You are on page 1of 13

UNIVERSITAS JEMBER FAKULTAS PERTANIAN JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN LABORATORIUM TEKNOLOGI BENIH DAN PEMULIAAN TANAMAN

LAPORAN PRAKTIKUM NAMA NIM GOLONGAN/ KELOMPOK ANGGOTA : ADITA MARTALENNI : 091510501013 : C1 / 1 : 1. AULIA YUDHAWATI (09-1015) 2. NUR FADELI 3. TATU FAUZIAH 4. ASWAR ANNAS 5. MANUEL EDISON ACARA PRAKTIKUM (09-1126) (09-1145) (09-1148) (09-1150)

: SELEKSI BENIH TANAH KERING MELALUI UJI CEKAMAN PEG

TANGGAL PRAKTIKUM TANGGAL PENYERAHAN ASISTEN

: 19 NOVEMBER 2010 : 26 NOVEMBER 2010 : 1. ANDRI SETYO N. 2. DWI MAI ABDUL IMAM B. 3. ANJAR RAMADHANI 4. NUR LAILI IKA 5. FITRIA TRISIANAWATI 6. ARIFIN SAID

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Selama siklus hidup tanaman, mulai dari perkecambahan sampai panen selalu membutuhkan air. Tidak satupun proses kehidupan tanaman yang dapat bebas dari air. Besarnya kebutuhan air setiap fase pertumbuhan selama siklus hidupnya tidak sama. Hal ini berhubungan langsung dengan proses fisiologis, morfologis dan kombinasi kedua faktor di atas dengan faktor-faktor lingkungan. Kebutuhan air pada tanaman dapat dipenuhi melalui tanah dengan jalan penyerapan oleh akar. Besarnya air yang diserap, oleh akar tanaman sangat tergantung pada kadar air dalam tanah ditentukan oleh pF atau kemampuan partikel tanah memegang air, dan kemampuan akar untuk menyerapnya ( Jumin, 1992) Penyerapan air dalam tanah oleh akar sangat menentukan pemenuhan kebutuhan air pada tanaman. Besarnya air yang diserap oleh akar tergantung ketersediaan atau kadar air tanah yang ada dan laju transpirasi. Pada kondisi kadar air tanah rendah atau berada di bawah kapasitas lapang, dan dalam kondisi laju evapotranspirasi melebihi laju absorbsi air, maka tanaman akan dihadapkan pada kondisi cekaman air atau kekeringan (Sasli, 2004). Benih dimaksudkan sebagai biji tanaman yang dipergunakan untuk tujuan penanaman. biji merupakan suatu bentuk tanaman mini (embrio) yang masih dalam keadaan perkembangan yang terkekang. Umur simpan benih dipengaruhi oleh sifat benih, kopndisi lingkungan dan perlakuan manusia. Sedangkan daya simpan individu benih dipengaruhi oleh beberapa faktor sifat dan kondisi, yaitu pengaruh cekaman biotik dan abiotik, cekaman biotik yaitu sebagai dampak negatif dari faktor-faktor tumbuhan biologis pada organisme di lingkungan tertentu. sedangkan cekaman abiotik adalah sebagai dampak negatif dari faktorfaktor abiotik yang tidak menguntungkan dan yang berpengaruh buruk pada tanaman budidaya. Sudah dari zaman dahulu manusia telah mengetahui, bahwa benih dari kondisi penyimpanan tertentu dibandingkan dengan spesies lainya. Usaha memperbanyak tanaman dengan biji / benih mengalami banyak hambatan,

walaupun benih dikecambahkan pada kondisi lingkungan yang sesuai. Cekaman kekeringan pada tanaman disebabkan oleh kekurangan suplai air di daerah perakaran dan permintaan air yang berlebihan oleh daun dalam kondisi laju evapotranspirasi melalui laju absorbsi air oleh akar tanaman. serapan air oleh tanaman dipengaruhi oleh laju transpirasi system perakaran dan ketersediaan air tanah.

