You are on page 1of 4

10 Hambatan Komunikasi dua arah

Oleh : Andri " Hasan" Hardiansyah


www.andrihardiansyah.blogspot.com

Komunikasi sering dikutip sebagai masalah nomor satu di dalam sebuah


hubungan. Jika dua perangkat komunikasi (komunikator dan komunikan) memahami hal
ini, serta berusaha untuk sering berkomunikasi, maka tidak akan mengalami
permasalahan yang cukup signifikan. Namun sebaliknya jika tidak memperhatikan
beberapa faktor penyebab "mandulnya" dalam berkomunikasi maka kemungkinan besar
lambat laun komunikasi yang dibina akan "mati". Ada sekitar sepuluh kemungkinan
terjadinya blok atau hambatan komunikasi yang mungkin terjadi dalam menjalin
komunikasi dua arah.

1.Bahasa

Jika seorang komunikator atau komunikan berkomunikasi dengan bahasa yang


berbeda, kemungkinan akan terjadi banyak kesalahpahaman bahkan terjadinya hubungan
yang tidak jelas. Jika pada proses komunikasi komunikator merasa bahasa yang
digunakannya tidak dipahami, maka komunikator harus sering meluangkan waktu untuk
menjelaskan tentang beberapa hal yang ingin di bicarakan kepada komunikan.

2.Budaya

hambatan budaya ini menjadi hal yang sangat penting. satu pantangan bagi sang
komunikator untuk beranggapan, bahwa komunikan tumbuh dengan filosofi, gaya hidup,
adat istiadat yang sama. Maka kita tidak boleh "menyamaratakan" penggunaan teknik
berkomunikasi kepada setiap komunikan. Hindari anggapan bahwa komunikan
mempunyai pemikiran yang sama ketika menghadapi suatu permasalahan.

Jika komunikator menemukan miskomunikasi dalam suatu hubungan, atau


bahkan komunikan merasa tersinggung, maka cepatlah lakukan analisis mengapa
komunikan punya anggapan lain terhadap pesan yang disampaikan. Hal ini bisa saja
terjadi karena budaya yang berbeda yang dimiliki oleh sang komunikan. jika hal ini
terjadi maka Hormati persepsi komunikan dan cobalah temukan beberapa persamaan
persepsi maka disanalah peluang komunikator untuk kembali membangun komunikasi
yang "nyambung".

2.Kebenaran yang semu (benar tidak salah tidak)

Salah satu hambatan utama komunikasi adalah kata-kata yang dibumbui dengan
kebohongan, misalnya jika komunikator menginginkan sesuatu dari seseorang, maka
seribu dalih kebohongan pun dikeluarkan untuk merayu komunikan agar memenuhi
tuntutan komunikator, hal ini merupakan hal yang wajar, biasanya dilakukan untuk
dijadikan suatu penegasan agar sang komunikan dapat mengerti. Misalnya pihak yang
berharap berusaha mempengaruhi pihak yang diharap dalam hal ini komunikan, maka
komunikator selalu berkata yang baik-baik tapi tidak benar. seharusnya komunikator
berkata yang baik dan benar. serta disarankan kedua belah pihak yang terlibat harus
menyadari segala sesuatu harus relevan. Jika tidak, maka proses komunikasi akan selalu
mengalami hambatan.
Namun perlu diperhatikan membumbui pembicaraan dengan kata-kata dusta akan
menngakibatkan komuikasi yang sesaat. karena pada proses komunikasi selanjutnya
komunikator pasti akan mengalami hambatan pada proses komunikasi selanjutnya.
komunikator pada proses komunikasi ini, akan mengalami hambatan psikologis yaitu
minimum self confidence atau kurangnya percaya diri, hal ini terjadi karena komunikator
merasa khawatir, kebohongan yang telah dilakukannya diketahui di kemudian hari.

3.Penipuan

hambatan ini cukup jelas. sifat serta kata - kata yang menipu akan menjadi hambatan
komunikasi untuk jangka waktu yang sangat lama, bahkan tidak akan pernah kembali
terjadinya proses komunikasi. Jika sikap ini dipertahankan.

