You are on page 1of 15

Seni Teater

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Ada usul agar artikel atau bagian ini digabungkan ke Teater. (Diskusikan) Artikel ini berisi daftar yang lebih baik ditulis dalam bentuk prosa. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengubah artikel ini ke dalam bentuk prosa, jika sesuai. Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini. Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampilkan] di bagian kanan. [tampilkan] Indonesia kaya akan seni.[1] Seni merupakan unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar perkembangan manusia sebagai pencipta dan penikmat karya seni.[2] Karya seni dapat dilihat dari bentuk pakaian dan rias, jenis makanan dan hidangan, jenis-jenis pertunjukan, berbagai upacara adat dan prosesinya, dan lain-lain, Salah satunya adalah sebi pertunjukan yaitu bentuk teater.[3] Seni Teater adalah seni yang kompleks, artinya dapat bekerjasama dengan cabang seni lainnya.[4]Di Indonesia mempunyai dua teater, diataranya adalah :[5] 1. Teater Tradisional 2. Teater Modern

Daftar isi
[sembunyikan]

1 Teater Tradisional

1.1 Ciri-ciri Teater Tradisional 2.1 Kelompok dan sutradara 3.1 1. Naskah/Skenario 3.2 2. Pemain/Pemeran/Tokoh 3.3 3. Sutradara 3.4 4. Properti 3.5 5. Penataan

2 Teater Modern 3 Unsur-unsur seni teater

4 Penonton

5 Referensi

[sunting] Teater Tradisional


Teater Tradisional adalah bentuk pertunjukan yang pesertanya dari daerah setempat karena terkondisi dengan adat istiadat, sosial masyarakat dan struktur geografis masing-masing daerah.[6]

Gambar ini merupakan Museum Wayang - Ketoprak dari Yogyakarta - Ludruk dari Surabaya - Wayang Orang dari Jawa Tengah/Yogyakarta - Lenong dan Topeng Blantik dari Betawi

[sunting] Ciri-ciri Teater Tradisional


Teater Tradisional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut 2. Pementasan sederhana, 3. Ceritanya turun temurun.[8]
[7]

1. Pementasan panggung terbuka (lapangan, halaman rumah),

[sunting] Teater Modern


Teater Modern adalah cerita yang bahannya dari kejadian-kejadian seharihari, atau karya sastra.[9] contoh Teater Modern : a. drama b. teater c. sinetron d. film

=== Ciri-ciri Teater Modern === : - Panggunga tertata - Ada pengaturan jalan cerita - tempat panggung tertutup

[sunting] Kelompok dan sutradara

[sunting] Unsur-unsur seni teater


Unsur-unsur dalam teater antara lain
[10]

}:

[sunting] 1. Naskah/Skenario
Naskah/Skenario berisi kisah dengan nama tokoh dan diaolog yang duicapkan.

[sunting] 2. Pemain/Pemeran/Tokoh
Pemain merupakan orang yang memeragakan tokoh tertentu pada film/sinetron biasa disebut aktris/aktor.[11] Macam-macam peran a. Peran Utama Peran Utama Yaitu peran yang menjadi pusat perhatian penonton dalam suatu kisah b. Peran Pembantu Peran Pembantu Yaitu peran yang tidak menjadi pusat perhatian c. Peran Tambahan/Figuran Figuran Yaitu peran yang diciptakan untuk memperkuat gambar suasana
[12]

[sunting] 3. Sutradara
Sutradara merupakan orang yang memimpin dan mengatur sebuah teknik pembuatan atau pementasan teater/drama/film/sinetron.[13]

[sunting] 4. Properti
Properti merupakan sebuah perlengkapan yang diperlukan dalam pementasan drama atau film.[14] Contohnya : kursi, meja, robot, hiasan ruang, dekorasi, dan lain-lain

[sunting] 5. Penataan
Seluruh pekerja yang terkait dengan pendukung pementasan teater, antara lain[15]: a. Tata Rias Tata Rias adalah cara mendadndani pemain dalam memerankan tokoh teater agar lebih meyakinkan b. Tata Busana Tata Busana adalah pengaturan pakaina pemain agar mendukung keadaan yang menghendaki. Contohnya : pakaian sekolah lain dengan pakaian harian

c. Tata Lampu Tata Lampu adalah pencahayaan dipanggung d. Tata Suara Tata Suara adalah pengaturan pengeras suara

