Professional Documents
Culture Documents
ISSN 0854-3283
jfihrgrai
Nomw go,t{1n
xvflI,
Desen6er
rm7
&ra
Penanggunglawab Dr. Dendy Sugono
Penyelia Prof. Dr. Aron Meko Mbete Prof. Dr.I Made Suastika, S.U.
Penyunting Dra. Ida Ayu Mirah Purwiati, M.Hum. Drs. I Nengah Sukayana, M.Hum. Dra. Ni Luh Partami, M.Hum. Dra. Ni Putu Ekatini Negari, M.Hum. Drs. I Made Purwa, M.Hum.
Pelaksana I Gusti Agung Pitri Susanti, S.S. Cok Istri Adnyaswari, S.S. Staf Administrasi Anak Agung Rai Agung I Made Maryata, S.E. Pracetak
SlamatTrisila
Gambar Sampul Lukisan karya Soenaryo (2005) dalam Treasures of Bali
Alamat Redaksi )alan Trengguli I Nomor 20, Tembau Denpaslrr 80238 Telepon (0351) 461774, Faksimile (0361) M3656
Dilarang memperbanyak dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis penulis, kecuali kutipan sebagian untuk pelengkap pembahasan
oesenrfur eooT
DAFTAR ISI
iii
V
1.
Bandana
Penulisan Kata Baku Bahasa Indonesia pada Karya Tulis l1miah Siiwa Kelas 3 SMA Parisada Perhotelan Amlapura
Ni Luh
Partaffii ..
Zs
NiWayan
Sudiati....
gT
Bahasa Bali sebagai Bahasa Pergaulan Kelompok Etnik Jawa di Penebel, Tabanan I Nengah
Sulayana
48
di Bali
Arnaws..
................
TG
Bg
Kesalahan Penulisan Kata Berafiks pada MingguanPasruara Anak Agung Detai Sunihati.. 101 Representasi Pilihan Bahasa Wanita Perajin Batik Kota Pekalongan
di
L74
Struktur Puisi Bali Modern Sembah Sumengl<em ring I Mdmi Mfrde Pask Panuata
125
oesen6er L@7
Ariani
C-oralr
138
IQtlearuin Wretantala:
I Made
Sudiarga
Analisis Fungsi
152
Putra.......
166
HARA
Mayul<o...
174
vt
Abstrak
Bladbadaru merupakan salah satu repertorium bahasa Bali yang sering digunakan dalam wacana kebudayaan. Pada ragam lisan, bladbadan umumnya digqnakan pada situasi akrab sehingga repertorium ini dapat disebut gaya ujar intim (intimate style). Bladbadar? merupakan repertorium bahasa BaIi yffiig unik. Keunikan bladbadan dapat dikaji melalui dinamika semantik yang terdapat di dalamnya. Proses interpretasi semantik pada bladbadan melibatkan tiga perangkat emotif., yaitu perangkat emotif fonetik, leksikal, dan sintaksis. Ketiga perangkat emotif itu memiliki peran penting pada proses transposisi
semantik bladbadan. Berdasarkan temuan ini, bladbadan bukan semata-mata permainan bunyi.
