You are on page 1of 20

ACARA 2 ANALISIS VEGETASI PADA MANGROVE A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Pratikum 2. Hari, tanggal pratikum 3.

Tempat pratikum : Untuk mengetahui persebaran vegetasi mangrove pada Gili Sulat. : Minggu, 20 Desember 2009. : Gilli Sulat, kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur. B. LANDASAN TEORI Analisis vegetasi hutan merupakan studi untuk mengetahui komposisi dan struktur hutan. Kegiatan analsis vegetasi pada dasarnya ada dua macam metode dengan petak dan tanpa petak. Salah satu metode dengan petak yang banyak digunakan adalah kombinasi antara metode jalur (untuk risalah pohon) dengan metode garis petak (untuk risalah permulaan). Dalam kegiatan kegiatan penelitian di bidang ekologi hutan seperti halnya pada bidang bidang ilmu lainnya yang bersangkut paut dengan sumber daya alam dikenal dua jenis/tipe pengukuran untuk mendapatkan informasi data yang diinginkan.Kedua jenis pengukuran tersebut adalah pengukuran tersebut adalah pengukuran yang bersifat merusak (destructive measure) dan pengukuran yang tidak merusak (non destructive measure) (Latifah,2005:1). Kata mangrove merupakan kombinasi antara bahasa Portugis mangue dan bahasa Inggris grove. Dalam bahasa Inggris kata mangrove digunakan baik untuk komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah jangkauan pasang-surut maupun untuk individu-individu jenis tumbuhan yang menyusun komunitas tersebut, sedangkan dalam bahasa Portugis kata mangrove digunakan untuk menyatakan individu jenis tumbuhan, sedangkan kata mangal untuk menyatakan komunitas tumbuhan

tersebut.

MacNae (1968) menggunakan kata mangrove untuk jenis

pohon-pohon atau semak belukar yang tumbuh diantara pasang surut air laut, dan kata mangal digunakan bila berhubungan dengan komunitas hutan. Richards (1975) menggunakan kata mangrove untuk kelompok ekologi jenis tumbuhan yang mendiami lahan pasang surut dan untuk komunitas tumbuhan yang terdiri atas jenis tersebut. FAO (1982) merekomendasikan kata mangrove sebaiknya digunakan baik untuk individu jenis tumbuhan maupun komunitas tumbuhan yang tumbuh di daerah pasang surut (Rizal, 2003 : 15). Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal woodland, vloedbosschen, dan hutan payau. Selain itu, oleh masyarakat Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya dengan rumpun bahasa Melayu, hutan magrove sering disebut dengan hutan bakau. Namun demikian, penggunaan istilah hutan bakau untuk sebutan hutan mangrove sebenarnya kurang tepat dan rancu, karena bakau hanyalah nama lokal dari marga Rhizophora, sementara hutan mangrove disusun dan ditumbuhi oleh banyak marga dan jenis tumbuhan lainnya. Dengan demikian, penggunaan istilah hutan mangrove hanya tepat manakala hutan tersebut hanya disusun oleh jenis-jenis dari marga Rhizophora, sedangkan apabila hutan tersebut juga disusun bersamaan dengan jenis dari marga yang lain, maka istilah tersebut tidak tepat lagi untuk digunakan (Anonim, 2005 : 10). C. ALAT DAN BAHAN a. Alat 1. Plot (kuadrat) 10 x 10 m2, 5 x 5 m2, 1 x 1 m2 2. Transek 100 meter 3. Alat tulis 4. Buku identifikasi 5. Meteran

b. Bahan 1. Pohon mangrove yang ada di Gili Sulat D. CARA KERJA 2. Membuat transek garis sepanjang 100 meter, 3. Membuat plot (kuadrat) di sepanjang transek dengan jarak antar plot yaitu 10 meter, 4. Menghitung jumlah, tutupan dan frekuensi mangrove untuk menghitung indeks nilai penting mangrove. Selain itu pula mencatat deskripsi plot yang diamati, 5. Menghitung indeks diversitas mangrove dengan menggunakan indeks shanon-Wienner.

