Professional Documents
Culture Documents
Dimana: Id = Arus Diferensial (A) Ip = Arus Sisi Masuk (A) Is = Arus Sisi Keluar (A)
Jika besarnya ip = is maka relai tidak bekerja, karena tidak ada selisih arus (i = 0), tetapi jika besarnya arus ip is maka relai akan bekerja, karena adanya selisih arus (i 0). Selisih arus ini disebut arus diferensial. arus inilah yang menjadi dasar bekerjanya relai diferensial.
Kondisi Normal Gambar 2. menunjukkan relai diferensial dalam keadaan arus normal, dimana Ip dan Is sama besar dan berlawanan arah.
Maka tidak ada tegangan yang melintasi coil relay dan tidak ada arus yang mengalir pada relai tersebut, sehingga relai diferensial tidak bekerja.
Gangguan diluar daerah yang dilindungi Pada gangguan diluar (eksternal) daerah proteksi relai diferensial (diluar kedua trafo arus), relai diferensial tidak akan bekerja, karena Ip dan Is sama besar dan berlawanan arah (Id = Ip + Is = 0 Ampere, Idif = IP + IS = 0 Ampere), seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 3. berikut.
Gangguan di dalam daerah yang dilindungi Untuk gangguan didalam (internal) daerah proteksi relai diferensial (diantara kedua trafo arus), Ip dan Is searah.
Karena arus akan menuju titik gangguan, sehingga relai diferensial akan bekerja, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.
Gambar 4. Relai Diferensial Saat Gangguan Internal Pada saat ada arus yang mengalir lewat relai, maka relai akan mengirim sinyal pada lock out relay. Sinyal ini akan di teruskan ke C/S dan memerintahkannya untuk lock out sehingga aliran energi listrik terputus, maka transformator tenaga yang diamankan bebas dari pengaruh gangguan yang ada.
III. Restraining
Untuk menahan relay bekerja disaat terjadinya kesalahan kerja ratio CT mismatch, pergeseran fasa akibat belitan transformator tenaga terhubung (Y) (), inrush current, perubahan tap tegangan, perbedaan kesalahan CT di daerah jenuh (Saturasi CT). Pada relai diferensial ditambahkan kumparan yang menahan bekerjanya relay. Kumparan ini di sebut Restraining Coil . sedangkan kumparan yang mengerjakan relai tersebut di sebut Operating
Coil.
Arus diferensial didapat dari menjumlahkan komponen arus sekunder perfasa di belitan 1 (| I1 |) dan belitan 2 (| I2 |) secara vector perfasa. Jika arus berlawanan dalam arti yang satu menuju relai dan yang yang lainnya meninggalkan relai, maka akan saling mengurangi dan sebaliknya jika arus searah berarti yang kedua-duanya menuju atau meninggalkan relai, maka akan saling menjumlahkan. Arus penahan (restrain) didapat dari arus maksimal komponen arus sekunder perfasa di belitan 1 (| I1 |) dan belitan 2 (| I2 |).
IV. Saturation ( CT )
Karakteristik kelengkungan magnetik dari CT1 dan CT2, terutama pada arus hubung singkat yang besar yang menyebabkan arus sekunder tidak lagi linier terhadap arus primer. i 1 - i2 i2 i1
CT1 CT2 i =Perbedaan arus sekunder CT1 dan CT2
Ideal
i = i1 - i2 i
IF
IV. Slope
Slope adalah karakteristik (kecuraman / kelengkungan) yang didapat dari membagi antara komponen arus diferensial ( Id ) dengan arus penahan ( Ir ).
Slope 1 akan menentukan arus diferensial dan arus penahan pada saat kondisi normal dan memastikan sensitifitas relai pada saat gangguan internal dengan arus gangguan yang kecil. Sedangkan Slope 2 berguna supaya relai tidak kerja oleh gangguan eksternal yang berarus sangat besar sehingga salah satu CT mengalami saturasi (diset dengan slope lebih dari 50%).
Tabel hubungan CT pada trafo daya dengan ACT Jika pengawatan relai diferensial tidak menggunakan ACT maka pengawatannya dapat dilihat pada tabel dibawah, dimana bila trafo daya dihungkan bintang maka trafo arusnya(CT) dihubungkan segitiga dan sebaliknya jika trafo daya hubungannya segitiga maka hubungan CT nya adalah bintang.
Hubungan CT Y