You are on page 1of 14

1.

Dasar Teori Penyelidikan geolistrik dilakukan atas dasar sifat fisika batuan terhadap arus listrik, dimana setiap batuan yang berbeda akan mempunyai harga tahanan jenis yang berbeda pula. Hal ini tergantung pada beberapa faktor, diantaranya umur batuan, kandungan elektrolit, kepadatan batuan, jumlah mineral yang dikandungnya, porositas, permeabilitas dan lain sebagainya. Metode Geolistrik (resistivity) merupakan salah satu metode geofisika untuk mengetahui perubahan tahanan jenis lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara mengalirkan arus listrik DC (Direct Curren) yang mempunyai tegangan tinggi ke dalam tanah. Injeksi arus listrik ini menggunakan 2 buah elektroda arus A dan B yang ditancapkan ke dalam tanah dengan jarak tertentu. Semakin panjang jarak elektroda AB akan menyebabkan aliran arus listrik bisa menembus lapisan batuan lebih dalam.Dengan adanya aliran arus listrik tersebut akan menimbulkan tegangan listrik di dalam tanah. Tegangan listrik yang ada di permukaan tanah diukur dengan menggunakan multimeter yang terhubung melalui 2 buah elektroda tegangan M dan N dimana jaraknya lebih pendek dari pada jarak elektroda AB. Ketika jarak elektroda AB diubah menjadi lebih besar maka akan menyebabkan tegangan listrik yang terjadi pada elektroda MN ikut berubah sesuai dengan informasi jenis batuan yang ikut terinjeksi arus listrik pada kedalaman yang lebih dalam. Asumsinya bahwa kedalaman lapisan batuan yang bisa ditembus oleh arus listrik ini sama dengan separuh dari jarak AB atau lebih dikenal dengan AB/2, sehingga dapat diperkirakan pengaruh dari injeksi aliran arus listrik ini akan berbentuk setengah bola dengan jari-jari bola AB/2. Umumnya lapisan batuan tidak mempunyai sifat homogen sempurna, seperti yang menjadi syarat pada pengukuran geolistrik. Untuk posisi lapisan batuan yang terletak dekat dengan permukaan tanah akan sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran tegangan dan ini akan membuat data geolistrik menjadi menyimpang dari nilai sebenarnya. Faktor yang dapat mempengaruhi homogenitas lapisan batuan adalah fragmen batuan lain yang tersisipkan pada lapisan batuan yang ada, faktor lainnya: ketidak-seragaman dari pelapukan batuan induk, material yang terkandung pada keadaan jalan, genangan air pada daerah

setempat, pipa yang tertanam di bawah permukaan tanah dari bahan logam yang bisa menghantar arus listrik, pagar kawat yang terhubung ke tanah dll. Asumsi yang selalu digunakan dalam metode geolistrik resistivitas adalah bumi bersifat homogen isotropis. Ketika arus diinjeksikan ke dalam bumi, pengaruh dalam bentuk beda potensial yang diamati secara tidak langsung adalah hambatan jenis suatu lapisan bumi tertentu. Namun nilai ini bukanlah nilai hambatan jenis yang sesungguhnya. Hambatan jenis ini merupakan besaran yang nilainya tergantung pada spasi elektroda yang dipakai. Padahal kenyataannya bumi terdiri dari lapisan-lapisan dengan nilai resistivitas yang berbeda-beda, sehingga potensial yang diukur merupakan pengaruh dari lapisan-lapisan tersebut. Hambatan jenis ini disebut hambatan jenis (resistivitas) semu. Resistivitas semu dirumuskan dengan:
V I

=K a
dimana :
a

: Resistivitas semu ( m ) K : Faktor Geometris ( m )

V : Beda potensial ( V ) I : Kuat arus ( A )

2. Metode Pengukuran Resistivitas batuan (di lapangan) dapat diukur secara tidak langsung dengan memasukkan (dan juga mengukurnya) arus listrik ke dalam tanah melalui 2 titik (elektroda) di permukaan tanah dan mengukur beda potensial antara 2 titik yang lain dipermukaan (gambar 1). amperemeter voltmeter A M N B

Gambar 1. Susunan elektroda untuk pengukuran resistivitas di lapangan

Elektroda A dan B disebut elektroda arus, sedangkan elektroda M dan N disebut elektroda tegangan (potensial elektrode). Instrument : Peralatan metode geolistrik (resistivity) yang diperlukan antara lain : Resistivity Meter Kabel 4 gulung Baterai GPS Roll meter Alat tulis Palu Perangkat lunak (IPI2Win demo version)

