You are on page 1of 102

REFERAT INFEKSI

Pembimbing : dr. H. Arief Guntara, Sp. B, Finacs Oleh: Arief Faisal Rachman Fairy Cunny Handika Zulimartin Hardwiyani Irna Kania Sari Miya Elmira Nofalla Rahtu Zuraya Puspa Astiriana Holle Sandra Nugraha Wahyu Haris Prabowo

PAROTITIS
Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis) : suatu penyakit menular dimana sesorang terinfeksi oleh virus (Paramyxovirus) yang menyerang kelenjar ludah (kelenjar parotis) di antara telinga dan rahang sehingga menyebabkan pembengkakan pada leher bagian atas atau pipi bagian bawah.

Penyakit gondongan tersebar di seluruh dunia

dan dapat timbul secara endemic atau epidemik cenderung menyerang anak-anak yang berumur 2-12 tahun Pada orang dewasa, infeksi ini bisa menyerang testis (buah zakar), sistem saraf pusat, pankreas, prostat, payudara dan organ lainnya. Yang beresiko besar untuk menderita / tertular penyakit ini:
yang

menggunakan atau mengkonsumsi obatobatan tertentu untuk menekan hormon kelenjar tiroid mereka yang kekurangan zat Iodium dalam tubuh.

Penularan
dapat

ditularkan melalui kontak langsung, percikan ludah, bahan muntah, mungkin dengan urin Virus dapat ditemukan dalam urin dari hari 1 sampai hari ke 14 setelah terjadi pembesaran kelenjar Sangat jarang ditemukan pada anak yang berumur kurang dari 2 tahun -> karena umumnya mereka masih memiliki atau dilindungi oleh anti bodi yang baik. Seseorang yang pernah menderita penyakit gondongan -> akan memiliki kekebalan seumur hidupnya

Tanda dan Gejala Penyakit Gondongan


Tidak semua orang yang terinfeksi oleh virus

Paramyxovirus mengalami keluhan 30-40% penderita tidak menunjukkan tandatanda sakit (subclinical). Namun demikian mereka sama dengan penderita lainnya yang mengalami keluhan, yaitu dapat menjadi sumber penularan penyakit tersebut. Masa tunas (masa inkubasi) penyakit Gondong sekitar 12-24 hari dengan rata-rata 17-18 hari

Tanda dan Gejala Penyakit Gondongan


Tanda dan gejala yang timbul setelah terinfeksi dan berkembangnya masa tunas dapat digambarkan sebagai berikut :
1.

2.

3.
4.

Pada tahap awal (1-2 hari) : demam (38.5 40C), sakit kepala, nyeri otot, kehilangan nafsu makan, nyeri rahang bagian belakang saat mengunyah dan adakalanya disertai kaku rahang (sulit membuka mulut). Lalu terjadi pembengkakan kelenjar di bawah telinga (parotis) yang diawali dengan pembengkakan salah satu sisi kelenjar lalu kedua kelenjar mengalami pembengkakan. Pembengkakan biasanya berlangsung sekitar 3 hari kemudian berangsur mengempis. Kadang terjadi pembengkakan pada kelenjar di bawah rahang (submandibula) dan kelenjar di bawah lidah (sublingual). Pada pria akil balik adalanya terjadi

Diagnosis Penyakit Gondongan (Mumps atau Parotitis)


Diagnosis ditegakkan bila jelas ada gejala infeksi

parotitis epidemika pada pemeriksaan fisis, termasuk keterangan adanya kontak dengan penderita penyakit gondong (Mumps atau Parotitis) 2-3 minggu sebelumnya. Selain itu adalah dengan tindakan pemeriksaan hasil laboratorium air kencing (urin) dan darah

Pemeriksaan Laboratorium
leucopenia dengan limfosiotsis relative kenaikan

kadar amylase dengan serum yang mencapai puncaknya setelah satu minggu dan kemudian menjadi normal kembali dalam dua minggu. Jika penderita tidak menampakkan pembengkakan kelenjar dibawah telinga, namun tanda dan gejala lainnya mengarah ke penyakit gondongan sehingga meragukan diagnosa -> dilakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti serum darah. Sekurang-kurang ada 3 uji serum (serologic) untuk membuktikan spesifik mumps antibodies: Complement fixation antibodies (CF), Hemagglutination inhibitor antibodies (HI), Virus neutralizing antibodies (NT).

Komplikasi Akibat Penyakit Gondongan


Hampir semua anak yang menderita gondongan

akan pulih total tanpa penyulit, tetapi kadang gejalanya kembali memburuk setelah sekitar 2 minggu. Keadaan seperti ini dapat menimbulkan komplikasi, dimana virus dapat menyerang organ selain kelenjar liur. Hal tersebut mungkin terjadi terutama jika infeksi terjadi setelah masa pubertas.

Komplikasi Akibat Penyakit Gondongan


1. 2.
3.

4.

5.

6.

Komplikasi yang dapat terjadi akibat penanganan atau pengobatan yang kurang dini: Orkitis Ovoritis : Timbul nyeri perut yang ringan dan jarang menyebabkan kemandulan. Ensefalitis atau meningitis : peradangan otak atau selaput otak. Gejalanya berupa sakit kepala, kaku kuduk, mengantuk, koma atau kejang. 5-10% penderita mengalami meningitis dan kebanyakan akan sembuh total. 1 diantara 400-6.000 penderita ensefalitis cenderung mengalami kerusakan otak atau saraf yang permanen, seperti ketulian atau kelumpuhan otot wajah. Pankreatitis : peradangan pankreas, bisa terjadi pada akhir minggu pertama. Gejala mual dan muntah disertai nyeri perut. Gejala ini akan menghilang dalam waktu 1 minggu dan penderita akan sembuh total. Peradangan ginjal bisa menyebabkan penderita mengeluarkan air kemih yang kental dalam jumlah yang banyak Peradangan sendi bisa menyebabkan nyeri pada satu atau

Pengobatan Penyakit Gondongan


Tergolong dalam self limiting disease Tujuan pengobatan : untuk mengurangi keluhan (simptomatis) dan istirahat selama penderita panas dan kelenjar (parotis) membengkak.
Obat pereda panas dan nyeri (antipiretik dan analgesik)

misalnya Parasetamol dan sejenisnya. Aspirin tdk boleh pd anak2 -> sindroma Reye Pembengkakan testis : tirah baring ditempat tidur, kompres es pada area testis yang membengkak Pancreatitis : sebaiknya berikan cairan melalui infus Kortikosteroid selama 2-4 hari & 20 ml convalescent gammaglobulin -> bisa mencegah orchitis menghindarkan makanan atau minuman yang sifatnya asam agar nyeri tidak bertambah parah, diberikan diet makanan cair dan lunak.

