You are on page 1of 8

Tradisi dan Praktek Ekonomi pada Masa Muawiyah dan Abbasiyah 1

Tradisi dan Praktek Ekonomi pada Masa Muawiyah (41-132 H/ 661-750 H) Naiknya muawiyah ke pemerintahan Islam merupakan awal kekuasaan Bani Ummayah. Sejak saat itu pula, pemerintahan Islam yang bersifat demokratis seperti yang telah dipraktekkan Rasulullah SAW dan al-Khulafa al-Rasyidun berubah menjadi monarchiheridetis (kerajaan turun-menurun). Muawiyah memperoleh kekuasaan melalui jalan kekerasan, diplomasi dan tipu daya, tidak melalui jalan musyawarah. Dalam menjalankan kekuasaannya, ia tetap menggunakan istilah khalifah yang diartikan sebagai penguasa yang diangkat oleh Allah.1 Sejak Bani Umayyah berkuasa, seorang khalifah tidak harus lagi seorang ahli hukum agama (fuqaha). Dinasti ini mulai memisahkan antara pemegang otoritas keagamaan dengan pemegang otoritas politik. Urusan agama diserahkan kepada para ulama, sedangkan urusan politik diserahkan kepada para penguasa. Selama masa pemerintahan dinasti ini, telah terjadi pergeseran nilai-nilai Islami yang sangat mengedepankan asas-asas musyawarah dan kebersamaan menjadi kepemimpinan otoriter. Keadaan tersebut memacu timbulnya hasrat sebagian besar khalifah Bani Umayyah untuk memanfaatkan kekuasaan sebagai sarana memperkaya diri dan keluarganya. Pada masa pemerintahan Bani Umayyah, terdapat dua macam Baitul Mal, yaitu umum dan khusus. Pendapatan Baitul Mal umum diperuntukkan bagi seluruh masyarakat umum sedangkan pendapatan Baitul Mal khusus diperuntukkan bagi para sultan dan keluarganya.2 Namun, dalam prakteknya tidak jarang ditemukan berbagai penyimpangan penyaluran harta Baitul Mal tersebut. Dengan demikian telah terjadi disfungsi penggunaan dana Baitul Mal pada masa pemerintahan Daulah Umayyah. Selama pemerintahan Daulah Umayyah yang berlangsung selama kurang lebih 90 tahun, wilayah kekuasaan Islam telah meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syiria, Palestina, Jazirah Arabaia, Irak, sebagian

1 2

DR.Euis Amalia, M.Ag, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Depok: Gramata Publishing 2010) hal.100 Ibid.

Asia kecil, Persia, Afganistan, daerah yang sekarang disebut sebagai Pakistan, Purkmenia, Uzbekishtan, dan Kirgis di Asia Tengah. 3 Selain melakukan perluasan wilayah, sejarah mencatat terdapat beberapa khalifah Bani Umayyah yang menaruh perhatian terhadap pembangunan di berbagai bidang, termasuk ekonomi, yang mempengaruhi tingkat kesejahteraan umat Islam secara keseluruhan. Beberapa tokoh yang termasyhur adalah: A. Khalifah Muawiyah Ibn Abi Soyfyan Pada masa pemerintahannya khalifah ini mendirikan dinas pos beserta dengan fasilitas, menertibkan angkatan perang, mencetak mata uang, dan mengembangkan jabatan qadi (hakim) sebagai jabatan professional.4 Disamping itu khalifah muawiyah Ibn Abi Sofyan menerapkan kebijakan pemberian gaji tetap kepada para tentara, pembentukan tentara professional, serta pengembangan birokrasi seperti fungsi pengumpulan pajak dan administrasi politik. B. Khalifah Abduk Malik Ibn Marwan Pada masa pemerintahan Abduk Malik Ibn Marwan muncul pemikiran yang serius terhadap penerbitan dan pengaturan uang dalam masyarakat. Hal ini dilatar belakangi oleh pemerintahan pihak romawi agar khalifah Abduk Malik Ibn Marwan menghapuskan kalimat

