You are on page 1of 15

MEMBANGUN KONGLOMERASI BERBASIS KOLEKTIVITAS pengintegrasian aspek ekonomi,sosial dan budaya Melalui

INSPIRASI
PBB

MINDSET

RESOLUSI THEMA

Menetapkan 2012 sebagai tahun koperasi dunia Cooperatives entreprises build better world

Nilai beda

Jati Diri

Defenisi 1. 2. 3. perkumpulan otonom orang2 bersatu secara sukarela memenuhi kebutuhan2 dan aspirasi2ekonomi, sosial & budaya bersama melalui perusahaan yang mereka miliki bersama & mereka kendalikan secara demokratis. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.

Nilai-Nilai menolong diri sendiri, tanggungjawab sendiri, demokrasi, persamaan, keadilan kesetiakawanan. kejujuran, keterbukaan, tanggungjawab sosial, peduli terhadap orang lain.

Prinsip2

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

4.

Keanggotaan sukarela dan terbuka Pengendalian oleh anggotaanggota secara demokrasi Partisipasi ekonomi anggota Otonomi dan kebebasan Pendidikan, pelatihan dan informasi Kerjasama antar koperasi Kepedulian terhadap komunitas

MINDSET

STRESSING
Kumpulan modal KOPERASI Kumpulan orang OBJECT & SUBJET

Yang mana ???

Object dan subject pembangunan koperasi adalah manusianya Orientasi pembangunan manusianya adalah keterbangunanfikiran dan tindakan yang bijak (baca: manusia koperasi) Transaksi angota di koperasi adalah tindakan menabung Transaksi subyektifitas (berbasis semangat kepemilikan) adalah transaksi paling ideal Unit-unit layanan adalah media anggota untuk menabung Mengapa memakai istilah SHU bukan profit ??? Seberapa besarkan koperasi mampu menghasilkan SHU?? Dari manakah sumber SHU itu di peroleh?? Apakah distribusi SHU yang diterimakan anggota nilainya bisa menyerupai penghasilan pribadinya ??

TRANSAKSI

SHU

UNIT LAYANAN

tempat anggota mentransaksikan kebutuhannya Sarana mengembangkan budaya menabung lewat margin yg disisipkan dalam harga yang besarnya sesuai dengan kesepakatan bersama.

ROADMAP OPERASIONALISASI KOPERASI EKSTERNAL INTERNAL


KOPERASI

ACTION

EKSTERNAL

partnership mutual

partnership mutual

OGANISASI & KELEMBAGAAN Adminitrasi Permodalan Keanggotaan

2 in 1 USAHA

Intensifikasi Ekstensifikasi Diversifikasi Berbasis kebutuhan anggota atau prluang

KOPERASI atau NON KOPERASI atau NGO

KOPERASI atau NON KOPERASI atau NGO

Kuantitas Pertumbuhan jumlah Kualitas Keterciptaan manusia koperasi

Saling mendukung MENGAKAR BENAR Memobilisasi kolektivitas menjadi empowering bagi keterlahiran karya-karya multi makna BESAR

ACTION PROBLEM MAP Core Problem


Karena koperasi berawal dari kumpulan orang-orang, maka kebelum majuan koperasi di sebabkan oleh belum terbentuknya manusia-manusia koperasi.

Detail Problem
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pemahaman yang belum baik tentang apa dan bagaimana seharusnya berkoperasi. Perumusan Tujuan yang tidak berbasis kolektif Belum terjadinya distribusi peran efektif di segenap unsur organisasi. Belum terjadinya apresiasi yang berkeadilan dan memotivasi partisipasi. Lemahnya kepemimpinan. Lemahnya kewirausahaan. Lemahnya managerial skill

Solution
Pendidikan yang mengarah pada keterbentukan manusia-manusia koperasi

Metode
Revolusi : masuknya para profesional terdidik ke dalam koperasi Evolusi : Pendidikan anggota secara bertahap dan berkesinambungan

KHAYAL INDAH

Illustrasi bernilai asa : Membangun perusahaan koperasi melalui pengintegrasian ekonomi, sosial dan budaya

PEMAKNAAN
SOSIAL

ILLUSTRASI

Disamping sebagai makhluk individu, keterlahiran manusia juga sebagai makhluk sosial. Berinteraksi dengan lainnya adalah sebuah kebutuhan mutlak, baik untuk kepentingan pemenuhan immaterial (aspirasi diri,eksistensi dsb), pemenuhan kebutuhan ekonomi dan berbagai macam motif lainnya. Intinya, berinteraksi adalah sebuah kebutuhan mutlak dari makhluk bernama manusia. Berkoperasi adalah bagian dari interaksi sosial antar individu, dimana didalamnya terbentuk kesepakatan-kesepakatan untuk hidup bersama sebagai bagian dari cara memenuhi aspirasi dan kebutuhan, khususnya di bidang ekonomi, sosial dan budaya.