1.2 Tujuan Melatih mahasiswa agar dapat melakukan uji ketahanan benih terhadap kekeringan dengan uji cekaman menggunakan NaCl yang diberikan pada media perkecambahan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Kekeringan adalah kondisi dimana suatu benda kekurangan air atau bahkan benda tersebut sudah benar benar tidak mengandung air sedikitpun. Biasanya tanda tanda suatu benda terkena kekkeringan yaitu benda tersebut apabila disentuh tidak lengket. Dan kekeringan tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan hasil produksi suatu tanaman, karena air dalam hal ini sangat dibutuhkan oleh tanaman. Air memiliki peranan yang sangat penting bagi tanaman hal ini karena air merupakan penyusun utama dari protoplasma sel, sebagai bahan pelarut dan memberikan suatu media untuk pengangkutan. Air juga diperlukan dalam penyusunan senyawa baru, pemelihara tekanan turgor dan secara tidak langsung dapat memelihara suhu tanaman. Pertumbuhan akan menjadi tidak normal atau terganggu apabila tanaman tumbuh ditempat yang kelebihan atau kekurangan air. Gangguan pertumbuhan tanaman sebagai akibat kelebihandan kekurangan air berupa kelayuan tanaman (Suardi D, 2000). Faktor-faktor cekaman secara garis besar dibedakan atas dua yaitu cekaman biotik dan abiotik, cekaman biotik yaitu sebagai dampak negatif dari faktor-faktor tumbuhan biologis pada organisme di lingkungan

tertentu.Sedangkan cekaman abiotik adalah sebagai dampak negatif dari faktorfaktor non hidup yang tidak menguntungkan dan yang berpengaruh buruk pada tanaman budidaya. Beberapa contoh cekaman biotik yaitu HPT, virus, jamur, dan gulma sedangkan contoh cekaman abiotik yaitu cahaya, curah hujan, ph tanah, musim hujan atau kemarau dan suhu (Lita Sutopo, 1985). Benih tanaman mempunyai kemampuan berkecambah pada kisaran air tanah yang tersedia mulai dari kapasitas lapangan sampai titik layu permanen. Yang dimaksud dengan kapasitas layu lapangan dari tanah adalah jumlah air maksimum yang tertinggal setelah air permukaan terkuras dan setelah air yang keluar dari tanah disebabkan karena gaya habis. Sedangkan titik layu permanen adalah suatu keadaan dari kandungan air tanah dimana terjadi kelayuan pada tanaman yang tidak dapat kembali.

Air merupakan pembatas utama untuk produksi tanaman di lahan kering. Cekaman kekeringan sangat tidak diinginkan dalam budidaya tanaman karena dapat menghambat pertumbuhan dan produksi tanaman. Cekaman kekeringan berpengaruh terhadap aspek pertumbuhan tanaman meliputi anatomis, morfologis, fisiologis dan biokimia tanaman (Raper & Krapmer 1987). Respon tanaman terhadap stress air ditentukan oleh tingkat stress dan fase pertumbuhan tanaman saat cekaman. respon tanaman yang mengalami kekeringan mencakup perubahan di tingkat selular dan molekuler seperti pertumbuhan tanaman, volume sel menjadi lebih kecil, penurunan luas daun daun menjadi tebal, adanya rambut pada daun, sensitivitas stomata, penurunan laju fotosintesis, perubahan metabolisme karbondioksida dan nitrogen, perubahan produktivitas enzim dan hormon. Pada fase pertumbuhan vegetatif, ketersediaan air berpengaruh terhadap menurunnya kecepatan fotosintesis dan luas daun. Tanaman yang terkena cekaman kekeringan menyebabkan potensial air daun menurun, pembentukan klorofil terganggu dan struktur kloroplas mengalami disintegrasi. Penggunaan varietas toleran merupakan alternatif dalam budidaya kacang tanah di daerah lahan kering, karena lebih efisien dan praktis penerapannya. Untuk mendapatkan varietas toleran kekeringan dapat dilakukan melalui induksi variasi somaklonal dan diikuti dengan seleksi in vitro. Seleksi in vitro dapat dilakukan dengan menggunakan polietilena glikol (PEG) sebagai selective agent untuk mengidentifikasi sel atau jaringan tanaman kacang tanah yang tidak mati karena PEG. Senyawa ini merupakan senyawa osmotikum untuk perlakuan cekaman air pada tanaman (van der Weele et al. 2000). Penambahan PEG dalam larutan atau media tanam dapat menurunkan potensial air media, sama dengan penurunan potensial air tanah yang mengarah pada kekeringan. Semakin pekat konsentrasi PEG yang diberikan semakin rendah potensial air larutan mengakibatkan cekaman bertambah.