bunyi hanyalah satu bentuk dari bentuk-bentuk bladbadan yang ada, yakni bladbadan dengan perangkat emotif fonetik. Bladbadan dengan perangkat emotif leksikal dan sintaksis ternyata tidak hanya menggunakan permainan bunyi sebagai instrumen pembentuk makna. Bladbadnn bukanpula metafora karena antara
Bladbadan sebagai permainan
kerangka, makna denotasi, dan makna aso-5iatifnya tidak memiliki hubungan semantik yang menjadi ciri sebuah metafora. Kata kunci :bladbadar, serulntik, perangkat emotif, pribahasa
unik dalam bahasa Bali. Dikatakan unik karena hanya dalam bladbadan
ditemukan fenomena transposisi semantik, yakni makna denotasi sebuah leksikon digunakan untuk memberi makna sebuah
4$fgg13,
Nomor lr,pbn.xvut, oesenfo
LooT
77
wrangkmnmotif DanTraws1nsisiseraanti&ba[alnslabbaban
memiliki makna denotasi 'antena', tetapi yang dimaksudkan dengan bladhadnn itu adalah nganten'menikah'. Uniknya, dalam
konteks tertentu penutur tidak menggunakan kata nganten untuk
menyatakan makna 'menikah'; penutur memilih kontruksi bladbadan ini. Bladbadan umumnya digunakan daiam wacana kebudayaan, sepertt : gaguritan, prosa berbahasa Bali, lagu pop Bali, dan wacana drama gong. Dalam kehidupan sehari-hari, bladbailnn umumnya digunakan dalam situasi tidak formal dan akrab sehingga repertorium bahasa Bali ini dapat dinyatakan sebagai gayaujar intim (intimatt style). Oleh pemerhati bahasa Bali, bladbadan dipandang secara berbeda. Ada dua pandangan terhadap fenomena repertorium bahasa Bali ini. Pandangan pertama menyatakarrbladbadan sebagai permainan bunyi dan pandangan kedua menyatakan bladbadan sebagai rnetafora. Perbedaan dua pandangan ini membingungkan guru bahasa Bali dalam memilih konsep pengajaranbladbadnn di
sekolah-sekolah. Fenomena lingual ini mendorong dilaksanakannya
2. Tiga Perangkat Emotif dalam Pembentukan Bladbadgn Bladbadarc, sebagai salah satu repertorium baha-sa Bali,
memiliki tiga komponen. Komponen pertama disebut giing, yakni ekspresi lingual yang berfungsi sebagai kerangka konstruksi blndb adan Komp onen ked ua adalah ar ti suj ati, yakni makna deno tas i dari kerangka bladbadan Komponen ketiga berupa sukwmanipun, yakni makna asosiatif atau maksud pragmatik dari penggunaan
bladbadnn (Ginarsa, 1985: 65; Simpen, 1988: 39; Gautama,1995:17; dan Tinggen, L995: 5). Untuk lebih memahami konsep bladbadan,
78
Desenbe
y LoaT
Nengah Arnawa
Kerangka
damar di abing
Denotasi
kunang-kunang
Asosiatif
/ Maksud
kuneng-kunengan
'berkunang-kunang'
peta
'gambar bumi'
'peta'
'ujaran' (rendah)'
alamiah pada tindak komunikasi, penutur dan petutur tidak pernah mengucapkan secara eksplisit kata yang digunakan untuk menyatakan makna denotasi. Kata yang bermakna denotasi hanya dikonsepkan dalam pikiran pelibat sebagai pijakan untuk
mengungkapkan dan memahami makna asosiatif bladhadan Proses psikolinguistik pembentukan dan pemaham an bladb adnn dapat divisualkan dalam bentuk bagan berikut ini.
Bagan
Bladbadsn
r--Maksud pragmatik
-r
I
B< 5
ox
[iDn
bo'
I I
Kerangka bladbadan
J
Petutur: proses decoding
Desem6e
LooT
79
Dalam bahasa Bali, ditemukan beraneka ragam bentuk bladbadan Adanya berbagai bentuk bladbadan mencerminkan diperankannya perangkat emotif yang berbeda dalam proses pembentukan dan pemaknaannya.Ultmann (1977 :135) merumuskan tiga perangkat emotif yangberbeda untuk mengungkapkan makna yaitu perangkat emotif fonetik, leksikal, dan sintaksis. Berdasarkan data yang diperoleh ketiga perangkat emotif itu berperan dalam pembentukan dan pemaknaan bladbadan Pemanfaatan ketiga perangkat emotif itu didukung oleh kaidah morfologis bahasa
Bali.
Perangkat emotif fonetik menekankan aspek keselarasan fonostlistik yang ditata secara sistematis. Ullmann (1.977:135) mengatakan, dalambanyak bahasa perubahan-perubahan rangkaian bunyi (fonotafrk) sering digunakan untuk mengungkapkan makna. Dikaitkan dengan bladbadan, perangkat fonetik ini tampak jelas pada data berikut ini.
(1) Gusti nambrang nd mangkin, arak tapd malu dukd di ?aftEreman (GK bait 23). Adinda tidak acuh sekarang, arak tapai, malu ketika di tempat tidur. 'Adinda malu ketika di tempat tidur.'
Bentuk arak tapd' arak tapai' merupakan keran gkabladbadnn. Kelompok kata arak tape bermakna denotasi berem'beram'. Dengan bantuan perangkat emotif fonetik, kata berem 'beram' itu diasosiasikan dengan ruerem y angberarti' tidur' . ]ika diperhatikan antara kata berem dan kata n eremt tampak adanya kemiripan fonotatik. Oleh karena itu, berem dan merern hanya memiliki asosiasi pada tataran bentuk. Selanjutnya,katamerem 'tidu5' pada tataran makna asosiasi mengalami proses derivasi dengan konfiks lpe -an) sehingga terbentuk katapantereftutn 'tempat tidur'. Proses ini menyebabkan arak tapd 'arak tapa{ dimaknai dengan panureman
'tempat tidur'. Dengan mengacu kepada bagan asosiasi makna yafig dikembangkan Ullmann (1977:63), proses pemaknaanarak tapi iua dapat digambarkan seperti berikut ini.