Pencegahan Penyakit Gondongan (Mumps/Parotitis)


Vaksinasi gondongan : bagian dari imunisasi rutin

pada masa kanak-kanak, yaitu imunisasi MMR (mumps, morbili, rubela) yang diberikan melalui injeksi pada usia 15 bulan. Imunisasi MMR dapat juga diberikan kepada remaja dan orang dewasa yang belum menderita Gondong. Pemberian imunisasi ini tidak menimbulkan efek panas atau gejala lainnya. Cukup mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar Iodium, dapat mengurangi resiko terkena serangan penyakit gondongan.

CHOLECHYSTITIS

Cholechystitis adalah peradangan kandung empedu yang biasanya disebabkan oleh sumbatan pada duktus sistikus. Peradangan pada kandung empedu yang biasanya disebabkan oleh batu empedu yang menyumbat saluran kistik. Epidemiologi 90% kasus cholecystitis disebabkan oleh batu empedu disebut calculous cholecystitis dan 10% kasus karena sebab lain ( acalculous cholecystitis ) seperti operasi besar, trauma berat, sepsis, puasa dalam waktu lama, penggunaan total parenteral nutrisi dalam waktu lama, penyakit lain seperti penyakit sel sabit; infeksi Salmonella; diabetes melitus, dan sitomegalovirus, kriptosporidiosis, atau microsporidiosis infeksi pada pasien dengan AIDS. Manifestasi klinik
Nyeri sedang sampai berat di epigastrium yang kemudian terlokalisasi di perut kuadran kanan atas, nyeri dapat menjalar

Pemeriksaan fisik Palpasi : - Teraba masa ( kandung empedu di kuadran kanan atas ) Murphy sign : palpasi didaerah subcostal kanan saat pasien nafas dalam, respon dikatakan positif ketika pasien mengatakan nyeri saat dilakukan palpasi dan menimbulkan henti inspirasi.

Pemeriksaan diagnostic USG : mendeteksi adanya batu kandung empedu, adanya cairan dan penebalan kandung empedu. Cholescintigraphy, tes ini, suatu zat radioaktif (radionuklida) disuntikkan intravena. Sebuah kamera gamma mendeteksi radioaktivitas yang dilepaskan, dan komputer digunakan untuk menghasilkan gambar. CT Scan : digunakan untuk mendeteksi dilatasi duktus dan adanya tumor, abces, perforasi kandung empedu dan komplikasi lain dari penyakit kandung empedu Oral cholecystogram : menilai fungsi kandung empedu dan memperlihatkan ukurannya. Darah lengkap : untuk menilai adanya infeksi atau kehilangnan darah Tes bilirubin ( serum dan urine ) dan urobilinogen ( urine dan faeces ) : biasanya bilirubin meningkat Enzyme hati : abnormal pada cholecystitis kronis

PANKREATITIS

Anatomi Pankreas. Pankreas sebagai kelenjar endokrin dan eksokrin. Mempunyai saluran keluar disebut : 1. Ductus pancreaticus wirsungi (mayor). 2. Ductus pancreaticus acesorius santorini (minor).

1. CAPUT PANCREAS caput pancreas terdapat arteri pancreatico duodenalis superior dan inferior yang saling beranastomose.
2. COLLUM PANCREAS Dataran depan ditutupi oleh peritoneum dan duodenum. Dataran belakang berhubungan dengan Vena Mesenterica superior dan permulaan Vena Porta. 3. CORPUS PANCREAS Facies inferior tertutup oleh peritoneum. Ujung kiri corpus pancreas menumpang pada flexura lienalis. Ujung kanan corpus pancreas terletak pada flexura duodenojejunalis. Facies posterior tidak tertutup oleh peritoneum 4. CAUDA PANCREAS Terletak setinggi curvatura minor gaster. Berhubungan dengan

Klasifikasi Berdasarkan The Second International Symposium on the Classification of Pancreatitis (Marseilles, 1980), pankreatitis dibagi atas: a. Pankreatitis akut (fungsi pankreas kembali normal lagi). b. Pankreatitis kronik (terdapat sisa-sisa kerusakan yang permanen).

Pankreatitis akut

Manifestasi klinis Pasien datang dengan keluhan nyeri abdomen hebat, melintang dan tembus ke bagian punggung. Biasanya disertai muntah. Rasa nyeri dapat menjalar ke seluruh abdomen, umumnya tidak dapat diatasi dengan obat analagesik biasa. Tidak jarang pasien datang dengan kembung atau mengarah ke tanda-tanda ileus paralitik. Pada fase lanjut, pasien datang dalam keadaan sindrom syok atau dengan hemodinamik yang tidak stabil. Diagnosis Pankratitis Akut Diagnosis pankreatitis akut pada umumnya dapat ditetgakkan bilamana pada pasien dengan nyeri perut bagian atas yang timbul tiba-tiba didapatkan : 1. Kenaikan amilase serum atau urine ataupun nilai lipase dalam serum

Penatalaksanaan Penatalaksanaan pankreatitis akut bersifat simtomatik dan ditujukan untuk mencegah atau mengatasi komplikasi. Semua asupan per oral harus dihentikan untuk menghambat stimulasi dan sekresi pankreas. Pelaksanaan TPN (total parental nutrition) pada pankreatitis akut biasanya menjadi bagian terapi yang penting, khusus pada pasien dengan keadaan umum yang buruk, sebagai akibat dari stres metabolic yang menyertai pankreatitis akut. Pemasangan NGT dengan pengisapan (suction) isi lambung dapat dilakukan untuk meredakan gejala mual dan muntah, mengurangi distensi abdomen yang nyeri dan ileus paralitik serta untuk mengeluarkan asam klorida.

1. Penanganan Nyeri. 2. Perawatan Intensif. 3. Perawatan Respiratorius. 4. Drainase Bilier.

TINDAKAN BEDAH Tindakan segera untuk eksplorasi bedah pada umumnya tidak dilakukan, kecuali pada kasus-kasus berat di mana terdapat: 1. Perburukan sirkulasi dan fungsi paru sesudah beberapa hari terapi intensif. 2. Pada kasus pankreatitis hemoragik nekrosis yang disertai dengan rejatan yang sukar diatasi. 3. Timbulnya sepsis. 4. Gangguan fungsi ginjal yang progresif. 5. Tanda-tanda peritonitis. 6. Bendungan dari infeksi saluran empedu. 7. Perdarahan intestinal yang berat. Tindakan bedah juga dapat dilakukan sesudah penyakit berjalan beberapa waktu (kebanyakan sesudah 2-3 minggu perawatan intensif) bilamana timbul penyulit seperti pembentukan pseudokista atau abses, pembentukan fistel,

APPENDISITIS

Anatomi

Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kira-kira 10 cm (kisaran 3-15cm) dengan diameter 0,5-1 cm dan berpangkal di caecum. Lumennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Basis appendiks terletak pada bagian postero medial caecum, di bawah katup ileocaecal. Ketiga taenia caecum (taenia libera, taenia colica, dan taenia omentum) bertemu pada basis appendiks.