[sunting] Penonton
Penonton adalah undur dalam pementasan drama/teater/sandiwara atau film karena sebagai saksi dari hasil akhir kerabat kerja.[16] Penonton sebagai evaluator yang mengapresiasi dan menilai hasil karya seni yang dipentaskan.[17] Bentuk karya seni akan sia-sia jika tidak memiliki penikmat karya.[rujukan?] Pada setiap pementasan seni pasti ada penonton. [rujukan?] Penonton menonton untuk menghibur hatinya dan bagi senimannya bisa sebagaievaluator dari karyanya.[18]

[sunting] Referensi
1. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya,

penerbit : Swadaya Murni


2. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya,

penerbit : Swadaya Murni


3. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya,

penerbit : Swadaya Murni


4. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya,

penerbit : Swadaya Murni


5. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya,

penerbit : Swadaya Murni


6. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya,

penerbit : Swadaya Murni


7. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya,

penerbit : Swadaya Murni


8. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya,

penerbit : Swadaya Murni


9. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya,

penerbit : Swadaya Murni


10. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya,

penerbit : Swadaya Murni


11. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya,

penerbit : Swadaya Murni


12. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya,

penerbit : Swadaya Murni


13. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya,

penerbit : Swadaya Murni


14. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya,

penerbit : Swadaya Murni

15. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya,

penerbit : Swadaya Murni


16. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya,

penerbit : Swadaya Murni


17. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya,

penerbit : Swadaya Murni


18. ^ sumber : Buku Seni Budaya, penulis : Tim Penyusun Seni Budaya,

penerbit : Swadaya Murni


http://id.wikipedia.org/wiki/Seni_Teater#Teater_Tradisional

JENIS-JENIS DRAMA
Kamis, 01 April 2010 - 2 komentar a. Drama Tragedi Cerita drama yang termasuk jenis ini adalah cerita yang berakhir dengan duka lara atau kematian. Contoh film yang termasuk jenis ini di antaranya Romeo dan Juliet atau Ghost. Sementara contoh FTV misteri yang termasuk dalam jenis ini misalnya Makhluk Tengah Malam yang endingnya bercerita tentang si istri yang melahirkan bayi genderuwo. Cerita ini bukan berakhir dengan kematian, tapi kekecewaan atau kesedihan. Oleh karena itu, cerita Makhluk Tengah Malam dapat digolongkan ke dalam jenis drama tragedi. b. Drama Komedi 1. Komedi Situasi, cerita lucu yang kelucuannya bukan berasal dari para pemain, melainkan karena situasinya. Contoh drama jenis ini antara lain Sister Act dan Si Kabayan. Sementara contoh sinetron yang termasuk dalam jenis ini antara lain Kawin Gantung, Bajaj Bajuri, dan Kecil-Kecil Jadi Manten. 2. Komedi Slapstic, cerita lucu yang diciptakan dengan adegan menyakiti para pemainnya. Misalnya, saat di kelas terjadi kegaduhan karena sang guru belum datang. Kemudian teman yang culun digoda teman yang lain dengan menulisi pipinya menggunakan spidol. Contoh film komedi slapstic ini di antaranya The Mask dan Tarzan. 3. Komedi Satire, cerita lucu yang penuh sindiran tajam. Beberapa film yang termasuk jenis ini adalah Om Pasikom dan Semua Gara-Gara Ginah. Sementara contoh sinetronnya adalah Wong Cilik. 4. Komedi Farce, cerita lucu yang bersifat dagelan, sengaja menciptakan kelucuan

