You are on page 1of 31

PENGERTIAN HERBISIDA Herbisida adalah senyawa atau material yang disebarkan pada lahan pertanian untuk menekan atau

memberantas tumbuhan yang menyebabkan penurunan hasil yang disebabkan oleh gulma.  Herbisida Kontak Herbisida kontak adalah herbisida yang langsung mematikan jaringan-jaringan atau bagian gulma yang terkena larutan herbisida ini, terutama bagian gulma yang berwarna hijau. Herbisida jenis ini bereaksi sangat cepat dan efektif jika digunakan untuk memberantas gulma yang masih hijau, serta gulma yang masih memiliki sistem perakaran tidak meluas. Di dalam jarinngan tumbuhan, bahan aktif herbisida kontak hampir tidak ada yang ditranslokasikan. Jika ada, bahan tersebut ditranslokasikan melalui phloem. Karena hanya mematikan bagian gulma yang terkena, pertumbuhan gulma dapat terjadi sangat cepat. Dengan demikian, rotasi pengendalian menjadi singkat. Herbisida kontak memerlukan dosis dan air pelarut yang lebih besar agar bahan aktifnya merata ke seluruh permukaan gulma dan diperoleh efek pengendalian aktifnya yang lebih baik. Herbisida kontak juga yang bekerja dengan cara menghasilkan radikal hidrogen peroksida yang memecahkan membran sel dan merusak seluruh konfigurasi sel. Herbisida kontak hanya mematikan bagian tanaman hidup yang terkena larutan, jadi bagian tanaman dibawah tanah seperti akar atau akar rimpang tidak terpengaruhi, dan bagian tanaman didapat kembali dan roses kerja pada herbisida ini pun sangat cepat. Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena semprotan saja, terutama bagian yang berhijau daun dan aktif berfotosintesis. Keistimewaannya, dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati. Sehingga bermanfaat jika waktu penanaman harus segera dilakukan. Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2 minggu kemudian dan bila herbisida ini tidak menyentuh akar maka proses kerjanya tidak berpengaruh pada gulma. Contoh herbisida kontak adalah paraquat. Ada jenis-jenis herbisida kontak berdasarkan bentuk, waktu penggunaan, dan jenis tanaman yang baik untuk dikendalikan gulmanya yaitu salah satunya adalah herbisida purna tumbuh yang bersifat kontak, berbentuk larutan dalam air berwarna

hijau tua, untuk mengendalikan gulma pada pertanaman kelapa sawit (TM) dan jagung (TOT). Contoh-contoh herbisida kontak pada umumnya yang digunakan adalah sebagai berikut: - Gramoxone - Herbatop - Paracol  Herbisida Sistemik Herbisida sistemik adalah herbisida yang cara kerjanya ditranslokasikan ke seluruh tubuh atau bagian jaringan gulma, mulai dari daun sampai keperakaran atau sebaliknya. Cara kerja herbisida ini membutuhkan waktu 1-2 hari untuk membunuh tanaman pengganggu tanaman budidaya (gulma) karena tidak langsung mematikan jaringan tanaman yang terkena, namun bekerja dengan cara menganggu proses fisiologi jaringan tersebut lalu dialirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya. Keistimewaannya, dapat mematikan tunas tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Efek terjadinya hampir sama merata ke seluruh bagian gulma, mulai dari bagian daun sampai perakaran. Dengan demikian, proses pertumbuhan kembali juga terjadi sangat lambat sehingga rotasi pengendalian dapat lebih lama (panjang). Penggunaan herbisida sistemik ini secara keseluruhan dapat menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya aplikasi. Herbisida sistemik dapat digunakan pada semua jenis alat semprot, termasuk sistem ULV (Micron Herbi), karena penyebaran bahan aktif ke seluruh gulma memrlukan sedikit pelarut. Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas herbisida sistemik, yaitu: - Gulma harus dalam masa pertumbuhan aktif - Cuaca cerah waktu menyemprot. - Tidak menyemprot menjelang hujan. - Keringkan areal yang akan disemprot. - Gunakan air bersih sebagai bahan pelarut. - Boleh dicampur dengan herbisida 2,4D amina atau dengan herbisida Metsulfuron. Pemakaian suatu jenis herbisida secara terus menerus akan membentuk gulma yang resisten sehingga akan sulit mengendali-kannya. Guna mengantisipasi

kelemahan tersebut diatas adalah dengan mencampurkan dua herbisida (Akobundu, 1987). Pencampuran dua jenis herbisida telah dilakukan sejak lama dengan tujuan untuk memperluas spektrum pengendalian gulma, mengurangi resistensi gulma terhadap salah satu herbisida sehingga mencegah vegetasi gulma yang mengarah ke homogen. Herbisida klomazon merupakan herbisida sistemik, diberikan pre emergence pada permukaan tanah. Herbisida ini akan diserap oleh akar tanaman dan ditranslokasikan ke atas dan tinggal di daun. Herbisida ini memberikan efek penghambat pembentukan karotenoid, sehingga menyebabkan pemutihan kloroplas. Herbisida klomazon dapat digunakan untuk mengendalikan gulma golongan teki dan gulma daun lebar, sedangkan metribuzin dapat digunakan untuk mengendalikan gulma golongan rumput dan daun lebar. Cara kerja herbisida mertibuzin adalah mengganggu aktivitas fotosintesis. Pencampuran dua jenis herbisida mem-buat makin bertambahnya efektifitas dan ekonomis dalam metode pengendalian gulma. Pencampuran kedua jenis herbisida ini akan memperlihatkan hubungan satu bahan dengan bahan yang lain yang dinamakan dengan in-teraksi . Ketika dua atau lebih bahan kimia terakumulasi di dalam tanaman, mereka mela-kukan interaksi dan respon ditunjukkan keluar menghasilkan reaksi yang berbeda ketika bahan kimia tersebut diberikan sendiri-sendiri. Interaksi ini bisa bersifat sinergi, adidtiv atau antagonis. Contoh herbisida sistemik adalah Glifosat, Sulfosat, Polaris, Round up, Touch Down, dll. Selektivitas Herbisida Herbisida ada yang selektif dan tidak selektif. 1. Herbisida selektif hanya membasmi gulma dan tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Contoh : - Herbisida propanil, membasmi gulma golongan berdaun pita. - Herbisida 2,41D amina membasmi gulma berdaun lebar dan teki. 2. Herbisida Tidak Selektif, herbisida ini dapat membasmi gulma sekaligus tanamannya. Contoh : Herbisida glifosat, membasmi semua gulma dan tanaman yang mengandung butir hijau daun. Selektif tidaknya suatu herbisida tergantung juga takaran yang digunakan. Semakin