E. HASIL PENGAMATAN Tabel Hasil Pengamatan data Kelompok


Plot Kelompok Jenis Tumbuhan a Rhizophora mucronata 7 1 b 5 C 2 a 10 2 b 7 c 3 a 13 3 b 5 c 2

IV

Sonneratia alba

Bruguruiera. Sp

Keterangan : a = Anakan b = Pancang c = Pohon

Tebel hasil Pengamatan Mangrove (Data Kelas)


Plot Stasiun Jenis Tumbuhan a Rhizophora mucronata Rhizhopora apiculata I Bruguiera sp. Bruguiera gymnorhiza Bruguiera papiplora Sonneratia alba Rizophora mucronata Bruguiera sp. Bruguiera gymnorrhiza Sonneratia alba Rhizopora spiloja 12 6 2 4 7 40 32 34 1 B 8 3 3 4 2 1 32 31 20 c 6 5 3 2 3 3 25 7 1 6 a 14 6 5 33 15 32 2 b 10 5 4 4 25 18 17 c 6 7 4 2 2 22 3 1 8 a 16 4 6 13 2 22 15 20 10 3 b 9 5 4 11 2 13 16 34 C 5 5 2 4 1 19 3 11

II

Keterangan : a = anakan b = pancang c = pohon Analisis data Kelompok KERAPATAN 1. Rhizophora mucronata Anakan (a) Jumlah (n) = 30 Kerapatan (K) = 30/3 = 10 Pancang (b) Jumlah (n) = 17 Kerapatan (K) = 17/75 = 0,23
4

Pohon (b) Jumlah (n) = 7 Kerapatan (K) = 7/300 = 0,023 2. Sonneratia alba Anakan (a) Jumlah (n) = 14 Kerapatan (K) = 14/3 = 4,67 Pancang (b) Jumlah (n) = 3 Kerapatan (K) = 3/75 = 0,04 Pohon (b) Jumlah (n) = 6 Kerapatan (K) = 6/300 = 0,02 3. Bruguiera sp. Anakan (a) Jumlah (n) = 9 Kerapatan (K) = 9/3 = 3 Pancang (b) Jumlah (n) = 1 Kerapatan (K) = 1/75 = 0,013 Pohon (b) Jumlah (n) = 4 Kerapatan (K) = 4/300 = 0,013

KERAPATAN RELATIF (KR) Anakan Kerapatan Total


= Kerapatan Rhizophora + Kerapatan Sonneratia + Kerapatan Bruguiera

= 10 + 4,67 +3 = 17,67

KR Rhizophora =

KR Sonneratia =

KR Bruguiera =

Pancang Kerapatan Total = Kerapatan Rhizophora + Kerapatan Sonneratia + Kerapatan Bruguiera = 0,23 + 0,04 +0,013 = 0,283