III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Percobaan praktikum tentang Seleksi Benih Tanah Kering Melalui Uji Cekaman PEG dilakukan di Laboratorium Pemuliaan dan Teknologi Benih Fakultas Pertanian Universitas Jember, pada hari Jumat tanggal 19 November 2010 WIB sampai selesai.

3.2

Alat dan Bahan

3.2.1 Alat 1. Pinset 2. Alat pengecambah 3. Substrat kertas merang

3.2.2 Bahan 1. Benih jagung varietas lokal 2. Benih jagung varietas hibrida 3. Air 4. NaCl

3.3 Cara Kerja 1. Membuat larutan NaCl dengan konsentrasi 0% , 2% , 4% atau 0 ; 2 ; 0,4 m dalam 0,2 m (setara 7,6 atmosfir tekanan osmose) . Melarutkan 11,7 g NaCl dalam 1 liter air, dan memberi air tanpa NaCl dengan konsentrasi 0%. 2. Merendam substrat kertas merang pada larutan dengan konsentrasi yang telah dibuat sehingga semua bagian kertas basah merata. 3. Menanam benih jagung lokal dan hibrida pada substrat tersebut dengan metode UKDdp sebanyak 25 butir perulangan, mengulang sebanyak 3 kali.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
TABEL PENGAMATAN PERKECAMBAHAN BENIH DAN BOBOT TANAMAN

Perkecambahan Jenis Beni h Konsen trasi NaCl U L. Nor mal 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 1 2 25 25 7 6 25 25 Hari Ke-3 Abno rmal Mat i Nor mal 24 25 20 14 18 17 22 24 Hari Ke-5 Abnor mal 1 5 10 18 20 6 3 3 1 20 24 M ati 1 6 5 1 5 5 1

Bobo Bob t ot Basa Keri h ng Tajuk Taju +Aka k+A r kar 14,47 13,38 2,45 2,3 0,2 0,15 21,62 23,44 2,04 3,18 0,86 0,72 1,34 1,23 0,39 0,3 0,05 0,02 4,64 0,32 0,32 0,38 0,39 0,17

0% (0 m) Varie tas I 2% (2 m) 4% (4 m) 0% (0 m) Varie tas II 2% (2 m) 4% (4 m)

4.2 Pembahasan Berdasarkan data yang diperoleh yang di aplikasikan dengan metode pemberian tiga konsentrasi PEG (PollyEtilene Glycol ) yang berbeda pada perkecambahan benih jagung yang berbeda varietas menunjukan daya adaptasi yang rata-rata sama, yang mana pada tempat perlakuan yang diberikan yaitu

konsentrasi NaCl, antara 0 gram/liter, 2 gram/liter, dan 4 gram/litermenujukan daya adaptasi yang berbeda tergantung pada jenis benih jaguing dan juga seberapa besar konsentrasi PEG yang diberikan. Pada konsentrasi PEG 0 gram/liter terlihat daya adaptasi pada tiga benih jagung ini rata-rata tinggi dan angka abnormal maupun angka kematian rendah pada pengamatan hari ke-3, hal ini menunjukan bahwa pada kondisi normal tanpa pemberian PEG ini, benih mampu tumbuh dengan normal. Pada konsentrasi PEG 2 gram/liter daya kecambahnya tinggi sebaliknya angka abnormal dan angka kematian rendah, hal ini menunjukan bahwa pada konsentrasi PEG yang sekian tanaman atau benih dapat berkecambah dengan baik, dan mampu beradaptasi dengan lingkungan sehingga setelah melakukan pengamatan pada hari ke-5 tanaman memiliki angka abnormal dan angka kematian rendah. Pada konsentrasi PEG 4 gram/liter, benih banyak yang tumbuh tidak normal, dan angka kematian benih relatif lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi 0 gram/liter dan 2 gram/liter. Kebutuhan pangan dunia semakin meningkat seiring dengan semakin pesatnya petumbuhan penduduk dan perkembangan industri pakan dan pangan. Namun demikian, pada kenyataannya produsen pangan tidak mampu memenuhi kebutuhan konsumen yang semakin meningkat dan beragam. Upaya yang sedang dilakukan untuk menjawab permasalahan pangan tersebut adalah dengan mengintensifkan kegiatan pemuliaan. Pemuliaan tanaman merupakan suatu metode yang mengeksploitasi potensi genetik tanaman untuk memaksimumkan ekspresi dari potensi genetik tanaman pada suatu kondisi lingkungan tertentu. Benih ataupun bibit, sebagai produk akhir dari suatu program pemuliaan tanaman, yang pada umumnya memiliki karakteristik keunggulan tertentu, mempunyai peranan yang vital sebagai penentu batas-atas produktivitas dan dalam menjamin keberhasilan budidaya tanaman. Sampai saat ini, upaya perbaikan genetik tanaman di Indonesia masih terbatas melalui metode pemuliaan tanaman konvensional, seperti persilangan, seleksi dan mutasi, dan masih belum secara optimal memanfaatkan aneka teknologi pemuliaan modern yang saat ini

