You are on page 1of 15

TINJAUAN TEORI

1.

Tahap Tumbuh Kembang Anak Pra Sekolah Menurut Hidayat (2005), pertumbuhan fisik, khususnya berat badan mengalami kenaikan berat badan mengalami kenaikan rata-rata pertahunnya adalah 2 kg, kelihatan kurus, tetapi aktivitas motorik tinggi, dimana sistem tubuh sudah mencapai kematangan seperti berjalan, melompat, dan lain-lain. Pada pertumbuhan tinggi badan, pada umumnya anak pra sekolah akan bertambah rata-rata 6,75-7,5 cm setiap tahun. Proses eliminasi pada anak sudah menunjukkan proses kemandirian. Proses kognitif mulai menunjukkan perkembangan dan anak sudah mulai mempersiapkan diri untuk sekolah, tetapi anak belum mampu menilai seduatu berdasarkan yang mereka lihat dan anak masih membutuhkan pengalaman belajar dengan lingkungan dan orang tuanya. Sedangkan, perkembangan psikososial anak sudah menunjukkan adanya rsa inisiatif, konsep diri yang positif, dan mampu mengidentifikasi identitas dirinya. a. Perkembangan Motorik 1) Motorik Kasar Kemampuan berdiri dengan satu kaki selama 1-5 detik, melompat dengan satu kaki, berjalan dengan tumit ke jari kaki, menjelajah, membuat posisi merangkak, dan berjalan dengan bantuan. 2) Motorik Halus Kemampuan menggoyangkan jari-jari kaki, menggambar dua atau tiga bagian, memilih garis yang lebih panjang, menggambar orang,

melepas

objek

dengan tangan,

jari

lurus,

mampu tangan

menjepit untuk

benda, bermain,

melambaikan

menggunakan

menempatkan objek dalam wadah, makan sendiri, minum dari cangkir dengan bantuan, menggunakan sendok dengan bantuan, makan dengan jari, dan membuat coretan di atas kertas. b. Perkembangan Bahasa Mampu menyebutkan hingga empat gambar, menyebutkan satu hingga dua warna, menyebutkan kegunaan benda, menghitung,

mengartikan dua kata, mengerti empat kata depan, mengerti beberapa kata sifat, menggunakan bunyi untuk mengidentifikasi objek, orang, dan aktivitas, menirukan berbagai bunyi kata, memahami arti larangan, berespons terhadap panggilan dan orang-orang anggota keluarga dekat. c. Perkembangan Adaptasi Sosial Mampu bermain dengan permainan sederhana, menangis jika dimarahi, membuat permintaan sederhana dengan bahasa tubuh,

menunjukkan peningkatan kecemasan terhadap perpisahan, mengenali anggota keluarga. Perkembangan kognitif anak pra sekolah menurut Piaget: Anak pra sekolah (2-7) tahun berada dalam tahapan praoperasional, dengan perkembangan ini, anak belum mampu mengoperasionalkan apa yang dipikirkan melalui tindakan dalam pikiran anak, perkembangan anak masih bersifat egosentrik. Masa ini pikiran masih bersifat transduktif, menganggap semua sama, seperti seorang pria dikeluarga adalah ayah, maka semua pria adalah ayah. Pikiran yang kedua adalah pikiran animisme, selalu

memperhatikan benda mati, seperti jika anak terbentur, maka anak akan memukul ke arah benda tersebut. Perkembangan psikoseksual anak pra sekolah menurut Freud: Anak pra sekolah (3-5 tahun), dengan perkembangan tahap

oedipal/phalik, dimana anak mendapatan kepuasan dari rangsangan autoerotic, yaitu meraba-raba, merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya, suka pada lawan jenis. Anak laki-laki cenderung lebih suka pada ibunya, begitu pula sebaliknya. Perkembangan psikososial anak pra sekolah menurut Erikson: Anak pra sekolah (4-6 tahun), dengan perkembangan tahap inisiatif vs rasa bersalah, akan memulai inisiatif dalam belajar mencari pengalaman baru secara katif dalam melakukan aktivitasnya, dan apabila pada tahap ini anak dilarang atau dicegah, akan timbul perasaan bersalah pada diri anak.

2.