kelucuan dengan dialog dan gerak laku lucu. Beberapa tayangan televisi yang termasuk jenis ini adalah Srimulat, Toples, Ba-sho, Ngelaba, dan lain sebagainya. c. Drama Misteri 1. Kriminal, misteri yang sangat terasa unsur keteganyannya atau suspense dan biasanya menceritakan seputar kasus pembunuhan. Si pelaku biasanya akan menjadi semacam misteri karena penulis skenario memerkuat alibinya. Sering kali dalam cerita jenis ini beberapa tokoh bayangan dimasukkan untuk mengecoh penonton. 2. Horor, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang berkaitan dengan roh halus. 3. Mistik, misteri yang bercerita tentang hal-hal yang bersifat klenik atau unsur ghaib. d. Drama Laga/ Action 1. Modern, cerita drama yang lebih banyak menampilkan adegan perkelahian atau pertempuran, namun dikemas dalam setting yang modern. Contoh jenis sinetron ini misalnya Deru Debu, Gejolak Jiwa, dan Raja Jalanan. 2. Tradisional, cerita drama yang juga menampilkan adegan laga, namun dikemas secara tradisional. Beberapa sinetron yang termasuk jenis ini antara lain Misteri Gunung Merapi, Angling Dharma, Jaka Tingkir, dan Wali Songo. Untuk jenis drama laga ini biasanya skenario tidak banyak memakai dialog panjang, tidak seperti skenario drama tragedi atau melodrama yang kekuatannya terletak pada dialog. Jenis ini lebih banyak mengandalkan action sebagai daya tarik tontonannya. Penontonnya bisa merasakan semangat ketika menonton film ini. e. Melodrama Skenario jenis ini bersifat sentimental dan melankolis. Ceritanya cenderung terkesan mendayu-dayu dan mendramatisir kesedihan. Emosi penonton dipancing untuk merasa iba pada tokoh protagonis. Penulis skenario cerita jenis ini jangan terjebak untuk membuat alur yang lambat. Konflik harus tetap runtun dan padat. Justru dengan konflik yang bertubitubi pada si tokoh akan semakin membuat penonton merasa kasihan dan bersimpati pada penderitanya. Contoh sinetron jenis ini antara lain Bidadari, Menggapai Bintang, dan Chanda.

f. Drama Sejarah Drama sejarah adalah cerita jenis drama yang menampilkan kisah-kisah sejarah masa lalu, baik tokoh maupun peristiwanya. Contoh film yang bercerita tentang peristiwa sejarah antara lain November 1828, G-30S/PKI, Soerabaya 45, Janur Kuning, atau Serangan Fajar. Sementara kisah yang menceritakan sejarah tapi lebih ditekankan pada tokohnya antara lain Tjoet Njak Dhien, Wali Songo, dan R.A. Kartini. Elizabeth Lutters (2006:35) Read more: http://dramakreasi.blogspot.com/2010/04/jenis-jenisdrama.html#ixzz1nZSqt4Cx

Jenis-Jenis Teater Tradisional


Posted on 19 April 2011.Reviewed by: Narto Berbicara masalah seni tearer tradisi (daerah) di Tatar Sunda, kita akan berbicara mengenai masalah keragaman, kekhasan/keunikan, dan perkembangan di masyarakat. Hampir di setiap daerah kabupaten terdapat seni teater yang memiliki keunikan masing-masing. Suatu jenis kesenian daerah dikelompokkan sebagai seni tearer jika dalam teks pertunjukan terdapat unsur-unsur berikut. a. naskah, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis; b. tempat pertunjukan atau pentas, baik arena ataupun prossenium, c. pemain (aktor dan aktris) atau para penari; dan d. property (perkakas pementasan). Media untuk mengungkapkan sebuah gagasan, bisa berupa bahasa verbal (dialog atau monolog dengan kata-kata), bahasa visual(gerak, tarian, dan rupa), dan bahasa audio (musik atau karawitan). Bentuk-bentuk tearer yang hidup dan berkembang di Nusantara dapat dibagi menjadi sebagai berikut. a. Teater boneka, yaitu pertunjukan water yang tokoh-tokoh ceritanya berupa boneka yang dimainkan oleh seorang dalang. Bentuk teater boneka di antaranya Wayang Kulit, Wayang Golek, dan Wayang Cepak. Wayang Kulit dan Wayang Golek biasanya membawakan cerita Ramayana dan Mahabrata, sedangkan Wayang Cepak biasanya membawakan cerita Babad. Jenis teater boneka termasuk teater total, maksudnya jenis teater ini menyertakan berbagai cabang seni, seperti tari, karawitan, sastra, rupa, dan seni. b. Teater oncor, yaitu suatu jenis teater daerah yang mempergunakan oncor sebagai penerangan dalam pertunjukannya. Pergelaran teater oncor biasanya dilakukan di sebuah arena (halaman rumah, balai, atau balandongan) dengan cara ngupuk (melantai/lesehan) dan penontonnya membentuk sebuah lingkaran atau tapal kuda. Nama-nama jenis teater