sangat pesat perkembangannya di negara-negara maju. Tujuan pemuliaan ini berkisar pada upaya peningkatan produktivitas, ketahanan terhadap hama dan penyakit utama dan toleransi terhadap cekaman lingkungan, terutama kekeringan. Faktor kekeringan pada tanaman merupakan salah satu masalah utama bagi pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman. Kekeringan dapat memberikan pengaruh yang cukup berarti dan dampaknya bisa menjadi permanen apabila tidak diatasi dengan segera. Kekurangan air secara internal pada tanaman berakibat langsung pada penurunan pembelahan dan pembesaran sel. Pada tahap pertumbuhan vegetatif, air digunakan oleh tanaman untuk pembelahan dan pembesaran sel yang terwujud dalam pertambahan tinggi tanaman, pembesaran diameter, perbanyakan daun, dan pertumbuhan akar. Benih berbeda dengan biji, benih dimaksudkaan sebagai biji tanaman yang dipergunakan untuk tujuan penanaman. Biji merupakan suatu bentuk tanaman mini (embrio) yang masih dalam keadaan perkembangan yang terkekang. Benih (biji) mempunyai arti dan pengertian yang bermacam-macam, tergantung dari bidang dan segi mana peninjauannya..Benih merupakan masukan yang penting dalam proses produksi tanaman. Kualitas benih sangat berpengaruh terhadap penampilan dan hasil tanaman. Benih adaah bahan tanam yang terbentuk dari biji yang sudah terpilih atau memenuhi persyaratan tertentu. Benih yang merupakan bahan tanam yang akan menjadi tanaman dewasa akan dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dengan baik apabila terjadi keseimbangan antara faktor biotik dan abiotik, namun apabila salah satu factor tersebut berlebihan atau mengalami kekurangan maka tanaman akan dapat mengalami cekaman atau stress. Salah satu cekaman yang dialami tanaman adalah cekaman kekeringan air. Faktor air dalam fisiologi tanaman merupakan faktor utama yang sangat penting. Tanaman tidak akan dapat hidup tanpa air, karena air adalah matrik dari kehidupan, bahkan makhluk lain akan punah tanpa air. Kramer menjelaskan tentang betapa pentingnya air bagi tumbuh-tumbuyhan; yakni air merupakan bagian dari protoplasma (85-90% dari berat keseluruhan bahagian hijau tumbuhtumbuhan (jaringan yang sedang tumbuh) adalah air. Air juga merupakan reagen

yang penting dalam proses-proses fotosintesa dan dalam proses-proses hidrolik. Disamping itu juga merupakan pelarut dari garam-garam, gas-gas dan materialmaterial yang bergerak kedalam tumbuhtumbuhan, melalui dinding sel dan jaringan esensial untuk menjamin adanya turgiditas, pertumbuhan sel, stabilitas bentuk daun, proses membuk dan menutupnya stomata, kelangsungan gerak struktur tumbuh-tumbuhan. Penutupan stomata pada kebanyakan spesies akibat kekurangan air pad daun akan mengurangi laju penyerapan CO2 pada waktu yang sama dan pada akhirnya akan mengurangi laju fotosintesa . Disamping itu penutupan stomata merupakan faktor yang sangat penting dalam perlindungan mesophyta terhadap cekaman air yang berat. Dengan demikian ukuran dan kerapatan stomata yang lebih rendah dapat mencegah transpirasi yang lebih besar, sehingga kehilangan air yang berlebihan dapat ditekan. Semakin banyak stomata pada daun atau semakin tinggi kerapatan stomata berarti semakin banyak ruang pada daun yang dapat melepaskan air ke atmosfir. Cekaman kekeringan pada tumbuhan dapat disebabkan oleh dua faktor, yaitu kekurangan suplai air di daerah perakaran atau laju kehilangan air