tinggi takaran yang digunakan, akan semakin berkurang selektivitasnya. Contoh Herbisida antara lain : 1. Glufosinate-ammonium Cara Kerja Kerja herbisida glufosinate-ammonium sebenarnya berdasar pada penonaktifan dari sintesa enzim glutamine. Sintesa Glutamine menyebabkan reaksi dari ammonia dan glutamic acid untuk membentuk glutamine. Ammonia, sebuah zat yang sangat phytotoxic untuk sel tanaman terbentuk pada waktu proses biokimia tanaman, tepatnya pada saat pengurangan nitrate, metabolisme amino acid dan photo-respiration. Adanya fakta bahwa enzim id dinonaktifkan oleh glufosinate, ammonia dapat terkumpul dalam sel tanaman dan menyebabkan necrosis pada lapisan tanaman yang akhirnya menyebabkan kematian tanaman. Kecepatan aksi tergantung pada kondisi eksternal; seperti kelembapan udara, suhu dan kadar air dalam tanah. Pengambilan glufosinate-ammonium oleh tanaman biasanya dilakukan melalui hijau daun dan tumbuhan yang tumbuh dengan aktif. 2. Glifosat Herbisida bahan aktif Glifosat merupakan herbisida yang bersifat sistemik bagi gulma sasaran. Diantara keempat jenis bahan aktif tersebut, glifosat merupakan herbisida bahan aktif yang paling banyak dipakai diseluruh dunia. Selain sifatnya sistemik yang membunuh tanaman hingga mati sampai ke akarakarnya, juga mampu mengendalikan banyak jenis gulma seperti Imperata cylindrica, Eulisine indinca, Axomophus comprsseus (pahitan) , Mimosa invisa (putri malu), Cyperus iria (teki), Echinocloa crussgali (jajagoan) dan lain-lain. Contoh herbisida glifosat yang beredar di pasaran seperti Rambo 480AS, Ranger 240 AS, dan lain-lain. Adapun aplikasi herbisida glifosat yang dianjurkan adalah 100 ml/ 14 Liter air untuk Rambo 480AS, dan 150 ml ml/14 liter. glifosat, herbisida terpenting di dunia saat ini, adalah herbisida translokasi, menghambat kerja enzim 5-enolpyruvylshikimate-3-phosphate synthase (EPSPS), enzim yang terlibat dalam sintesa tiga asam amino. Lim et al. (1999) melaporkan bahwa penggunaan glifosat menyebabkan terjadinya suksesi gulma ke dominansi gulma berdaun lebar. Faiz (1989) melaporkan bahwa penyemprotan campuran glifosat

secara berturut pada karet dewasa (TM) untuk general weed control menyebabkan dominansi Borreria alata, senduduk (Melastoma malabathricum), dan alang-alang (Imperata cylindrical). Suksesi gulma terkait-erat dengan bagaimana herbisida tersebut bekerja (mode of action). glifosat ditranslokasi dari bagian dedaunan sampai ke bagian akar dan bagian lainnya merusak sistem keseluruhan di dalam tubuh gulma. Glifosat memiliki daya bunuh yang tinggi terhadap rerumputan dan sering mengeradikasi gulma rerumputan lunak seperti Paspalum conjugatum dan Ottochloa nodosa sehingga akhirnya tanah menjadi terbuka. Kesempatan seperti ini memberi kesempatan bagi banyak biji-biji gulma berdaun lebar untuk berkecambah dan akhirnya menjadi dominan (Tjitrosoedirjo dan Purba, 2006). Dominansi gulma berdaun lebar sering cenderung lebih merugikan karena lebih sulit dikendalikan. Gulma lunak seperti O. nodosa, P. conjugatum dan A. compressus perlu dipertahankan pada pertanaman kelapa sawit (Teoh, 1984). Gulma rerumputan seperti ini dikategorikan sebagai kelas B yang bermanfaat dan memerlukan kurang pengendalian B (Anon, 1972). Pemakaian glifosat secara terus-menerus sering menyebabkan terjadinya eradikasi gulma lunak sedangkan dengan parakuat campuran memperlihatkan kebalikannya (Khairudin & Teoh, 1992). 3. Parakuat Herbisida ini merupakan herbisida kontak yang umum digunakan untuk purna tumbuh. Herbisida yang berbahan aktif Parakuat ini sangat cocok digunakan oleh mereka untuk yang ingin mengolah lahan secara cepat dan segera. Hal ini karena daya kerja parakuat begitu cepat dimana setelah aplikasi , hasilnya dapat terlihat 1 jam kemudian, sehingga dalam waktu 3 4 hari berikutnya lahan bisa ditanami. Adapun contoh herbisida yang berbahan aktif parakuat di Indonesia baru ada dua yaitu Noxone 276AS dan Gramoxone. Parakuat merupakan herbisida kontak yang mematikan tumbuhan dengan cara merusak membran sel. Menurut Chung (1995) pemakaian paraquat memiliki keunggulan dalam hal suksesi gulma, fitotoksisitas, dan rainfastness. Parakuat, herbisida kontak, menyebabkan kematian pada bagian atas gulma dengan cepat tanpa merusak bagian sistem perakaran, stolon, atau batang dalam tanah, sehingga dalam beberapa minggu setelah aplikasi gulma tumbuh kembali. 4. Metil Metsulfuron Herbisida yang berbahan aktif metil metsulfuron ini merupakan herbisida

sistemik dan bersifat selektif untuk tanaman padi. Herbisida ini dapat digunakan untuk mengendalikan gulma pra tumbuh dan awal purna tumbuh. Beberapa gulma yang mapu dikendalikan oleh herbisida ini antara lain: Monocholria vaginalis (eceng gondok), Cyperus diformis (teki), Echinocloa crusgalli (jajagoan), semanggi serta gulma lain yang tergolong pakis-pakisan. Billy 20WP merupakan salah satu contohnya. Aplikasi anjuran yang disarankan untuk penggunaan herbisida ini adalah 2.5 gram untuk setiap tangki 14 liter. 5. 2,4 D 2,4 D termasuk salah satu bahan aktif herbisida yang paling dikenal. Sifat herbisida ini kurang lebih hampir sama dengan metil metsulfuron yaitu sistemik dan selektif. Herbisida ini dapat digunakan untuk mengendalikan gulma purna tumbuh baik yang berdaun lebar maupun teki pada padi sawah. Adapun beberapa jenis gulma yang dapat dikendalikan dengan herbisida 2,4-D ini antara : Monochoria vaginalis (eceng), Spenochlea zeylanica, Cyperus iria (teki), Limnocharis flava (genjer), kankung, keladi dan lain-lain. Contoh herbisida 2,4-D adalah Amandy 865AS. Penelitian Pengembangan Pertanian Rawa Terpadu-ISDP-Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Purba, Edison. 2009. Keanekaragaman Herbisida dalam Pengendalian Gulma Mengatasi Populasi Gulma Resisten dan Toleran Herbisida. Medan : Universitas Sumatera Utara (Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar Tetap dalam Bidang Ilmu Gulma pada Fakultas Pertanian)

Macam-macam Formulasi Herbisida Berikut ini beberapa formulasi herbisida yang tertera pada kemasan herbisida. Huruf di dalam kurung merupakan kode formulasi bahan kimia herbisida. Kita sebaiknya mengetahui kode tersebut agar tidak salah dalam aplikasinya. 1. Formulasi Cair a. Emulsifiable Concentrate (EC) b. Water Soluble Concentrate (WSC) c. Aquaous Solution/-concentrate (AS/AC) d. Soluble Liquid (SL)

e. Fluable/-in Water (F/FW) f. Ultra Low Volume (ULV) 2. Formulasi Padat a. Wettable Powder (WP) b. Soluble/-Powder (S/SP) c. Granuler(G) d. Water Dispersible Granule (WG/WDG) e. Seed Dressing (SD)/ Seed Treatment (ST) f. Dust (D) g. Ready Bait (RB) atau Ready Mix Bait (RMB) * Teknik Aplikasi Herbisida Series (1)

Macam-macam herbisida

Himproagro Perkembangan herbisida dalam dunia pertanian saat ini telah mengalami kemajuan yang cukup pesat. Dalam era peningkatan mekanisasi dan program budidaya intensif ini, peran penggunaan herbisida dalam upaya meningkatkan hasil dan mengurangi biaya produksi semakin besar. Seperti kita ketahui bersama bahwa peran herbisida kini sangat penting dalam mengurangi jumlah gulma yang mengganggu tanaman utama. Dengan melakukan aplikasi herbisida secara teratur pada gulma di lahan kita , maka otomatis kita mengurangi biaya pembersihan gulma.