BUDAYA
Keterbentukan budaya bermula dari kebiasaan-kebiasaan yang berulang. Demikian halnya, ketika nilai-nilai yang termaktub dalam jati diri koperasi teraplikasi kedalam tindakan yang berulang-ulang, maka akan tercipta budaya koperasi.

EKONOMI
Perusahaan koperasi merupakan buah komitmen yang pendiriannya bermula dari keinginan memenuhi kebutuhan ekonomi, sosial dan budaya dari segenap anggotanya. Perusahaan koperasi tidaklah sama dengan non koperasi yang selalu mencari dan memaksimalkan selisih antara pendapatan dan budaya. Kelahiran perusahaan koperasi (baca: unit-unit layanan) dimaksudkan untuk keterciptaan manfaat-manfaatn yang tidak terbatas pada hal-hal materialitas saja, tetapi juga upaya membentuk karakter dari kolektivitas dari unsur organisasinya. Bahkan, kalaupun koperasi menerapkan margin (keuntungan), maka selayaknya difahami sebagai cara untuk membudayakan diri dalam hal menabung. Artinya, disamping tercipta efisiensi kolektif, bertransaksi di koperasi juga bermakna peningkatan pendapatan riil anggotanya. Untuk itulah, kualitas kolektivitas (baca: karakter sosial) kemudian di dorong menjadi pemberdayaan (empowering), sehingga akan memicu perkuatan sekaligus peningkatan potensi penambahan unit-unit layanan. Inilah sebagai pembeda nyata antara profit (istilah di non koperasi) dengan SHU (istilah di koperasi).

MENGEMBANGKAN BUDAYA MENABUNG


STRATEGI MENGGELEMBUNGKAN ASSET dan KARYA

ILLUSTRASI

A. MENABUNG dan IMPLIKASINYA


Menabung (menyisihkan sebagian dari penghasilan) merupakan tindakan multy efek, yang antara lain dijelaskan berikut ini : Terbentuknya pribadi yang disiplin, sebab kebiasaan menabung menyangkut pada konsitensi komitmen diri. Terbentuknya ke-bisa-an menekan naluri konsumsi. Artinya, membudayakan menabung adalah salah satu cara mengindar dari tindakan konsumerisme alias anti hedonisme. Terbentuknya akumulasi sumber daya yang mempermudah melakukan perencanaan hidup. Membentuk pribadi yang lebih bijaksana (hidup hemat) Kalau budaya menabung ini terjadi pada banyak orang dan terorganisasi dalam sebuah koperasi, maka bisa disimpulkan bahwa : Akan terkumpul akumulasi sumber daya. Membangun peluang untuk merancang karya-karya yang didasarkan pada pemenuhan kebutuhan segenap unsur organisasinya. Dari karya yang terlahir, akan berpotensi menciptakan efisiensi kolektif dan saat bersamaan telah tercipta peningkatan pendapatan riil seluruh unsur organisasinya. Akan terbentuk ragam tools (baca: unit layanan) yang memotivasi segenap unsur organisasi untuk terus menabung. Sebab, saat mereka bertransaksi di perusahaan yg mereka miliki dan kendalikan bersama untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, saat yang sama mereka juga sedang menabung (lewat margin yg mereka sepakati bersama). Artinya, semakin sering anggota bertransaksi di koperasi, berarti semakin besar peluang untuk membangunan karyakarya baru yg dimodali dari akumulasi transaksi itu.