(evapotranspirasi) lebih besar dari absorbsi air meskipun kadar air tanahnya cukup. Namun, cekaman air dapat saja terjadi dalam kondisi air yang berlebihan sehingga dapat merugikan tumbuhan. Soenarto juga mengklasifikasikan, bahwa respon tumbuhan terhadap cekaman kekeringan dalam menit terjadi penyusustan seketika laju pemanjangan daun dan akar, dalam jam laju pemanjangan kembali normal tapi lebih rendah, dalam hari laju mekarnya daun berkurang, dalam minggu jumlah pucuk lateral berkurang, dalam bulan mengubah saat pembungaan dan penyusutan produksi biji. Dan ketika air dalam kondisi berlebihan, sel akan mengalami turgor berlebihan yang pada akhirnya akan menyebabkan sel pecah dan organ tumbuhan menjadi rusak/mati. Cekaman air dapat disebabkan oleh beberapa kondisi lingkungan yang memacu kehilangan air dari sel seperti kekeringan, kegaraman, dan cekaman udara dingin. Cekaman air menyebabkan terjadi perubahan proses biokimiawi dan fisiologis dalam sel tanaman. Sintesis beberapa senyawa osmoregulator seperti

prolin, gula dan gula alkohol dilaporkan meningkat pada banyak spesies tanaman selama cekaman air. Terdapat tiga pendekatan yang harus dilakukan dalam upaya penanggulangan masalah kekeringan, yaitu pertama melalui pendekatan strategis, yaitu

pendekatan yang dimaksudkan untuk analisis data iklim yang bersifat rata-rata dengan menggunakan data historis untuk keperluan perencanaan yang bersifat umum (skala luas) dan .jangka panjang, selain itu dalam pendekatan strategis ini dilakukan melalui identifikasi wilayah menurut status, tingkat dan intensitas kekeringan berdasarkan neraca air dan lengas dan kajian terhadap pola curah hujan. Hasil yang diperoleh dari pendekatan strategis yaitu lokasi-lokasi yang rawan terhadap kekeringan dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan berbagai tindak kebijakan. Kedua yaitu pendekatan taktis, Pendekatan ini didasarkan kepada pengembangan metode dan teknik ramalan musim yang lebih handal. Ketiga yaitu pendekatan operasional, pendekatan ini dilakukan untuk mengantisipasi dan 3 menanggulangi bencana yang memang tak terhindarkan, berupa upaya penanggulangan dan penyelamatan tanaman ketika ramalan musim meleset, termasuk dalam hal ini pengalihan irigasi, penyesuaian pola tanam dan ketersediaan air.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 1. Cekaman air dapat disebabkan oleh beberapa kondisi lingkungan yang memacu

kehilangan air dari sel seperti kekeringan, kegaraman, dan cekaman udara dingin. 2. Tanaman banyak yang mengalami abnormal pada hari ke 5 disebabkan tanaman tidak tahan terhadap cekaman air dan kekeringan.

5.2 Saran Sebaiknya praktikan lebih berhati-hati dan teliti dalam memasukkan benih ke dalam kertas merang dan hati-hati dalam merendamnya, dikarenakan faktor kelebihan air menjadi faktor utama penyebab keberhasilan uji cekaman ini.

DAFTAR PUSTAKA

Jumin, H. B. , 1992, Ekologi Tanaman suatu Pendekatan Fisiologi, Rajawali Press, Jakarta. Sasli, I. 2004. Peranan Mikoriza Vesikula Arbuskula (MVA) dalam Peningkatan Resistensi Tanaman terhadap Cekaman Kekeringan. Makalah pribadi Pengantar ke Falsafah Sains (PPS702). Sekolah Pasca Sarjana / S3. Institut Pertanian Bogor.Mei 2004. Suardi D, 2000. Perakaran Padi dalam Hubungannya dengan Toleransi Tanaman terhadap Kekeringan dan Hasil. Litbang Pertanian. Sutopo, Lita. 1985. Teknologi Benih. Malang. Rajawali press
Raper CD, Kramer PJ. 1987. Stress physiology. In : Wilcox JR, (Ed.). Soybean : improvement, production and uses. 2nd edition. New York, American Society of Agronomy, Inc. P 589 - 625

You might also like