KR Rhizophora =

KR Sonneratia =

KR Bruguiera =

Pohon Kerapatan Total


= Kerapatan Rhizophora + Kerapatan Sonneratia + Kerapatan Bruguiera

= 0,023 + 0,02 +0,013 = 0,056

KR Rhizophora =

KR Sonneratia =

KR Bruguiera =

Frekuensi Rhzophora macronata a. Anakan


F 3 1 3

b. Pancang
F 3 1 3

c. Pohon
F 3 1 3

Sonneratia alba a. Anakan


F 3 1 3

b. Pancang
F 2 3 0,67

c. Pohon
F 3 1 3

Brugaiera sp a. Anakan
F 3 1 3

b. Pancang
F 1 0,33 3

c. Pohon
F 3 1 3

Frekuensi Relatif Rhizophora mucronata a. Anakan


FR 1 X 100% 33,33% 3

b. Pancang
FR 1 X 100% 50% 2

c. Pohon
FR 1 X 100% 33,33% 3

Sonneratia alba a. Anakan


FR 1 X 100% 33,33% 3

b. Pancang
FR 0,67 X 100% 33,5% 2

c. Pohon
FR 1 X 100% 33,33% 3

Brugaiera sp a. Anakan
FR 1 X 100% 33,33% 3

b. Pancang
FR 0,33 X 100% 16,5% 2

c. Pohon
FR 1 X 100% 33,33% 3

Dominansi Rhizophora mucronata


D 12,78 300

0.0426
Sonneratia alba
D 22,61 300

0.075
Brugaiera sp
D 22,89 300

0.0963
D total = 0,214

Dominansi Relatif Rhizophora mucronata

DR

0,0426 X 100% 0,214


19,91%

Sonneratia alba

DR

0,075 X 100 0,214

35,05%

Brugaiera sp

DR

0,0963 0,214

45%

B. TABEL INP ANAKAN


STASIUN JENIS TUMBUHAN Rhizophora mucronata 1 Rhizophora apiculata Bruguier sp. Bruguiera gymnorrhiza Bruguiera papiplora Sonerhatia alba n 42 4 18 15 4 14 97 K 14,00 1,33 6,00 5,00 1,33 4,67 32,33 KR(%) 43,30 4,12 18,56 15,46 4,12 14,43 100,00 F 1,00 0,33 1,00 0,67 0,33 1,00 4,33 FR(%) 23,08 7,69 23,08 15,38 7,69 23,08 100,00 INP 66,38 11,82 41,63 30,85 11,82 37,51 200,00

Rhizophora mucronata 2 Bruguier sp. Bruguiera gymnorrhiza Sonerhatia alba Rhizophora spilosa

95 62 0 86 10 253

31,67 20,67 0,00 28,67 3,33 84,34

37,55 24,51 0,00 33,99 3,95 100,00

1,00 1,00 0,00 1,00 0,33 3,33

30,03 30,03 0,00 30,03 9,91 100,00

67,58 54,54 0,00 64,02 13,86 200,00

10

PANCANG
STASIUN JENIS TUMBUHAN Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Bruguiera sp Bruguiera gymnorrhiza Bruguiera papiplora Sonneratia alba n 27 10 11 19 2 3 72 K 0,36 0,13 0,15 0,25 0,03 0,04 0,96 KR(%) 37,50 13,89 15,28 26,39 2,78 4,17 100,00 F 1,00 1,00 1,00 1,00 0,33 0,66 4,99 FR(%) 20,04 20,04 20,04 20,06 6,61 13,23 100,00 INP(%) 57,54 33,93 35,32 46,43 9,39 17,39 200,00

Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Bruguiera sp Bruguiera gymnorrhiza Bruguiera papiplora

70 65 0 71 0 206

0,93 0,87 0,00 0,95 0,00 2,75

33,98 31,55 0,00 34,47 0,00 100,30

1,00 1,00 0,00 1,00 0,00 3,00

33,33 33,33 0,00 33,33 0,00 99,99

67,31 64,89 0,00 67,80 0,00 200,00

II

POHON
STASIUN JENIS TUMBUHAN Rhizophora mucronata Rhizophora apiculata Bruguiera sp Bruguiera gymnorrhiza Bruguiera papiplora Sonneratia alba n 17 17 9 8 3 6 60 K 0,06 0,06 0,03 0,03 0,01 0,02 0,21 KR(%) 28,33 5,67 15,00 13,33 5,00 10,00 77,33 F 1,00 1,00 1,00 1,00 0,33 1,00 5,33 FR(%) 18,76 18,76 18,76 18,76 6,19 18,76 99,99 D 0,07 0,17 0,20 0,08 0,11 0,08 0,71 DR(%) 10,06 23,86 27,82 11,13 15,55 11,58 100,00 INP(%) 57,16 48,29 61,58 43,22 26,74 40,35 277,34

