You are on page 1of 9

BAB I PENDAHULUAN Cahaya merupakan faktor lingkungan yang paling penting bagi tanaman karena merupakan sumber energi

bagi fotosintesis tanaman. Cahaya yang paling penting bagi tanaman adalah cahaya tampak, yang memiliki panjang gelombang antara 390-700 nm. Kualitas, intensitas, dan lamanya radiasi yang mengenai tumbuhan mempunyai pengaruh yang besar terhadap berbagai proses fisiologi tumbuhan.

Cahaya

mempengaruhi

pembentukan

klorofil,

fotosintesis,

fototropisme,

danfotoperiodisme. Efek cahaya meningkatkan kerja enzim untuk memproduksi zatmetabolik untuk pembentukan klorofil. Sedangkan, pada proses fotosintesis,intensitas cahaya mempengaruhi laju fotosintesis saat berlangsung reaksi terang. Jadicahaya secara tidak langsung mengendalikan pertumbuhan dan perkembangantanaman, karena hasil fotosintesis berupa karbohidrat digunakan untuk pembentukanorgan-organ tumbuhan (Marjenah, 2001). Mengendalikan intensitas cahaya agar optimum bagi tanaman merupakan hal yang sulit. Rekayasa lingkungan untuk mendapatkan kondisi cahaya yang sesuai dapat dilakukan dengan sistem perlampuan. Hal ini umum dilakukan jika intensitas cahaya alami yang tersedia kurang atau tidak ada. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak semua tanaman pertanian menyukai intensitas cahaya tinggi, ada tanaman pertanian yang tumbuh subur dengan naungan, atau tanaman pertanian dinaungi untuk tujuan tertentu (misal pohon teh untuk membuat teh putih atau tembakau untuk mendapatkan daun yang lebar dan tipis). Selain intensitas, durasi ketersediaan cahaya juga merupakan hal yang penting. Sebagian tipe tanaman dipengaruhi oleh lamanya penyinaran agar berbunga atau menghasilkan hasil yang baik, namun ada juga yang tidak; misalnya, anggrek cattleya tidak akan berbunga jika lamanya penyinaran melebihi 15 jam sehari, bit gula tidak akan menghasilkan gula yang banyak jika tidak mendapatkan cahaya lebih dari 8 jam sehari, dan tomat tidak dipengaruhi lamanya penyinaran. Fenomena ini disebut fotoperiodisme.

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Proses Fisiologis yang Dipengaruhi Oleh Cahaya Beberapa contoh aktivitas tumbuhan yang dipengaruhi oleh cahaya yaitu (Marjenah, 2001) : 1. Fototropisme Percobaan N Cholodny dan Frits went menerangkan bahwa pada ujung koleoptil tanaman, pemanjangan sel yang lebih cepat terjadi di sisi yang teduh daripada sisi yang terkena cahaya. Sehingga, koleoptil membelok ke arah datangnya cahaya. Hal ini terjadi, karena hormon auksin yang berguna untuk pemanjangan sel berpindah dari sisi tersinari ke sisi terlindung. Banyak jenis tumbuhan mampu melacak matahari, dalam hal ini lembar datar daun selalu hampir tegak lurus terhadap matahari sepanjang hari. Kejadian tersebut dinamakan diafototropisme. Fototropisme ini terjadi pada famili Malvaceae. 2. Fotoperiodisme Interval penyinaran sehari-hari terhadap tumbuhan mempengaruhi proses

pembungaan. Lama siang hari di daerah tropis kira-kira 12 jam. Sedangkan, di daerah yang memiliki empat musim dapat mencapai 16 20 jam. Respon tumbuhan yang diatur oleh panjangnya hari ini disebut fotoperiodisme. Fotoperiodisme dipengaruhi oleh fitokrom (pigmen penyerap cahaya). Fotoperiodisme menjelaskan mengapa pada spesies tertentu biasanya berbunga serempak. Tumbuhan yang berbunga bersamaan ini sangat

menguntungkan, karena memberi kesempatan terjadinya penyerbukan silang. Berdasarkan panjang hari, tumbuhan dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu: a. Tumbuhan hari pendek, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kurang dari 12 jam sehari. Tumbuhan hari pendek contohnya krisan, jagung, kedelai, anggrek, dan bunga matahari. b. Tumbuhan hari panjang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran lebih dari 12 jam (14 16 jam) sehari. Tumbuhan hari panjang, contohnya kembang sepatu, bit gula, selada, dan tembakau. c. Tumbuhan hari sedang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kira-kira 12 jam sehari. Tumbuhan hari sedang contohnya kacang dan tebu.