Persarafan parasimpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri mesenterica superior dari arteri appendicularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis X. Oleh karena itu, nyeri viseral pada appendisitis bermula di sekitar umbilikus. Jenis posisi: Promontorik : ujung appendiks menunjuk ke arah promontoriun sacrum Retrocolic : appendiks berada di belakang kolon ascenden dan biasanya retroperitoneal Antecaecal : appendiks berada di depan caecum Paracaecal : appendiks terletak horizontal di belakang caecum Pelvic descenden : appendiks menggantung ke arah pelvis minor Retrocaecal : intraperitoneal atau retroperitoneal; appendiks berputar ke atas kebelakang caecum

FISIOLOGI Apendiks menghasilkan lendir 1-2 ml per hari. Lendir itu dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke caecum. Immunoglobulin sekretoar yang dihasilkan oleh GALT (gut associated lymphoid tissue) ialah IgA. DEFINISI Peradangan dari apendiks vermiformis yang merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering. Pertama kali diperkenalkan oleh Reginal Fitz pada tahun 1886 di Boston. EPIDEMIOLOGI Segala usia dapat terkena appendisitis, akan tetapi apendisitis paling sering mengenai usia 1030 tahun. Appendisitis lebih sering terjadi pada pria dengan perbandingan 1,3:1 (terutama pada saat pubertas).

PATOFISIOLOGI

KLASIFIKASI Klasifikasi appendisitis berdasarkan klinikopatologis : Appendisitis Akut Appendisitis Akut Sederhana (Cataral Appendisitis) Sekresi mukosa menumpuk dalam lumen appendiks jadi menebal dan kemerahan. Appendisitis Akut Purulenta (Supurative Appendicitis) di dalam lumen terdapat eksudat fibrinopurulen. Nyeri dan defans muskuler dapat terjadi pada seluruh perut disertai dengan tanda-tanda peritonitis umum. Appendisitis Akut Ganggrenosa appendiks mengalami ganggren berwarna ungu, hijau kebauan atau merah kehitaman. Appendisitis Infiltrat Membentuk gumpalan massa flegmon yang melekat erat satu dengan yang lainnya. Appendisitis Abses Appendisitis abses terjadi bila massa lokal yang terbentuk berisi nanah (pus).. Appendisitis Perforasi Pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis umum. Appendisitis Kronis

GAMBARAN KLINIS Gambaran klinis yang sering dikeluhkan oleh penderita, antara lain Nyeri abdominal Mula-mula nyeri dirasakan samar-samar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral di daerah epigastrium atau sekitar umbilicus. Setelah beberapa jam nyeri berpindah dan menetap di abdomen kanan bawah (titik Mc Burney). Nyeri akan bersifat tajam dan lebih jelas letaknya sehingga berupa nyeri somatik setempat. biasanya penderita akan mengeluh nyeri di perut pada saat berjalan atau batuk. Mual-muntah biasanya pada fase awal. Nafsu makan menurun. Obstipasi dan diare pada anak-anak. Demam Terjadi bila sudah ada komplikasi, bila belum ada komplikasi biasanya tubuh belum panas. Suhu biasanya berkisar 37,538,5 C

Gejala berdasarkan klasifikasi usus buntu: Apendisitis akut (mendadak) Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi, mual- muntah, nyeri perut kanan bawah, buat berjalan jadi sakit sehingga agak terbongkok, namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini, bisa juga hanya bersifat meriang, atau mual-muntah saja.

Apendisitis kronik Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag dimana terjadi nyeri samar (tumpul) kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut yaitu nyeri pada titik Mc Burney.

Pada wanita gejala appendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang gejalanya serupa dengan appendisitis, yaitu alat genital (proses ovulasi, menstruasi), radang panggul, atau penyakit kandungan lainnya. Pada wanita hamil dengan usia kehamilan trimester, gejala appendisitis berupa nyeri perut, mual, dan muntah, dikacaukan dengan gejala serupa yang biasa timbul pada kehamilan usia ini. Pada kehamilan lanjut, sekum dan appendiks terdorong ke kraniolateral, sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih ke regio lumbal kanan.

PEMERIKSAAN FISIK Inspeksi Kadang sudah terlihat waktu penderita berjalan sambil bungkuk (Hip Flexion : peningkatan mempertahankan fleksi paha dengan lutut diatas untuk kenyamanan) dan memegang perut. Penderita tampak kesakitan (Dunphy sign Peningkatan nyeri perut kanan bawah saat batuk). Kembung sering terlihat pada penderita dengan komplikasi perforasi. Penonjolan perut kanan bawah bisa dilihat pada massa atau abses appendikuler. Pada appendisitis akut sering ditemukan adanya abdominal swelling, sehingga pada pemeriksaan jenis ini biasa ditemukan distensi perut.

Palpasi Nyeri tekan (+) Mc.Burney Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan bawah atau titik Mc Burney dan ini merupakan tanda kunci diagnosis. Nyeri lepas (+) rangsangan peritoneum Rebound tenderness (nyeri lepas tekan) adalah rasa nyeri yang hebat (dapat dengan melihat mimik wajah) di abdomen kanan bawah saat tekanan secara tiba-tiba dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan penekanan yang perlahan dan dalam di titik Mc Burney. Defans musculer (+) rangsangan m.rektus abdominis Defens muscular adalah nyeri tekan seluruh lapangan abdomen yang menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietal. Rovsing sign (+) Rovsing sign adalah nyeri abdomen di kuadran kanan bawah, apabila kita melakukan penekanan pada abdomen bagian kiri bawah, hal ini diakibatkan oleh adanya nyeri lepas yang dijalarkan karena iritasi peritoneal pada sisi yang berlawanan. Dan apabila tekanan di perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah. Ini disebut tanda Blumberg (Blumberg Sign).

Blumberg Sign (+) Apabila tekanan di perut kiri bawah dilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah. Psoas sign (+) Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh peradangan yang terjadi pada apendiks. Pasien dalam posisi lateral kiri, dengan mengekstesnikan kaki kanan pada pinggang. Bila nyeri, psoas sign (+). Dasar anatomi dari ter psoas adalah apendiks yang mengalami peradangan kontak dengan otot psoas yang meregang saat dilakukan manuver ini. Obturator Sign (+) Obturator sign adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan lutut difleksikan kemudian dirotasikan kearah dalam dan luar secara pasif, hal tersebut menunjukkan peradangan apendiks terletak pada daerah hipogastrium.cdasar anatomi dari tes obturator adalah peradangan apendiks di pelvis yang kontak dengan otot obturator internus yang meregang saat dilakukan manuver ini.