Rhizophora mucronata Bruguiera sp II Bruguiera gymnorrhiza Sonneratia alba Rhizophora spilosa

66 20 5 14 11 116

0,22 0,07 0,02 0,05 0,04 0,4

56,90 17,24 4,31 12,07 9,48 100,00

1,00 0,67 1,00 0,67 0,33 3,67

27,25 18,26 27,25 18,26 8,99 100,01

0,11 0,02 15,94 0,03 0,06 16,16

0,68 0,12 98,67 0,17 0,36 100,00

84,83 35,62 30,23 30,49 18,83 200,00

11

TABEL INP 3 JENIS TUMBUHAN


No 1 Nama tumbuhan Rhizophora mucronata a b c 2 Sonneratia alba a b c 3 Bruguiera sp a b c K
10 0,23 0,023 4,67 0,04 0,02 3 0,013 0,013

KR (%)
17,67 51,3 41,07 26,43 32,3 39,57 16,98 4,59 23,21

F
1 1 1 1 0,67 1 1 0,33 1

FR (%)
33.33 50 33,33 33,33 33,5 33,33 33,33 16,5 33,33

D
0.0426 0,075 0,0963

DR (%)
19,91 35,05 45

INP
51 101,3 94,31 59,76 65,8 107,95 50,31 21,09 101,54

F. PEMBAHASAN Pratikum kali ini memiliki tujuan untuk mengetahui persebaran vegetasi mangrove yang terdapat di Gili Sulat. Gili Sulat merupakan suatu pulau kecil yang sudah di tetapkan sebagai daerah Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) yang terletak di Kabupaten Lombok timur tepatnya terletak di desa kokoq Pede Desa Sugian Kecamatan Sambelia. Gili Sulat ini memiliki keanekaragaman jenis mangrove yang tinggi. Untuk mengetahui persebaran vegetasi mangrove dan jenis mangrove yang ada di Gili Sulat, maka dilakukanlah pratikum analisis Vegetasi Mangrove ini. Pratikum ini dilakukan dengan membuat plot 10 x 10 meter dari pinggir pantai sampai ke tengah Gili. Pengambilan Plot dilakukan dengan mengambil lokasi di sepanjang jeti (jembatan kayu) yang ada di tengah Gili Sulat dimana jeti ini di jadikan sebagai garis transek. Pengambilan plot dilakukan dengan tegak lurus terhadap garis pantai. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran persebaran vegetasi mangrove yang ada di Gili Sulat. Sehingga berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, setelah di buat plot dengan ukuran masing masing 10 x 10 meter. Ditemukan adanya tiga jenis mangrove yaitu Rhizophora mucronata, Sonneratia alba, dan Bruguiera sp. Dimana pada plot ini dilakukan pengambilan data terhadap
12