Gambar 2. Alat-alat metode resistivitas

Sounding dan Traversing (mapping) Sounding adalah penyeledikan perubahan resistivitas bawah permukaan kearah vertical. Caranya: pada titik ukur tetap, jarak elektroda arus dan tegangan diubah / divariasi. Konfigurasi elektroda yang biasanya dipakai adalah konfigurasi Sclumberger. Traversing atau mapping adalah penyelidikan perubahan resistivitas bawah permukaan ke arah lateral (horisontal). Caranya: dengan jarak elektroda arus dan

tegangan tetap, titik ukur dipindah / digeser secara horisontal. Konfigurasi elektroda yang biasa dipakai adalah konfigurasi wenner atau dipole-dipole. Akuisisi Data Pengambilan data dilakukan sesuai dengan konfigurasi yang dipakai. Pengukuran dimulai dengan mengukur jarak antara elektroda, kemudian elektroda arus dan tegangan ditancapkan sesuai dengan konfigurasi. Setelah itu, tembakan arus kedalam tanah dan catat nilai tegangan yang terukur. Pindahkan elektroda dan lakukan hal yang sama denganmemberi arus dan mengukur besar tegangannya. Dalam suatu pengukuran dilapangan, setelah mendapatkan hasil pengukuran maka akan dilakukan akuisisi data hasil pengamatan. Akuisis data yang dilakukan berdasarkan beberapa metode geolistrik, yaitu: 1. Konfigurasi Wenner Konfigurasi Wenner tersusun atas 2 elektroda arus dan 2 elektroda potensial. Elektroda potensial ditempatkan pada bagian dalam dan elektroda arus dibagian luar dengan jarak antar elektroda sebesar a. Konfigurasi ini digunakan dalam pengambilan data secara lateral atau mapping. Faktor geometris untuk konfigurasi ini sebesar
2 a V = 2 a I

, sehingga besar resisitivitas semu adalah:

Gambar 3. Konfigurasi Wenner dan Konfigurasi Elektrodanya

2. Konfigurasi Schlumberger

Merupakan konfigurasi yang hampir sama dengan Wenner, hanya saja jarak elekroda potensial dibiarkan tetap, pengukuran dilakukan dengan memindahkan elektroda arus ke arah luar. Jarak antara elektroda AM dan NB sama (AM = NB), sedangkan untuk jarak MN tetap. Faktor geometris untuk konfigurasi Schlumberger sebesar dan besar resistivitas semu adalah:

b( b + a ) a

V b( b + a ) I a

Gambar 4. Konfigurasi Schlumberger dan Konfigurasi Elektrodanya

3. Konfigurasi Dipole-Dipole Konfigurasi dipole-dipole menggunakan 4 elektroda yang terdiri dari 2 elektroda arus dan 2 elektroda potensial. Jarak antara AB = MN sebesar a sedangkan elektroda arus dan potensial dipisahkan oleh jarak na dimana n merupakan faktor kali dari pemindahan elektroda potensial. Dengan susunan konfigurasi tersebut maka didapatkan nilai faktor geometris sebesar

an( n + 1)( n + 2)

, dan resistivitas semu:

= an( n + 1)( n + 2 )

V I

Gambar 5. Konfigurasi Dipole-dipole dan Konfigurasi Elektrodanya

1. Pengolahan data
a. Mapping Data resistivitas yang diperoleh di lapangan diplot di dalam sebuah peta sesuai dengan tempat pengukurannya. Berdasar data yang diplot di peta tersebut di buat kontur yang menghubungkan harga resistivitas yang sama (isoapparent resistivity). Interpretasi dilakukan secara langsung dari pola kontur resistivitas yang ada.

b.

Sounding Ada dua cara untuk mengolah data sounding, yaitu dengan tekhnik curva

matching dan dengan teknik inversi (menggunakan program komputer). Adapun langkah-langkah untuk melakukan pengolahan dengan kurva matching dilakukan sebagai berikut : 1. Buatlah koordinat kartesian kedalam kertas bilog dengan sumbu x untuk jarak spasi dan sumbu Y untuk nilai resistivitas. 2. Masukan data nilai resistivitas dengan jarak spasi kedalam kertas bilog. 3. Hubungan titik-titik yang telah diplot sehingga membentuk suatu kurva. 4. Plot kurva yang telah dibentuk kedalam kurva standar. 5. Tandai setiap nilai kurva yang memotong nilai pada kurva standard an catat nilai dan jaraknya. Lakukanuntuk setiap nilai yang yang lainnya. 6. Hitung nilai ketebalan dan resistivitas lapisan dengan fungsi. Sedangkan pengolahan data dengan metode inversi membantu pengolahan data menjadi lebih mudah. Program komputer yang digunakan yaitu surver version 8, Res2dinv version 3.5 dan IPI2WIN version 2.6.3.a. Setelah mendapatkan hasil pengolahan data, maka data tersebut baru dapat diinterpretasikan. Berikut ini adalah contoh hasil data yang diperoleh dari pengukuran menggunakan geolistrik: 1. Konfigurasi Wenner a 2 4 V (mV) 13.502 4.915 I (mA) 2.058 2.058