Bismillahirrohmannirrhim dalam mata uang yang berlaku pada khilafahnya. Akan tetapi permintaan tersebut di tolak, bahkan beliau mencetak mata uang itu sendiri dengan tetap mencantumkan kalimat Bismillahirrohmannirrohim pada tahun 74H dan menyebarkan keseluruh wilayah islam serta melarang pemakaian mata uang lain. Mereka yang melakukan pencetakkan mata uang diluar percetakan Negara, dijatuhkan hukuman tazir. Selain itu beliau juga melakukan bahasa arab sebagai bahasa resmi administrasi pemerintahan islam. C. Khalifar Umar Ibn Abdul Aziz Umar ibn Abdul Aziz diangkat menjadi seorang khalifah pada waktu berusia 36 tahun. Lama pemerintahannya adalah 2 tahun 5 bulan 5 hari. Pemerintahan beliau sangatlah menakjubkan.

3 4

Ibid, hal.101 Ibid.

Selama masa pemerintahannya, Umar ibn Abdul Azis menerapkan kembali ajaran Islam secara utuh menyeluruh langkah ini dimulai dari dirinya sendiri. Beliau melakukan pembenahan diseluruh sektor kehidupan masyarakat tanpa pandang bulu. Ketika diangkat sebagai khalifah, beliau mengumpulkan rakyatnya dan mengumumkan serta menyerahkan seluruh harta kekayaan diri dan keluarganya yang tidak wajar kepada kaum muslimin melalui baitul mal, mulai dari tanah-tanah perkebunan di Maroko, berbagai tunjangan yang berada di Yamamah, Mukaedes, Jabal al-wars, Yaman dan Fadak hingga cincin berlian pemberian al-Walid. Selama berkuasa, ia juga tidak mengambil sesuatupu dari Baitul Mal termasuk pendapatan faI yang telah menjadi haknya. Pada masa pemerintahannya, beliau memperioritaskan pembangunan dalam negeri. Menurutnya, memperbaiki dan meningkatkan kesejahteraan negeri Islam adalah lebih baik daripada menambah perluasan wilayah. Dalam melakukan berbagai kebijakannya, beliau bersifat melindungi dan meningkatkan kemakmuran taraf hidup masyarakat secara keseluruhan. Ia mengurangi beban pajak yang dipungut dari kaum Nasrani, mengahapus pajak pada kaum Muslimin, membuat aturan takaran dan timbangan, membasmi cukai dan kerja paksa, memperbaiki tanah pertanian, penggalian sumur-sumur, pembangunan jalan-jalan, pembuatan tempat-tempat menginap bagi para musafir dan menyantuni fakir miskin. Berbagai kebijakan ini berhasil menaikkan taraf hidup masyarakat secara keseluruhan sehingga tidak ada lagi yang mau menerima zakat. Salah satu bukti kesungguhannya dalam menegakkkan keadilan, beliau pernah mebelanjakan seluruh kekayaan Baitul Mal di Irak untuk membayar ganti rugi kepada orangorang yang diperlakukan semena-mena oleh para penguasa sebelumnya. Karena tidak mencukupi, ia mengambil dari kekayaan Baitul Mal di Syam. Khalifah Umar ibn Abdul Aziz juga menetapkan bahwa para pejabat diberi gaji sebesar 300 dinar dan dilarang melakukan berbagai pekerjaan sampingan. Selain itu, pajak yang dikenakan kepada non muslim hanya berlaku pada tiga profesi yaitu, pedagang, petani dan tuan tanah. Dalam bidang pertanian beliau melarang menjual tanah garapan agar btidak ada penguasaan lahan dan lahan pertanian yang ada dimanfaatkan semaksimal mungkin. Dalam menetepkan sewa tanah beliau menerapkan prinsip keadilan dan kemuliaan hati. Beliau melarang memungut sewa terhadap tanah yang tidak subur dan apabila tanah tersebut subur 3