Konsep Bermain Pada Anak a. Definisi Konsep Bermain Bermain merupakan suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktekkan keterampilan,memberikan ekspresi terhadap

pemikiran, menjadi kreatif, mempersiapkan diri untuk berperan, dan berperilaku dewasa (Hidayat, 2005). Bermain adalah salah satu aspek penting dari kehidupan anak dan salah satu alat paling penting untuk menatalaksanakan stres karena hospitalisasi (Wong, 2009).

b. Fungsi Bermain Pada Anak 1) Membantu perkembangan sensorik dan motorik Pada saat melakukan permainan, aktivitas sensoris-motoris merupakan komponen terbesar yang digunakan anak sehingga kemampuan penginderaan anak dimulai meningkat dengan adanya stimulasi-stimulasi yang diterima anak seperti: stimulasi visual, stimulasi pendengaran, stimulasi taktil (sentuhan) dan stimulasi kinetik. 2) Membantu perkembangan kognitif Bermain dapat membuat anak mencoba melakukan komunikasi dengan orang lain dengan bahasa anak, mampu memahami objek permainan seperti dunia tempat tinggal, mampu membedakan khayalan dan kenyataan, mampu belajar warna, memahami bentuk ukuran dan berbagai manfaat benda yang digunakan dalam permainan. 3) Meningkatkan sosialisasi pada anak Pada anak pra sekolah, anak mulai menyadari akan keberadaan teman sebaya sehingga anak mampu melakukan sosialisasi dengan teman dan orang lain. 4) Meningkatkan kreativitas Anak dapat belajar menciptakan sesuatu dari permainan yang ada dan mampu memodifikasi objek yang digunakan. 5) Meningkatkan kesadaran diri anak terhadap orang lain dan lingkungan Bermain dapat memberikan kemampuan pada anak untuk mengeksplorasi tubuhnya dan menjadikan anak sadar bahwa dirinya

merupakan bagian dari individu yang saling berhubungan, anak mau belajar mengatur perilaku, dan membandingkan perilakunya dengan orang lain. 6) Memiliki nilai terapeutik Bermain dapat menjadikan anak merasa senang dan nyaman, dan menghibur anak, sehingga dapat mengurangi stres dan ketegangan yang dirasakan anak. 7) Memberikan nilai moral pada anak Bermain dapat memberikan nilai moral pada anak jika anak sudah mampu belajar benar atau salah dari budaya di rumah, di sekolah, ketika berinteraksi dengan temannya, dan di dalam permainan juga terdapat aturan-aturan yang harus dilakukan dan tidak boleh dilanggar. c. Macam-macam Permainan Menurut Hidayat (2005), sifat bermain pada anak ada dua, yaitu: 1) Aktif Jika anak selalu berperan aktif dalam permainan, selalu memberika rangsangan, dan melaksanakannya. 2) Pasif Jika anak hanya memberikan respon pasif terhadap permainan, sedangkan orang lain dan lingkungan memberikan rspon secara aktif. Berdasarkan kedua sifat diatas, maka macam-macam permainan: 1) Bermain afektif-sosial Menunjukkan adanya perasaan senang dalam berhubungan dnegan orang lain. Sifat dari bermain ini adalah orang lain berperan

aktif dan anak hanya berespons terhadap stimulasi sehingga akan memberikan kesenangan dan kepuasan anak. 2) Bermain bersenang-senang Memberikan kesenangan pada anak melalui objek yang ada sehingga anak merasa senang dan bergembira tanpa adanya kehadiran orang lain. Sifat dari bermain ini adalah tergantung dari stimulasi yang diberikan pada anak, seperti bermain boneka-bonekaan, binatangbinatangan, dan lain-lain. 3) Bermain keterampilan Bermain ini dengan mengunakan objek yang dapat melatih kemampuan keterampilan anak yang diharapkan mampu untuk berkreasi dan terampil dalam berbagai hal. Sifat dalam permainan ini adalah bersifat aktif dimana anak selalu ingin mencoba kemampuan dalam keterampilan tertentu, seperti bermain bongkar pasang gambar, latihan memakai baju, dan lain-lain. 4) Bermain dramatik Permainan ini dapat dilakukan jika anak sudah mampu berkomunikasi dan mengenal kehidupan sosial. Sifat dari bermain ini adalah anak dituntut aktif dalam memerankan sesuatu, seperti berpurapura berperan sebagai orang dewasa, seperti ibu, guru, dan lain-lain. 5) Bermain menyelidiki Sifat permainan ini adalah dengan memberikan stimulasi pada anak, sehingga dapat menambah kecerdasan anak. Permainan ini dilakukan dengan memberikan sentuhan pada anak untuk berperan