Perkusi Timpani menyebar pada seluruh abdomen, nyeri ketok (+) Auskultasi Peristaltik normal, Auskultasi tidak banyak membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis, tetapi kalau sudah terjadi peritonitis maka tidak terdengar bunyi peristaltik usus

Pemeriksaan colok dubur (Rectal Touche) Pemeriksaan colok dubur akan didapatkan nyeri kuadran kanan pada jam 9-12. Pada appendisitis pelvika akan didapatkan nyeri terbatas sewaktu dilakukan colok dubur.

PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan Laboratorium


Pada kasus apendisitis biasanya nilai sel darah putih akan meningkat hingga sekitar 10.000 18.000/mm3, terlebih pada kasus komplikasi. Namun pada beberapa tertentu dapat dijumpai sel darah putih dengan nilai yang normal. Jika sudah terjadi peningkatan yang lebih dari nilai tersebut, maka kemungkinan apendiks sudah mengalami perforasi.

Pada keadaan tertentu diperlukan juga pemeriksaan rutin lainnya seperti : oAnalisis urin dengan untuk menyingkirkan kemungkinan batu uretra (hematuria), infeksi saluran kemih (piuria, bakteriuria). oPengukuran kadar enzim hati dalam serum dan kadar amylase untuk membantu menyingkirkan diagnosis inflamasi pada hati, kandung empedu dan pankreas, yaitu pada pasien dengan keluhan nyeri yang lebih mengarah pada mid-abdomen atau pada kwadran kanan atas. oPengukuran kadar serum -HCG (human chorionic

CT-Scan ditemukan bagian yang menyilang dengan appendicalith serta perluasan dari appendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran dari saekum. CT-Scan mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi yaitu 90 100%, serta akurasi 94 100%. Laparoskopi Suatu tindakan dengan menggunakan kamera fiberoptic yang dimasukan dalam abdomen. Bila pada saat melakukan tindakan ini didapatkan peradangan pada appendiks maka pada saat itu juga dapat langsung dilakukan pengangkatan appendiks.

SKOR DIAGNOSTIK
Alfredo Alvarado tahun 1986 membuat sistem skor yang didasarkan pada tiga gejala , tiga tanda dan dua temuan laboratorium. Klasifikasi ini berdasarkan pada temuan pra operasi dan untuk menilai derajat keparahan apendisitis.

DIAGNOSIS BANDING Gastroenteritis mual-muntah dan diare mendahului rasa sakit. perut lebih ringan dan tidak berbatas tegas. Limfadenitis mesenterica Biasanya didahului oleh enteritis atau gastroenteritis. Ditandai dengan nyeri perut yang samar-samar terutama disebelah kanan. Ileitis akut diare dan sering kali riwayat kronis, tetapi tidak jarang anorexia, mual, muntah. Jika ditemukan pada laparotomi, appendiktomi insidental diindikasikan untuk menghilangkan gejala yang membingungkan. DHF Pada penyakit ini pemeriksaan darah terdapat trombositopeni, leukopeni, rumple leed (+), hematokrit meningkat. Peradangan pelvis Tuba fallopi kanan dan ovarium terletak dekat appendiks. Radang kedua organ ini sering bersamaan sehingga disebut salpingo-ooforitis atau adnecitis. Untuk menegakkan diagnosis penyakit ini didapatkan riwayat kontak sexual. Suhu biasanya lebih tinggi daripada

Kehamilan ektopik Ada riwayat terhambat menstruasi dengan keluhan yang tidak menentu. Jika terjadi ruptur tuba atau abortus di luar rahim dengan perdarahan akan timbul nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan mungkin akan terjadi syok hipovolemik. Pada pemeriksaan colok vagina didapatkan nyeri dan penonjolan di cavum Douglas, dan pada kuldosentesis akan didapatkan darah. Diverticulitis Meskipun diverculitis biasanya terletak di perut bagian kiri, tetapi kadang- kadang dapat juga terjadi di sebelah kanan. Jika terjadi peradangan dan ruptur pada diverticulum gejala klinis akan sukar dibedakan dengan gejalagejala appendisitis. Batu ureter atau batu ginjal Adanya riwayat kolik dari pinggang ke perut menjalar ke inguinal kanan merupakan gambaran yang khas.

DIAGNOSIS Menentukan diagnosis appendisitis di dapatkan dari hasil anamnesa yang lengkap dan teliti, pemeriksaan fisik (gejala dan tanda) dan pemeriksaan penunjang (laboratorium, roentgen, USG, CT-Scan). PENATALAKSANAAN Bila diagnosis klinis sudah jelas maka tindakan paling tepat adalah appendektomi dan merupakan satu-satunya pilihan yang terbaik. Penundaan appendektomi sambil memberikan antibiotik dapat mengakibatkan abses atau perforasi. Insidensi appendiks normal yang dilakukan pembedahan sekitar 20%. Pada appendisitis akut tanpa komplikasi tidak banyak masalah.

Appendiktomi Appendektomi cito : appendisitis akut, abses dan perforasi. Appendektomi elektif : appendisitis kronik. Konservatif kemudian operasi elektif untuk appendisitis infitrat. membuat insisi pada dinding perut sebelah lateral dimana nyeri tekan adalah maksimum (incisi grid iron). Abses dicapai secara ekstraperitoneal, bila apendiks mudah diambil, lebih baik diambil karena apendiks ini akan menjadi sumber infeksi. Bila appendiks sukar dilepas, maka apendiks dapat dipertahankan karena jika dipaksakan akan ruptur dan infeksi dapat menyebar. Abses didrainase dengan selang yang berdiameter besar, dan dikeluarkan lewat samping perut. Pipa drainase didiamkan selama 72 jam, bila pus sudah kurang dari 100 cc/hari, drain dapat diputar dan ditarik sedikit demi sedikit sepanjang 1 inci tiap hari. Antibiotik sistemik dilanjutkan sampai minimal 5 hari post operasi. Untuk mengecek pengecilan abses tiap hari penderita di RT.

Untuk mencapai apendiks ada tiga cara yang secara operatif mempunyai keuntungan dan kerugian, yaitu : Insisi menurut Mc Burney (grid incision atau muscle splitting incision) Sayatan dilakukan pada garis tegak lurus pada garis yang menghubungkan spina iliaka anterior superior (SIAS) dengan umbilicus pada batas sepertiga lateral (titik Mc Burney). Sayatan ini mengenai kutis, subkutis dan fasia. Otot-otot dinding perut dibelah secara tumpul menurut arah serabutnya. Insisi pararektal Dilakukan sayatan pada garis batas lateral m.rektus abdominis dekstra secara vertikal dari kranial ke kaudal sepanjang 10 cm. Keuntungannya, teknik ini dapat dipakai pada kasus-kasus apendiks yang belum pasti dan kalau perlu sayatan dapat diperpanjang dengan mudah.