6 8 10 12 14 16 18 20

2.819 1.852 1.438 1.205 0.958 0.753 0.64 0.554

2.058 2.058 2.058 2.058 2.058 2.058 2.058 2.058

2. Konfigurasi Schlumberger AB/2 MN/2 V (mV) I(mA) 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 70.399 18.239 8.515 4.84 3.081 2.276 1.821 1.459 1.363 1.211 1.271 1.622 1.025 0.876 0.793 1.231 0.657 2.058 2.058 2.058 2.058 2.058 2.058 2.058 2.058 2.058 2.058 2.058 2.058 2.058 2.058 2.058 2.058 2.058

3. Konfigurasi Dipole-Dipole Dat N o a Poi nt 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 10 20 30 40 50 60 20 30 40 50 60 30 40 50 60 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 3 3 3 3 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1.312 0.327 0.392 0.165 0.416 0.5224 0.29 132.22 0.172 0.103 33.196 25 0.3 84.539 0.385 28.408 2.05 8 2.05 8 2.05 8 2.05 8 2.05 8 2.05 8 2.05 8 2.05 8 2.05 8 2.05 8 2.05 8 2.05 8 2.05 8 2.05 8 2.05 n A V (mV) I

5 1 6 1 7 1 8 1 9 2 0 4. Interpretasi data 40 50 60 50 60 4 4 4 5 5

0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 0.512 0.431 0.4715 0.401 0.431

8 2.05 8 2.05 8 2.05 8 2.05 8 2.05 8

Hasil akhir data dari ketiga konfigurasi dalam metode resistivity dapat dilakukan interpretasi data guna untuk menentukan bidang glincir di daerah survey, dimana bidang tersebut diperkirakan dapat menyebabkan tanah longsor. Dengan menggunakan data skunder berupa peta geologi daerah survey dan tabel konversi harga resistivity menjadi jenis lapisan batuan, dapat diketahui penyusun lapisan daerah survey.

Gambar 6. Daftar konversi tahanan jenis ke lapisan batuan

Konfigurasi schlumberger Data hasil akhir dari konfigurasi schlumberger yang ditunjukkan pada gambar
Batupasir Shale,m Batupasi halus, Batu pasir sangat Breksi,m halus, 16.9 klastik, 591 108 135 karbonat, 29.7m 659 karbonat 300m Volcs batupasir karbonat kasar kasar, klastik

di bagian pengolahan data, dapat di interpretasikan sebagai berikut:

Gambar 7. Bagan konversi tahanan jenis ke lapisan batuan

Pada gambar bagan konversi tersebut memberikan interpretasi lapisan batuan penyusun daerah survey, pada lapisan pertama memiliki nilai resistivity sebesar 659 m dengan ketealan 1.81 m pada kedalaman -1.81 m merupakan lapisan breksi atau karbonat, lapisan kedua memilki resistivity 29.7 m dengan ketealan 0.897 m pada kedalaman -2.707 m merupakan lapisan batupasir kasar atau klasik. Lapisan ketiga memiliki resistivity 108 m dengan ketebalan 1.53 m pada kedalaman -4.237 m yang merupakan lapisan batupasir halus atau karbonat, lapisan keempat memiliki resistivity 16.9 m dengan ketebalan 0.908 pada kedalaman -5.145 merupakan lapisan batuan shale, klastik atau batuasir kasar. Lapisan kelima memiliki resistivity 135 m dengan ketebalan 1.44 m pada kedalaman -6.585 m. lapisan keenam dan ketujuh masing masing memiliki resistivity 591 m dan 330 m dengan ketebalan 6.11 m dan 44.6 m pada kedalaman -12.69 m dan -57.29 m keduanya merupakan lapisan breksi, karbonat, atau volcs. Penafsiran data diatas memberikan informasi bahwa pada lapisan keempat yang memiliki resistivity 16.9 m dengan ketebalan 0.908 pada kedalaman -5.145 yang dapat diinterpretasikan sebagai lapisan batuan shale dapat diindikasikan bahwa lapisan ini bisa menjadi bidang gelincir pada daerah survey. Dikarenakan lapisan shale merupakan lapisan yang mengandung banyak air dan bagian atas dari lapisan ini bersifat licin dan memiliki daya ikat rendah terhadap lapisan diatasnya , jadi ketika curah hujan tinggi dan beban lapisan tanah semakin bertambah, maka lapisan keempat yang merupakan lapisan Shale akan memiliki pontensi untuk menyebabkan longsor. Konfigurasi wenner