Namun demikian, penggunaan herbisida tersebut perlu mendapat perhatian yang serius mengingat pengendalian gulma secara kimiawi akan berhasil apabila herbisida tersebut selektif terhadap tanaman utama sekaligus ramah terhadap lingkungan. Dengan kata lain, aplikasi herbisida yang dilakukan haruslah bijaksana sehingga tidak hanya aman bagi tanaman namun juga sisa herbisida tersebut tidakmencemari lingkungan sekitar. Berhati-hati menggunakan herbisida dalam pengendalian gulma merupakan hal yang penting baik itu untuk herbisisda pra-tumbuh maupun purna-tumbuh mengingat persistensi herbisida dalam tanah setiap jenisnya berbeda-beda. Apalagi kini sudah banyak macam ragam dan jenis herbisida yang beredar di pasaran dengan keunggulan dan kelemahan masing-masing. Persistensi merupakan kemampuan herbisida tetap berada pada tanah dalam keadaan tetap aktif. Informasi tentang persistensi pestisida sangat perlu agar penggunaannya dapat memberikan hasil sesuai yang diharapkan. Persistensi ini merupakan ekspresi positif dan negatif dari herbisida itu sendiri. Semakin lama persistensi herbisida dalam tanah, maka akan semakin menguntungkan bila ditinjau dari segi efikasinya. Namun apabila ditinjau dari segi ekologi yang dikaitkan dengan kualitas lingkungan, maka persistensi herbisisda yang terlalu lama tentunya merupakan hal yang tidak diinginkan dan harus dihindari karena akan mencemari lingkungan sekitar. Lahan pertanian biasanya ditanami sejenis atau dua jenis tanaman pertanian. Namun demikian tumbuhan lain juga dapat tumbuh di lahan tersebut. Karena kompetisi dalam mendapatkan hara di tanah, perolehan cahaya matahari, dan atau keluarnya substansi alelopatik, tumbuhan lain ini tidak diinginkan keberadaannya. Herbisida digunakan sebagai salah satu sarana pengendalian tumbuhan asing ini. Terdapat dua tipe herbisida menurut aplikasinya: herbisida pratumbuh (preemergence herbicide) dan herbisida pascatumbuh (postemergence herbicide). Yang pertama disebarkan pada lahan setelah diolah namun sebelum benih ditebar (atau segera setelah benih ditebar). Biasanya herbisida jenis ini bersifat nonselektif, yang berarti membunuh semua tumbuhan yang ada. Yang kedua diberikan setelah benih memunculkan daun pertamanya. Herbisida jenis ini harus selektif, dalam arti tidak mengganggu tumbuhan pokoknya. Pada umumnya herbisida bekerja dengan mengganggu proses anabolisme senyawa penting seperti pati, asam lemak atau asam amino melalui kompetisi dengan senyawa yang normal dalam proses tersebut. Herbisida menjadi kompetitor

karena memiliki struktur yang mirip dan menjadi kosubstrat yang dikenali oleh enzim yang menjadi sasarannya. Cara kerja lain adalah dengan mengganggu keseimbangan produksi bahan-bahan kimia yang diperlukan tumbuhan. Contoh: y glifosfat (dari Monsanto) mengganggu sintesis asam amino aromatik karena berkompetisi dengan fosfoenol piruvat y fosfinositrin mengganggu asimilasi nitrat dan amonium karena menjadi substrat dari enzim glutamin sintase Sejumlah produsen herbisida mendanai pembuatan tanaman transgenik yang tahan terhadap herbisida. Dengan demikian penggunaan herbisida dapat diperluas pada tanaman produksi tersebut. Usaha ini dapat menekan biaya produksi dalam pertanian berskala besar dengan mekanisasi. Contoh tanaman tahan herbisida yang telah dikembangkan adalah raps (kanola), jagung, kapas, padi, kentang, kedelai, dan bit gula. Pemakaian herbisida menuai kritik karena menyebarkan bahan kimia yang berbahaya bagi tumbuhan bukan sasaran. Meskipun sebagian besar herbisida masa kini tidak berbahaya bagi manusia dan hewan, herbisida yang tersebar (karena terbawa angin atau terhanyut air) berpotensi mengganggu pertumbuhan tumbuhan lainnya. Karena itu, herbisida masa kini dibuat supaya mudah terurai oleh mikroorganisme di tanah atau air. Kritik lainnya ditujukan pada pemakaian tanaman transgenik tahan herbisida tertentu. Meskipun dapat menekan biaya, teknologi ini bermotifkan komersial (meningkatkan penggunaan herbisida merek tertentu). Selain itu, teknologi ini dianggap tidak bermanfaat bagi pertanian non mekanik (pertanian dengan padat karya) atau berlahan sempit. Dewasa ini penggunaan herbisida dibidang pertanian, kehutanan, perkebunan dan lingkungan tempat tinggal telah mengalami peningkatan yang signifikan dan menjadi bagian penting dari system pertanian modern. Bersama-sama dengan adopsi varietas unggul, penggunaan pupuk anorganik, perbaikan system pengairan, dan penggunaan alat-alat berat, penggunaan herbisida dan jenis pestisida lainnya

telah memberikan kontribusi yang sangat penting terhadap peningkatan produktivitas pertanian. Beberapa jenis pestisida yang banyak digunakan di lahan pertanian menggunakan bahan aktif 1,1 -dimetil-4,4 -bipiridin (paraquat) yang digolongkan sebagai herbisida golongan piridin yang bersifat kontak tak selektif dan dipergunakan secara purna tumbuh. Bahan aktif pada herbisida merupakan senyawa toksik yang keberadaannya dalam tanah (20 ppm) mampu menghambat pertumbuhan bakteri Azotobacter dan Rhizobium yang berperan dalam fiksasi nitrogen. Selain itu bahan aktif yang terkandung dalam herbisida juga dapat menghambat pertumbuhan bakteri E coli dan alga di dalam tanah. Bahan aktif pada herbisida merupakan bagian dari kelompok senyawa bioresisten yang sulit terdegradasi secara biologis. Bahan aktif pada herbisida relatif stabil pada suhu, tekanan serta pH yang normal, sehingga memungkinkan untuk tinggal lebih lama di dalam tanah. Bahan aktif ini juga mudah larut dalam air sehingga memungkinkan untuk tercuci oleh air hujan atau air irigasi sehingga dapat mencemari lingkungan atau system perairan. Absorbsi dan desorbsi herbisida oleh permukaan padatan tanah diketahui sebagai proses penting yang mampu mempengaruhi perilaku herbisida di dalam tanah dan lingkungan. Ketika senyawa herbisida kontak dengan tanah, baik karena aplikasi, terjatuh, atau tertumpah, atau karena terbawa oleh air hujan dan irigasi, sebagian akan tertahan dan tertinggal di dalam tanah melalui proses absorbsi, sebagian lagi akan berada di dalam air diantara partikel-partikel tanah. Absorbsi ini mampu menurunkan konsentrasi senyawa herbisida didalam larutan tanah sehingga menghalangi mobilitas senyawa tersebut menuju system perairan. Senyawa herbisida yang terabsorbsi bersifat pasif, tidak tersedia untuk proses fisik, kimia, maupun biologi sampai terjadinya desorbsi. Bahan organic tanah diketahui sebagai komponen tanah yang mempunyai peranan sangat penting dalam proses absorbsi dan desorbsi herbisida di dalam tanah dan lingkunan. Absorbsi herbisida sangatdipengarui oleh luas permukaan absorben. Semakin luas permukaan absorben semakin tinggi kemungkinan terjadi absorbsi karena semakin banyak site yang tersedia untuk permukaan absorbsi.