pengambilan sewanya harus memperhatikan tingkat kesejahteraan hidup petani yang bersangkutan Beliau menerapkan kebijakan otonomi daerah dimana setiap wilayah islam mempunyai wewenang untuk mengelola zakat dan pajak secara sendiri-sendiri dan tidak diharuskan menyerahkan upeti kepada pemerintah pusat. Dengan demikian masing-masing wilayah islam diberi kekuasaan untuk mengelolah kekayaan apabila terdapat surplus disarankan agar wilayah tersebut memberikan bantuan wilayah yang minim pendapatannya. Khalifah Umar Ibn Abdul Aziz menjadikan jaminan social sebagai landasan pokok. Ia juga mendirikan rumah makan khusus untuk para fakir miskin. Dan apabila terdapat kelebihan harta setelah digunakan untuk memenuhi kebutuhan kaum muslimin, pendapatan Baitul maal di distribusikan kepada orang-orang dzimmi (kafir yang membela islam). Beliau juga mengeluarkan kebijakan pembukaan jalur perdagangan bebas, sebagai upaya meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Pada masa pemerintahannya sumber-sumber pemasukan Negara berasal dari zakat, hasil rampasa perang, pajak penghasilan pertanian dan hasil pemberian lapangan kerja produktif kepada masyarakat luas. Setelah masa pemerintahan Umar ibn Abdul Aziz tersebut, kekuasaan bani ummayah berada ditangan Yazid ibn Abdul Malik. Pada masa ini kekacauan dalam kehidupan masyarakat mulai muncul kembali. Kerusuhan tersebut terus berlanjut hingga semakin memperkuat posisi kaum oposisi dan memperlemah posisi sang khalifah yang pada akhirnya pihak oposisi berhasil menumbangkan daulah ummawiyyah Tradisi dan Praktek Ekonomi pada Masa Daulah Abbasiyah 1 Kelahiran Daulah Abbasiyah Masa daulah abbasiyah adalam masa keemasan islam, atau sering di sebut dengan The golden age. Pada masa itu umat islam telah mencapai puncak kemulaiaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetauhaan. Bani abbas mewarisi imoperium besar Bani Ummayyah. Menjelang tumbangnya Daulah Ummayyah telah terjadi banyak kekacauan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara terjadi kekeliruan-kekeliruan dan 4

kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para khalifah dan para pembesar Negara lainnya sehingga terjadilah pelanggaran-pelanggaran terhadap ajaran islam, termasuk salah satunya penguncilan yang dilakukan Bani Umayyah terhadap kaum mawali yang menyebabkan ketidakpuasan dalam diri mereka dan akhirnya terjadi banyak kerusuhan.5 Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal memberikan toleransi kepada berbagai kegiatan keluarga Syiah. Keturunan Bani Hasyim dan Bani Abbas yang ditindas oleh Daulah Umayah bergerak mencari jalan bebas, dimana mereka mendirikan gerakan rahasia untuk menumbangkan Daulah Umayah dan membangun Daulah Abbasiyah. Di bawah pimpinan mereka Imam Muhammad bin Ali Al-Abbasy mereka bergerak dalam dua fase, yaitu fase sangat rahasia dan fase terang-terangan dan pertempuran. Selama Imam Muhammad masih hidup gerakan dilakukan sangat rahasia. Propaganda dikirim ke seluruh pelosok negara, dan mendapat pengikut yang banyak, terutama dari golongan-golongan yang merasa ditindas, bahkan juga dari golongan-golongan yang pada mulanya mendukung Daulah Umayah. Setelah Imam Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya Ibrahim, pada masanya inilah bergabung seorang pemuda berdarah Persia yang gagah berani dan cerdas dalam gerakan rahasia ini yang bernama Abu Muslim Al-Khurasani. Semenjak masuknya Abu Muslim ke dalam gerakan rahasia Abbasiyah ini, maka dimulailah gerakan dengan cara terang-terangan, kemudian cara pertempuran, dan akhirnya dengan dalih ingin mengembalikan keturunan Ali ke atas singgasana kekhalifahan, Abu Abbas pimpinan gerakan tersebut berhasil menarik dukungan kaum Syiah dalam mengobarkan perlawanan terhadap kekhalifahan Umayah. Abu Abbas kemudian memulai makar dengan melakukan pembunuhan sampai tuntas semua keluarga Khalifah, yang waktu itu dipegang oleh Khalifah Marwan II bin Muhammad. Begitu dahsyatnya pembunuhan itu sampai Abu Abbas menyebut dirinya sang pengalir darah atau AsSaffah. Maka bertepatan pada bulan Zulhijjah 132 H (750 M) dengan terbunuhnya Khalifah Marwan II di Fusthath, Mesir dan maka resmilah berdiri Daulah Abbasiyah. Dalam peristiwa tersebut salah seorang pewaris takhta kekhalifahan Umayah, yaitu Abdurrahman yang baru berumur 20 tahun, berhasil meloloskan diri ke daratan Spanyol. Tokoh inilah yang kemudian berhasil menyusun kembali kekuatan Bani Umayah di seberang lautan, yaitu di keamiran Cordova. Di sana dia berhasil mengembalikan kejayaan kekhalifahan Umayah dengan nama kekhalifahan Andalusia. Pada awalnya kekhalifahan Daulah Abbasiyah menggunakan Kufah sebagai pusat pemerintahan, dengan Abdullah Al-Saffah (132-136 H) sebagai Khalifah pertama. Kemudian Khalifah penggantinya Abu
5

