You are on page 1of 12

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG Setiap individu manusia di anugerahi suatu substansi yang tidak di miliki makhluk lain, yaitu akal fikiran. Dengan akalnya itulah manusia dapat berfikir untuk hidup dan kehidupan selanjutnya. Dengan akal dan fikiran itu juga lah manusia dapat menimbangnimbang perbuatannya, apakah hak atau batil. Namun Tuhan tak memberi keseragaman dalam kapasitas otak kita. Ada yang di anugerahi otak superior dan ada juga yang di anugerahi atok yang sangat lemah, seperti penderita idiot. Disinilah letak manusia yang harus saling membantu dan saling membutuhkan satu sama lain. Sebagaimana hakikat manusia sebagai makhluk social(homo socius).Dalam hal ini,guru berperan sebagai motivator dan fasilitator dalam proses perkembangan inteligensi anak. Seorang guru harus mampu mengayomi anak yang berinteligensi kurang seperti hal nya anak pada umumnya.Karena anak tersebut dapat berprestasi seperti hal nya anak ber inteligensi tinggi.Hal itu tergantung pada dukungan lingkungan sekitarnya, dan bagaimana guru dan orangtua memotivasi anak agar terus berusaha mengoptimalkan kapasitas kemampuan otak yang dia miliki.

B. BATASAN MASALAH Adapun batasan masalah dalam penulisan makalah ini adalah: 1. Pengertian intelegensi 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelegensi 3. Klasifikasi intelegensi 4. Hubungan antara Inteligensi dengan Prestasi belajar 5. Uasaha Guru dan Orang Tua dalam Membantu Perkembanagn Intelegensi Remaja

C. TUJUAN PEMBAHASAN Adapaun tujuan dari penulisan makalah ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan intelegensi. 2. Untuk mengetahui apa saja Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelegensi. 3. Untuk mengetahui apa saja klasifikasi dari intelegensi. 4. Untuk mengetahui hubungan intelegensi dan keberhasilan dalam belajar. 5. Untuk memahami apa saja usaha guru dan orang tua dalam membantu perkembangan intelegensi remaja.

BAB II PERKEMBANGAN INTELIGENSI REMAJA (KOGNITIF) A. Pengertian Inteligensi Beberapa definisi intelektual menurut para ahli, diantaranya : 1. Intelektual merupakan suatu kumpulan kemampuan seseorang untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan mengamalkannya dalam hubungannya dengan lingkungan dan masalah-masalah yang timbul (Gunarsa, 1991). 2. Pengertian intelektual menurut Cattel (dalam Clark, 1983) adalah kombinasi sifatsifat manusia yang terlihat dalam kemampuan memahami hubungan yang lebih kompleks, semua proses berfikir abstrak, menyesuaikan diri dalam pemecahan masalah dan kemampuan memperoleh kemampuan baru. 3. David Wechsler (dalam Saifuddin Azwar, 1996) mendefinisikan intelektual sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berpikir secara rasional, serta menghadapi lingkungan secara efektif. Jadi, intelektual adalah kemampuan untuk memperoleh berbagai informasi berfikir abstrak, menalar, serta bertindak secara efisien dan efektif. B. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan Inteligensi Perkembangan intelektual sebenarnya diperngaruhi oleh dua faktor utama, yaitu hereditas dan lingkungan. Pengaruh kedua faktor itu pada kenyataannya tidak terpisah secara sendiri-sendiri melainkan seringkali merupakan resultan dari interaksi keduanya. Pengaruh faktor hereditas dan lingkungan terhadap perkembangan intelektual itu dapat dijelaskan berikut ini. 1. Faktor Hereditas Semenjak dalam kandungan, anak telah memiliki sifat-sifat yang menentukan daya kerja intelektualnya. Secara potensial anak telah membawa kemungkinan apakah akan menjadi kemampuan berfikir setara normal, di atas normal atau di bawah normal. Namun,
3