BO
Deserrbe
zool
NeWb Arnawa
'berem'
sl
'berem '
s2
'mergm'
s3
{E}
'pamereman'
s4
*.
Tl]
,
qn2 araktape
berem
.---- I +hr
1
I
ttl0l0ttl
+n4 pamereman
I I
I I
I
I I
Perangkat emotif
I(aidah
morfologis fonetik
dalam bahasa Bali
Bagan di atas dapat dijelaskan seperti berikut ini. Pertama, terdapat hubungan referensial antara arak tapd 'arak tapai' dan berem 'beram'. Bentuk arak tapi 'arak tapai' (q) merupakan ging dari konstruksi bladbadan itu. Kedua, kata berem (r1) memiliki hubungan referensial dengan s, yakni berem. Hubungan referensial
antara 11 dan s2 merupakan makna denotasi dari giing bladbadan itu. Ketiga, dengan batuan perangkat emotif fonetik, kata berem (ry) diasosiasikan dengan merem (n ) yu.tg memiliki makna referensial '77s7s1" tidur'. Karena adanya perangkatemotif fonetik, kata berem (q) memiliki hubungan asosiatif dengan kata merem (n ) pada tataran bentuk, sedangkan pada tataran makna hubungan asosiatif itu tidak terjadi. Keempat, kata merern mengalami prorses derivasi dengan konfiks {pe-an} sehingga terbentuk kata pameremaru 'tempat tidur'. Karena proses derivasi inilah r1 dan no memiliki asosiasi pada tataran bentuk dan makna. Berdasarkan adanya kemiripan fonotatik yang digunakan untuk mengungkapkan makna asosiatif bladbadan seperti pada kalimat (1), pandangan yang mengatakan bladbadan sebagai permainan bunyi dapat diterima. Akan tetapi, kenyataannya tidak semua bladbadan menggunakan proses rnodifikasi bunyi untuk mengungkapkan makna asosiasinya. Ditemukan sejumlah bentuk bladbadan yang pada tataran makna detonatif dan makna asosiatifnya menggunakan ekspresi lingual (kata) yang sama, tetapi dengan makna asosiasi.yang berbeda.
SAhrara,Nolflor
SotTbtxvut,oesemfurxool
gt
verangkmnmotif DanTraksltosisisevnanfikla[a.rnglabbaban
anteng ngayahin (GK Jika jadi luka di tangan, bisa berjumpa dengan adinda ... saya rajin melayani.
\lru
... tiang
'Jika
ad
melayanimu.'
dilimn'lukadi tangan' memiliki makna denotasi sida'luka teriris', tetapi maksud bladbadnn itu adalah sida 'dapat'. Dilihat dari aspek fonotatiknya, bentuk sida'luka di tangan tidak mengalami modifikasi bunyi untuk mengungkapkan sida' dapa( yang menjadi maksud blaitbadanitu. Oleh karena itu, bentuk-bentuk bladbadanseperti data pada kalimat (2) kurang tepat jika dikatakan sebagai permainan bunyi, dalam arti terjadinya proses modifikasi bunyi pada kata yang bermakna denotasi untuk mengungkap makna asosiasi bladbadan Bentuk-bentuk bladbadan seperti pada kalimat (2) lebih tepat dikatakan menggunakan perangkat emotif leksikal daripada permainan bunyi karena menggunakan dua kata yang berbeda, tetapi merniliki bentuk sama (homonim) secara utuh untuk motivasi semantik yang berbeda. Ullmann (1977:136) rnenjelaskan, dalam p enggunaan bahasa secara fi guratif perangkat emotif leksikal cukup potensial digunakan. Perangkat emotif leksikal dapat dieksplisitkan dengan menyejajarkan leksikon tanpa proses modifikasi bunyi guna mewujudkan motivasi semantik yang berbeda. Pemaknanaan bladbadan dengan perangkat emotif leksikal merupakan pemanfaatan relasi semantik homonimi untuk menghasilkan ekspresi linguai dengan makna figuratif untuk mencapai efek estetis-ernotif tertenfu . Selain perangkat emotif fonetik dan leksikal, penggunaan
Bladbadnn tatu
perangkat emotif sintaksis juga ditemukan dalam bla'dbadan. Ullmann $9n:137) mengatakary perangkat emotif sintaksis berupa susunan kata (ruord-order). Perangkat emotif sintaksis dapat juga
dipandang sebagai tautan sintagmatik, yakni hubungan linier antara unsur-unsur bahasa dalam tataran tertentu (Aminuddin,l 988:L08; Kridalaksana,1,993:1.99). Ini berarti, maksud sebuah bladbadan dapat ditentukan oleh hubungan linier (sintagmatik) dalam satuan kalimat tertentu.