jumlah anakan, pancang, dan jumlah pohon. Pengambilan plot dilakukan sebanyak 3 (tiga) kali pengambilan. Untuk rhizophora mucronata, pada plot pertama ditemukan 7 anakan, 5 pancang dan 2 pohon. Pada plot yang kedua, terdapat 10 anakan, 7 pancang dan 3 pohon. Sedangkan pada plot yang ketiga terdapat 13 anakan, 5 pancang dan 2 pohon. Untuk Sonneratia alba, pada plot pertama ditemukan 7 anakan, 1 pancang, dan 3 pohon. Pada pengambilan plot kedua ditemukan adanya 5 anakan, dan 2 pohon, dimana pada plot yang kedua ini, untuk sonneratia tidak ditemukan jenis pancang. Pada plot yang ketiga untuk sonneratia alba ditemukan 2 anakan, 2 pancang dan 1 pohon. Dan untuk jenis mangrove yang ketiga,a yaitu bruguiera sp, setelah dilakukannya tiga kali pengambilan sampel, didapat data bahwa pada plot yang pertama didapat adanya 3 anakan, 1 pancang,, dan 1 pohon. Pada plot yang kedua, ditemukan adanya 2 anakan, dan 1 pohon, sedangkan pancang tidak ada. Dan untuk plot yang ketiga untuk bruguiera sp. di dapatkan adanya 4 anakan, dan 2 pohon, sedangkan pancang tidak ada. Untuk data hasil kelompok didapatkan 8 jenis mangrove yaitu Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Bruguiera sp, Bruguiera gymnorhiza, Bruguiera papiplora, Sonneratia alba, Rhizophora mucronata, dan Rhizophora spiloja. Kedelapan jenis mangrove tersebut terbagi dalam 2 (dua) stasiun. Dimana dalam dua stasiun tersebut dilakukan tiga kali pembuatan plot. Pada stasiun pertama, ditemukan terdapat 6 jenis mangrove yaitu Rhizophora mucronata, Rhizophora apiculata, Bruguiera sp, Bruguiera gymnorhiza, Bruguiera papilora dan Sonneratia alba. Untuk rhizophora mucronata pada plot pertama terdapat 12 anakan, 8 pancang, dan 6 pohon. Pada plot yang kedua terdapat 14 anakan, 10 pancang, dan 6 pohon. Dan pada plot yang ketiga terdapat 16 anakan, 9 pancang, dan 5 pohon. Untuk rhizophora apiculata, pada plot pertama terdapat 3 pancang, dan 5 pohon dan tidak ditemukan adanya anakan. Pada plot yang kedua terdapat 5 pancang dan 7 pohon dimana pada plot yang kedua ini tidak terdapat adanya anakan. Sedangkan pada plot yang ketiga untuk rhizophora apiculata ini

13

terdapat 4 anakan, 5 pancang, dan 5 pohon. Untuk bruguiera sp, pada plot pertama terdapat 6 anakan, 3 pancang, dan 3 pohon. Plot kedua ditemukan 6 anakan, 4 pancang, dan 4 pohon. Dan pada plot yang 3 terdapat 6 anakan, 4 pancang dan 2 pohon. Untuk bruiguiera gymnorhiza pada plot yang pertama terdapat 2 anakan, 4 pancang, dan 2 pohon. Pada plot yang kedua ditemukan 4 pancang dan 2 pohon, sedangkan anakan tidak ada. Pada plot yang ketiga, ditemukan adanya 13 anakan, 11 pancang, dan 4 pohon. Untuk jenis Bruguiera papiplora pada plot yang pertama terdapat 4 anakan, 2 pancang, dan 3 pohon. Namun pada plot yang kedua dan ketiga tidak ditemukan adanya anakan, pancang maupun pohon. Dan untuk jenis sonneratia alba pada plot yang pertama ditemuakan terdapatnya 7 pohon, 1 pancang, dan 3 pohon. Pada plot yang kedua terdapat 5 anakan, dan 2 pohon, sedangkan untuk ukurang pancang tidak ditemukan. Dan pada plot yang ketiga ditemukan adanya 2 anakan, 2 pancang, dan 1 pohon. Pada stasiun pertama ini, diketahui bahwa rata rata setiap jenis yang ada memiliki regenerasi yang lumayan bagus, namun untuk mangrove yang jenis bruguiera papiplora tidak terlalu memiliki regenerasi yang bagus, hal ini disebabkan karena pada plot yang ke-2 dan yang ke-3 tidak ditemukan satu pun tumbuhan, baik itu yang ukuran anakan, pancang, maupun pohon. Sedangkan untuk yang stasiun II ditemukan ada 5 jenis mangrove yaitu Rhizophora muconata, Bruguiera sp, Bruguiera gymnorhiza, Sonneratia alba, dan Rhizophora spiloja. Dari kelima jenis mangrove diatas, rata rata memiliki regenerasi yang baik, hal ini dikarenakan pada 3 plot yang dibuat, jenis jenis tersebut terdapat dalam baik dalam bentuk anakan, pancang, maupun pohon. Kecuali pada Bruguiera gymnorhiza dan Rhizophora spiloja yang pada plot pertama dan kedua tidak ditemukan adanya anakannya, pancang maupun pohon. Untuk menganalisis persebaran vegetasi mangrove yang ada di Gili Sulat, dilakukan penghitungan yang meliputi kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif, dominansi, dominansi relatif dan akhirnya