potensi ini tidak akan berkembang atau terwujud secara optimal apabila lingkungan tidak memberi kesempatan untuk berkembang. Oleh karena itu, peranan lingkungan sangat menentukan perkembangan intelektual anak. 2. Faktor Lingkungan Ada dua unsur lingkungan yang sangat penting peranannya dalam memengaruhi perkembangan intelek anak, yaitu keluarga dan sekolah. a. Keluarga Intervensi yang paling penting dilakukan oleh keluarga atau orang tua adalah memberikan pengalaman kepada anak dalam berbagai bidang kehidupan sehingga anak memiliki informasi yang banyak yang merupakan alat bagi anak untuk berpikir. Cara-cara yang digunakan, misalnya memberi kesempatan kepada anak untuk merealisasikan ideidenya, menghargai ide-ide tersebut, memuaskan dorongan keingintahuan anak dengan jalan seperti menyediakan bacaan, alat-alat keterampilan, dan alat-alat yang dapat

mengembangkan daya kreativitas anak. Memberi kesempatan atau pengalaman tersebut akan menuntut perhatian orangtua. b. Sekolah Sekolah adalah lembaga formal yang diberi tanggungjawab untuk meningkatkan perkembangan anak tersebut perkembangan berpikir anak. Dalam hal ini, guru hendaknya menyadari bahwa perkembangan intelektual anak terletak di tangannya. Beberapa cara diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Menciptakan interaksi atau hubungan yang akrab dengan peserta didik. Dengan hubungan yang akrab tersebut, secara psikologis peserta didik akan merasa aman sehingga segala masalah yang dialaminya secara bebas dapat dikonsultasikan dengan guru mereka. 2) Memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk berdialog dengan orangorang yang ahli dan pengalaman dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, sangat menunjang perkembangan intelektual anak. Membawa para peserta didik

ke objek-objek tertentu, seperti objek budaya dan ilmu pengetahuan, sangat menunjang perkembangan intelektual peserta didik. 3) Menjaga dan meningkatkan pertumbuhan fisik anak, baik melalui kegiatan olahraga maupun menyediakan gizi yang cukup, sangat penting bagi perkembangan berpikir peserta didik. Sebab jika peserta didik terganggung secara fisik, perkembangan intelektualnya juga akan terganggung 4) Meningkatkan kemampuan berbahasa peserta didik, baik melalui media cetak maupun dengan menyediakan situasi yang memungkinkan para peserta didik berpendapat atau mengemukakan ide-idenya. Hal ini sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan intelektual peserta didik.

Menurut Ngalim Purwanto (1986) factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelektual antara lain : 1. Faktor Pembawaan (Genetik) Banyak teori dan hasil penelitian menyatakan bahwa kapasitas intelegensi dipengaruhi oleh gen orang tua. Namun, yang cenderung mempengaruhi tinggi atau rendahnya tingkat kecerdasan anak tergantung factor gen mana (ayah atau ibu) yang dominant mempengaruhinya pada saat terjadinya konsepsi individu. Teori konvergensi mengemukakan bahwa anak yang lahir telah mempunyai potensi bawaan, tetapi potensi tersebut tidak dapat berkembang dengan baik tanpa mendapat pendidikan dan latihan atau sentuhan dari lingkungan. 2. Faktor Gizi Kuat atau lemahnya fungsi intelektual juga ditentukan oleh gizi yang memberikan energi / tenaga bagi anak sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Kebutuhan akan makanan bernilai gizi tinggi (gizi berimbang) terutama yang besar pengaruhnya pada perkembangan intelegensi ialah pada fase prenatal (anak dalam kandungan) hingga usia balita, sedangkan usia diatas lima tahun pengaruhnya tidak signifikan lagi.