Laparoskopi Sayatan dibuat sekitar 2-4 sayatan. Satu didekat pusar, yang lainnya di seputar perut. Laparoskopi berbentuk seperti benang halus dengan kamera yang akan dimasukkan melalui sayatan tersebut. Kamera akan merekam bagian dalam perut kemudian ditampakkan pada monitor. Gambaran yang dihasilkan akan membantu jalannya operasi dan peralatan yang diperlukan untuk operasi akan dimasukkan melalui sayatan di tempat lain. Pada pengangkatan appendiks, pembuluh darah dan bagian dari appendiks yang mengarah ke usus besar akan diikat.

Terapi Konservatif Bed rest total Diet rendah serat Antibiotika spektrum luas

KOMPLIKASI Komplikasi yang paling sering ditemukan adalah perforasi, baik berupa perforasi bebas maupun perforasi pada apendiks yang telah mengalami pendindingan berupa massa yang terdiri atas kumpulan apendiks, sekum, dan lekuk usus halus.

PROGNOSIS Dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan, tingkat mortalitas dan morbiditas penyakit ini sangat kecil. Keterlambatan diagnosis akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas bila terjadi komplikasi. Serangan berulang dapat terjadi apabila apendiks tidak diangkat.

KOLITIS
USUS BESAR Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai kanalis ani. Diameter usus besar lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata sekitar 2,5 inchi (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus diameternya makin kecil. Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon, dan rektum Kolitis adalah suatu peradangan akut atau kronik

KLASIFIKASI
Berdasarkan penyebab : 1. Kolitis infeksi, misalnya : shigelosis, kolitis tuberkulosa, kolitis amebik, kolitis pseudomembran, kolitis karena virus/bakteri/parasit. 2. Kolitis non-infeksi, misalnya : kolitis ulseratif, penyakit Crohns ,kolitis radiasi, kolitis iskemik, kolitis mikroskopik, kolitis nonspesifik (simplecolitis). Pembahasan ini difokuskan pada kolitis infeksi yang sering ditemukan di Indonesia sebagai daerah tropik, yaitu kolitis amebik, shigellosis, dan kolitistuberkulosa serta infeksi E.coli patogen yang dilaporkan sebagai salah satu penyebab utama diare kronik di

KOLITIS AMEBIK (AMEBIASIS KOLON)


Peradangan

kolon yang disebabkan protozoa Entamoeba histolytica. Prevalensi tertinggi di daerah tropis (50-80%)

oleh

Penularan Manusia merupakan host sekaligus reservoir utama Penularannya lewat kontaminasi tinja ke makanan dan minuman, dengan perantara lalat, kecoak, kontak interpersonal atau lewat hubungan seksual anal-oral. Sanitasi lingkungan yang jelek. Penduduk yang padat dan kurangnya sanitasi individual mempermudah penularannya

Pasien yang asimtomatik tanpa adanya invasi

jaringan, hanya mengeluarkan kista pada tinjanya. Kista tersebut dapat bertahan hidup di luar tubuh manusia. Sedangkan pada pasien dengan infeksi amuba akut/kronik yang invasif selain kista juga mengeluarkan trofozoit, namun bentuk trofozoit tersebut tidak dapat bertahan lama diluar tubuh manusia.

Gejala klinis
Gejala klinis pasien amebiasis sangat bervariasi, mulai dan asimtomatik sampai berat dengan gejala klinis menyerupai kolitis ulseratif
Beberapa jenis keadaan klinis pasien amebiasis adalah sebagai berikut : 1. Carrier: ameba tidak mengadakan invasi ke dinding usus, tanpa gejala atau hanya keluhan ringan seperti kembung, flatulensi, obstipasi, kadang-kadang diare. 90% pasien sembuh sendiri dalam waktu satu tahun, sisanya(10%) berkembang menjadi kolitis ameba. 2. Disentri ameba ringan : kembung, nyeri perut ringan, demam ringan, diare ringan dengan tinja berbau busuk serta bercampur darah dan lendir, keadaan umum pasien baik. 3. Disentri ameba sedang : kram perut, demam, badan lemah, hepatomegali dengan nyeri spontan. 4. Disenti ameba berat : diare disertai banyak darah, demam tinggi, mual, anemia.

Penatalaksanaan
Karier asimtomatik. Diberi obat yang bekerja di lumen usus (luminal agents) antara lain: Iodoquinol (diiodohidroxyquin) 650 mg tiga kali per hari selama 20 hari atau Paromomycine 500 mg 3 kali sehari selama 10 hari. 2) Kolitis ameba akut. Metronidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5 10 hari, ditambah dengan obat luminal tersebut di atas. 3) Amebiasis ekstraintestinal (misalnya : abses hati ameba). Metronidazol 750 mg tiga kali sehari selama 5-10 hari ditambah dengan obat luminal tersebut diatas. Penggunaan 2 macam atau lebih amebisidal ekstra intestinal tidak terbukti lebih efektif dari satu macam obat.
1)

SELULITIS
FUNGSI KULIT Sebagai pelindung terhadap cedera fisik, kekeringan, zat kimia, kuman penyakit, dan radiasi Sebagai pengindra, pengatur suhu tubuh, dan ikut mengatur peredaran darah. Pengaturan suhu dimungkinkan oleh adanya jaringan kapiler yang luas di dermis (vasodilatasi dan vasokonstriksi), serta adanya lemak subkutan dan kelenjar keringat. Faal perasa dan peraba dijalankan oleh ujung saraf sensoris Vater Paccini, Meissner, Krause, Ruffini yang terdapat di dermis

b) Dermis Dermis /korium merupakan lapisan bawah epidermis dan diatas jaringan subkutan. terdiri dari jaringan ikat yang dilapisan atas terjalin rapat (pars papillaris), sedangkan dibagian bawah terjalin le bihlebih longgar (pars reticularis). Lapisan pars retucularis mengandung pembuluh darah, saraf , rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus. c) Jaringan Subkutan (Subkutis atau Hipodermis) Jaringan subkutan merupakan lapisan yang langsung dibawah dermis. Batas antara jaringan subkutan dan dermis tidak tegas. Sel sel yang terbanyak adalah liposit yang menghasilkan banyak lemak. Jaringan subkutan mengandung saraf, pembuluh darah dan limfe, ka ndungan rambut dan di lapisan atas jaringansubkutan terdapat kelenjar kerin

Bagian-bagian Kulit Manusia


Kulit terbagi atas tiga lapisan pokok, yaitu epidermis, dermis /korium, dan jaringa n subkutan atau subkutis a) Epidermis Epidermis terbagi atas lima lapisan:.
1.