Herbisida merupaan pestisida kationik dengan kelarutan di dalam air sangat tinggi. Bahan aktif yang terkandung dalam herbisida merupakan pestisida kationik (divalent), sehingga berpotensi mengalami pertukaran kation di dalam tanah. Ion paraquat dapat bereaksi dengan lebih dari satu ion COO- koloid organic tanah. Paraquat akan bereaksi dan diikat oleh dua gugus reaktif koloid organic tanah, mungkin oleh ion COO-, fenolat O-, kombinasi keduanya, atau kombinasi salah satu ion tersebut dengan radikal bebas. Semakin tinggi kandungan bahan organic tanah, semakin tinggi kandungan gugus reaktif yang dimilikinya, semakin tinggi jumlah herbisida yang terabsorbsi. Interaksi bahan organic terlarut dengan herbisida memungkinkan ia bertindak sebagai agen pembawa herbisida dan mencegah absorbsi herbisida oleh fase padat. Keberadaan bahan organic terlarut mampu menurunka absorbsi atrazin dan promertrin oleh tanah dan meningkatkan transport senyawa tersebut menuju system perairan. Peningkatan bahan organic tanah diikuti peningkatan bahan organic tanah terlarut sehingga menurunkan absorbsi herbisida oleh permukaan bahan organic tanah. Adanya hubungan yang kompleks antara herbisida, tanah, iklim maupun organisme yang berada di dalam tanah merupakan penyebab terjadinya keragaman persistensi herbisida dalam tanah. Oleh karena itu agar penggunaannya sesuai dengan yang diharapkan dan efek negatifnya terhadap lingkungan dapat ditekan maka pemahaman akan faktor-faktor yang mempengaruhinya perlu mendapat perhatian antara lain sebagai berikut: A. Dekomposisi mikroorganisme dan bahan organik tanah Dekomposisi (penguraian) herbisida dalam tanah dapat terjadi apabila herbisida itu telah lama berada dalam tanah sebelum terabsorbsi oleh akar gulma. Dekomposisi ini sangat tergantung pada jenis herbisidanya, ada yang sukar dan ada pula yang mudah terurai. Herbisida organik merupakan herbisida yang mudah terurai karena menyediakan sumber karbon bagi mikroorganisme tanah. Kandungan bahan organik tanah merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme. Pada tanah yang memiliki kandungan bahan organik cukup tinggi maka populasi mikroorganisme akan meningkat sehingga proses dekomposisipun akan meningkat. Proses dekomposisi oleh mikroorganisme tanah dipengaruhi oleh

mineral nutrien, temperatur, pH, kandungan air dan oksigen dalam tanah. Apabila aerasi tidak berjalan normal, pada tanah yang kering dan dingin maka proses dekomposisi akan berjalan lambat. B. Jumlah herbisida yang diabsorbsi koloid tanah Di dalam tanah, herbisida berada dalam larutan tanah atau akan diabsorbsi (diserap) oleh koloid tanah. Komponen tanah yang paling utama dalam menentukan persistensi herbisida adalah kandungan liat tanah. Kandungan liat dengan tipe 2 :1 mempunyai kemampuan mengabsorbsi lebih besar dibandingkan 1 : 1. Artinya, pada tanah yang memiliki kandungan liat lebih banyak akan lebih mudah mengabsorbsi herbisida dibandingkan tanah yang memiliki kandungan pasir dan liat yang sama. C. Penguapan Penguapan merupakan proses hilangnya herbisida pada tanah. Sebenarnya yang dimaksud hilang disini adalah terjadi proses fisik dari cair menjadi gas atau yang disebut penguapan. Hilangnya herbisida yang menguap bersama bahan aktifnya secara langsung maupun tidak akan mengurangi daya fitotoksisitasnya. Proses penguapan itu sendiri dipengaruhi oleh kelarutan herbisida dalam air, daya absorbsi tanah, kelembaban tanah, keasaman tanah dan suhu. D. Pencucian Pencucian merupakan suatu proses merembesnya herbisida ke tempat yang lebih dalam atau berpindahnya herbisida tersebut dari tempat semula. Proses pencucian ini tergantung pada kelarutan herbisida dalam air, jumlah air yang merembes ke lapisan bawah dan hubungannya dengan kemampuan absorbsi tanah. E. Fotodekomposis Proses fotodekomposis tidak jauh berbeda dengan dekomposis mikroorganisme, hanya saja perbedaan yang mendasar adalah proses penguraian senyawa kimia herbisida tersebut menjadi senyawa lain disebabkan oleh cahaya matahari. Faktor-faktor yang mempercepat proses foto dekomposisi ini adalah suhu permukaan yang tinggi, kegiatan mikroorganisme, reaksi kimia yang terjadi dalam tanah dan absorbsi oleh tanah. F. Vegetasi Vegetasi merupakan kelompok tanaman/tumbuhan yang menutupi permukaan tanah. Dalam hal ini vegetasi tergantung dari tanaman yang dibudidayakan. Hubungan antara vegetasi dengan persistensi herbisida dapat digambarkan sebagai

berikut : Ketersediaan herbisida bagi vegetasi tergantung pada jumlah herbisida dalam larutan tanah serta laju transportasi melalui aliran massa. Maka dalam proses ini air memegang peranan yang sangat penting Selain air, kerapatan, jenis vegetasi dan fase pertumbuhan juga menentukan bagaimana tanggapan vegetasi tersebut terhadap pestisida. G. Jenis herbisida Diantara beberapa faktor yang ada, mungkin inilah yang paling dapat kita kontrol karena kita dapat memilih herbisisda jenis apa yang cocok sekaligus aman bagi tanaman. Struktur molekul kimia dari suatu herbisida akan menentukan persistensinya dalam tanah. Dengan bahan aktif yang beragam tentu saja membuat herbisida yang ada di pasaran saat ini memiliki daya persistensi yang berlainan pula. Secara umum menurut Kearney dalam Dad Resiworo (1992), kelompok herbisida yang mempunyai perstensi paling rendah sampai nilai paling tinggi berturut-turut adalah sebagai berikut: 1.Kelompok organofosfat 2. Kelompok karbamat, asam alifatik 3. Kelompok fenoksi, tolouidin, nitril 4. Kelompook asam benzoat, amida 5. Kelompok urea, triazin , pikloram Berdasarkan uraian di atas maka tidakkah lebih bijaksana apabila kita menyeleksi dan mengetahui secara jauh bagaimana sifat-sifat suatu herbisida sebelum kita menggunakannya. Pemikiran tersebut dimaksudkan agar selain kita bisa menggunakan herbisida yang tepat sasaran, dan efektif serta selektif tetapi juga dalam jangka panjang hasil aplikasi herbisida tersebut tidak menyebabkan pencemaran yang lebih besar lagi. Karena semakin banyak kita mencemari lahan pertanian kita, maka tingkat produktivitas dan kualitas lahan tersebut semakin lama semakin menurun. HERBISIDA MEMBUNUH TUMBUHAN DAN TANAMAN Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma. Kehadiran gulma dalam lahan pertanian sangat tidak diharapkan karena akan menyaingi tanaman yang ditanam dalam memperolah unsure hara, air dan matahari. Akibat dari serangan gulma dapat menurunkan hasil panen yang cukup besar.