3. Faktor Kematangan Piaget (seorang psikolog dari Swiss) membuat empat tahapan kematangan dalam perkembangan intelektual, yaitu : a. Periode sensori motorik (0-2 tahun) b. Periode pra operasional (2-7 tahun) c. Periode operasional konkrit (7-11 tahun) d. Periode operasional formal (11-16 tahun) Hal tersebut membuktikan bahwa semakin bertambah usia seseorang, intelektualnya makin berfungsi dengan sempurna. Ini berarti factor kematangan mempengaruhi struktur intelektual, sehingga menimbulkan perubahan-perubahan kualitatif dari fungsi intelektual. Yaitu kemampuan menganalisis (memecahkan suatu permasalahan yang rumit) dengan baik. 4. Faktor Pembentukan Pendidikan dan latihan yang bersifat kognitif dapat memberikan sumbangan terhadap fungsi intelektual seseorang. Misalnya, orang tua yang menyediakan fasilitas sarana seperti bahan bacaan majalah anak-anak dan sarana bermain yang memadai, semua ini dapat membentuk anak menjadi meningkatkan fungsi dan kualitas pikirannya, pada gilirannya situasi ini akan meningkatkan perkembangan intelegensi anak dibanding anak seusianya. 5. Kebebasan Psikologis Kebebasan psikologis perlu dikembangkan pada anak agar intelektualnya berkembang dengan baik. Anak yang memiliki kebebasan untuk berpendapat, tanpa disertai perasaan takut atau cemas dapat merangsang berkembangnya kreativitas dan pola pikir. Mereka bebas memilih cara (metode) tertentu dalam memecahkan persoalan. Hal ini mempunyai sumbangan yang berarti dalam perkembangan intelektual. Andi Mappiare (1982) mengemukakan tiga faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan intelegensi remaja, yaitu :

1. Bertambahnya informasi yang disimpan (dalam otak) seseorang sehingga ia mampu berfikir selektif. 2. Banyaknya pengalaman dan latihan-latihan memecahkan masalah sehingga seseorang dapat berfikir proporsional. 3. Adanya kebebasan berpikir, menimbulkan keberanian seseorang dalam menyusun hipotesis yang radikal dan menunjang keberanian anak memecahkan masalah dan menarik kesimpulan yang baru dan benar. C. Klasifikasi Inteligensi Salah satu cara yang sering digunakan untuk menyatakan tinggi rendahnya tingkat intelegensi adalah menerjemahkan hasil tes intelegensi kedalam angka yang dapat menjadi petunjuk mengenai kedudukan tingkat kecerdasan seseorang bila dibandingkan secara relative terhadap suatu norma. Secara tradisional angka normative dari suatu hasil tes intelegensi dinyatakan dalam bentuk rasio (quotient) dan dinamai intelegensce

quotient(IQ). Klasifikasi tingkat kecerdasan diantaranya yaitu: 1. Retardasi mental yang meliputi: a. Idiot dengan iq 30 ke bawah b. Embisil dengan iq 31-50 ke bawah c. Debil dengan iq 51-70 ke bawah 2. Slow-learner dengan iq 71-90 3. Normal dengan iq 91-110 4. Rapid-learner dengan iq 111-130 5. Gifted dengan iq 131 ke atas. Kini telah berkembang cara perhitungan dan distribusi dengan skor IQ, sehingga IQ dapat dibedakan antara : 1. skor IQ tradisional Skor IQ tradisional menjelaskan bahwa skor IQ itu diperoleh dengan mengkonfersikan skor mentah dengan usia mental (Mental Age) yang menunjukan usia anak berdasarkan skor yang diperoleh. Skor IQ dapat dihitung dengan membagi usia mental anak dengan usia kronologis atau cronological Age (CA) dan mengalikannya dengan 100.
7