Lapisan tanduk/stratum korneum : lapisan kulit yang paling luar yang terdiri dari beberapa lapis sel gepeng yang mati, tidak berinti dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin (zat tanduk). Stratum Lusidum yaitu lapisan sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma berubah menjadi eleidin (protein). Tampak jelas pada telapak tangan dan kaki. Lapisan granular/stratum granulosum yaitu 2 atau 3 lapisan sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti di antaranya. Mukosa biasanya tidak memiliki lapisan ini. Tampak jelas pada telapak tangan dan kaki. Lapisan malpighi/stratum spinosum/ pickle cell layer (lapisan akanta). Terdiri dari beberapa lapis sel berbentuk poligonal dengan besar berbeda-beda karena adanya proses mitosis. Protoplasma jernih karena mengandung banyak glikogen dan inti terletak ditengah-tengah. Lapisan basal/stratum germinativium. Terdiri dari sel berbentuk kubus tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal, berbaris seperti pagar (palisade),mengadakan mitosis dari berbagai fungsi reproduktif dan terdiri dari : o Sel berbentuk kolumnar o Sel pembentuk melanin (melanosit) atau clear cell

2. 3.

4.

5.

Epidermis mengandung juga : Kelenjar ekrin, kelenjar apokrin, kele njar sebaseus, rambut dan kuku.
Kelenjar

keringat ada dua jenis, ekrin dan apokrin. Fungsinya mengatur suhu, menyebabkan panas dilepaskan dengan cara penguapan. Kelenjar ekrin

Kelenjar apokrin adalah kelenjar keringat besar yang bermuara ke folikel rambut,
terdapat di ketiak, daerah anogenital, papilla mamma dan areola. Kelenjar sebaseus terdapat di seluruh tubuh, kecuali di manus, plantar pedis, dan dorsum pedis. Terdapat banyak di kulit kepala, muka, kening, dan dagu. Sekretnya berupa sebum dan mengandung asam lemak, kolesterol dan zat lain.

terdapat disemua daerah kulit, tetapi tidak terdapat diselaput lendir. Seluruhnya berjumlah antara 2 sampai 5 juta yang terbanyak ditelapak tangan. Sekretnya cairan jernih kira-kira 99% mengandung klorida,asam laktat,nitrogen dan zat lain.

SELULITIS
Selulitis adalah radang jaringan ikat difus dengan

peradangan parah lapisan dermal dan subkutan kulit.


Selulitis bisa disebabkan oleh flora kulit normal atau

oleh bakteri eksogen, dan sering terjadi di mana kulit sebelumnya telah rusak: retakan di kulit, luka, lecet, luka bakar, gigitan serangga, luka bedah, atau situs penyisipan kateter intravena. Kulit pada wajah atau kaki bagian bawah paling sering terkena infeksi ini, meskipun selulitis dapat terjadi pada setiap bagian tubuh Erisipelas adalah istilah yang digunakan untuk infeksi yang lebih dangkal dari lapisan dermis dan subkutan bagian atas . Erisipelas dan selulitis sering hidup berdampingan, sehingga sering sulit untuk membuat perbedaan antara keduanya.

Selulitis adalah tidak berhubungan (kecuali etimologis) untuk

selulit, kondisi kosmetik yang menampilkan dimpling kulit. Faktor risiko Orang tua dan mereka dengan imunodefisiensi (sistem kekebalan tubuh yang lemah)-> sangat rentan untuk tertular selulitis. Penderita diabetes lebih rentan terhadap selulitis daripada populasi umum karena gangguan sistem kekebalan tubuh, mereka sangat rentan terhadap selulitis pada kaki karena penyakit penyebab gangguan sirkulasi darah di kaki yang mengarah ke diabetes kaki / kaki bisul. kadar glukosa darah memungkinkan bakteri untuk tumbuh lebih cepat di jaringan yang terkena dan memfasilitasi perkembangan yang cepat jika infeksi memasuki aliran darah. Degenerasi saraf pada diabetes cara ini borok mungkin tidak menyakitkan dan dengan demikian sering menjadi terinfeksi.. Penyakit yang mempengaruhi sirkulasi darah di kaki dan kaki, seperti insufisiensi vena kronis dan varises, juga faktor risiko untuk selulitis.

Obat imunosupresif, dan penyakit lain / infeksi yang

melemahkan sistem kekebalan tubuh juga faktor yang membuat infeksi lebih mungkin. Cacar air dan herpes zoster sering mengakibatkan lepuh yang pecah, memberikan celah di kulit melalui mana bakteri bisa masuk. Lymphedema -> menyebabkan pembengkakan pada lengan dan / atau kaki, juga dapat menempatkan seseorang pada risiko. Selulitis juga sangat umum di kalangan populasi yang padat berbagi fasilitas kebersihan dan tempat tinggal umum, seperti instalasi militer, asrama perguruan tinggi, dan tempat penampungan tunawisma. Setiap luka harus dibersihkan dan berpakaian tepat. Mengubah perban setiap hari atau ketika mereka menjadi basah atau kotor akan mengurangi risiko tertular selulitis. Saran medis harus dicari untuk setiap luka yang dalam atau kotor dan ketika ada kekhawatiran tentang benda

PENYEBAB
Biasanya disebabkan Streptokok dan Stafilokok,

tetapi walaupun jarang, bisa akibat Klostridium. Penyebaran mungkin terjadi akibat kerusakan jaringan menurunnya daya tahan tubuh atau virulensi dan organisme invasif

MANIFESTASI KLINIS
Daerah kemerahan, nyeri, panas dan

mernbengkak pada kulit dengan batas yang tidak jelas Bila jaringan yang dalam terkena, nyeri pada palpasi Tanda dan gejala konstitusional Kecurigaan kuman anerob bila luka terkontaminasi benda asing Mungkin terjadi limfangitis, limfadenitis, penibentukan abses dan penyebaran ke tempat jauh

DIAGNOSA
Thombosis vena yang dalam harus disingkirkan Mungkin perlu diIakukan pemeriksaan sinar-X

pada selulitis yang dalam

TERAPI
Antibiotik yang tepat (penicillin, penicillinase

resistant penicillin, erytliromycin, cephalosporin) Nyeri lokal dapat dihilangkan dengan kompres dingin Analgesik (aspirin, acetaminophen dan lainlain) mungkin juga mcmbantu menghilangkan nyeri Infeksi anerob, gunakan antibiotik yang tepat secara sistemik Bila disertai dengan fasutis akibat infeksi sterptokok diperlukan tindakan ""debridement"" segera

OSTEOMIELITIS
Osteomielitis adalah infeksi akut tulang yang

dapat terjadi karena penyebaran infeksi dari darah (osteomielitis hematogen) atau, yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi bedah (osteomielitis eksogen) Luka tusuk pada jaringan lunak atau tulang, yang terjadi akibat gigitan hewan atau manusia, atau injeksi im yang salah tempat, dapat menyebabkan osteomielitis eksogen. Bakteri adalah penyebab umum osteomielitis akut, namun virus, jamur, dan mikroorganisme lain dapat berperan.