d. Tumbuhan hari netral, tumbuhan yang tidak responsif terhadap panjang hari untuk pembungaannya. Tumbuhan hari netral contohnya mentimun, padi, wortel liar dan kapas. 3. Fotosintesis Fotosintesis merupakan proses pemanfaatan enegi matahari oleh tumbuhan hijau yang terjadi pada kloroplast. Dalam fotosintesis terdapat dua tahap, yaitu reaksi terang dan reaksi gelap (siklus Calvin). Reaksi terang terjadi pada grana (granum), sedangkan reaksi Calvin terjadi di dalam stroma. Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi energi kimia dan menghasilkan oksigen (O2 ). Sedangkan dalam siklus Calvin terjadi seri reaksi siklik yang membentuk gula dari bahan dasar CO2 dan energi (ATP dan NADPH). Energi yang digunakan dalam siklus Calvin diperoleh dari reaksi terang. Dari semua radiasi matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak (380700 nm). Cahaya tampak terbagi atas cahaya merah (610 700 nm), hijau kuning (510 600 nm), biru (410 500 nm) dan violet (< 400 nm). Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya terhadap fotosintesis. Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang bekerja dalam fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap cahaya yang memiliki panjang gelombang tertentu. Pigmen yang berbeda menyerap cahaya pada panjang gelombang yang berbeda. Sejumlah Angiospermae efisien dalam melakukan fotosintesis pada intensitas cahaya rendah daripada intensitas cahaya tinggi, sedangkan banyak Gymnospermae lebih efisien pada intensitas cahaya tinggi. Perbandingan antara kedua kelompok tanaman tersebut pada intensitas cahaya rendah dan tiaggi seringkali dapat memberikan tekanan-tekanan pada kapasitas fotosintesis terutama pada penimbunan makanan. 4. Diameter dan Tinggi Tanaman Pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman dipengaruhi oleh cahaya; pertumbuhan tinggi lebih cepat pada tempat ternaung daripada tempat terbuka. Sebaliknya, pertumbuhan diameter lebih cepat pada tempat terbuka dari pada tempat ternaung sehingga tanaman yang ditanam pada tempat terbuka cendrung pendek dan kekar. Sudut percabangan tanaman lebih besar di tempat ternaung daripada di tempat terbuka.

Pertumbuhan diameter batang tergantung pada kelembaban nisbi, permukaan tajuk dan sistem perakaran juga dipengaruhi iklim dan kondisi tanah. Tingginya suhu udara akan meningkatkan laju transpirasi, hal ini antara lain dapat ditandai dengan turunnya kelembaban udara relatif. Apabila hal seperti ini cukup lama berlangsung maka, dapat menyebabkan keseimbangan air tanaman terganggu dan dapat menurunkan pertumbuhan tanaman termasuk diameter tanaman. Secara keseluruhan membuktikan bahwa dalam pertumbuhannya, tumbuhan sangat memerlukan cahaya (sinar), sehingga pada kondisi dimana tumbuhan cukup mendapatkan cahaya untuk aktivitas fisiologisnya, tumbuhan cenderung melakukan pertumbuhan ke samping (pertumbuhan diameter). 5. Ketebalan dan Luas Daun Beberapa jenis tanaman yang ditanam pada bedengan dengan naungan sarlon mempunyai luas daun yang lebih besar daripada yang ditanam di bedengan tanpa naungan, hal ini membuktikan bahwa telah terjadi perubahan morfologi pada tanaman sebagai akibat dari perbedaan intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ducrey (1992) bahwa morfologi jenis memberikan respon terhadap intensitas cahaya juga terhadap naungan. Naungan memberikan efek yang nyata terhadap luas daun. Daun mempunyai permukaan yang lebih besar di dalam naungan daripada jika berada pada tempat terbuka. Jumlah daun tanaman lebih banyak di tempat ternaung daripada di tempat terbuka.. Daun mempunyai permukaan yang lebih besar di dalam naungan daripada di tempat terbuka serta tanaman yang ditanam ditempat terbuka mempunyai daun yang lebih tebal daripada di tempat ternaung. 6. Jumlah Klorofil Daun Jumlah daun tanaman lebih banyak di tempat ternaung daripada di tempat terbuka. Ditempat terbuka mempunyai kandungan klorofil lebih rendah dari pada tempat ternaung. Naungan memberikan efek yang nyata terhadap luas daun. Daun mempunyai permukaan yang lebih besar di dalam naungan daripada di tempat terbuka. 7. Transpirasi Tanaman yang tumbuh dengan intensitas cahaya nol persen akan mengakibatkan pengaruh yang berlawanan yaitu suhu rendah, kelembaban tinggi, evaporasi dan transportasi yang rendah. Tanaman cukup mengambil air, tetapi proses fotosintensis tidak dapat berlangsung tanpa cahaya matahari serta pengaruh cahaya terhadap pembesaran sel dan diferensiasi sel berpengaruh terhadap pertumbuhan tinggi, ukuran daun serta batang.