Anak dengan IQ 100 menunjukan anak yang memiliki kecerdasan rata-rata, sedangkan anak dengan IQ di bawah 100 menunjukan anak tersebut memiliki tingkat kecerdasan yang rendah. Pendekatan usia mental memberi cara yang relatif nyaman untuk membandingkan skor tes anak. Namun kelemahannya yaitu: a. Pendekatan ini mendorong orang yang tidak familiar dengan daftar skor akan menyimpulkan bahwa anak yang CA-nya 8 tahun dan MA-nya 12 tahun akan seperti anak yang usianya 12 tahun dalam segala hal, padahal yang relatif sama kemampuan akademiknya lalu bagaimana kemempuan sosialnya. b. Perkembangan kecerdasan pada anak yang lebih muda cenderung lebih cepat dari pada anak yang lebih tua , IQ berdasarkan formula ini tidak mendapat perhatian tersendiri. 2. skor IQ modern Metode modern membedakan IQ secara langsung antara skor mentah seorang anak dengan skor anak-anak lainyayang berusia kronologis sama atau disebut juga Deviation IQ. Metode ini didasarkan pada penyimpangan tingkat kinerja anak dari rata-rata anak yang seusia. Anak yang ber-IQ 100 lebih baik dari pada 50% anak yang berusia sama. Sedangkan anak yang ber-IQ 115 mempunyai kedudukan yang lebih baik daripada 84% anak yang berusia sama. D. Hubungan antara Inteligensi dengan Prestasi belajar Prestasi akademik menurut Suryabrata (2006) adalah hasil belajar terakhir yang dicapai oleh siswa dalam jangka waktu tertentu, yang mana disekolah prestasi akademik siswa biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol tertentu. Kemudian dengan angka atau simbol tersebut, orang lain atau siswa sendiri akan dapat mengetahui sejauhmana prestasi akademik yang telah dicapai. Dengan demikian, prestasi akademik disekolah merupakan bentuk lain dari besarnya penguasaan bahan pelajaran yang telah dicapai siswa, dan rapor bisa dijadikan hasil belajar terakhir dari penguasaan pelajaran tersebut.

Seseorang tidak dapat memiliki prestasi akademik begitu saja tanpa ada hal yang mendorongnya untuk menunjukkan hasil belajar yang memuaskan. Banyak faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang, Azwar (2004) secara umum menjelaskan ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi antara lain faktor fisik dan faktor psikologis. Faktor fisik berhubungan dengan kondisi fisik umum seperti penglihatan dan pendengaran. Faktor psikologis menyangkut faktor-faktor non fisik, seperti minat, motivasi, bakat, intelegensi, sikap dan kesehatan mental. Faktor eksternal meliputi faktor fisik dan faktor sosial. Faktor fisik menyangkut kondisi tempat belajar, sarana dan perlengkapan belajar, materi pelajaran dan kondisi lingkungan belajar. Faktor social menyangkut dukungan sosial dan pengaruh budaya. Salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang adalah tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ). Menurut Syah (2006) tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa, maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, dan sebaliknya semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses. Hal yang sama juga diungkap oleh Ekowati (2006) yang menyatakan bahwa terdapat kontribusi positif antara intelegensi (kecerdasan) terhadap hasil belajar siswa. David Wechsler (dalam Azwar, 2004) mendefinisikan intelegensi adalah kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu, berfikir secara rasional serta menghadapi lingkungannya dengan efektif, dari definisi tersebut nampak adanya pengaruh yang signifikan antara intelegensi terhadap prestasi akademik. Dengan melakukan tes inteligensi maka dapat disiasati kelemahan-kelemahan yang ditimbulkan karena tingkat inteligensi yang rendah atau hanya tingkat menengah agar prestasi akademik tetap baik maka dapat dilakukankan dengan menyesuaikan keterampilan belajar dengan hasil inteligensinya agar hasil belajar bisa maksimal. Ada dua kemungkinan yang akan terjadi setelah tes inteligensi dilakukan yaitu Jika setelah dilakukan tes inteligensi ternyata seorang siswa diketahui memiliki inteligensi yang tinggi maka hendaknya ia menggunakan potensinya itu dengan baik agar memperoleh hasil belajar yang maksimal cara penggunaan potensi tersebut adalah dengan belajar.seorang individu yang memiliki
9