14

menghitung indeks nilai pentingnya (nilai INP). Perhitungan tersebut juga termasuk dalam analsis terhadap anakan, pancang, dan pohon. Dalam perhitungan tersebut, akan dihitung (analisis) ketiga jenis mangrove yang ada pada plot kami (kelompok IV) yaitu Rhizophora mucronata, Sonneratia alba, dan Bruguiera sp. Untuk mengetahui indeks nilai pentingnya, dilakukan dulu penghitungan terhadap berapa kerapatan relatifnya, frekuensi relatifnya, dan berapa dominansi relatifnya. Untuk mencari kerapatan relatif (KR) dilakukan dengan membagi kerapatan jenis dengan kerapatan total dari semua jenis mangrove yang akan dihitung. Kerapatan relatif anakan untuk Rhizophora diketahui sebesar 56,59%, untuk Sonneratia sebesar 26,43%, dan untuk Bruguiera sebesar 16,98%. Untuk kerapatan relatif (KR) pancang, untuk rhizophora sebesar 51,3%, untuk sonneratia sebesar 32,3%, dan untuk bruguiera sebesar 4,59%. Sedangkan untuk kerapatan relatif pohon, untuk rhizophora sebesar 41,07%, untuk sonneratia sebesar 39,57%, dan untuk kerapatan relatif bruguiera sebesar 23,21%. Sehingga dari data di atas dapat diketahui bahwa antara ketiga jenis mangrove tersebut, rhizophora mucronata memiliki nilai kerapatan relatif yang paling besar bila dibandingkan dengan sonneratia dan bruguiera, baik itu pada anakan, pancang, maupun pohon. Hal ini berarti bahwa jenis rhizophora mucronata memiliki kerapatan relatif yang tinggi pada penghitungan ketiga plot yang dilakukan. Untuk frekuensi relatif, setelah dilakukan penghitungan dapat diketahui bahwa frekuensi relatif (FR) untuk rhizophora yang anakan sebesar 33,33%, untuk ukuran pancang sebesar 50%, dan pohonnya sebesar 33,33%. Untuk frekuensi relatif (FR) sonneratia dengan ukuran anakan sebesar 33,33%, pancang sebesar 33,5%, dan pohon sebesar 33,33%. Dan untuk frekuensi relatif bruguiera yang anakan sebesar 33,33%, yang ukuran pancang sebesar 16,5% dan untuk pohon sebesar 33,33%. Sehingga dari data diatas dapat diketahui bahwa antara ketiga jenis mangrove yang ditemukan