students.sunan-ampel.ac.id/irmanto/ tanggal akses: 22 Maret 2011

Jafar Al-Manshur (136-148 H) memindahkan pusat pemerintahan ke Baghdad. Di kota Baghdad ini kemudian akan lahir sebuah imperium besar yang akan menguasai dunia lebih dari lima abad lamanya. Imperium ini dikenal dengan nama Daulah Abbasiyah. Daulah Abbasiyyah memiliki kesamaan dan perbedaan dengan Daulah Umayyah. Seperti yang terjadi pada masa Daulah Umayyah misalnya para bangsawan. Daulah Abbasiyyah cenderung hidup mewah dan bergelimang harta. Mereka gemar memelihara budak serta peliharaan istri (harem). Masa Pemerintahan Daulah Abbasiyah Dalam kurun waktu lebih dari lima abad dinasti berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda. Sesuai dengan perubahan politik, social, dan budaya. Berdasarkan hal ini Ahmad Syalabi membagi masa pemerintahan Bani Abbasiyah menjadi tiga periode, yaitu:6 a. Periode pertama berlangsung dari tahun 132 H-232 H. pada periode ini kekuasaan berada di tangan para khalifah secara penuh. b. Periode kedua dari tahun 232 H-590H. pada periode ini kekuasaan berpindah dari tangan khalifah kepada golongan turki (232-334 H), Bani Buwaih (334-447 H) dan Bani Saljuq (447-590 H). c. Periode ketiga berlangsung dari tahun 590-656 H. pada periode ini kekuasaan kembali di tangan khalifah tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya. Karena Abdullah Al-Saffah hanya memerintah dalam waktu yang singkat, khalifah yang sesungguhnya dari daulah Abbasiyah adalah Abu Jafar Al-Manshur. Beliau lebih banyak melakukan konsolidasi dan penertiban admistrasi birokrasi. Ia berusaha meletakan dasar-dasar pemerintahan daulah Abbasiyah. Pusat pemerintahan yang pada mulanya di Hasyimiyah dipindahkan ke kota Baghdad yang baru dibangun. Ia menciptakan tradisi baru di bidang pemerintahan dengan mengangkat seorang wazir sebagai sebagai koordinator departemen. Pada awal pemerintahan khalifah manshur, perbendaharaan Negara dapat dikatakan tidak ada karena khalifah sebelumnya banyak menggunakan dana Baitul mal untuk diberika kepada para sahabat dan tentara demi mengukuhkan kedudukannya sebagai penguasa. Hal ini mendorong al-Manshur untuk bersikap keras dalam peneguhan kedudukan keuangan Negara. Dalam mengendalikan harga-harag, khalifah al-Manshur memerintahkan kepada para kepala jawatan pos untuk melaporkan harga pasaran
6