ILLUSTRASI

B. MENGGELEMBUNGKAN ASSET BERBASIS KOMITMEN


Sebagai sebuah gagasan liar, terfikir bila sebuah koperasi mengkampanyekan budaya menabung dan men-drive nya sampai terbentuk komitmen kolektif untuk menabung. Bayangkan bila koperasi yang beranggotakan 500 orang berkomitmen untuk menekan naluri konsumsinya Rp 200.000,00 per bulan, maka dipastikan setiap bulannya akan terkumbul Rp 100juta atau Rp 1,2M per tahun. Kemudian, mereka mematok komitmen itu untuk sepuluh tahun ke depan. Untuk keterjaminan konsitensi, mereka kemudian bersepakat untuk mengambil 2 (dua) kebijakan secara bersamaan yaitu, (i) secara kolektif masing-masing anggota meminjam tanpa bunga sebesar Rp 12juta dan; (ii) saat mereka meminjam bersama-sama, saat yang sama mereka menabungkan Rp 12juta di koperasi. Dengan demikian, maka : Secara umum, koperasi tak mengeluarkan uang Rp 1 pun pada hari itu. Pada hari itu, pada neraca koperasi terbentuk tambahan simpanan anggota sebesar Rp 12M. Fantastic??

C. MENGGELEMBUNGKAN UNIT LAYANAN


Sesudah komitmen terbentuk demikian, dengan asumsi semua anggota berkomitmen men-cicil pinjamannya di koperasi secara rutin, maka mereka sudah bisa menghitung berapa fresh money yang akan terkumpul pada saat tertentu. Artinya, akumulasi tabungan bermakna akumulasi sumber daya. Pada titik itu, ragam karya (baca: unit layanan) berbasis kebutuhan layak untuk di rancang. Dari sisi waktu, ada 2 (dua) Pilihan tersedia; (i) membangun karya sesudah uang terkumpul atau; (ii) tak perlu menunggu sampai terkumpul, tetapi melakukan komunikasi dengan bank untuk memodali unit-unit usaha yang mereka bangun lewat menjaminkan komitmen dan disiplin anggota sebagai penjawab cicilan kewajiban di bank. Ini masalah pilihan saja.

ILLUSTRASI

D. MENDETEKSI EFEK KETERBANGUNAN UNIT LAYANAN


D.1. HARGA dan MARGIN Semua unit usaha yang dibangun mereka miliki dan kendalikan bersama. Artinya, mereka pun berhak penuh menentukan margin dan harga. Karena mereka memahami bahwa disamping unit layanan sebagai media pemenuhan kebutuhan dan juga sekaligus media untuk menabung, maka penentuan margin (penambahan nilai dari harga pokok) berdasarkan total penjumlahan biaya operasional dan tabungan. Dengan demikian, harga yang terbentuk adalah harga yang didalamnya terdapat potensi keterbangunan unit layanan baru. Tentu pada titik ini, trnaskasi yang terjadi adalah transaksi subyektif (transaksi yang didasari atas spirit kolektivitas dan kepemilikan bersama).

D.2. EFISIENSI KOLEKTIF dan PENDAPATAN RIIL Lewat proses keterbentukan margin dan harga yang demikian, maka bisa dipastikan semua anggota memiliki nilai emosional yang kuat terhadap unit layanan koperasi. Artinya, hal ini menjadi jaminan kontinuitas dan eksistensi unit-unit layanan koperasi. Disamping itu, akan terbentuk efisiensi kolektif dimana segenap anggota akan menikmati harga yang lebih murah. Bahkan anggota juga terhindar dari propaganda marketing yang dilakukan pelaku-pelaku bisnis sejenis dari kaum non koperasi . Keterciptaan efisiensi kolektif selanjutnya berefek langsung pada peningkatan pendapatan riil anngota.

ILLUSTRASI

D.3. MENGINTIP dan MENAKAR MAKNA di RAGAM UNIT LAYANAN Fakta menunjukkan bahwa dalam mempertahankan dan mengembangkan perusahaannya (baca: non koperasi), mereka memposisikan target market sebagai konsumen murni. Oleh karena itu, untuk menggiring konsumen, mereka mengaplikasikan ragam strategi, mulai dari discount yang sesungguhnya tidak discount, modernisasi performance, keramahan pelayanan, dan ragam tools marketing lainnya. Celakanya, semua beban itu mereka jadikan sebagai penambah harga jual. Ironisnya, hal ini tidak disadari konsumen dan tetap saja merasa nyaman membelanjakan uangnya di outlet-outlet non koperasi. Disisi lain, mereka tak akan pernah mengembalikan secuilpun dari laba yang diraih. Kalaupun akhir-akhir ini, non koperasi mengkampanyekan CSR (Corporate social responsibility), dalam aplikasinya tetap dikemas dalam fungsi ganda yaitu memasukkan unsur-unsur propaganda/pemasaran. Dalam konteks ke-koperasi-an, hal-hal semacam ini tak perlu dilakukan. Perencanaan yang melibatkan stake holder merupakan awalan yg tidak hanya bermakna pembentukan komitmen membangun sebuah unit layanan, tetapi juga melekat proses sosialisasi dan promosi. Dengan demikian, biaya-biaya propaganda/marketing yang biasa dilakukan oleh non koperasi, tidak diperlukan lagi di perhitungkan oleh koperasi. Dengan berkurangnya variabel pembentuk harga, otomatis akan semakin rendah nilai jual yang harus ditebus konsumen (anggota). Pada titik ini terbentuk efisisensi kolektif yang juga bermakna peningkatan pendapatan riil anggota.