4. Tujuan yang tidak jelas

Beberapa pertanyaan yang mendasar dapat dilontarkan, Apakah komunikan


dengan komunikator mempunya kesamaan dalam tujuan, harapan dan kepentingan?
apakah komunikator sudah menentukan tujuan dalam setiap pesan yang disampaikan?
Jika komunikator tidak jelas menetapkan tujuan pesan yang disampaikan maka
komunikator dan komunikan bisa saling memainkan peran. Namun peran yang
dimainkan pun harus tampak jelas. Misalnya jika seorang ayah sedang menasihati
anaknya maka perannya pun jelas harus sebagai ayah, tidak harus menjadi yang lain,
misalnya ketika seorang ayah menemukan kenakalan pada anaknya, karena ingin
dianggap berwibawa justru mengambil peran menjadi seorang polisi, arogan.
menginterogasi anaknya sendiri, hal ini tentu saja dapat menghambat proses komunikasi
dua arah, si anak tidak akan terbuka tentang masalah kenakalannya, bahkan jika sikap ini
dipertahankan kenakalan si anak akan menjadi-jadi karena mengalami kesalahpahaman.

5. Salah paham

Hambatan komunikasi yang paling utama pada awalnya bersumber dari dari satu
hal, yaitu kesalahpahaman. Interpretasi, respon, asumsi seseorang dalam menghadapi
suatu permasalahan berbeda-beda, komunikan akan memahami yang komunikator
katakan. Jika komunikator menelisik lebih jauh jika ada pertentangan dalam suatu proses
komunikasi. Dalam hambatan ini komunikator harus menjauhi sikap menyimpan
permasalahan atau kesalahpahaman yang terjadi !

6. Sisi historis atau pengalaman


Pada umumnya komunikator menjadikan filosofis dan pengalaman hidup masa
lalu sebagai rujukan komunikasi agar sang komunikan mengerti. Tidak ada salahnya
melakukan hal ini, terkecuali jika komunikator menjadikan pengalaman sebagai rujukan
tersebut tidak dengan sikap prasangka, maksudnya memproyeksikan pengalaman hidup
terdahulu untuk menjadikan solusi untuk permasalahan komunikan, karena pengalaman
hidup yang dialami komunikator terdahulu tidak akan sama persis dengan yang dialami
komunikan.

7. Menganggap enteng lawan bicara

Jika Komunikator merasa paling hebat dari komunikan, maka secara tidak
langsung Komunikator telah merencanakan kegagalan dalam berkomunikasi, pasalnya
Bagaimana mungkin seorang komunikan dapat menerima pesan yang disampaikan jika
komunikator tidak memiliki rasa hormat?

8. Mendominasi pembicaraan

Mendominasi pembicaraan, hal ini sering terjadi.Seorang komunikator merasa


pendapatnya paling benar sehingga tidak memberikan kesempatan komunikan untuk
berbicara. Bahkan lebih jauh komunikator selalu memotong pembicaraan, padahal pesan
yang disampaikan komunikan belum disampaikan secara utuh, sehingga sering terjadi
kesalahpahaman.

Ketika Berkomunikasi dengan seseorang hindarilah sikap mendominasi


pembicaraan agar bisa saling memberikan komentar. Namun jika komunikator melihat
hal ini terjadi, cobalah meminta komunikator untuk bersi keras memberikan komentar,
agar komunikasi yang dijalin dapat berimbang.

5.Pihak Ketiga

Ketika melakukan dialog, komunikator sering beranggapan bahwa dia tengah


berbicara dengan seseorang saja. padahal bisa saja pada kenyataannya lawan bicara
merupakan ”penyambung lidah’ dari dua pihak atau bahkan berbagai pihak. Ambil satu
contoh seorang pejabat tengah berbicara atau berdialog dengan beberapa wartawan, maka
yang perlu diperhatikan pejabat tersebut, yaitu bersikap selektif terhadap pesan yang akan
dilontarkan, karena pernyataannya tersebut akan didengar, dibaca, serta di lihat banyak
orang di berbagai media. jika isi pesan tersebut mengganggu maka efek dari pesan yang
disampaikan akan cukup mengganggu. bahkan feed back yang akan diterima akan
dirasakan cukup mengganggu pula. Hal ini akan menjadi hambatan pada proses
komunikasi selanjutnya, serta jika terus berlanjut maka yang akan terjadi adalah sangsi
moral dari banyak pihak.

You might also like