oncor, di antaranya Topeng Cirebon, Topeng Banjet, Topeng Ubrug, Topeng Cisalak, dan Longser. c. Teater catur, yaitu jenis water yang mengutamakan catur (dialog) secara auditif atau tanpa visualdalam arti tidak memunculkan tokoh-tokoh cerita secara visual Penyajiannya dilakukan dengan cara disiarkan melalui siaran radio atau melalui rekaman kaset. Watak, karakter, dan figur tokoh cerita biasanya ada dalam imajinasi para pendengar. Jenis teater ini banyak digemari oleh berbagai kalangan baik tua maupun muda. Jenis teater catur, di antaranya Pantun, Macapat, Wayang Catur, dan Dongeng. Tahun 1970-an seorang dalang yang bernama Djamar Media dari Cianjur, Jawa Barat beralih profesi menjadi pendongeng. Duriat Kabawa Paeb merupakan salah satu judul cerita yang sangat populer pada saat itu. Tahun 1980-an format tersebut diteruskan oleh Uwa Kepoh yang terkenal dengan dongeng-dongengnya. Nama lain yang muncul sebagai pendongeng, yaitu Abah Kabayan. d. Teater madya, yaitu bentuk garapan tearer yang hidup dan marak di daerah Sunda sekitar tahun 1950-1970-an.Contoh tearer madya, di antaranva sandiwara atau masres (di Cirebon dan Indramayu), Tonil, dan Dul Muluk. Teater ini merupakan perpaduan antara teater tradisional Sunda dengan teater realisme Barat. Salah satu cirinya, yaitu adanya dekorasi panggung serta setting panggung untuk kebutuhan adegan atau babak dalam cerita yang disajikan. Ciri lainnya, pertunjukan teater madya sudah menggunakan ruangan tertutup serta panggung proscenium baik dibuat secara permanen maupun sementara. Proses garapan dalam teater madya sudah memberdayakan peran pimpinan yang biasanya merangkap sutradara. Namun, dalam pelaksanaannya peran sutradara tidak seperti dalam teater Barat. sutradara dalam tearer madya hanya meng-casting calon pemain serta menyampaikan ringkasan cerita. Adapun garapan cerita secara terperinci diserahkan kepada aktor dan aktrisnya. Teknik dan montase sebagai trik-trik dalam permainan dan tata cahaya telah dilakukan dalam teater madya walaupun menggunakan peralatan yang sederhana. Teater madya mencapai puncak kejayaanya pada tahun 19501970-an. Hal ini terbukti dengan bermunculannya grup-grup sandiwara seperti Miss Tjitjih di Jakarta, Sri Murni di Bandung, Sinar Pusaka Sunda di Subang, serta grup-grup sandiwara asal Cirebon dan Indramayu. e.Teater modern, yaitu sebuah bentuk water yang berasal dari Barat. Bentuk teater ini disebut juga teater konvensional karena dilihat dari teknis penggarapannva teater modern menggunakan kaidah-kaidah dramaturgi. Ciri-cirinya, antara lain adanya sutradara yang sangat penting dan manajemen dalam proses penggarapan pementasan. Bentuk teater ini hidup di kola-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Para pemainnya berasal dari kalangan mahasiswa yang bergabung dalam sebuah kelompok baik profesional maupun amatir (di kampus). f. Teater Teatronik merupakan sebuah istilah dari bentukan kata water dan elektronik. Teatronik, yaitu bentuk teater yang cara penyajiannya tidak di panggung pertunjukan, tetapi di layar kaca (relevisi). Bentuk teater ini mulai disosialisasikan sekitar tahun 1990-an oleh beberapa