ILLUSTRASI

D.3.1. ILLUSTRASI PADA UNIT USAHA SIMPAN PINJAM Core activity Simpan Pinjam adalah aktivitas menyimpan dan aktivitas meminjamkan. Namun demikian, simpan yang dimaksud bukanlah hanya sebatas memerankan diri sebagai pengepul uang anggota dan kemudian memutarnya dalam bentuk pinjaman sehingga terjebak dalam perburuan selisih bunga. Dalam prakteknya, USP koperasi memerankan fungsi edukasi, sehingga aksi menabung merupakan imbas dari terbangunnya kesadaran untuk menekan naluri konsumsi dan keyakinan akan implikasi setiap rupiah tabungannya terhadap keterkumpulan sumber daya dan keterlahiran unit-unit layanan baru yang akan membentuk peningkatan pendapatan riil. Dalam hal meminjamkan, koperasi tidak mendorong anggotanya mencintai konsumerisme (sebagai hasil dari propaganda non koperasi), tetapi meminjam dijadikan sarana untuk meningkatkan produktivitas anggotanya secara individu. Dalam situasi dimana kolektivitas membentuk kesetiakawanan tinggi, maka menabung tidak lagi difahami sebagai langkah peningkatan asset pribadi dengan cara egois (hanya duduk dan diam), tetapi difahami sebagai bagian dari kesadaran sosial untuk membangun kebermaknaan atas apa yg dia miliki. D.3.3. ILLUSTRASI PADA USAHA HOTEL BERBINTANG Pada saat koperasi membangun hotel dengan sistem prenchise seagaimana perusahaanperusahaan non koperasi biasa lakukan, koperasi juga bisa tampil dengan harga jual yang lebih murah dari pada lainnya. Alasannya adalah variabel2 yang berpengaruh pada harga tidak sebanyak non koperasi. Pada titik ini, disamping anggota koperasi bisa menikmati hotel berbintang dengan harga relatif lebih murah dengan kualitas pelayanan yang sama, anggota juga mengalami peningkatan pendapatan riil masyarakat dari selisih harga itu. Artinya, selisih harga tersebut bisa digunakan untuk kebutuhan lainnya.

ILLUSTRASI

D.3.1. ILLUSTRASI PADA UNIT USAHA RETAIL Filosopi bisnis retail adalah semakin banyak anda membeli persediaan, maka semakin murah harga pokok yg anda peroleh. Oleh karena itu, bagaikan mimpi disiang bolong bila toko kecil koperasi mampu menyamai harga jual supermarket. Bahkan tak jarang harga pembelian koperasi lebih mahal dari harga jual supermarket non koperasi. Disamping itu, dalam konsep kekinian, supermarket telah melampaui fungsi dasarnya sebagai tempat transaksi barangbarang kebutuhan, tetapi sudah mulai memasuki fungsi entertain seperti kuliner, pusat mainan anak, pusat jasa dan bahkan entertain. Tentu kondisi ini semakin membuat koperasi semakin sulit menyamai. Oleh karena itu, untuk bisa menyamai fungsi dasar sebuah retail (teppat transaksi kebutuhan barang) minimal koperasi mencoba membangun dalam kapasitas yang sama. Ketika sebuah koperasi tidak mungkin melakukannya sendiri (karena keterbatasan sumber daya) maka bermitra mutual dengan koperasi lain adalah jawabannya. Hal ini akan menjadi lebih dahsyat ketika supermarket koperasi juga mampu memasuki fungsi-fungsi entertain, kuliner dan sebagainya. Pada saat beberapa koperasi bersatu dan membangun sebuah supermarket, maka saat itulah koperasi memaksimalkan keunggulannya. Koperasi harus mengkampanyekan jargon-jargon penyemangat seperti; (i) selamat bertransaksi di perusahaan sendiri; (ii) transaksi anda = menabung; (iii) bertransaksi berarti membangun harapan baru; (iv) bertransaksi=peningkatan pendapatan riil anggota dan lain sebagainya.