55.26 22.15 13.18 77.43 109.5 m batupasir Hasil akhir dari data konfigurasi wenner yang Shale, klastik Batupasir,sangat Batupasir tufan kasar, batupasir halus, kasar, tufan kasar klastik batupasir karbonat memiliki range data resistivity antara 13 m 110 m

dapat diinterpretasikan seperti dibawah ini dengan mengkonversi harga resistivity ke dalam bentuk lapisan batuan:

Gambar 8. Bagan Konversi Resistivity ke Lapisan Batuan

Pada gambar diatas dapat membeberkan gambaran mengenai lapisan penyusun daerah survey, dimana pada lapisan pertama yang memiliki resistivity 109.5 m dengan ketealan 1.2 m pada kedalam -1.2 m merupakan lapisan batupasir halus atau karbonat. Lapisan kedua memiliki resistivity 55.26 m dengan ketebalan 4.102 m pada kedalaman -5.302 m merupakan lapisan batupasir tufan kasar. Lapisan ketiga memiliki resistivity 22.15 m dengan ketebalan 2.52 pada kedalaman -7.822 m merupakan lapisan batupasir sangat kasar atau klastik. Lapisan keempat memiliki resistivity 77.43 dengan ketebalan 5.633 m pada kedalaman -13.455 m yang merupakan lapisan batupasir tufan kasar. Lapisan kelima memiliki resistivity 13.18 m dengan ketebalan lapisan 2.722 m pada kedalaman -16.177 m merupakan lapisan shale atau klastik Lapisan batuan dari daerah survey yang sudah diketahui dengan menginterpretasikan data akhir dari konfigurasi wenner, dapat memberikan gambaran mengenai struktur lapisan batuan penyusun daerah survey. Kelima lapisan yang sudah diketahui diatas, pada lapisan kelima yang memiliki resistivity 13.18 m dengan ketebalan lapisan 2.722 m dan pada kedalaman -16.177 m yang dapat diinterpretasikan sebagai lapisan shale atau klastik memberikan indikasi bahwa lapisan ini bisa menjadi lapisan penyebab longsor jika curah hujan di daerah survey memiliki intensitas tinggi.

Konfigurasi dipole-dipole Data akhir konfigurasi dipole-dipole yang diolah menggunakan software
Igneous Karbonat, Shale, m5669 606 m-194 m 18231 Klastik, m 20.1m rock 56729 volcs, batupasir, m igneous rock karbonat

Res2Dinv dapat diinterpretasikan sebagai berikut:

Gambar 9. Bagan konversi nilai resistivity ke lapisan batuan

Pada gambar bagan konversi nilai resistivity ke dalam jenis lapisan batuan pada gambar diatas dapat memberikan gambaran sebaran resistivity dalam bentuk 2D. Data tersebut memberikan informasi bahwa pada lapisan teratas yang memiliki range nilai resistivity antara 10 m 194 m dengan kedalaman berkisar antara 1.71 m dan 5.13 meter yang merupakan lapisan Shale, Klastik, Batupasir, atau karbonat. Dan lapisan kedua yang memiliki dan lapisan terbawah yang memiliki range nilai resistivity antara 606 m 5669 m dengan kedalaman berkisar antara 5.13 m - 8.72 m merupakan lapisan Karbonat, Volcs, atau Igneous rock dan lapisan ketiga yang memiliki range nilai resistivity antara 18231 m 56729 m dengan kedalaman berkisar antara 8.72 m 17 m dapat diinterpretasikan sebagai lapisan igneous rock. Hasil interpretasi dari data konfigurasi dipole-dipole tidak dapat memberikan informasi yang mendukung dikarenakan kesalahan relative atau error yang dihasilkan dalam pengolahan data konfigurasi dipole-dipole sebesar 184.9%, oleh kerena itu dengan menginterpretasikan data ini guna untuk mengetahui letak bidang glincir dari lapisan batuan daerah survey tidak mungkin untuk mengetahui letaknya sesuai atau mendekati sebenarnya.

MAKALAH GEOLISTRIK
METODE RESISTIVITY

Disusun oleh: Akhmad Afandi Ardian Setya A Asep Setyo B Andri Ibadurohman Lalu Ahmad D Panji A.P (0710930002) (0710930018) (0710930022) (0710930040) (0710933004) (0810930006)

JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011 DAFTAR PUSTAKA Waluyo. 2001. Panduan Workshop Eksplorasi geofisika (Teori & Aplikasi). Metode Resistivitas. Laboratorium Geofisika, fakultas MIPA, UGM. Jogjakarta. Mardiana,Undang. 2006. Nilai Tahanan Jenis Batuan Daerah Mataair Desa Saba Kecamatan Blah Batuh Kabupaten Gianyar Provinsi Bali http://www.scribd.com/doc/18791941/metode-resistivitas diunduh pada tanggal 7 Maret 2011

You might also like