerakkan, dapat ditemukan pada lebih dari tiga perempat wanita dengan kehamilan tuba yang telah atau sedang mengalami ruptur. Namun, nyeri tekan seperti itu mungkin tidak terasa sebelum ruptur. Perubahan uterus Karena hormon-hormon plasenta, pada sekitar 25 persen kasus, selama 3 bulan pertama kehamilan tuba, uteerus tumbuh dengan ukuran yang hampir sama besar dengan pada kehamilan normal. Massa desidua yang berdegenerasi (desidual cast) dikeluarkan hanya pada 5 sampai 10 persen wanita. Keluarnya potongan desidua dapat diikuti oleh kram yang mirip dengan kram pada abortus spontan. Tekanan darah dan denyut nadi

Sebelum ruptur, tanda-tanda vital umumnya normal. Respons dini terhadap perdarahan sedang dapat terlihat dari adanya peningkatan sedikit dari tekanan darah, atau respon vasovagal disertai bradikardi dan hipotensi. Tekanan darah akan turun dan denyut nadi meningkat hanya jika perdarahan berlanjut dan hipovoleminya menjadi nyata. Umumnya wanita dengan kehamilan ektopik yang ruptur dapat datang dengan hipovolemi dan syok. Suhu Setelah perdarahan akut, suhu dapat normal atau bahkan rendah. Suhu dapat mencapai 380C , suhu yang lebih tinggi jarang bila tidak ada infeksi. Demam penting untuk membedakan kehamilan tuba yang mengalami ruptur dengan beberapa kasus salpingitis akut lainnya.

Massa pelvis

12

Pada pemeriksaan bimanual, massa pelvis dapat diraba pada sekitar 20 persen wanita. Ukurannya berkisar antara 5 sampai 15 cm, dan massa seperti ini sering kali lunak dan elastis. Bila infiltrasi darah kedalam dinding tuba luas, massanya mungkin keras. Massa ini hampir selalu terletak diposterior atau lateral dari uterus.

Pemeriksaan Penunjang A. Laboratorium Hematokrit Sel darah putih Tes kehamilan

Tergantung pada populasi dan derajat perdarahan abdominal yang terjadi. Sangat bervariasi dan tak jarang terlihat adanya leukositosis. Pada kehamilan ektopik hampir 100% menunjukkan pemeriksaan -hCG positif. Pada kehamilan intrauterin, peningkatan kadar -hCG meningkat 2 kali lipat setiap dua hari. 2/3 kasus kehamilan ektopik menunjukkan adanya peningkatan titer serial hCG yang abnormal, dan 1/3 sisanya menunjukkan adanya peningkatan titer hCG yang normal. A. Ultrasonografi TVS -hCG dan TVS adalah pemeriksaan yang saling menunjang dalam menegakkan diagnosa dini kehamilan ektopik . Kantung kehamilan (GS-gestational sac) intrauterine terlihat sebagai double-ring yang menggambarkan desidua dan selaput amnion. Pada kehamilan ektopik, hanya terlihat adanya penebalan dan reaksi desidua pada endometrium. Dalam keadaan lanjut, terlihat adanya pelepasan desidua sehingga terlihat adanya cairan atau darah intrakaviter sehingga disebut sebagai pseudogestational sac yang kecil dan iregular dibandingkan dengan kantung kehamilan yang sebenarnya. Bila kadar -hCG 1000 mIU/ml, pemeriksaan TVS akan menunjukkan adanya kantun kehamilan intrauterin yang normal. 1 minggu kemudian saat kadar -hCG mencapai 1800 3600 mIU/ml, pemeriksaan TAS akan menunjukkan adanya kantung kehamilan intrauterin yang normal. Bila tidak terlihat, harus dicurigai adanya kehamilan ektopik. Adanya masa adneksa disertai dengan uterus yang kosong harus diwaspadai. Bila -hCG rendah maka gambaran masa adneksa tersebut mungkin adalah kehamilan intrauteri dengan kista korpus luteum. B. Laparoscopy Keuntungan laparoskopi diagnostik antara lain adalah : 1. Diagnosis definitif pada kebanyakan kasus 2. Sekaligus untuk mengangkat massa ektopik dengan laparoskopi operatif 3. Menyuntikkan agen kemoterapi ka dalam massa ektopik secara langsung. Visualisasi pelvis secara lengkap mungkin tidak dapat dilakukan bila ada radang pelvis atau perdarahan aktif. Kadang-kadang, identifikasi kehamilan tuba dini yang tidak ruptur sulit dilakukan, sekalipun tuba dapat terlihat dengan jelas.
13