orang dramawan yang ada di kota-kota besar di pulau Jawa. Pustaka


Seni dan Budaya Oleh Harry Sulastianto, dkk

http://artikelterbaru.com/sastra/jenis-jenis-teater-tradisional-20111236.html

Arti Definisi / Pengertian Drama Dan Jenis / Macam Drama - Pelajaran Bahasa Indonesia
Wed, 26/03/2008 - 1:06am godam64 Drama adalah suatu aksi atau perbuatan (bahasa yunani). Sedangkan dramatik adalah jenis karangan yang dipertunjukkan dalan suatu tingkah laku, mimik dan perbuatan. Sandiwara adalah sebutan lain dari drama di mana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran. Orang yang memainkan drama disebut aktor atau lakon. Drama menurut masanya dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu drama baru dan drama lama. 1. Drama Baru / Drama Modern Drama baru adalah drama yang memiliki tujuan untuk memberikan pendidikan kepada mesyarakat yang umumnya bertema kehidupan manusia sehari-hari. 2. Drama Lama / Drama Klasik Drama lama adalah drama khayalan yang umumnya menceritakan tentang kesaktian, kehidupan istanan atau kerajaan, kehidupan dewadewi, kejadian luar biasa, dan lain sebagainya. Macam-Macam Drama Berdasarkan Isi Kandungan Cerita : 1. Drama Komedi Drama komedi adalah drama yang lucu dan menggelitik penuh keceriaan. 2. Drama Tragedi Drama tragedi adalah drama yang ceritanya sedih penuh kemalangan. 3. Drama Tragedi Komedi Drama tragedi-komedi adalah drama yang ada sedih dan ada lucunya. 4. Opera Opera adalah drama yang mengandung musik dan nyanyian. 5. Lelucon / Dagelan Lelucon adalah drama yang lakonnya selalu bertingkah pola jenaka merangsang gelak tawa penonton. 6. Operet / Operette Operet adalah opera yang ceritanya lebih pendek. 7. Pantomim Pantomim adalah drama yang ditampilkan dalam bentuk gerakan tubuh atau bahasa isyarat tanpa pembicaraan.

8. Tablau Tablau adalah drama yang mirip pantomim yang dibarengi oleh gerakgerik anggota tubuh dan mimik wajah pelakunya. 9. Passie Passie adalah drama yang mengandung unsur agama / relijius. 10. Wayang Wayang adalah drama yang pemain dramanya adalah boneka wayang. Dan lain sebagainya.

http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-drama-dan-jenis-macam-dramapelajaran-bahasa-indonesia

Jenis karya sastra di Indonesia dibagi menjadi tiga, yaitu drama, prosa, dan puisi Drama Istilah drama berasal dari kata drame, sebuah kata dari Bahasa Perancis yang diambil untuk menjelaskan lakon-lakon mereka tentang kehidupan kelas menengah di Perancis. Dalam buku Websters New Collegiate Dictionary, dinyatakan bahwa drama merupakan karangan berbentuk prosa atau puisi yang direncanakan bagi pertunjukkan teater (Henry Guntur, 1984). Drama (Yunani) merupakan jenis karya sastra yang ada bagian tertentu yang diperankan oleh aktor/aktris. Definisi drama 1. Drama adalah kualitas komunikasi. Situasi, dan action 2. Drama menurut Moulton adalah hidup yang dilukiskan dengan gerak (life presented in action) 3. Drama menurut Brander Mathews adalah konflik dari sifat manusia merupakan sumber pokok drama 4. Drama menurut Ferdinand Brunetierre adalah melahirkan kehendak manusia lewat action. 5. Drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog, yang diproyeksikan pada pentas dengan menggunakan percakapan dan action di hadapan penonton (audience). Teori Asal Mula Drama menurut Brockett : Drama berkembang dari upacara religius primitive yang dipentaskan untuk minta pertolongan dewa Hymne pujian yang dinyanyikan bersama di depan makam seorang pahlawan. Pembicara memisahkan diri dari koor dan memperagakan perbuatan dalam kehidupan almarhum pahlawan itu.