DR.Euis Amalia, M.Ag, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Depok: Gramata Publishing 2010) hal.106

dari setiap bahan makanan dan barang lainnya. Keberhasilan khalifah al-Manshur, dalam meletakkan dasar-dasar pemerintahan Daulah Abbasiyah memudahkan usaha para khalifah berikutnya untuk lebih focus terhadap permasalahan ekonomi dan keuangan Negara sehingga peningkatan dan pengembangan taraf hidup rakyat dapat terjamin. Ketika khalifah al-Manshur meninggal, kekayaan kas Negara telah mencapai 810 juta dirham. Selanjutnya beliau digantikan oleh al-Mahdi (158-169 H). pada saat itu keadaan Negara telah stabil. AlMahdi banyak menerapkan kebijakan yang menguntungkan rakyat banyak seperti, pembangunan tempat-tempat persinggahan para musafir haji, pembuatan kolam-kolam air bagi para khafilah dagang, serta memperbaiki dan memperbanyak jumlah telaga dan perigi. Pada masa pemerintahan al-Mahdi perekonomian Negara mulai meningkat dengan peningkatan di sector pertanian melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan. Disamping itu, jalur transit perdagangan antara timur dan barat juga banyak menghasilkan kekayaan sehingga Bashrah menjadi pelabuhan yang penting. Dengan demikian, sector-sektor perekonomian yang menunjang kemakmuran Daulah Abbasiyah adalah pertanian, pertambangan, dan perdagangan. Daulah Abbasiyah mencapai punaknya pada saat pemerintahan dikuasai Harun al-Rasyid (170-193 H). Pada masa ini pertumbuhan ekonomi berkembang dengan pesat dan kemakmuran. Ia melakukan diversifikasi sumber pendapatan Negara, membangun Baitul Mal untuk mengurus keuangan Negara. Sumber pendapatan pada masa pemerintahan ini adalah kharaj, jizyah, zakat, faI, ghanimah, usyr dan harta lainnya. Seluruh pendapatan Negara tersebut dimasukkan ke dalam Baitul Mal dan dikeluarkan berdasarkan kebutuhan. Pada masa pemerintahan Khalifah Harun Al-Rasyid, pendapatan Baitul Mal dialokasikan untuk riset ilmiah dan penterjemahan buku-buku yunani. Di samping untuk biaya pertahanan dan anggaran rutin pegawai, pendapatan tersebut juga dialokasikan untuk membiayai para tahanan dalam hal penyediaan bahan makanan dan pakaian musim panas dan dingin. Pemerintahahn Khalifah Harun Al-Rasyid, juga sangat memperhatikan masalah perpajakan. Ia menunjuk qodi Abu Yusuf untuk menyusun sebuah kitab pedoman mengenai keuangan Negara secara syariah. Untuk itu, Imam Abu Yusuf menyusun sebuah kitab yang diberi judul Kitab Al Kharaj. Pada masa Daulah Abbasiyah, sistem pemungutan al kharaj dilakukan dengan tiga cara, yaitu:7

DR.Euis Amalia, M.Ag, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Depok: Gramata Publishing 2010) hal.109

a. Al-Muhasabah atau penaksiran luas areal tanah dan jumlah pajak yang harus dibayar dalam bentuk uang. b. Al-Muqashamah atau penetapan jumlah tertentu (persentase) dari hasil yang diperoleh. c. Al-Muqattaah atau penetapan pajak hasil bumi terhadap para jutawan berdasarkan persetujuan antar pemerintah dengan yang bersangkutan.

Setelah Khalifah Harun al-Rasyid meninggal, pemerintahan Daulah abbasiyah diserahkan kepada Khalifah Al-Mamun (198-218 H). Pada masa pemerintahannya, beliau memberikan perhatian yang besar terhadap pengembangan Ilmu Pengetahuan dalam Islam. Aktivitas penerjemahan buku-buku asing semakin digalakkan. Untuk menunjang hal tersebut, pemerintah mengalokasikan dana Baitul Mal untuk gaji para peneterjemah. Beliau juga mendirikan sekolah-sekolah, pembangunan Bait al hikmah, pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi yang dilengkapi dengan perpustakaan yang besar. Dinasti Bani Abbasiyah pada periode pertama lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam, termasuk kehidupan perekonomian daripada perluasan wilayah. Setelah melewati periode ini, Daulah Abbasiyah mengalami kemunduran dan akhirnya dihancurleburkan oleh bangsa Mongol tahun 1258 M. 8

DR.Euis Amalia, M.Ag, Sejarah Pemikiran Ekonomi Islam, (Depok: Gramata Publishing 2010) hal.109

You might also like