Pada pertanaman padi di indonesia hasil penelitian mnunjukkan bahwa gulma mampu menurunkan bobot gabah. Besarnya penurunan tergantung jenis gulmanya. Marselia crenata menurunkan 19% bobot gabah, sedangkan monochroria dan fimbristilis menurunkan sampai 54% bobot gabah. Berdasarkan respon terhadap herbisida dan morfologinya, gulma digolongkan menjadi empat: a. gulma rerumputan (grasses weeds) ciri gulma ini berdaun pita, perakaran serabut, batang hulat, pipih, berlubang, atau massif. Umumnya monokotil dari keluarga poaceae. Contohnya alang-alang, paitan, dan kawatan. b. Gulma berdaun lebar (broad leaves) Gulma ini merupakan tumbuhan dikotil dan paku-poakuan. Kisalnya ceplukan, wedusan, dan sembung rambat. c. Gulma golongan teki (sedges) Gulma golongan inibersal dari keluarga cyperaceae, tergolong monokotil, perakaran serabut, berdaun pita, batang bulat, segitiga, pipih, dan massif. Daun tidak mempunyai lidah daun dan titik tumbuhnya tersenbunyi. Misalnya teki dan udelan (cyperus kyllingia). d. Gulma pakisan ( fern) ialah gulma yang berasal dari keluarga pakisan. Misalnya pakis kadal ( Dryopteris aridus) dan pakis kinca (neprolepis biserata) Aplikasi herbisida biasanya ditentukan oleh stadia pertumbuhan tanaman utama dan gulma. Untuk itu ada beberapa macam herbisida jika dilihat dari waktu aplikasinya. a. herbisida pratanam (preplant) diaplikasikan pada saat tanaman belum ditanam tetapi tanah sudah dioleh. b. Herbisida prapengolahan tanah diaplikasikan pada vegetasi secara total agar mudah dalam pembersihan lahan. c. Herbisida pratumbuh (pre emergence) diaplikasikan setelah benih ditanam tetapi belum berkecambah. Gulma pun belum tumbuh. d. Herbisida pratumbuh ( post emegence) di aplikasikan pada saat gulma dan tanaman sudah lewat stadia perkecambahan. Jadi herbisida ini bisa diaplikasikan saat tanaman masih muda maupun sudah tua. Adapun Pergerakan herbisida masuk kedalam tubuh tanaman dengan dua cara kerja, yaitu selektif dan nonselektif.

a. Herbisaida selektif walaupun diaplikasikan pada berbagai tumbuhan tetapi hanya akan mematikan gulma dan relative tidak mengganggu tanaman yang dibudidayakan. b. Herbisida nolnselektif ialah herbisida yang diberikan lewat tanah atau daun yang dapat mematiokan hamper semua jenis tumbuhan. c. Pengelompokan Spesies Gulma Guna mempermudah pengenalan spesies-spesies gulma diadakan pengelompokan berdasarkan daur hidupnya, morfologinya, saat berkecambah dan tumbuhnya, serta kepekaannya terhadap macam bekerjanya herbisida. Pengelompokkan ini tidak berkaitan secara langsung dengan taksonomi tumbuhan atau kekerabatan diantara gula tersebut, tetapi semata-mata merupakan cerminan penampakkan visual di lapang atas respon yang ditunjukkan terhadap perubahan lingkungan. Daur Hidup Gulma Daur hidup tumbuhan adalah jangka waktu antara tumbuhan itu berkecambah atau muncul di permukaan tanah sampai tumbuhan tersebut menghasilkan biji/bagian vegetatif yang mampu tumbuh menjadi tumbuhan baru. Daur hidup gulma akan menentukan lama gulma tumbuh dan kemudahan pengendaliannya. 1. Gulma Semusim Gulma ini berkecambah dan berkembang biak terutama dengan biji, serta hidup selama satu musim. Musim yang dimaksud adalah pada musim yang sama dan berkisar antara 4 16 minggu (bergantung pada spesiesnya).Tumbuhan tua mati dan tumbuhan muda muncul dari biji-bijinya. 2. Gulma tahunan Gulma yang berkembang biak terutama dengan organ vegetatifnya yaitu umbi (tuber), rimpang (rhizome), umbi lapis (bulb), subang (corm) dan geragih (stolon). Gulma ini hidupnya lebih lama dan biasanya melebihi masa satu musim bahkan dapat mencapai tiga empat musim apabila didukung oleh lingkungan tumbuhnya. Tunas gulma dapat tumbuh menjadi tua dan akhirnya mati, tetapi organ vegetatif tersebut akan tetap hidup dan menumbuhkan tunas-tunas baru. Dengan karakteristik seperti itu, biasanya gulma tahunan lebih sulit dikendalikan dibanding gulma semusim. Morfologi Daun Gulma

Pengelompokan ini berkaitan dengan kesamaan reaksi gulma dengan morfologi daun tertentu terhadap herbisida yang serupa. Berdasarkan sifat-sifat tersebut, gulma dikelompokkan kedalam kelompok rumput, kelompok teki, dan kelompok daun lebar. a. Kelompok berdaun sempit Spesies-spesies gulma yang daunnya berbentuk garis (linearis), memanjang dan sempit, pipih, tepinya sejajar, berbentuk pita (ligulatus) seperti linearis tetapi lebih lebar. Gulma rumput biasanya berada pada marga Poaceae(Gramineae). b. Kelompok teki-tekian Spesies-spesies gulma dari marga Cyperaceae yang memiliki penampang batang segitiga, daunnya berbentuk garis (linearis). Contoh yang tremasuk kelompok ini: Cyperus rotundus dan Fymbristilis miliaceae. c. Kelompok berdaun lebar Spesies-spesies gulma dengan bentuk daun bulat panjang (oblongus), lanset (lanceolatus), bulat telur (ovatus), lanset terbalik (oblanceolatus), jantung (cordatus), segitiga sama sisi (sagittatus) dan bentuk elips.Kelompok ini memiliki arah pertumbuhan batang tegak, berbaring, menjalar, memanjat, dan melilit. Kelompok gulma daun lebar terdiri dari spesies-spesies class Dicotyledonae, termasuk didalamnya marga-margaEuphorbiaceae, Amaranthaceae, Asteraceae, Mimosaceae, Leguminoceae, Rubiaceae, Commelinaceae, dan sebagainya. Sifat Tumbuh Gulma dapat tumbuh menjalar membentuk lapisan rata di permukaan tanah, tumbuh tegak membentuk perdu atau tumbuh merambat pada tanaman tebu. Kelompok gulma daun lebar dapat memiliki salah satu atau lebih sifat-sifat tumbuh tersebut. Gulma yang berkecambah dan tumbuh pada saat tebu muda biasanya bersifat menjalar dan atau membentuk perdu. Gulma daun lebar yang merambat biasanya tumbuh pada tebu muda yang tajuknya mulai menutupi ruang di antara barisan tebu, dan menjadi lebat pada saat tebu tua sampai tebu akan ditebang. Kepekaan Herbisida Spesies-spesies gulma dapat dikelompokkan bersama-sama dengan morfologi daun gulma dan pada daur hidup gulma. Herbisida yaitu senyawa kimia organik sintetik, diserap oleh gulma lewat akar, batang muda ataupun daunnya. Herbisida yang diserap akar atau lazim disebut herbisida akar, akan diserap bersama dengan

air dan hara dari tanah, lalu diangkut ke bagian-bagian tubuh tumbuhan yang sedang aktif melakukan proses metabolisme. Herbisida lain adalah herbisida daun yang diserap oleh tumbuhan gulma lewat helaian daun, kemudian masuk ke jaringan-jaringan yang aktif melakukan proses fotosintesa dan jaringan yang aktif bermetabolisme seperti di ujung-ujung tubuh tumbuhan (akar dan batang). Ada juga sekelompok herbisida yang dapat masuk ke dalam tubuh gulma lewat akar dan daun, herbisida semacam ini disebut herbisida akar dan daun. Pada Tabel di bawah ditunjukkan macam spesies gulma dan kepekaannya terhadap herbisidaherbisida tersebut di atas. Dengan demikian, bisa disusun program pengendalian dan herbisida yang akan dipakai, apabila diketahui macam spesies gulmanya. Tabel Pengelompokan Spesies Gulma dan Kepekaannya terhadap Herbisida Daur hidup Tanda gulma Semusim Tebu muda Tebu tua Peka terhadap herbisida Akar

Rumput -

Daun lebar (merambat) Daun lebar(merambat)

Daun lebar

Akar + (daun)

Tahunan Y

Rumput Teki Daun lebar

Akar, akar + daun Daun Akar + (daun)