dalam menyelidiki sesuatu atau memeriksa alat permainan, seperti mengocok untuk mengetahui isinya. 6) Bermain konstruksi Permainan ini bertujuan untuk menyusun suatu objek permainan agar menjadi sebuah konstruksi yang benar, seperti permainan menyusun balok. Sifat dari permainan ini adalah aktif, dimana anakanak selalu ingin menyelesaikan tugas yang ada dalam permainan, sehingga dapat membangun kecerdasan anak. 7) Permainan Permainan ini dapat dilakukan sendiri atau bersama temannya dengan menggunakan beberapa peraturan, seperti permainan ular tangga. Sifatnya aktif, anak memberikan respon kepada temannya sesuai jenis permainan dan berfungsi untuk memberikan kesenangan dan mengembangkan emosi anak. 8) Bermain onlooker Jenis bermain ini adalah dengan melihat apa yang dilakukan anak lain yang sedang bermain, tetapi tidak berusaha untuk bermain. Sifat dari bermain ini adalah pasif, tetapi anak akan mempunyai kesenangan dan kepuasan sendiri untuk melihatnya. 9) Bermain soliter/mandiri Bermain yang dilakukan secara mandiri, sendiri, hanya terpusat pada permainannya sendiri tanpa memperdulikan orang lain. Sifatnya aktif, tetapi stimulasi tambahan kurang, tetapi dapat membantu menciptakan kemandirian pada anak.

10) Bermain paralel Bermain sendiri di tengah anak lain yang sedang bermain, tetapi tidak ikut dalam kegiatan orang lain. Sifat bermain ini adalah anak aktif sendiri, tetapi masih dalam satu kelompok dengan harapan kemampuan anak dalam menyelesaikan tugas mandiri dalam kelompok terlatih dengan baik. 11) Bermain asosiatif Bermain bersama tanpa terikat aturan yang ada. Bermain ini akanmenumbuhkan kreativitas anak karena terdapat stimulasi dari anak lain, tetapi belum dilatih dalam mengikuti peraturan dalam kelompok. 12) Bermain kooperatif Bermain bersama dengan aturan yang jelas, sehingga terdapat perasaan dalam kebersamaan, sehingga terbentuk hubungan pemimpin dan pengikut. Sifat permainan ini adalah aktif, anak akan selalu menumbuhkan kreativitasnya dan akan melatih anak untuk mengikuti peraturan dalam kelompok. d. Prinsip dalam Aktivitas Bermain Permainan dengan menggunakan alat-alat medik dapat menurunkan kecemasan dan untuk pengajaran perawatan diri. Pengajaran dengan melalui permainan dan harus diawasi seperti: menggunakan boneka sebagai alat peraga untuk melakukan kegiatan bermain seperti memperagakan dan melakukan gambar-gambar seperti pasang gips, injeksi, memasang infus dan sebagainya.

Menurut Soetjiningsih (1995), agar anak-anak dapat bermain dengan maksimal, maka diperlukan hal-hal seperti: 1) Ekstra energi, untuk bermain diperlukan energi ekstra. Anak-anak yang sakit kecil kemungkinan untuk melakukan permainan. 2) Waktu, anak harus mempunyai waktu yang cukup untuk bermain sehingga stimulus yang diberikan dapat optimal. 3) Alat permainan, untuk bermain alat permainan harus disesuaikan dengan usia dan tahap perkembangan anak serta memiliki unsur edukatif bagi anak. 4) Ruang untuk bermain, bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, halaman, bahkan di tempat tidur. 5) Pengetahuan cara bermain, dengan mengetahui cara bermain maka anak akan lebih terarah dan pengetahuan anak akan lebih berkembang dalam menggunakan alat permainan tersebut. 6) Teman bermain, teman bermain diperlukan untuk mengembangkan sosialisasi anak dan membantu anak dalam menghadapi perbedaan. e. Faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain Menurut Supartini (2004), ada beberapa faktor yang mempengaruhi anak dalam bermain yaitu: 1) Tahap perkembangan anak Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak yaitu harus sesuai dengan tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan

perkembangan anak.

2) Status kesehatan anak Untuk melakukan aktivitas bermain diperlukan energi bukan berarti anak tidak perlu bermain pada saat anak sedang sakit. 3) Jenis kelamin anak Semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau anak perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas dan kemampuan sosial anak. Akan tetapi, permainan adalah salah satu alat untuk membantu anak mengenal identitas diri. 4) Lingkungan yang mendukung Menstimulasi imajinasi anak dan kreativitas anak dalam bermain. 5) Alat dan jenis permainan yang cocok Harus sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. f. Fungsi Bermain di Rumah Sakit Menurut Wong (2009), ada banyak manfaat yang bisa diperoleh seorang anak bila bermain dilaksanakan di suatu rumah sakit, antara lain: 1) Memfasilitasi situasi yang tidak familiar 2) Memberi kesempatan untuk membuat keputusan dan kontrol 3) Membantu untuk mengurangi stres terhadap perpisahan 4) Memberi kesempatan untuk mempelajari tentang fungsi dan bagian tubuh 5) Memperbaiki konsep-konsep yang salah tentang penggunaan dan tujuan peralatan dan prosedur medis 6) Memberi peralihan dan relaksasi 7) Membantu anak untuk merasa aman dalam lingkungan yang asing