2.2. Modifikasi Lingkungan Tumbuh Cahaya Tanaman 1. Jarak Tanam Dalam suatu pertanaman sering terjadi persaingan antar tanaman maupun antara tanaman dengan gulma untuk mendapatkan unsur hara, air, cahaya matahari maupun ruang tumbuh. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan pengaturan jarak tanam. Dengan tingkat kerapatan yang optimum maka akan diperoleh ILD yang optimum dengan pembentukan bahan kering yang maksimum (Effendi, 1977). Jarak tanam yang rapat akan meningkatkan daya saing tanaman terhadap gulma karena tajuk tanaman menghambat pancaran cahaya ke permukaan lahan sehingga pertumbuhan gulma menjadi terhambat, disamping juga laju evaporasi dapat ditekan (Dad Resiworo, 1992). Namun pada jarak tanam yang terlalu sempit mungkin tanaman budidaya akan memberikan hasil yang relatif kurang karena adanya kompetisi antar tanaman itu sendiri. Oleh karena itu dibutuhkan jarak tanam yang optimum untuk memperoleh hasil yang maksimum.

Contoh gambar pengaturan jarak tanam. 2. Rumah Kaca Rumah kaca merupakan bangunan yang dapat dimodifikasi suhu,kelembapan, serta cahaya sesuai dengan kebutuhan tanaman yang ditanam. Rumah kaca ini dapat dibuat dari berbagai macam material seperti besi,kaca,bambu,plastik, serta kain kassa. Dalam rumah kaca ini suhu dapat dimodifikasi dengan cara menjerap udara panas yang masuk sehingga tidak dapat keluar dan terperangkap didalam rumah kaca. Pada rumah kaca yang sudah modern, terdapat alat pengatur suhu yang otomatis. Untuk merekayasa kelembapan, rumah kaca menggunakan sprayer sehingga kelembapan akan naik. Untuk merekayasa cahaya matahari, dapat dilakukan penyinaran menggunakan lampu neon. Untuk rekayasa cahaya ini biasanya pada tanaman yang bersifat long day .

Tipe-tipe dari rumah kaca sesuai dengan kebutuhan dari tanaman adalah sebagai berikut, y Tipe Ground to Ground (GTM) Tipe ground to ground ini memiliki beberapa karakteristik diantaranya : type tunggal, panjang 135,39 ft, lebar 30.18 ft, intensitas maksimum 49.89 klux, kenaikan temperatur dari colling pad ke fan (10.5 12)o C, tinggi pad 6.07 ft, lebar 23.95 ft, jumlah fan 2 buah, power fan 1 Hp/0.75 kW, RPM 1700, perbandingan pulley 1 : 3, power pompa 1 HP, debit pompa 100 250lt/menit, ukuran pipa pada diameter 1.25", ukuran lubang pipa pad diamater 1/8". Selain peralatan tersebut masih dilengkapi dengan alat pengukur data klimatologi antara lain termometer maksimum-minimum yang diletakkan di bagian dekat cooling pad tengah fan, relatif humidity (RH meter) di tengah, pengukur intensitas radiasi matahari (luksmeter), dan termostat yang diset hidup pada suhu 80o F atau sekitar 26.67oC, serta pengaturan irigasi dengan irigasi tetes atau trickle irrigation yang kebutuhan air tanamannya telah diatur aplikasi pengairannya. y Tipe quonn setter green house

Type ini memiliki karakteristik desai atap yang berbentuk melengkung bergandengan. Atap tertutup rapat dari bahan plastik dan disekelilingnya terbuka tanpa ada penutupnya.Keuntungan dari type ini adalah budidaya tanaman dapat berjalan sepanjang tahun (tanpa mengenal musim), curah hujan dapat dikurangi karena hujan yang jatuh tidak langsung mengenai tanaman sehingga tingkat erosi dapat dikurangi. Kekurangan dari type QSL adalah kecepatan angin yang terlalu besar terutama pada musim penghujan dapat mengganggu /merusak tanaman yang ada, selain itu green house type ini memungkinkan pe-yerapan kan-dungan CO2 terlalu besar yang akibatnya kurang baik bagi perkembangan tanaman. Adanya perbedaan tekanan luar dengan tekanan dalam green house sedikit banyak mempengaruhi suhu pada lingkungan green house.

gambar green house tipe quonn setter.