Drama tumbuh dari kecintaan manusia untuk bercerita. Kisah tentang perburuan/peperangan atau perbuatan yang luar biasa seseorang pahlawan yang telah gugur. Dalam pementasan sebuah drama, ada tiga unsur yang penting yang mempengaruhi keberhasilan pementasan. Tiga unsur tersebut adalah sutradara, pemain, dan penonton. Pementasa drama dapat menggunakan berbagai media seperti panggung, film, atau televisi. Kadang pementasannya dikombinasikan dengan musik dan tarian. Naskah Naskah lakon sebenarnya juga memiliki kekayaan tersembunyi untuk dianalisis baik untuk kepentingan panggung (teater), maupun kepentingan sastra. Menurut A. Teeuw (Pengamat sastra modern kita yang berasal dari Belanda /1984), menggunakan analisis struktural guna membongkar dan memaparkan secara cermat, teliti, detail aspek karya sastra yang bersama-sama menghasilkan makna menyeluruh. Penulis Drama di Indonesia Para penulis drama Indonesia antara lain, Asrul Sani (satu diantara Tiga Menguak Takdir ). Selain Asrul Sani anggota Tiga Menguak takdir adalah Chairil Anwar dan Rivai Apin. Asrul Sani hanya tampil sebagai sutradara panggung dan penyusun naskah terjemahan dari Jean Paul Sartre atau Lorca. Asrul Sani merupakan pelopor sastra angkatan 45. Penulis sastra lainnya adalah WS Rendra dengan karyanya Kereta Kencana Eugene Ionesco atau Oedipus dari Sophokles), Riantarno, Arifin C Noer, Iwan Simatupang, Utuy T Sontani, Motinggo Boesje, Sitor Situmorang, Wisran Hadi (Malin Kundang). Perbedaan Drama dan Teater Drama adalah kisah kehidupan manusia yang diceritakan di atas pentas, didasarkan pada naskah yang tertulis dengan atau tanpa musik, nyanyian atau Tarian. Teater adalah segala tontonan yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Misalnya teater, wayang orang, ketoprak,ludrug, topeng, lenong, sulap dll .

Prosa adalah suatu jenis tulisan yang berbeda dengan puisi karena variasi
ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Kata prosa berasal dari bahasa Latin " prosa" yang

artinya "terus terang". Jenis tulisan prosa biasanya digunakan untuk mendeskripsikan suatu fakta atau ide. Karenanya, prosa dapat digunakan untuk surat kabar, majalah, novel, ensiklopedia, surat, serta berbagai jenis media lainnya. Prosa biasanya dibagi menjadi empat jenis: prosa naratif, prosa deskriptif, prosa eksposisi, dan prosa argumentatif. Prosa dibagi menjadi dua, yaitu Roman dan Novel. Roman adalah cerita yang mengisahkan tokoh sejak lahir sampai meninggal, Sedangkan novel hanya mengisahkan sebagian kehidupan tokoh yang mengubah nasibnya. Istilah roman mulai berkembang sejalan dengan munculnya karya sastra Indonesia modern sejak Balai Pustaka. Pada periode tersebut, terbit karya-karya sastra yang monumental seperti Siti Nurbaya, Salah Asuhan, Sengsara Membawa Nikmat, dan sebagainya. Karya-karya prosa itu disebut roman-roman periode Balai Pustaka. Pada periode selanjutnya yaitu periode Pujangga Baru, muncul pula karya sastra prosa yang disebut roman seperti Layat Terkembang, Belenggu, dan sebagainya. Pada saat itu, istilah novel belum popular. Bahkan, karya-karya Hamka pun seperti Di Bawah Lindungan Kabah dan Tenggelamnya kapal Van der Wijk yang terbit setelah periode 1945 masih digolongkan ke dalam roman meskipun saat itu istilah novel mulai dikenal. Buku-buku yang menggunakan istilah roman di antaranya Roman dalam Masa Pertumbuhan Kesusastraan Indonesia Modern karangan Aning Retnaningsih, Ikhtisar Sejalan Sastra Indonesia karya Ajip Rosidi, Sastra Indonesia Pengantar Teori dan Apresiasi karangan Liberatus Tengsoe Tjahyono. Sedangkan novel mulai banyak dibicarakan sekitar tahun 50-an. Ciri Novel yang membedakannya dengan karya sastra lainnya : 1. Novel adalah karya sastra berjenis narasi. 2. Novel adalah karya sastra berbentuk prosa. 3. Novel adalah karya sastra yang bersifat realis, artinya menceritakan kehidupan tokoh secara nyata, tanpa disertai peristiwa-peristiwa yang gaib dan ajaib. Umumnya novel merupakan tanggapan pengarang terhadap lingkungan sosial budaya sekelilingnya. 4. Novel adalah karya sastra yang berfungsi sebagai tempat menuangkan pemikiran pengarangnya sebagai reaksinya atas keadaan sekitarnya. Dalam aliran imprisionisme, pengarang menempatkan dirinya dalam kehidupan yang diceritakan. Perenungan-perenungan pembaca setelah membaca sebuah novel akan tiba pada sebuah pemikiran baru tentang makna hidup.