Osteomielitis adalah penyakit yang sulit diobati

karena dapat terbentuk abses lokal. Abses tulang biasanya memiliki suplai darah yang buruk; dengan demikian, pelepasan sel imun dan antibiotik terbatas. Nyeri hebat dan disabilitas permanen dapat terjadi apabila infeksi tulang tidak diobati dengan segera dan agresif.

Gambaran Klinis
Gejala osteomielitis hematogen pada anak-anak

adalah demam, menggigil, dan keengganan menggerakkan ekstremitas tertentu. Pada dewasa, gejala mungkin samar dan berupa demam, keletihan, dan malaise. Infeksi saluran napas, saluran kemih, telinga, atau kulit sering mendahului osteomielitis hematogen. Osteomielitis eksogen biasanya disertai tanda cedera dan inflamasi di tempat nyeri. Terjadi demam dan pembesaran nodus limfe regional.

Diagnostik
Scan tulang dengan menggunakan injeksi

nukleotida berlabel radioaktif dapat memperlihatkan tempat inflamasi tulang. Pencitraan resonansi magnetik (magnetic resonance imaging, MRI) dapat memungkinkan peningkatan sensitivitas diagnostik. Analisis darah dapat memperlihatkan peningkatan hitung darah lengkap (HDL) dan laju endap eritrosit, yang menunjukkan adanya infeksi aktif yang sedang berlangsung.

Komplikasi
Osteomielitis kronis dapat terjadi, yang ditandai oleh nyeri hebat yang tidak berkurang dan penurunan fungsi bagian tubuh yang terkena

Penatalaksanaan
Antibiotik dapat diberikan pada individu yang

mengalami patah tulang atau luka tusuk pada jaringan lunak yang mengelilingi suatu tulang sebelum tanda tanda infeksi timbul. Apabila infeksi tulang terjadi, diperlukan terapi antibiotik agresif.

Tuberkulosis tulang & sendi

Lesi pada tulang & sendi hampir selalu disebabkan penyebaran hematogen dari kompleks primer pada bagian tubuh lain. Biasa terjadi 6-36 bln setelah infekksi primer. Epidemiologi Sering mengenai vertebra 40-50 %, panggul 30 %, sendi lutut dan sendi lainnya Biasanya ada anak anak > ( 3:1 ) Dapat disertai adanya Tb paru

Patogenesis

Hematogen

Sinovium & jaringan subkondral

Gambaran klinis
Malaise Badan hangat

Kurus & berkeringat malam


Pada

daerah sendi yang terkena pembengkakan, rasa sakit & terbatasnya Pembesaran KGB regional Pemeriksaan penunjang pemeriksaan Lab : LED meningkat Hb rendah

tampak ada gerak sendi

Diagnose pasti suatu artritis tuberkulosa bila dapat diisolasi basil tuberkulosis dari cairan sendi. Pemeriksaan rontgen: Adanya peninggian densitas di jaringan sekitar sendi Lanjut: timbul penyempitan sendi Tidak ditemukan adanya reaksi pembentukan tulang baru

Penatalaksanaan Sesuai dengan terapi Tb paru. Istirahat, makanan tinggi kalori dan protein. Pada daerah yang terkena dilakukan pembidaian atau traksi. Tindakan bedah Dilakukan setelah 3 minggu pemberian kemoterapi. Dilakukan pembersihan jar.sinovial yang terkena, granulasi, dan jar. Nekrotik.

jar.

ORCHITIS
Orkitis adalah proses inflamasi (peradangan) satu atau kedua

biji testis (zakar). Orkitis bisa disebabkan oleh sejumlah bakteri dan virus. Virus yang paling sering menyebabkan orkitis adalah virus gondongan (mumps) Hampir 15-25% pria yang menderita gondongan setelah masa pubertasnya akan menderita orkitis. 70% kasus orchitis biasanya didahului dengan kejadian parotitis akibat infeksi virus Mumps Bakteri yang menyebabkan orchitis biasanya merupakan penyebaran dari epididimitis pada pria yang aktif secara seksual atau pada pasien BPH

Beberapa bakteri yang dpat menyebabkan orchitis antara

lain Neisseria gonorrhoeae, Clamydia trachomatis, Eschericia

FAKTOR RESIKO
# Faktor resiko untuk orkitis yang tidak berhubungan dengan penyakit menular seksual adalah: Immunisasi gondongan yang tidak adekuat Usia lanjut (lebih dari 45 tahun) Infeksi saluran kemih berulang Kelainan saluran kemih. # Faktor resiko untuk orkitis yang berhubungan dengan penyakit menular seksual adalah: Berganti-ganti pasangan Riwayat penyakit menular seksual pada pasangan Riwayat gonore atau penyakit menular seksual lainnya.

MANIFESTASI KLINIS
Pembengkakan skrotum Testis yang terkena terasa berat, membengkak dan teraba lunak Pembengkakan selangkangan pada sisi testis yang terkena Demam Dari penis keluar nanah Nyeri ketika berkemih (disuria) Nyeri ketika melakukan hubungan seksual atau ketika ejakulasi Nyeri selangkangan Nyeri testis, bisa terjadi ketika buang air besar atau mengedan Semen mengandung darah.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil

pemeriksaan fisik. Terjadi pembengkakan kelenjar getah bening di selangkangan dan pembengkakan testis yang terkena. Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan adalah: # Analisa air kemih # Pembiakan air kemih # Tes penyaringan untuk klamidia dan gonore # Pemeriksaan darah lengkap # Pemeriksaan kimia darah.

DIAGNOSIS BANDING
Torsi testis

umumnya menampakkan gejala nyeri buah zakar yang mendadak (terlokalisir pada satu testicle) yang mungkin disertai tanda-tanda dan gejala-gejala kepekaan testicular dan/atau scrotal, pembengkakan dan kemerahan testicular dan/atau scrotal, kenaikan dari buah pelir yang terpengaruh didalam scrotum, kehilangan cremasteric reflex pada sisi yang terpengaruh. Tumor testis biasanya tidak mengakibatkan nyeri pada benjolan itu sendiri. Terdapat perubahan pada ukuran atau tekstur dari buah pelir disertai sakit yang tumpul dari perut bagian bawah, punggung bagian bawah atau area selangkangan.