8) Memberikan

cara

untuk

mengurangi

tekanan

dan

untuk

mengekspresikan perasaan 9) Menganjurkan untuk berinteraksi dan mengembangkan sikap-sikap yang positif terhadap orang lain 10) Memberikan cara untuk mengekspresikan ide kreatif dan minat 11) Memberi cara mencapai tujuan-tujuan terapeutik g. Prinsip Permainan pada Anak di Rumah Sakit 1. Permainan tidak boleh bertentangan dengan pengobatan yang sedang dijalankan pada anak. Apabila anak harus tirah baring, harus dipilih permainan yang dapat dilakukan di tempat tidur, dan anak tidak boleh diajak bermain dengan kelompoknya di tempat bermain khusus yang ada di ruangan rawat. 2. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan sederhana 3. Permainan harus mempertimbangkan keamanan anak 4. Permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama 5. Melibatkan orang tua h. Keuntungan Bermain Pada Anak Di Rumah Sakit 1. Meningkatkan hubungan antara klien (anak dan keluarga) dan perawat 2. Perawatan di rumah sakit akan membatasi kemampuan anak untuk mandiri. Aktivitas bermain yang terprogram akan memulihkan perasaan mandiri pada anak. 3. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa senang pada anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan

perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih tegang dan nyeri. 4. Permainan yang terapeutik akan dapat meningkatkan kemampuan anak untuk mempunyai tingkah laku yang positif i. Jenis Alat Permainan Anak Usia Pra Sekolah (3-6 tahun) Pada usia 3-6 tahun, anak sudah mulai mampu mengembangkan kreativitas dan sosialisasi, sehingga diperlukan permainan yang dapat mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan,

kemampuan berbahasa, mengembangkan kecerdasan, menumbuhkan sportifitas, kemampuan mengembangkan mengontrol koordinasi emosi, motorik, mengembangkan dan halus,

motorik

kasar

memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, dan memperkenalkan suasana kompetisi gotong royong. Jenis permainan yang dapat digunakan adalah benda-benda yang ada disekitar rumah, buku gambar, majalah anak-anak, alat gambar, kertas, kertas origami, gunting, dan air. j. Konsep Bermain Puzzle 1) Puzzle Puzzle merupakan suatu masalah atau misteri yang harus diselesaikan dengan kretivitas. Sebelum mengerjakan puzzle, anak harus mengetahu lebih dulu bentuk awal puzzle, setelah dirombak, ia akan menggunakan ingatannya untuk menyusun puzzle sesuai dengan bentuk awalnya. Bermain puzzle tidak membutuhkan energi yang besar, sehingga dapat dilakukan pada anak yang berada di rumah sakit.

Ada berbagai tipe puzzle, seperti Maze yang merupakantipe puzzle tour, puzzle gambar, puzzle konstruksi, puzzle balok (batang), puzzle lantai, puzzle angka, puzzle transport, puzzle logika, puzzle mekanik, dan lain-lain. 2) Manfaat Puzzle a) Mengasah otak Puzzle dapat digunakan untuk merangsang pikiran kreatif anak, karena anak harus mencocokkan bagian-bagian kecil menjadi bentuk yang utuh. b) Melatih koordinasi mata dan tangan Puzzle dapat melatih koordinasi mata dan tangan, karena anak harus mencocokkan keping-keping puzzle menjadi suatu gambar. Permainan ini membantu anak mengenal bentuk. c) Melatih nalar Memadukan atau memasangkan bentuk puzzle akan

membantu anak secara aktif mengembangkan kemampuan pembuatan kesimpulan, memahami logika sebab akibat, dan gagasan bahwa objek yang utuh semula berasal dari bagian-bagian yang kecil. d) Melatih kesabaran Puzzle dapat melatih kesabaran anak dalam menyelesaikan tantangan.

e) Pengetahuan Dari puzzle, anak dapat belajar tentang warna dan bentuk yang ada. Anak juga dapat belajar tentang konsep dasar bentuk dan warna, binatang, alam sekitar, alfabet, buah, dan lain-lain, tetapi anak tetap harus didampingi ibu atau orang lain.

DAFTAR PUSTAKA

Berhman et al. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol 3, Editor bahasa Indonesia: A. Samik Wahab-Ed.15- Jakarta : EGC Hidayat, A. A. A. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak 1. Jakarta: Salemba Medika Ngastiyah, 2005, Perawatan Anak Sakit, Ed.2, Jakarta:EGC Wong, D.L. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, volume 2. Jakarta: EGC

You might also like