Puisi adalah tulisan atau salah satu hasil karya sastra yang berisi pesan yang
memiliki arti yang luas. Untuk mengetahui makna yang terkandung di dalam sebuah puisi, seseorang perlu mengartikan dan memahami betul secara detil maksud kata-kata yang ada dalam bait-bait puisi.

http://www.gudangmateri.com/2011/04/jenis-jenis-karya-sastra.html

Teater Tradisional adalah bentuk pertunjukan yang pesertanya dari daerah setempat karena terkondisi dengan adat istiadat, sosial masyarakat dan struktur geografis masing-masing daerah Jenis-jenis Teater Tradisional Indonesia 1. Ketoprak dari Yogyakarta 2. Ludruk dari Surabaya 3. Wayang Orang dari Jawa Tengah/Yogyakarta 4. Lenong dan Topeng Blantik dari Betawi 5. Mamanda dan Wayang Gong dari Kalimantan Selatan 6. Mak Yong dan Mendu dari Riau 7. Masres dari Indramayu 8. Randai dari Sumatera Barat 9. Dulmulk dari Sumatera Selatan 10.Bangsawan dari Sumatera Utara 11.Anak Ari dari Nusa Tenggara 12.Arya Barong Kecak dari Bali Ciri-ciri Teater Tradisional Indonesia 1. Pementasan panggung terbuka (lapangan, halaman rumah), 2. Pementasan sederhana, 3. Ceritanya turun temurun Sumber : Wikipedia

Jenis-Jenis Teater Tradisional


Berbicara masalah seni tearer tradisi (daerah), kita akan berbicara mengenai masalah keragaman, kekhasan/keunikan, dan perkembangan di masyarakat. Hampir di setiap daerah kabupaten terdapat seni teater yang memiliki keunikan masing-masing. Suatu jenis kesenian daerah dikelompokkan sebagai seni tearer jika dalam teks pertunjukan terdapat unsur-unsur berikut. a. naskah, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis; b. tempat pertunjukan atau pentas, baik arena ataupun prossenium, c. pemain (aktor dan aktris) atau para penari; dan d. property (perkakas pementasan). Media untuk mengungkapkan sebuah gagasan, bisa berupa bahasa verbal (dialog atau monolog dengan kata-kata), bahasa visual(gerak, tarian, dan rupa), dan bahasa audio (musik atau karawitan).