PENGOBATAN
Penderita sebaiknya menjalani tirah baring,

skrotumnya diangkat dan dikompres dengan air es. Jika penyebabnya adalah bakteri -> antibiotik. Selain itu juga diberikan obat pereda nyeri dan anti peradangan. Antibiotik yang biasa dipakai antara lain : ceftriaxone, ciprofloxacin, doksisiklin, azithromycin dan kotrimoksazol. Pastikan sebelumnya tidak ada alergi terhadap obat2 dimaksud. Dan habiskan antibiotika yang diberikan walaupun gejala penyakitnya sudah mereda. Jika penyebabnya adalah virus, obat yang diberikan bertujuan menghilangkan gejala-gejala yang ada. Obat anti nyeri, anti demam, obat anti peradangan nonsteroid (NSAID), seperti ibuprofen dan naproxen Operatif :

KOMPLIKASI
Testis yang mengecil (atropi)

Abses (nanah) pada kantong testis


Infertilitas (susah punya anak), terutama jika

terkena kedua testis.

PENCEGAHAN
Immunisasi gondongan bisa mencegah terjadinya

orkitis akibat gondongan. Saat ini sudah tersedia vaksin untuk mumps yaitu MMR (measles, mumps, rubella) dan MMRV (MMR plus varisela, untuk usia 1-12 tahun). Perilaku seksual yang aman dan terlindung (misalnya tidak berganti-ganti pasangan dan menggunakan kondom) bisa mengurangi resiko terjadinya orkitis akibat penyakit menular seksual.

EPIDIDIMITIS AKUT

Proses inflamasi yang terjadi pada epididimis. Epididimis merupakan suatu struktur berbentuk kurva (koil) yang menempel di belakang testis dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan sperma yang matur.

Etiologi Bermacam penyebab timbulnya epididimitis tergantung dari usia pasien, sehingga penyebab dari timbulnya epididimitis dibedakan menjadi : Infeksi bakteri non spesifik . Penyakit Menular Seksual Virus Tuberkulosis Penyebab infeksi lain Obstruksi (seperti BPH, malformasi urogenital) memicu terjadinya refluks. Vaskulitis (seperti Henoch-Schnlein purpura pada anak-anak) Penggunaan Amiodarone dosis tinggi Prostatitis

Patofisiologi Patofisiologi terjadinya epididimitis masih belum jelas, dimana diperkirakan terjadinya epididimitis disebabkan oleh aliran balik dari urin yang mengandung bakteri, dari uretra pars prostatika menuju epididimis melalui duktus ejakulatorius vesika seminalis, ampula dan vas deferens. Oleh karena itu, penyumbatan yang terjadi di prostat dan uretra serta adanya anomali kongenital pada bagian genitourinaria sering menyebabkan timbulnya epididimitis karena tekanan tinggi sewaktu miksi.

. Tanda Klinis Tanda klinis pada epididimitis yang didapat saat melakukan pemeriksaan fisik adalah : Pada pemeriksaan ditemukan testis pada posisi yang normal, ukuran kedua testis sama besar, dan epididimis membengkak di permukaan dorsal testis yang sangat nyeri. Hasil pemeriksaan refleks kremaster normal Phren sign bernilai positif dimana nyeri dapat berkurang bila skrotum diangkat ke atas karena pengangkatan ini akan mengurangi regangan pada testis. Pembesaran kelanjar getah bening di regio inguinalis. Pada colok dubur mungkin didapatkan tanda prostatitis kronik yaitu adanya pengeluaran sekret atau nanah setelah dilakukan

Pemeriksaan Radiologis

Sampai saat ini, pemeriksaan radiologis yang dapat digunakan adalah :


1. Color Doppler Ultrasonography Pemeriksaan ini memiliki rentang kegunaan yang luas dimana pemeriksaan ini lebih banyak digunakan untuk membedakan epididimitis dengan penyebab akut skrotum lainnya. 2. Nuclear Scintigraphy Pemeriksaan ini menggunakan technetium-99 tracer dan dilakukan untuk mengkonfirmasi hasil pemeriksaan aliran darah yang meragukan dengan memakai ultrasonografi. Pada epididimitis akut, akan terlihat gambaran peningkatan penangkapan kontras Memiliki sensitivitas iskemia akibat infeksi. dan spesifitas 90-100% dalam menentukan daerah

3. Vesicouretrogram (VCUG), cystourethroscopy, dan USG Abdomen Pemeriksaan ini digunakan untuk mengetahui suatu anomali kongenital pada pasien anak-anak dengan bakteriuria dan epididimitis.

Diagnosis Diagnosis epididimitis dapat ditegakkan melalui : a) Anamnesa b) Pemeriksaan fisik c) Pemeriksaan Laboratorium d) Pemeriksaan penunjang lainnya Diagnosis Banding Diagnosis banding epididimitis meliputi : 1. Orkitis 2. Hernia inguinalis inkarserata 3. Torsio testis 4. Seminoma testis 5. Trauma testis

Penatalaksanaan Penatalaksanaan epididimitis meliputi dua hal yaitu penatalaksanaan medis dan bedah, berupa : a. Penatalaksanaan Medis, Antibiotik digunakan bila diduga adanya suatu proses infeksi. b. Penanganan epididimitis lainnya berupa penanganan suportif, seperti : Pengurangan aktivitas, Skrotum lebih ditinggikan dengan melakukan tirah baring total selama dua sampai tiga hari, Kompres es Pemberian analgesik dan NSAID , Mencegah penggunaan instrumentasi pada urethra c. Penatalaksanaan Bedah Penatalaksanaan di bidang bedah meliputi : Scrotal exploration Tindakan ini digunakan bila telah terjadi komplikasi dari epididimitis dan orchitis seperti abses, Epididymectomy Tindakan ini dilaporkan telah berhasi mengurangi nyeri yang

Komplikasi Komplikasi dari epididimitis adalah : Abses dan pyocele pada skrotum Infark pada testis Epididimitis kronis dan orchalgia Infertilitas sekunder sebagai akibat dari inflamasi maupun obstruksi dari duktus epididimis Atrofi testis yang diikuti hipogonadotropik hipogonadism Fistula kutaneus 11. Prognosis Epididimitis akan sembuh total bila menggunakan antibiotik yang tepat dan adekuat serta melakukan hubungan seksual yang aman dan mengobati partner seksualnya. Kekambuhan epididimitis pada seorang pasien adalah hal yang biasa terjadi.

TERIMA KASIH WASSALAMUALAIKUM WR WB

You might also like