Tipe Lokal Green House Lokal green house memiliki karakterisik antara lain : berbentuk tunggal, panjang

54.08 m , lebar 11.12 m, bahan pembentuk maupun penutupnya sama dengan type green house lain yaitu terbuat dari plastik berbentuk melengkung dan di sekeliling green house diberi tutup yang terbuat dari kasa rapat berwarna putih. Kelebihan dari green house ini adalah biaya operasionalnya lebih murah serta lebih mudah dalam melakukan rekayasa iklim mikro. Namun, kekurangannya adalah dengan bahan penutup serta naungan yang terbuat dari kasa berlubang membuat resiko masuknya hama maupun penyakit lebih besar, sehingga usaha proteksi tanaman harus lebih intensif dibandingkan green house type lainnya.

Gambar green house tipe lokal.

Tipe GTS Green House Tipe ini memiliki karakteristik antara lain : tunggal, panjang 12 m, lebar 4 m, dan

tinggi 2,5 m, desain hampir sama dengan type GTM yaitu melengkung hanya saja ukuran panjangnya lebih pendek dibandingkan GTM. Peralatan otomatis yang digunakannya pun tidak jauh berbeda dengan type GTM yaitu 2 buah fan, colling pad, serta power pompa.

Gambar green house tipe GTS

3. Naungan Naungan digunakan dalam rekayasa lingkungan tumbuh suhu tanaman dalam budidaya tanaman. Naungan berfungsi untuk mengurangi intensitas radiasi matahari sehingga tanaman terlindungi dari radiasi matahari yang tinggi. Biasanya penggunaan naungan ini untuk tanaman tanaman yang kurang menyukai cahaya matahari. Naungan dapat merekayasa iklim mikro dilingkungan sekitar tanaman. Iklim yang direkayasa oleh naungan adalah suhu,kelembapan,dan intensitas cahaya. Naungan dapat menurunkan suhu, meningkatkan kelembaban,dan mengurangi kecepatan angin. Beberapa jenis naungan yang bisa digunakan untuk pembibitan,adalah y Naungan seng plastik hijau meneruskan sinar sebesar 40-60% (40% untuk naungan plastik yang sudah lama terpasang hingga 60% untuk yang baru dipasang). y Naungan paranet dari bahan plastik atau nylon. Paranet tipe 55 dan 45 (55% dan 45% sinar yang diteruskan). Umur pakainya bisa bertahan lama (3-4 tahun), sehingga sekali pasang dapat dipakai untuk beberapa kali usaha pembibitan. y Naungan sederhana dari anyaman bambu, daun kelapa dan sebgainya, yang disusun sedemikian rupa, sehingga menghasilkan sinar masuk sekitar 50%. 4. Meningkatkan Intersepsi Cahaya Pada Tanaman y y menggunakan turus bagi tanaman merambat (plant training) pemangkasan cabang atau daun yang rimbun (prunning, defoliasi , pinching)

5. Mencegah Sintesis Klorofil yang Tidak Merata y y y Pembungkusan buah (belimbing) Pembumbunan tanaman ubi-ubian ( lobak, kentang dll) Mengatur posisi buah semangka

6. Mengurangi Intensitas Cahaya Bagi Tanaman Asal Daerah Sub Tropis Penggunaan naungan bagi tanaman krisan, paprika, tomat apel, tomat cherry, strawberry dll (rumah plastik + paranet @ rumah kassa)

Sumber : Anissa dkk. 2009. Rekayasa Kultur Teknis Untuk Modifikasi Lingkungan Tumbuh Suhu Tanaman. Universitas Padjadjaran, Jatinangor. Anonim. Lingkungan dan Bangunan Pertanian. http://id.wikipedia.org. Diakses pada tanggal 29 November 2011 pada pukul 12:35 WIB. Sumadi. Handout Kuliah Pengendalian Energi Radiasi Sinar Matahari. Universitas Padjadjaran, Jatinagor. Welsiliana. 2011. Cahaya dan Pertumbuhan. Universitas Hasanuddin, Makassar.

You might also like