Bentuk-bentuk tearer yang hidup dan berkembang di Nusantara dapat dibagi menjadi sebagai berikut. a. Teater boneka, yaitu pertunjukan water yang tokoh-tokoh ceritanya berupa boneka yang dimainkan oleh seorang dalang. Bentuk teater boneka di antaranya Wayang Kulit, Wayang Golek, dan Wayang Cepak. Wayang Kulit dan Wayang Golek biasanya membawakan cerita Ramayana dan Mahabrata, sedangkan Wayang Cepak biasanya membawakan cerita Babad. Jenis teater boneka termasuk teater total, maksudnya jenis teater ini menyertakan berbagai cabang seni, seperti tari, karawitan, sastra, rupa, dan seni. b. Teater oncor, yaitu suatu jenis teater daerah yang mempergunakan oncor sebagai penerangan dalam pertunjukannya. Pergelaran teater oncor biasanya dilakukan di sebuah arena (halaman rumah, balai, atau balandongan) dengan cara ngupuk (melantai/lesehan) dan penontonnya membentuk sebuah lingkaran atau tapal kuda. Nama-nama jenis teater oncor, di antaranya Topeng Cirebon, Topeng Banjet, Topeng Ubrug, Topeng Cisalak, dan Longser. c. Teater catur, yaitu jenis water yang mengutamakan catur (dialog) secara auditif atau tanpa visualdalam arti tidak memunculkan tokoh-tokoh cerita secara visual Penyajiannya dilakukan dengan cara disiarkan melalui siaran radio atau melalui rekaman kaset. Watak, karakter, dan figur tokoh cerita biasanya ada dalam imajinasi para pendengar. Jenis teater ini banyak digemari oleh berbagai kalangan baik tua maupun muda. Jenis teater catur, di antaranya Pantun, Macapat, Wayang Catur, dan Dongeng. Tahun 1970-an seorang dalang yang bernama Djamar Media dari Cianjur, Jawa Barat beralih profesi menjadi pendongeng. Duriat Kabawa Paeb merupakan salah satu judul cerita yang sangat populer pada saat itu. Tahun 1980an format tersebut diteruskan oleh Uwa Kepoh yang terkenal dengan dongengdongengnya. Nama lain yang muncul sebagai pendongeng, yaitu Abah Kabayan. d. Teater madya, yaitu bentuk garapan tearer yang hidup dan marak di daerah Sunda sekitar tahun 1950-1970-an.Contoh tearer madya, di antaranva sandiwara atau masres (di Cirebon dan Indramayu), Tonil, dan Dul Muluk. Teater ini merupakan perpaduan antara teater tradisional Sunda dengan teater realisme Barat. Salah satu cirinya, yaitu adanya dekorasi panggung serta setting panggung untuk kebutuhan adegan atau babak dalam cerita yang disajikan. Ciri lainnya, pertunjukan teater madya sudah menggunakan ruangan tertutup serta panggung proscenium baik dibuat secara permanen maupun sementara. Proses garapan dalam teater madya sudah memberdayakan peran pimpinan yang biasanya merangkap sutradara. Namun, dalam pelaksanaannya peran sutradara tidak seperti dalam teater Barat. sutradara dalam tearer madya hanya meng-casting calon pemain serta menyampaikan ringkasan cerita. Adapun garapan cerita secara terperinci diserahkan kepada aktor dan aktrisnya. Teknik dan montase sebagai trik-trik dalam permainan dan tata cahaya telah dilakukan dalam teater madya walaupun menggunakan peralatan yang sederhana. Teater madya mencapai puncak kejayaanya pada tahun 1950-1970-an. Hal ini terbukti dengan bermunculannya grup-grup sandiwara seperti Miss Tjitjih di Jakarta, Sri Murni di Bandung, Sinar Pusaka Sunda di Subang, serta grup-grup sandiwara asal Cirebon dan Indramayu. e.Teater modern, yaitu sebuah bentuk water yang berasal dari Barat. Bentuk teater ini disebut juga teater konvensional karena dilihat dari teknis penggarapannva teater modern menggunakan kaidah-kaidah dramaturgi. Ciri-cirinya, antara lain adanya

sutradara yang sangat penting dan manajemen dalam proses penggarapan pementasan. Bentuk teater ini hidup di kola-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Para pemainnya berasal dari kalangan mahasiswa yang bergabung dalam sebuah kelompok baik profesional maupun amatir (di kampus). f. Teater Teatronik merupakan sebuah istilah dari bentukan kata water dan elektronik. Teatronik, yaitu bentuk teater yang cara penyajiannya tidak di panggung pertunjukan, tetapi di layar kaca (relevisi). Bentuk teater ini mulai disosialisasikan sekitar tahun 1990-an oleh beberapa orang dramawan yang ada di kota-kota besar di pulau Jawa.
http://zulfikart.blogspot.com/2011/11/jenis-jenis-teater-tradisional.html

You might also like