Keterangan : = gulma semusim jenis rumput-rumputan = gulma semusim jenis daun lebar y = gulma tahunan jenis rumput-rumputan Y = gulma tahunan jenis teki-tekian = gulma tahunan jenis daun lebar

Spesies Gulma pada Berbagai Lahan Tebu Dari hasil-hasil survei gulma yang telah dilakukan selama ini, dapat dibedakan antara lahan tebu sawah berpengairan (di pulau Jawa), dengan lahan tebu di lahan kering di pulau Jawa, dan di lahan kering di pulau-pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi. Tabel berikut menunjukkan spesies-spesies gulma tebu di lahan sawah beririgasi. Tabel Spesies Gulma di Kebun Tebu Lahan Sawah Irigasi (Jawa) Penyebaran Lebat Jarang Agak lebat (sering ditemukan) Sangat luas Cyperus rotundus Cynodon dactylon Echinochloa colonum Luas Leptochloa chinensis Panicum reptans Polytrias amaura Terbatas Portulaca oleraceae Euphorbia puriflora Euphorbia hirta Amaranthus spinosus Eclipta prostrata Eragrostis japonica Eleusine indica Physalis minima Phyllantus niruri Panicum reptans Heliotropium indicum Fimbristilis miliaceae

Keterangan : 1) Sumber: Kuntohartono dan Tarmani (1967) Ternyata spesies gulma yang penting di kebun tebu lahan sawah adalah gulma tahunan teki-tekian dan rumput, selanjutnya ditemukan juga banyak gulma semusim rumput dan teki-tekian. Sebagian besar vegetasi gulma kebun tebu lahan sawah adalah gulma semusim. Vegetasi gulma di kebun tebu lahan kering di pulau Jawa ditunjukkan pada Tabel di bawah. Dua spesies gulma semusim rumput yakni Echinochloa colonum dan Digitaria adscendens mendominasi vegetasi gulma di tegalan Jawa. Berikutnya adalah gulma tahunan teki merupakan spesies yang tumbuh lebat di lokasi kebun tebu yang cukup memperoleh hujan atau tegalan yang tinggi kadar air dalam tanahnya. Spesies gulma lainnya yang timbul setempat-setempat dan jarang pertumbuhannya umumnya adalah gulma semisim berdaun lebar. Tabel Penyebaran dan Kelebatan Spesies Gulma di Lahan Tegalan Jawa Penyebaran Lebat Jarang Sangat luas Luas E. colonum D. adscendens C. benghalensis A. conyzoides Terbatas C. rotundus E. indica M. invisa Physalis minima P. reptans Borreria alata C. dactylon Setempat A. spinosus Lindernia crustaceae

Centrosema pubescens Dactyloctenium aegyptium Ipomaea triloba T. portulacastrum P. oleraceae Richardia brasiliensis

P. niruri Bidens pilosa E. heterophylla

Spesies-spesies yang ditemukan tumbuh bersama tebu di lahan tegalan di pulau Sumatera, Kalimantan, Sulawesi ditunjukkan pada Tabel di bawah. Terdapat keragaman yang sangat besar pada vegetasi gulma di kebun tebu di berbagai pulau. Tetapi dapat disimpulkan bahwa vegetasi gulma didominasi oleh spesies-spesies yang semusim, baik berdaun sempit maupun daun lebar. Dengan mengetahui komposisi spesies gulma di suatu daerah, maka dengan pertimbangan pendekatan agronomis dan pengendalian secara kimiawi, dapat disusun suatu program pengendalian gulma secara rasional dan efektif. Tabel Penyebaran dan Kelebatan Spesies Gulma di Kebun Tebu Luar Jawa Kelebatan Sumatera gulma Utara Lebat Sumatera Selatan Lampung Kalimantan Sulawesi Selatan Selatan I. cylindrica B. alata

I. cylindrica M. invisa D. adscendens M. invisa

B. alata D. M. adscendens micrantatha

E. colonum

C. rotundus B. alata Agak lebat E. colonum M. invisa Momordica charantia C. cordata

D. adscendens R. exaltata

P. Ipomea conjugatum obacura A. spinosus S. nodiflora Jarang E. indica Meremia tridentata A. conyzoides

C. pubescens

I. cylindrica

M. D. micrantatha adscendens

M. invisa

C. rotundus B. alata E. pruniflora

B. nuticum

C. dactylon

Ipomea triloba

I. arislatum E. colonum

B. nuticum

Stachytarpeta indica Gynandropsis gynandra

P. chelidonii Croton hirtus I. cylindrica

C. benghalensis C. pubescens Pergeseran Spesies Gulma Dinamika populasi gulma selalu terjadi dari waktu ke waktu, sebagai konsekuensi dari perubahan kondisi tumbuh kebun tebu dan perubahan cara bercocok tanam tebu. Pergeseran spesies gulma terjadi pada daerah-daerah kebun tebu yang relatif baru. Perubahan spesies gulma berlangsung makin cepat dengan makin seringnya herbisida digunakan di kebun tersebut. Sebagai contoh, pergeseran spesies gulma yang pantau oleh P3GI di salah satu areal perkebunan tebu di luar Jawa yang dilakukan selama 3 tahun disajikan pada Tabel di bawah. Baik gulma berdaun sempit, teki-tekian, gulma berdaun lebar maupun gulma merambat dominasi spesiesnya berubah secara nyata dalam kurun 5 tahun. Beberapa spesies gulma seperti B. alata masih tetap dominan selama 5 tahun.

Sebaliknya gulma C. rotundus dan Ipomoea triloba yang pada awalnya dominan kemudian menjadi tidak dominan. Beberapa gulma yang semula tidak signifikan, kemudian berubah menjadi dominan seperti B. filiformis dan M. charanthia. Tabel Pergeseran Spesies Gulma di PG Cintamanis, Sumatera Selatan Kelompok gulma 1984/1985 Daun lebar B. alata Croton hirtus 1986/19871) B. alata C. hirtus A. conyzoides Physalis angulata Teki-tekian Daun sempit C. rotundus Eleusine indica Panicum repens P. distachium D. adscendens I. cylindrica E. colonum Panicum spp. Gulma merambat Ipomoea triloba M. tridentata M. invisa I. triloba M. cordata 1) Sumber Kuntohartono (1987) 2) Sumber Sasongko et al (1980) Analisis Vegetasi dan Identifikasi Gulma Guna menentukan pilihan cara pengendalian gulma yang tepat maka sangat diperlukan cara-cara menganalisis vegetasi gulma terlebih dahulu. Analisis M. cordata M. tridentata M. charanthia D. adscendens B. filiformis Eleusine indica 1989/19902) B. alata C. hirtus