A. D & C Dilakukan untuk konfirmasi diagnosa pada kasus dimana pasien tak menghendaki kehamilan. Bila hasil kuretase hanya menunjukkan desidua, maka kemungkinan adanya kehamilan ektopik harus ditegakkan. B. Laparotomy Harus dilakukan pada kasus kehamilan ektopik terganggu dengan gangguan hemostasis (tindakan diagnostik dan definitif). C. Kuldosintesis bila hasil USG meragukan. Kuldosentesis dilakukan dengan jarum besar yang dihubungkan dengan spuit ditusukkan ke dalam kavum Douglas di tempat kavum Douglas menonjol ke forniks posterior. Jika terisap darah, ada 2 kemungkinan yang akan terjadi, yaitu : a. Adanya darah dalam kavum Douglas, yang mengakibatkan terjadinya perdarahan dalam rongga perut. b. Tertusuknya vena dan terisapnya darah vena dari daerah tersebut. Oleh karena itu, untuk mengatakan bahwa Douglas punksi positif, artinya adanya perdarahan dalam rongga perut dan darah yang diisap mempunyai sifat berwama merah tua, tidak membeku setelah diisap, dan biasanya di dalam terdapat gumpalan-gumpalan darah yang kecil. Jika darah kurang tua warnanya dan membeku, darah itu berasal dari vena yang tertusuk. Memasukkan jarum kedalam cavum Douglassi transvaginal untuk menentukan ada atau tidak adanya darah dalam cavum Douglassi. Tindakan ini tak perlu dikerjakan bila diagnosa adanya perdarahan intraabdominal sudah dapat ditegakkan dengan cara pemeriksaan lain.

14

Penatalaksanaan
Segera rujuk pasien yang diduga menderita kehamilan ektopik ke Rumah Sakit. Perbaiki keadaan umum pasien sebelum merujuk ke Rumah Sakit. Di Rumah Sakit dilakukan berbagai usaha untuk memastikan diagnosa.

Algorithm diagnosa untuk kasus yang diduga kehamilan ektopik Bila diagnosa kehamilan ektopik sudah ditegakkan, terapi definitif adalah pembedahan :
1. Laparotomi : eksisi tuba yang berisi kantung kehamilan (salfingo-ovarektomi) atau

insisi longitudinal pada tuba dan dilanjutkan dengan pemencetan agar kantung kehamilan keluar dari luka insisi dan kemudian luka insisi dijahit kembali.
2. Laparoskop : untuk mengamati tuba falopii dan bila mungkin lakukan insisi pada tepi

superior dan kantung kehamilan dihisap keluar tuba.


Operasi Laparoskopik : Salfingostomi

Salpingostomi Prosedur ini digunakan untuk mengangkat kehamilan kecil, yang panjangnya biasanya kurang dari 2 cm, dan terletak di sepertiga distal tuba falopii.

15

Salpingotomi Prosedurnya sama dengan prosedur salpingostomi. Salpingektomi Reseksi tuba dapat dilakukan melalui laparoskop operatif dan dapat digunakan baik untuk kehamilan ektopik yang ruptur maupun tidak. Tindakan ini dilakukan jika tuba fallopii terjadi kerusakan yang luas. Bila tuba tidak pecah dengan ukuran kantung kehamilan kecil serta kadar -hCG rendah maka dapat diberikan injeksi methrotexate kedalam kantung gestasi dengan harapan bahwa trofoblas dan janin dapat diabsorbsi atau diberikan injeksi methrotexate 50 mg/m3 intramuskuler. Syarat pemberian methrotexate pada kehamilan ektopik: 1. Ukuran kantung kehamilan <>
2. Keadaan umum baik (hemodynamically stabil)

3. Tindak lanjut (evaluasi) dapat dilaksanakan dengan baik Keberhasilan pemberian methrotexate yang cukup baik bila : 1. Masa tuba <> 2. Usia kehamilan <> 3. Janin mati 4. Kadar -hCG <> Kontraindikasi pemberian Methrotexate : 1. Laktasi 2. Status Imunodefisiensi 3. Alkoholisme 4. Penyakit ginjal dan hepar 5. Diskrasia darah 6. Penyakit paru aktif 7. Ulkus peptikum Pasca terapi konservatif atau dengan methrotexate, lakukan pengukuran serum hCG setiap minggu sampai negatif. Bila perlu lakukan second look operation.

Prognosis
60% pasien pasca kehamilan ektopik akan mengalami kehamilan berikutnya dengan resiko berulangnya kejadian sebesar 10%. (pada wanita normal 1%). Pada mereka yang menjadi hamil lakukan pengamatan teliti dan konfirmasi kehamilan intrauterin dengan TVS pada minggu ke 6 8.

Referensi
1. Bangsgaard N, Lund CO, Ottesen B et al: Improved fertility following conservative

surgical treatment of ectopic pregnancy. BrJ Obstet Gynecol 110:756, 2003


2. Barnhaart KT, Katz I,Hummel A et al: Presumed diagnosis of ectopic pregnancy.

Obstet Gynecol 100:505, 2002

16

3. Birkahn RH, Gaieta TJ, Van Deusen SK, et al: The ability of traditional vital signs

and shock index to identify ruptured ectopic pregnancy. Am J Obstet Gynecol 1891293, 2003
4. Cunningham FG et al : Ectopic pregnancy in Williams Obstetrics , 22nd ed,

McGraw-Hill, 2005
5. DeCherney AH. Nathan L : Early Pregnancy Risk in Current Obstetrics and

Gynecologic Diagnosis and Treatment , McGraw Hill Companies, 2003


6. http://reproduksiumj.blogspot.com/2011/09/kehamilan-ektopik.html 7. Lippscomb GH,Meyer NL,Flynn DE et al: Oral methrotexate for treatment of

ectopic pregnancy Am J Obstet Gynecol 186; 1192, 2002


8. Llewelyn-Jones : Ectopic Pregnancy in Obstetrics and Gynecology 7th ed. Mosby,

1999.

17

You might also like