15

pada tiga plot diatas, memiliki frekuensi relatif yang rata rata sama yaitu sebesar 33%. Kecuali pada rhizophora mucronata yang ukuran pancang, yang memiliki nilai frekuensi relatif yang paling tinggi yaitu sebesar 50%. Sedangkan untuk nilai dari dominansi relatif (DR) ketiga jenis mangrove tersebut yaitu sebesar 19,91 % untuk rhizophora mucronata, 35,05 % untuk sonneratia alba, dan 45% untuk bruguiera sp. Untuk indeks nilai penting data kelas yang anakan stasiun I yaitu untuk rhizophora mucronata sebesar 66,38% , rhizophora apiculata sebesar 11,82%, bruguiera sp, sebesar 41,63%, bruguiera gymnorhiza sebesar 30,85%, bruguiera papiloplora sebesar 11, 82%, dan untuk sonneratia alba nilai INPnya sebesar 37,51% . Sedangkan untuk INP stasiun II yang anakan yaitu; untuk rhizophora mucronata sebesar 67,58%, bruguiera sp, sebesar 54,54%, sonneratia alba sebesar 64,02%, dan untuk rhizophora spilosa sebesar 13,86%. Indeks nilai penting (INP) untuk data kelas yang pancang untuk stasiun I yaitu; rhizophora mucronata sebesar 57,54%, rhizophora apiculata sebesar 33,93%, bruguiera sp, sebesar 35,32%, bruguiera gymnorhiza sebesar 46,43%, bruguiera papiplora sebesar 9,39%, dan sonneratia alba sebesar 17,39%. Untuk stasiun II INP data kelas yang ukuran pancang yaitu untuk rhizophora mucronata sebesar 67,31%, rhizophora apiculata sebesar 64,89%, dan untuk bruguiera gymnorhiza sebesar 67,80%. Indeks nilai penting (INP) untuk data kelas pohon pada kedua stasiun yaitu: untuk stasiun I, rhizophora mucronata sebesar 57, 16%, rhizophora apiculata sebesar 48,29%, bruguiera sp sebesar 61,58%, bruguiera gymnorhiza sebesar 43,22%, bruguiera papiplora sebesar 26, 74%, dan untuk sonneratia alba sebesar 40,35%. Sedangkan untuk stasiun II indeks nilai pentingnya yaitu untuk rhizophora mucronata sebesar 84,83%, bruguiera sp sebesar 35,62 %, bruguiera gymnorhiza sebesar 30,23%, sonneratia alba sebesar 30,49% dan untuk rhizophora spilosa INPnya sebesar 18,83%.

16

Sedangkan utuk INP dari ketiga jenis mangrove yang terdapat pada ketiga plot yang kami kami ambil pada kelompok kami yaitu untuk rhizophora mucronata, indeks nilai pentingnya sebesar 51% untuk anakan, 101,3% untuk pancang,dan 94,31% untuk INP pohonnya. Pada sonneratia alba, indeks nilai pentinya sebesar 59,76% untuk anakan, 65,8% untuk pancang, dan 107,95% untuk pohon. Dan untuk jenis yang ketiga yaitu bruguiera sp, indeks nilai pentingnya sebesar 50,31% untuk anakan, 21,09% untuk pancang,, dan indeks nilai pantinya untuk pohon yaitu sebesar 101,54%. Ukuran plot yang digunakan adalah 10 x 10 untuk pohon. 5 x 5 untuk pancang dan 1 x 1 untuk semai. Ukuran plot tersebut digunakan karena untuk menyesuaikan dengan pertumbuhan dan dominansi serta kanofi tumbuhan yang di ukur. Pohon memiliki pertumbuhan yang lebih besar oleh sebab itu ukuran plot yang digunakan juga lebih besar, begitu juga dengan pancang dan semai. Namun pada saat pratikum hanya digunakan 1 ukuran plot, yaitu 10 x 10 meter. Berdasarkan data yang didapat, diketahui bahwa persebaran mangrove yang ada di gili sulat dapat dibagi menjadi 3 zona yaitu zona garis pantai, zona tengah, dan zona belakang. Zona garis pantai, yang merupakan kawasan yang berhadapan langsung dengan laut. Lebar zona ini sekitar 10-75 meter dari garis pantai dan biasanya ditemukan jenis Rhizophora stylosa, R. mucronata, Avicennia marina dan Sonneratia alba. Zona tengah, merupakan kawasan yang terletak di belakang zona garis pantai dan memiliki lumpur liat. Biasanya ditemukan jenis Rhizophora apiculata, Avicennia officinalis, Bruguiera cylindrica, B. gymnorrhiza, B. parviflora, B. sexangula, Ceriops tagal, Aegiceras corniculatum, Sonneratia caseolaris dan Lumnitzera littorea. Dan zona Belakang yang merupakan kawasan yang berbatasan dengan hutan darat. Jenis tumbuhan yang biasanya muncul antara lain