Contoh
82
Jfrhsara,
Nor+ior
3otTfuXV[I,
Desembe,r zooT
Nengall Arnawa
(3a) Buin pidan gantin titiang nflap @L manyidanng l<etemu lamun idepd ing I Marcik. Kapan saat saya memetik padi, dapat berjumpa seperti
Kalimat (3a) dan (3b) menggunakan bentuk bladbadan yang sama, yakni ngalap pndi 'memetik padi' dengan makna
denotasi yang sama, yakni manyi 'menuai' tetapi digunakan untuk mengungkapkan makna asosiasi yang berbeda. Pada kalirnat (3a) ngalap p adi' memetik padi' dimaksudkan untuk mengungkapkan makna asosiatif manyidaang'dapat', sedangkan pada kalimat (3b) dimaksudkan untuk mengungkapkan makna asosiatif manyingal 'menggendong'. Pemaknaan ganda seperti ini terjadi karena kata manyi'menuai' dapat diasosiasikan pada tataran bentuk dengan manyingal' menggendong" dan many idaan g' dapat'. Fenomena ini dapat didiagramkan seperti berikut ini.
Bagan 3 Model PembentukanBladbadan dengan Perangkat Emotif Sintaksis
manyidrrang
manyi
'dapat'
'menuai'
manyingal
'menggendong' Pemaknaan bladbadan ngalap padi' memetik padi' yang memiliki makna denotasi manyi'menuai' diasosiasikan d.engan manyidaang' dap a{ pada (3a) dan dengan mnnyingal' menggendong'
dfihrara,
Nowwt
B3
wrangkmwnotif DanTronsynsisisenrarntil.balavunklbaban
pada (3b) lebih ditentukan oleh perangkat sintaksis atau tautan sintagmatik yang didukung oleh perangkat fonetik. ]ika konteks kalimat (3a) dan (3b) dihilangkan sehingga ngalap padi'memetik padi' menjadi bebas konteks, makna asosiasi bladbadan itu menjadi kabur. Terhadap bentuk-bentuk bladbadar seperti itu, selain perangat emotif fonetik, perangkat emotif sintaksis iugudigunakan unfuk merumuskan makna asosiasinya. Untuk membuktikan berperannya perangkat emotif sintaksis dalam pemaknaan bladbadan seperti itu dapat diuji dengan tautan sintagmatik seperti berikut ini.
(3a) Buin pidan gantin titiang ngalap padi, lamun idepd ring I Manik,
(
- - - -) ketemu
s, manyidaang'dapa( b. manyingal'menggendong' (3b) Yadin mangalap padi, ( - - manguluin pisan. a. manyidaang'dapat' b. manyingal'menggendong'
Tempat kosong pada kalimat (3a) dan (3b) hanya dapat diisi oleh satu pilihan. Pilihan kata sangat ditentukan oleh hubungan linier antarkata yang terdapat pada kalimat-kalimat itu. Berdasarkan hubungan linier itu, kalimat (3a) hanya dapat diisi dengan pilihan (a) dan kalimat (3b) hanya dapat diisi dengan pilihan (b). Inilah bukti berperannya perangkat emotif sintaksis dalam pemakna xr bla db adnn. Transposisi Semantik Blailbaitan Leech (1974:10) menjelaskan, asas semantik tidak memungkinkan kekosongan dalam pikiran pemakai bahas-a. Oleh karena itu, apabila terdapat perbedaan antara bentuk lingual dengan maksud penutur, pelibat akan berusaha menghubungkannya melalui proses transposisi makna. Transposisi makna merupakan strategi menghindari kekosongan semantik. Berdasarkan kajian sernantik, proses interpretasi maksud bladbadan pada hakikatrya merupakan transposisi makna dari suatu bentuk ke bentuk y*g lain. Dalam Proses transposisi makna ini berperan perangkat emotif fonetik, leksikal, dan sintaksis. Dengan ketiga perangkat emotif itu, kekosongan makna dapat dihindari dalam proses komunikasi. Alur pikir hansposisi makna bladbadan dapat didiagramkan sebagai berikut.