tingkat inteligensi yang tinggi akan lebih mudah menguasai konten-konten yang diberikan padanya dibandingkan dengan individu yang memiliki kemampuan rata-rata. Jika individu yang memiliki tingkat inteligensi tinggi dapat memamfaatkan kelebihannya ini dalam belajar maka ia akan memperoleh hasil belajar sesuai dengan kemampuannya yaitu hasil belajar diatas rata-rata. Sedangkan setelah dilakukan tes inteligensi maka diketahui bahwa seseorang memiliki tingkat inteligensi rata-rata maka harus mensiasatinya dengan memiliki keterampilan belajar yang baik. Keterampilan ini meliputi teknik mencatat, meningkatkan kemampuan mengingat, membaca membangun kecerdasan, menyelesaikan PR dengan memuaskan, teknis meringkas buku, dan sebagainya. Tingkat inteligensi rata-rata bukan berarti orang tersebut tidak bisa sukses karena manusia tidak hanya dianugerahi kecerdasan intelektual saja namun juga dianugerahi kecerdasan emosional dan spiritual. Seseorang yang ingin sukses dituntut untuk bisa mengkolaborasikan ketiga kecerdasan ini dengan baik dan seimbang agar seluruh potensi dapat tersalurkan dan membarikan manfaat untuk diri sendiri dan orang lain.

E. Usaha orang tua dan Guru Membantu perkembangan Inteligensi Remaja Sebagaimana telah dijelaskan bahwa potensi intelektual tidak dapat berkembang dengan sempurna tanpa mendapatkan perlakuan dari lingkungan. Oleh karena itu, keluarga dan sekolah mempunyai peran yang sangat penting dalam mengembangkan kecerdasan anak. Adapun ayng dapat dilakukan adalah: 1. Dalam proses belajar mengajar hendaknya orang tua atau guru lebih mengutamakan proses dari pada hasil. Misalnya dalam memberikan pertanyaan kepada peserta didik tidak mengutamakan betul atau salah jawaban semata tetapi, lebih yang penting adalah keberaniannya. 2. Menggunakan metode pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir. Misalnya metode penemuan (inquiri) diskusi atau sejenisnya. 3. Guru membantu siswa dalam memahami konsep-konsep yang bersifat abstrak. 4. Menyediakan fasilitas yang memadai untuk menumbuhkembangkan kecerdasan anak, misalnya bahan bacaan, peralatan labor, permainan, dan lainnya.

10

5. Memberikan tugas sekolah dengan berbagai macam metode yang dapat merangsang dan mengembangkan daya pikir. 6. Memotivasi siswa agar terus berusaha mengoptimalkan kapasitas otak yang dia miliki, karena inteligensi tak hanya sekedar anugerah, tapi juga perlu pengasahan agar dapat mencapai kemampuan optimalnya.

11

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang dilakukan maka dapat diambil kesimpulan bahwasanya perkebangan intelegensi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk berfikir dan memecahkan masalah secara rasional. Kemapuan intelegensi ini juga berhubungan dengan keberhasilan belajar. Serta perlunya usaha dari tnaga pengajar dan orang tua untuk ikit terlibat dalam perkembangan intelegensi ini. Hasil belajar tidak sepenuhnya di pengaruhi oleh tingkat inteligensi seseorang, tapi bagaimana proses memaksimalkan pemanfaatan kapasitas yang ada dalam diri individu. B. Saran Tingginya inteligensi tak selalu membuat orang jadi pintar.Jadi gunakan lah anugerah kapasitas yang ada dalam diri kita masing-masing. Penulis menyadari bahwa malalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan masukan dari pembaca sekalian.

12

You might also like