vegetasi gulma beserta identifikasi spesies gulma dilakukan sebelum tindakan pengendalian dipilih dan diterapkan. Ketidak tepatan dalam analisis bisa menyebabkan pengendalian gula menjadi tidak efektif dan efisien, karena memboroskan biaya, waktu dan tenaga. Analisis Vegetasi Gulma Tujuan analisis vegetasi gulma di kebun tebu adalah untuk mengetahui komposisi spesies-spesies yang membentuk komunitas gulma yang tumbuh bersama dengan tebu, pada suatu waktu dan tingkat pertumbuhan tertentu. Pada umumnya vegetasi gulma di kebun tebu terdiri dari kumpulan semai-semai berbagai spesies gulma yang agak rendah (tinggi tanaman dibawah 50 cm), atau gulma yang sedang pesat tumbuh. Vegetasi gulma kebun tebu pada umumnya mirip untuk suatu areal yang luas, sehingga prosedur persiapan lahan untuk kebun tebu biasanya seragam untuk daerah atau pabrik gula tertentu. Oleh karena itu, maka metode analisis vegetasi gulma yang digunakan adalah metode estimasi visual (visual estimation), yakni metode analisis dengan pandangan mata dan pencacatan macam spesies gulma beserta skor kelebatan pertumbuhannya masingmasing (Soekisman et. al., 1984). Metode estimasi visual dilakukan oleh orang yang telah dilatih sebelumnya, serta data yang dikumpulkan adalah data kualitatif. Data kualitatif vegetasi gulma menunjukkan bagaimana suatu spesies gulma tersebar dan berkelompok, stratifikasinya, periodisitas (seringnya ditemukan) dan pola komposisi macam spesiesnya. Untuk memperoleh data kualitatif tersebut perlu ditentukan macam peubah pengamatannya, penetapan luas dan jumlah petak contoh, serta penyebaran hasil-hasil pengamatannya. Identifikasi Gulma di Lapang Dalam mengidentifikasi macam spesies gulma di lapang, dapat dilakukan cara-cara sebagai berikut : 1. Membandingkan tumbuhan gulma dengan gambar, foto atau ilustrasi gulma yang tersedia 2. Membandingkan dengan determinasi dari spesies gulma yang kita duga 3. Mencari sendiri melalui kunci identifikasi 4. Konsultasikan pada ahli di bidang yang bersangkutan

Cara (a) yang paling praktis dan dapat dikerjakan sendiri di tempat, oleh karena telah banyak publikasi gambar dan foto-foto gulma. Dua publikasi gulma P3GI yang disebutkan pada alinia pertama bab ini, sangat berguna untuk keperluan tersebut. Dalam menempuh cara (b) dan (c) sedikit banyak kita harus memahami istilah biologi yang berkenaan dengan morfologi yang dapat dipelajari pada buku karangan Rifai (1978). Bila ada spesies gulma yang sukar diidentifikasi, maka herbarium gulma (lengkap daun, batang, bunga, bunga dan akarnya) tersebut dapat dikirim ke herbarium Bogoriense, Jl. Ir. H. Juanda 22, Bogor. Di lembaga tersebut herbarium gulma itu kemudian akan ditelaah dan diperbandingkan dengan koleksi herbarium yang mereka miliki. Lembaga tersebut juga menyimpan seluruh herbarium gulma koleksi C.A. Backer. Herbarium-herbarium tersebut dihibahkan oleh P3GI kepada lembaga ini, untuk meningkatkan daya gunanya. Tanda-tanda yang dipakai dalam identifikasi dan penelaahan spesies gulma; terbagi atas sifat-sifat vegetatif yang bisa berubah sesuai dengan lingkungan dan sifat-sifat generatif yang cenderung tetap (Soekiman et. al., 1984). Sifat vegetatif gulma antara lain : perakaran, bagian batang dan cabangnya, kedudukan daun, bentuk daun, tepi daun dan permukaan daun, terdapat alat-alat tambahan misalnya daun penumpu atau selaput bumbung, beragam dan berbedabeda untuk tiap spesies gulma. Bagian generatif yang dapat digunakan sebagai kriteria tanaman antara lain adalah : jumlah dan duduknya bunga, bagian-bagian bunga, warna kelopak bunga, warna mahkota bunga, jumlah benang sari, serta bentuk ukuran warna jumlah buah/biji. a. Cara kerja herbisida Cara kerja herbisida di kelompokkan menjadi dua yaitu: herbisida kontak dan sistemik. Herbisida kontak. - Herbisida ini hanya mampu membasmi gulma yang terkena semprotan saja, terutama bagian yang berhijau daun dan aktif berfotosintesis. - Keistimewaannya, dapat membasmi gulma secara cepat, 2-3 jam setelah disemprot gulma sudah layu dan 2-3 hari kemudian mati. Sehingga bermanfaat jika waktu penanaman harus segera dilakukan. Kelemahannya, gulma akan tumbuh kembali secara cepat sekitar 2 minggu kemudian. Contoh herbisida kontak adalah paraquat.

Herbisida Sistemik. Cara kerja herbisida ini di alirkan ke dalam jaringan tanaman gulma dan mematikan jaringan sasarannya seperti daun, titik tumbuh, tunas sampai ke perakarannya. Keistimewaannya, dapat mematikan tunas - tunas yang ada dalam tanah, sehingga menghambat pertumbuhan gulma tersebut. Contoh herbisida sistemik adalah glifosat, sulfosat. Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas herbisida sistemik, yaitu: - Gulma harus dalam masa pertumbuhan aktif - Cuaca cerah waktu menyemprot. - Tidak menyemprot menjelang hujan. - Keringkan areal yang akan disemprot. - Gunakan air bersih sebagai bahan pelarut. - Boleh dicampur dengan herbisida 2,4D amina atau dengan herbisida Metsulfuron. Selektivitas Herbisida Herbisida ada yang selektif dan tidak selektif. Herbisida selektif hanya membasmi gulma dan tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Contoh : - Herbisida propanil, membasmi gulma golongan berdaun pita. - Herbisida 2,41D amina membasmi gulma berdaun lebar dan teki. Herbisida Tidak Selektif, herbisida ini dapat membasmi gulma sekaligus tanamannya. Contoh : - Herbisida glifosat, membasmi semua gulma dan tanaman yang mengandung butir hijau daun. Selektif tidaknya suatu herbisida tergantung juga takaran yang digunakan. Semakin tinggi takaran yang digunakan, akan semakin berkurang selektivitasnya. Waktu Aplikasi Waktu aplikasi herbisida harus disesuaikan dengan tujuan dan sasarannya. Herbisida untuk penyiapan lahan (pra-tanam), dan herbisida untuk pemeliharaan (pra-tumbuh dan pasca-tumbuh) berbeda penggunaannya. Pra-tanam adalah herbisida di semprotkan kepada gulma yang sedang tumbuh sebagai penyiapan lahan sebelum tanam. - Jenis herbisida yang digunakan biasanya herbisida tidak selektif, - Aplikasi herbisida dilakukan 2-4 minggu sebelum tanam padi, contoh

herbisida pra-tanam adalah glifosat dan paraquat, dengan takaran sesuai anjuran. Menggunakan herbisida glifosat untuk penyiangan lahan, arealnya harus dikeringkan terlebih dahulu dan sampai dengan 5-7 hari setelah aplikasi. Dalam suatu petakan lahan dapat dilakukan aplikasi oleh beberapa tenaga kerja, misalnya 4-6 orang sekaligus agar penyemprotan dapat berlang sung rapih dan efektif. Jika menggunakan tenaga penyemprot yang terampil dan terlatih akan mendapatkan hasil semprotan yang baik dan merata dengan hanya satu kali aplikasi. Pra-tumbuh, herbisida yang diaplikasikan sebelum gulma dan tanaman berkecambah, atau herbisida yang diaplikasikan pada gulma belum berkecambah tetapi tanaman sudah tumbuh. Aplikasi herbisida biasanya dilakukan pada 0-4 hari setelah pengolahan tanah (sebelum atau setelah tanam). Contoh : - Herbisida oxifluorfen, takaran 1,Oliter/ha di semprotkan pada padi gogo umur 1-3 hari setelah tanam. - Herbisida oxadiozon, takaran 2,0 liter/h di semprotkan pada padi sawah umur 1-3 hari setelah tanam pindah. Biji -biji gulma akan berkecambah pada umur 3-5 hari setelah pengolahan tanah. Oleh karena itu, aplikasi herbisida pra-tumbuh harus dilakukan sebelum 3-4 hari setelah pengolahan tanah. Pasca-tumbuh, aplikasi herbisida ini dilakukan pada gulma dan tanaman sudah tumbuh. - Aplikasi herbisida pasca-tumbuh untuk penyiangan dilakukan pada 2-3 minggu setelah tanam padi, - Gulma tumbuh sudah berdaun 2 - 4 helai. - Contoh : Herbisida 2,4 -D amina, takaran 1,5 liter/ha. - Aplikasi herbisida pasca-tumbuh untuk penyiapan lahan dilakukan pada 2-4 minggu sebelum tanam padi. Herbisida yang dipakai adalah herbisida tidak selektif, sebagai Contoh adalah herbisida glifosat takaran 4-6 liter/ha. Herbisida pasca-tumbuh yang tidak selektif seperti glifosat bisa juga digunakan untuk pemeliharaan atau penyiangan, asalkan dalam penyemprotannya tidak boleh mengenai tanaman padi (harus menggunakan corong), karena bila terkena