3.
B4
d(lgrara,
Non'or
)offuxvm,
oesenrh t 2@7
L'1r-
fi:t
NeWh Arnawa
Bagan 4
Bladbadan
"1
rF
q
ry
tI
+
t
I
{}
lq I
+
I I
ltn I
Perangkatemotif Kaidahmorfologis
di atas dapat diielaskan sebagai berikut. Pertama, an giing terdapat tubungan referensiai. antarl -q-yTg merupak ;k"rur,gka' dari"konstruksi sebuah blsdbadar dengan s-r-Yang *"r"pltan makn a giingatau bantang'kerangka' tersebut' Kedua, refere,'sial ,rfi;illtki hubungirr r"uf"r"*ial dengan sr. Hubungan { dari giircg denohs ui.,turu 11 dengan ,rfierrpaku n arti suliti' rna1ta
Bagan 4
atau bankng'
batu loncatan
Ketiga' Proses pemaknaan bladbadan' sintaksis), n, dengan bantuan p"rurrgiut gmotif (fonetik, leksikal, terdapat diasosiasikan d"i-rgrr, I. sehiogga antara n, dengan q mengungkapkan asosiasi pada tatalan bentuk. k[empat, untuk proses maksud bladbsdor sesuai konteksnya, n3 mengalami karena itu' antara f"*U";*tan kata sehingga terbentuk ^n' Ol"l baik pada tataran il, - ,, dengan no - sn terdalp"at hubungan asosiatif Uir,tit *u,rpr.r, makna.- Apabila dikaitkan dengan komponen p"*U""t"A. imaUaAan, -yuq 8!ing, arti suiati'' dan suksemanipun' 'hubungan q - sr berad-a pada komponen giing'-hubungan rt, - s' s, il.ruau paaa'tomponen irti xtjati, sedangkan hubungan \ dan nn I ,n b".udi pada komponen suksemanipun' pemaknaan Pada kenyataanny a,\-s, d'an \ - ss dari proses tdlqi -cukup blndbadnn tidak pernuh ai".aptrr', tuiuri eksplisit,
i",
,it,rk
.:frlgrara,
B5
ans'ytosisi
Blsdbadnn
s4
Jl
Berdasarkan bagan 6 di atas tampak terjadi transfer makna dari q ke sn. Oleh karena itu, jika seorang penutur mengatakan suatu kerangka blndbadnn (q), pelibat akan melakukan transposisi makna ke so
Mencermati proses transposisi makna pada fenomena bladbadsn seperti yang dieksplisitkan melalui bagan-bagan di atas, asosiasi yang terjadi untuk menentukan makna sebuah blsdbadan terdapat pada tataran bentuk, khususnya pada n, dengan q. Dengan demikian, bladbadan bukanlah metafora karena antara n, dengan rl tidak memiliki hubungan semantik atau tidak memiliki medan semantik yang sama. Simpulan ini diambil karena secara terminologs, metafora seharusnya memiliki medan semantik yang sama atau merupakan perbandingan akibat adanya kesamaan
makna (Mustans
y
t,
4. Simpulan umumnya digunakan pada situasi akrab. oleh karena itu, bladbsdan dinyatakan sebagai ragam bahasa intim (intimate styte).
Dibandingkan dengan klasifikasi makna ilokusi yang dilakukan
84lgcara, N0n0/ F,TfuxvtrI,
Desemfo
zooT
ffi.: ffi' #:
+,+'
':'nl
i*i
Nengab Arnnwa
orang yang memiliki otoritas tertentu dalam situasi formal yang berkaitan dengan aspek yuridis formal. Bladbadsn merupakan salah satu repertorium unik dalam bahasa Bali. Dikatakan unik karena di dalamnya terjadi dinamika semantik melalui proses transposisi rnakna dengan menggunakan perangkat emotif fonetik, leksikal, dan sintaksis. oleh karena itu, bladbadan bukan semata-mata permainan bunyi. Proses interpretasi semantik pada ekspresi lingual btadbadan seperti yang divisualkan melalui Bagan 2-6 di atas, terungkap bahwa asosiasi yang terjadi untuk menentukan makna se6uah bladbadan terdapat pada tataran bentuk, khususnya pada r1 dengan 11. Dengan d9likian, bladbadan bukanlah metafora karena intara n, dengan n tidak memiliki hubungan semeultik atau tidak memiliki medan semantik yang sama. Simpulan ini diambil karena secara terminologis, meiafora seharusnya memiiiki medan semantik yang sama atau merupakan perbandingan akibat adanya kesamaan makna (Mustansyir, 1988 :140; Wahab, 1,99O:1ZT).