17

Achantus ebracteatus, A. ilicifolius, Acrostichum aureum, A. speciosum. Jenis mangrove yang tumbuh adalah Heritiera littolaris, Xylocarpus granatum, Excoecaria agalocha, Nypa fruticans, Derris trifolia, Osbornea octodonta dan beberapa jenis tumbuhan yang biasa berasosiasi dengan mangrove antara lain Baringtonia asiatica, Cerbera manghas, Hibiscus tiliaceus, Ipomea pescaprae, Melastoma candidum, Pandanus tectorius, Pongamia pinnata, Scaevola taccada dan Thespesia populnea. G. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan, analisi data, dan pembahasan. Dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu : 1. Pratikum yang dilakukan di Gili Sulat ini memiliki tujuan untuk mengetahui persebaran vegetasi mangrove yang ada di Gili Sulat Kecamatan Sambelia Kabupaten Lombok Timur. 2. Pratikum ini dilakukan dengan pembagian dua stasiun disertai pembuatan plot 10 x 10 dengan pengambilan sebanyak tiga kali. 3. Pengambilan plot dilakukan tegak lurus dengan garis pantai dimaksudkan untuk mengetahui secara pasti persebaran vegetasi mangrove yang ada, karena vegetasi mangrove tersebar dari tepi pantai sampai ke tengah daratan. 4. Ukuran plot yang digunakan yaitu 10 x 10 meter disebabkan karena menyesuaikan dengan pertumbuhan dan dominansi serta kanofi tumbuhan yang di ukur dimana pohon memiliki ukuran pertumbuhan yang lebih besar. 5. Untuk analisis data kelas, rhizophora mucronata memiliki nilai kerapatan relatif (KR) yang paling besar yaitu 56,59% pada anakan, 51,3% pada pancang, dan 41,07% pada pohon. 6. Data kelas pada frekuensi relatif memiliki nilai yang rata rata hampir sama sekitar 33% pada setiap plot, hal ini

18

mengindikasikan jumlah ditemukannya jenis mangrove pada tiap plot hampir sama. 7. Nilai dominansi relatif (DR) tertinggi dimiliki oleh Bruguiera sp sebesar 45%. 8. Nilai INP untuk rhizophora mucronata pada anakan, pancang, dan pohon masing masing yaitu 51%, 101,3%, dan 94,3% 9. Nilai INP untuk sonneratia alba pada anakan, pancang, dan pohon berturut turut yaitu 59,76%, 65,8%, dan 107,95%. 10. Nilai INP untuk bruguiera sp. yaitu 50,31% untuk anakan, 21,09% untuk pancang, dan 101,54% untuk pohon. 2. Saran Materi tentang pratikumnya mungkin perlu ditambah, agar para pratikan lebih mengerti tentang objek yang akan diteliti dalam kegiatan pratikumya. But...untuk keseluruhan jalannya pratikum, berjalan dengan baik, thanks a lot buat kakak coass yang dengan sabar membimbing kami para pratikan yang sedikit...ya bisa dibilang nakal dikit lah. Thanks buat dosen pengajar mata kuliah ini, terutama Pak Didik, makasi bimbingan dan ilmu yang diberikan.

19

DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2005. Mengenal Mangrove. Jogjakarta: Bintang Timur. Dikutip dari www. Blogspot.com/mengenalmangrove/mangrove di unduh pada tanggal 2 Januari 2010. Latifah, S. 2005. Jurnal Penelitian Pesisir. Dikutip dari http://www.dinaskelautan.com/Jurnalpesisir/ekologimangrove. didownload pada tanggal 2 Januari 2010. Rizal, M. 2003. Ekosistem Mangrove. Dikutip dari http://www.dutailmu.com/ekologi/ekosistemmangrove. di download pada tanggal 4 Januari 2010.

20

You might also like