akan menimbulkan keracunan dan bahkan tanaman padinya bisa mati. Keuntungan penggunaan herbisida Menghemat waktu, tenaga kerja, dan biaya Pengendalian gulma dapat dipilih saatnya yang disesuaikan dengan waktu yang tersedia. Areal pertanaman dapat diperluas. Herbisida mengurangi gangguan terhadap struk tur tanah, bahkan gulma yang mati berfungsi sebagai mulsa yang bermanfaat mempertahankan kelembaban tanah, mengurangi erosi, menekan pertumbuhan gulma baru, dan berfungsi sebagai sumber bahan organik dan hara. Akibat sampingan penggunaan herbisida - Gangguan kesehatan bagi penyemprot - Keracunan karena residu yang termakan - Keracunan pada tanaman dan hewan peliharaan - Pencemaran terhadap lingkungan. 5. Pengendalian Gulma Secara Terpadu Alternatif lain yang dapat ditempuh dalam upaya pengendalian gulma di lahan pasang surut dapat dilakukan secara terpadu, yaitu dengan meng kombinasikan berbagai cara pengendalian gulma. Hal ini dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Gulma ditebas dengan parang kemudian dihamparkan di lahan sebagai mulsa. Sekitar 2-3 minggu gulma yang sedang tumbuh aktif disemprot dengan herbisida sistemik, seperti glifosat dengan taaran 4-6 liter per hektar. Setelah 2-4 minggu kemudian, lahan ditanami padi dalam barisan. Upaya penyiangan dilakukan dengan menggunakan herbisida pasca-tumbuh, seperti 2,4-D amina dengan takaran 1,5 liter per hektar yang diaplikasikan pada umur 2 -3 minggu setelah tanam padi. b. Gulma ditebas dengan parang kemudian dilakukan pengolahan tanah. Selanjutnya dilakukan penanaman padi dan penyiangan menggunakan herbisida pra-tumbuh, seperti Oxadiazon dengan takaran 2 liter per hektar. Penyiangan dilakukan secara manual satu kali pada umur 35 hari setelah tanam padi. Penyemprot Punggung Alat penyemprot herbisida yang paling banyak digunakan adalah alat penyemprot punggung. Alat ini terdiri dari bagian-bagian yang masing-masing mempunyai fungsi tertentu.

Nosel Nosel yang tepat untuk aplikasi herbisida adalah nosel polijet yang memenuhi pola semprot berbentuk kipas. Nosel tersebut di bagi atas 4 macam warna, yaitu merah, biru, hijau, dan kuning yang masing-masing menghasilkan lebar semprot optimum yang berbeda, sehingga pemakaiannya dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Jangan menggunakan nosel kembang dan nosel kerucut karena tidak memberikan hasil semprotan yang baik. Warna Lebar Kesesuaian penggunaan dalam nosel semprotan penyemprotan (m) Merah 2,0 Seluruh areal (total) Biru 1,5 Pada barisan tanaman Hijau 1,0 Pada barisan tanaman Kuning 0,5 Pada barisan tanaman dan setempat Kalibrasi alat semprot (sprayer) Kalibrasi adalah menghitung/mengukur kebutuhan air suatu alat semprot untuk luasan areal tertentu. Kalibrasi harus dilakukan pada setiap kali akan melakukan penyemprotan yang gunanya adalah - Menghindari pemborosan herbisida - Memperkecil terjadinya keracunan pada tanaman akibat penumpukan herbisida - Memperkecil pencemaran lingkungan. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat ditempuh dalam melaksanakan kalibrasi: - Siapkan alat semprot yang baik dengan jenis nosel yang sesuai dengan kebutuhan, misalnya nosel polijet warna biru lebar semprotnya 1,5 m - Isi tangki alat semprot dengan air bersih sebanyak 2,5 liter - Pompa tangki sebanyak 10-12 kali hingga tekanan udara di dalam tangki cukup penuh - Lakukan penyemprotan pada areal yang akan disemprot dengan kecepatan dan tekanan yang sama sampai air 2,5 liter tersebut habis. - Ukur panjang areal yang dapat disemprot dengan 2,5 liter air tersebut. - Lakukan penyemprotan sebanyak 3 kali dan hitung panjang serta luas areal yang dapat disernprot seperti contoh berikut.

Panjang dan luasan areal yang dapat disemprot dengan 2,5 liter menggunakan nosel polijet warna biru. Ulangan Panjang (m) Luas (m2) I 33 49,5 II 33 49,5 III 34 51 Rata - rata 33,3 50 Bila luas areal yang akan disemprot adalah 1 hektar (10.000 m2 ), maka banyaknya air yang dibutuhkan adalah: Volume air = 10.000 m2 x 2,5 liter air 1,5 mx33,3m = 10.000 m2 x 2 5 liter air 50 M2 = 500 liter/ha. Apabila takaran herbisida yang akan digunakan adalah 3 liter (3000 ml) per hektar maka herbisida yang dibutuhkan untuk 15 liter air pencampur adalah: Volume herbisida = 15 liter x 3000 ml 500 liter = 90 ml herbisida /15 liter air Cara penggunaan herbisida Herbisida akan berhasil dan efektif apabila digunakan dengan benar sesuai petunjuk, yaitu: - Merata ke seluruh areal sasaran - Takaran sesuai dengan kebutuhan per satuan luas Penggunaan herbisida dengan memakai bahan pelarut air Penyemprotan - Campurkan herbisida dan air dengan Takaran yang benar - Aduk hingga tercampur rata - Semprotkan secara menyeluruh ke seluruh areal pertanaman Khusus untuk herbisida pra-tumbuh atau pasca tumbuh pada padi sawah, air harus dalam keadaan macak-macak yang dipertahankan selama 4 hari setelah penyemprotan. Pengusapan Pada gulma yang tumbuh jarang tapi berbahaya, cukup dengan mencelupkan sepotong kain pada larutan herbisida lalu dieluskan sampai membasahi gulma

tersebut. Penggunaan herbisida tanpa bahan pelarut Bentuk cair yang siap untuk digunakan: - Tidak memerlukan alat semprot - Petakan sawah harus dalam keadaan tergenang 2 -5 cm - Percikkan herbisida ke kiri dan ke kanan - Percikan herbisida yang jatuh ke air akan cepat menyebar membentuk lapisan tipis di dasar air - Pertahankan genangan air selama 4 hari. Bentuk butiran - Dapat digunakan pada padi sawah - Sawah harus dalam keadaan tergenang setinggi 2 -5 cm selama 4 hari - Cara penggunaannya ditebar merata ke seluruh petakan sawah - Dapat membunuh biji gulma akan tumbuh/ berkecambah

MAKALAH PRODUKTIF JURUSAN ATPH


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Produktif Sekolah WAKTU PROSES HERBISIDA

DI SUSUN : KELAS:XI ATPH       NENG ANISA NANA PERMANA HILMAN KARIM A M.SARIFUL M.SALIM FIRMANSYAH

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (YPM) BANI ADAM SMK PLUS QURROTA AYUN SAMARANG-GARUT
Jln.Raya Samarang No.114 tlp.(0262)56

You might also like