Leech, (1993:763-66) dan Gunawan (1994:85-g6), ternyata ilokusi deklaratif tidak pernah diungkapkan melalui btadbidan. Tindak ujar deklaratiJ merupakan tindak ujar yang diucapkan oleh
9l+
.*lgrara,
Desemfu
LaoT
87
Per angkat
tuuotif
oatrt
DAFTAR PUSTAKA
Ginarsa, I Ketut. (transliter). 1980. Gaguritan Kasmaran. Koleksi Gedung Kirtya Singaraja. Kejoer. 1997. Ngalazoar C,erang Volume 1 (Dinyanyikan oleh Yan Kirana). Denpasar: Intan Dewata Record.
Kridalaksana, Harimurti. 1993. Kamus Linguistik.Jakarta: Gra:m.i:d:' Pustaka Utama. Gramedia Pustaka Utama. Leech, Gmffry. 1974. Semantics ; The Study of Meaning. England: Penguin Books.
:
Mangku Ngarsa,
I Ketut. (transliter).1975.Geguritan
Sampik.
Denpasar: Koleksi Pusat Dokumentasi Kebudayaan Bali. Mustansyir, Ri2a1.1988 . Filsafat Bahnsa: Aneka Masalah Arti dan Upaya P e me c alunny a. J akar ta: Prima Karya. Pengkung, De. 1997 . Madnmnr di Abing Volume 1 (Dinyanyikan oleh De Pengkung). Denpasar: Bali Record.
Santha, Jelantik. 1,98'I... Tresnane kbur Ajur Satonden Kembang. Diperbanyak dan diedarkan oleh Jelantik Santha. Saussure, Ferdinand de. 1988. Course de Linguistique Generale diterjemahkan oleh Rahayu S. Hidayat. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Simpen A.B.,
Sastra.
I Wayan. 1988.
Srawana, I Gede. 1978. Mlancaran Ka Sasak. Denpasar: Yayasan Saba Sasha Bali.
88
De
xmlxt
lrcrr7
Nengb tmawa
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Bahasa,
Sukrawa$ Cokorda Istri. 1995. 'Sekilas Tinjauan Bladbadan sebagai Bentuk Permainan Bunyi dalam Bahasa Balf . Dalam Aksra,
No. 9, Tahun
V,
238251,.
Tampubolon, D.P. 1988. "Semantik sebagai Titik Tolak Analisis Linguistik". Dalam Soedjono Dardjowidjojo (ed.), PELLB A 1,7 -23. Jakarta: Unika Atma Jaya Press. Tim Penyusun Kamus Bali-Indonesia. 1991. Knmus Bali - Indonesia. Diperbanyak dan diedarkan oleh Dinas Pengajaran Propinsi Daerah Tingkat I Bali, Denpasar.
Tinggen, I Nengah. 1995. Aneta Rupa Paibasa Bali. Singaraja: Rikha Dewata.
Ullmann, Stephen. 1977. Semantics: An lntroduction to The Scicti., , Ivleaning. Oxford : Basil Blackwell.
'
Wahab, Abdul.190. "Sepotong Model Studi tentang Metafora". Dalam Aminuddin (ed.). Pengembangan Penelitian Kualitatif. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh.
$4lgrafa,
xvnt,
oese
w&t
lrcxl7
89
I Made Suastika
Wacana Seremonial Pewetonan: Kajian,Linguistik
Ni Luh Partami
perkanloranrdi Bali
,''"
,,,"
PerangkatErnotifdanTransposisiSemar.rtik....:
Arnawa
AnakAgungDewiSunihatili1.:]oo---...
tun pnsriuln,,
Pekalongan
Tommi Yuniawan
Srruktur Puisi Bali Modern Made Pasek Parwata
Sembah Sumengkem ring I Meme ':
o '-
I Made
Sudiarga
Analisis Fungsi
'
HARA Mayuko
.r
rl , ,:i
,1;*
,.4a.
.
o,trs,