KHAYAL

D.3.2. ILLUSTRASI PADA UNIT USAHA PERUMAHAN Dalam prakteknya ada 2 (dua) macam pola dalam bisnis perumahan yaitu; (i) developer yang menerapkan harga jual berdasarkan biaya perijinan, biaya perolehan lahan, biaya bangunan, biaya sarana pra sarana, biaya pemasatan, biaya lain-lain dan margin keuntungan dan; (ii) menambahkan fungsi ekspektasi/harapan jangka panjang, disamping faktor2 yang dihitung pada pola pertama. Pada pola pertama, harga relatif rasional dan terjangkau. Namun demikian, pada pola kedua harga menjadi berlipat. Sebagai pembenar, konsumen di jejali dengan harapan-harapan jangka panjang, seperti issue arah pengembangan kota, bernilai investasi, kawasan elite dan lain sebagainya. Dalam hal koperasi mengelola usaha perumahan, pasti lebih murah dari pola yang pertama. Disamping variabel yang di berpengaruh tidak sebanyak pada pola yang pertama, margin yang difahami sebagai tabungan membuat anggota merasa segala sesuatunya akan kembali pada mereka sendiri. Pada titik inilah tercipta efisiensi kolektif dan sekaligus peningkatan pendapatan riil masyarakat.

D.3.4. USAHA LAINNYA Demikian pula pada unit usaha lain yang akan dilakukan koperasi, pasti membentuk efisiensi kolektif dan peningkatan pendapatan riil masyarakat. Dengan demikian, atas keunggukankeunggulan tersebut, peluang koperasi mengembangkan unit layanan apapun menjadi sangat terbuka lebar. Hanya saja, mampukah koperasi men-drive kolektivitasnya menjadi empowering???

D. KESIMPULAN Koperasi harus kembali ke Jati Dirinya secara bertahap dan berkesinambungan. Saatnya SHU tidak difahami sebatas selisih pendapatan dan biaya, sebab di dalamnya terkandung spirit dan nilai-nilai dalam berkoperasi itu sendiri. Koperasi harus tampil dengan jati dirinya karena disamping sebagai pembeda, jati diri koperasi (defenisi, nilai2 dan prinspip) sesungguhnya mengandung panduan operasional yang akan membawa koperasi pada keunggulan-keunggulan yang sulit di tiru oleh pelaku ekonomi lainnya. Pemahaman ini bukan berarti koperasi anti dengan non koperasi, sebab koperasi senantiasa mengembangkan kerjasama pada siapapun sepanjang saling mendatangkan manfaat dan masing-masing saling menjaga, menghargai dan menghormati (kesetaraan). Pengungkapan fakta-fakta strategi non-koperasi diatas bukanlah untuk menyaingi mereka, tetapi sebagai cara menstimulan kesadaran segenap unsur koperasi betapa besarnya peluang koperasi mensejahterakan anggota dalam arti luas. Bersatu membuat segala sesuatunya menjadi mungkin. Bersatu tidak hanya sebagai cara untuk saling menolong, tetapi bersatu juga ikut membentuk karakter sosial yang senantiasa menjunjung nilai-nilai etis di setiap proses interaksi antar manusia. Aplikasi prinsip sukarela dan terbuka juga akan menghilangkan sekat-sekat sosial dan melebur dalam equality (kesetaraan). Semua orang akan terbuka dan menyambut baik bagi individu yang akan bergabung, sebab penambahan individu dimaknai penambahan kekuatan. Pada akhirnya, kolektivitas yang terbangun dan kemudian di dorong menjadi pemberdayaan (empowering) ke arah penciptaan karya dan makna. Pertumbuhan karya dan makna nyata akan menumbuhkan keyakinan yang sudah bergabung dan sekaligus menimbulkan ingin bagi mereka yang belum bergabung. , perlahan akan membentuk budaya komunitas yang berimplikasi luas dalam dinamika tatanan kehidupan masyarakat.

You might also like