Professional Documents
Culture Documents
Arus Wind-Driven Sirkulasi Atmosfir Wind Stress Pola Sirkulasi Lautan Cincin Arus Geostropik Upwelling
Daratan : 185,85 juta kilo meter persegi (29,2 %) Lautan : 361,25 juta kilo meter persegi (70,8 %)
Sebaran daratan dan lautan di belahan bumi bagian utara dan bagian selatan tidak simetris
90
0
20
40
60
80
100
Air (%)
Utara
450
Darat Ekuator
00
Selatan
450
900
Eka Djunarsjah, 2005
Atmosfir
Permukaan Laut
Masing-masing bagian terdiri dari lapisan-lapisan, dan terdapat batas pemisah antara bagian yang satu dengan bagian lainnya
Batas antara Lithosfir dan Hidrosfir adalah Dasar Laut Batas antara Hidrosfir dan Atmosfir adalah Permukaan Laut
Oseanografi (1)
Pengertian :
Aplikasi dari berbagai macam ilmu pengetahuan pada fenomena lautan Ilmu yang inter disipliner
Oseanografi Fisika (terkait erat dengan bidang Hidrografi dan Geodesi), mempelajari tentang :
Sifat Air Laut (Salinitas, Temperatur, Densitas) Oseanografi Dinamik (Gaya-gaya yang bekerja di laut)
Oseanografi (2)
Aplikasi Oseanografi Keperluan Ilmiah :
Penentuan geoid di laut Studi tentang Sea Surface Topography (SST) Studi Geomorfologi Kelautan
Keperluan Rekayasa :
Sifat-Sifat Utama
Temperatur :
Kehidupan flora dan fauna laut Komposisi kimia air laut Sirkulasi massa air Cepat rambat gelombang akustik
Salinitas :
Penentuan sedimen dan kandungan mineral Indikator arah dan kecepatan arus
Densitas :
Temperatur (1)
Perubahan temperatur air laut disebabkan oleh perpindahan panas dari massa yang satu ke massa yang lainnya Kenaikan temperatur permukaan laut disebabkan oleh : Radiasi dari angkasa dan matahari Konduksi panas dari atmosfir Kondensasi uap air Penurunan temperatur permukaan laut disebabkan oleh : Radiasi balik permukaan laut ke atmosfir Konduksi balik panas ke atmosfir Evaporasi (penguapan) Matahari mempunyai efek yang paling besar terhadap perubahan suhu permukaan laut
Eka Djunarsjah, 2005
Temperatur (2)
Variasi perubahan temperatur dipengaruhi juga oleh posisi geografis wilayah perairan (lihat gambar)
0 0/00 34 0/00 100 Thermocline
1000 2000 3000 4000 5000
35 0/00 200
36 0/00 300
Kedalaman (m)
00
0
Halocline
Temperatur (T)
Laut Dalam
Salinitas (S)
Temperatur (3)
Para Ahli Oseanografi membagi pola temperatur dalam arah vertikal menjadi tiga lapisan :
Lapisan Thermocline :
Bentuk pola temperatur dalam arah vertikal sangat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
Bulan Agustus
Bulan Februari
Atlantik
Hindia
Pasifik
Eka Djunarsjah, 2005
Salinitas (1)
Lautan terdiri dari : Air sebanyak 96,5 % Material terlarut dalam bentuk molekul dan ion sebanyak 3,5 % Material yang terlarut tersebut 89 % terdiri dari garam Chlor, sedangkan sisanya 11 % terdiri dari unsur-unsur lainnya Salinitas adalah jumlah total material terlarut (yang dinyatakan dalam gram) yang terkandung dalam 1 kg air laut Satuan salinitas : 0/00 (per mil) Faktor utama yang mempengaruhi perubahan salinitas, yaitu : Evaporasi (penguapan) air laut Hujan Mencair/membekunya es Aliran sungai menuju ke laut
Eka Djunarsjah, 2005
Salinitas (2)
Para Ahli Oseanografi membagi pola salinitas dalam arah vertikal menjadi empat lapisan : Well-mixed surface zone, dengan ketebalan 50 - 100 m (salinitas seragam) Halocline, zona dimana salinitas berubah dengan cepat sesuai dengan bertambahnya kedalaman Zona di bawah Halocline sampai ke dasar laut, dengan salinitas yang relatif homogen Zona Berkala (Occasional Zone), pada kedalaman 600 - 1000 m, dimana terdapat nilai salinitas minimum Salinitas air laut di seluruh wilayah perairan di dunia berkisar antara 33 - 37 0/00 , dengan nilai median 34,7 0/00 , namun di Laut Merah dapat mencapai 40 0/00 Salinitas air laut tertinggi terjadi di sekitar wilayah ekuator, sedangkan terendah dapat terjadi di daerah kutub, walaupun pada kenyataannya sekitar 75 % air laut mempunyai salinitas antara 34,5 0/00 - 35,0 0/00
Eka Djunarsjah, 2005
Salinitas (3)
Contoh nilai salinitas rata-rata untuk beberapa tempat :
: : :
00)
Atlantik
Hindia
Pasifik
Eka Djunarsjah, 2005
Densitas (1)
Densitas air laut merupakan jumlah massa air laut per satu satuan volume Densitas merupakan fungsi langsung dari kedalaman laut, serta dipengaruhi juga oleh salinitas, temperatur, dan tekanan Pada umumnya nilai densitas (berkisar antara 1,02 - 1,07 gr/cm3) akan bertambah sesuai dengan bertambahnya salinitas dan tekanan serta berkurangnya temperatur Perubahan densitas dapat disebabkan oleh proses-proses : Evaporasi di permukaan laut Massa air pada kedalaman < 100 m sangat dipengaruhi oleh angin dan gelombang, sehingga besarnya densitas relatif homogen Di bawah lapisan ini terjadi perubahan temperatur yang cukup besar (Thermocline) dan juga salinitas (Halocline), sehingga menghasilkan pola perubahan densitas yang cukup besar (Pynocline) Di bawah Pynocline hingga ke dasar laut mempunyai densitas yang lebih padat
Eka Djunarsjah, 2005
Densitas (2)
Stabilitas air laut dipengaruhi oleh perbedaan densitasnya, yang disebut dengan Sirkulasi Densitas atau Thermohaline Dalam kegiatan pemeruman (pengukuran kedalaman dengan alat Echosounder), salinitas dan temperatur yang diperoleh dari pengukuran pada interval kedalaman tertentu sangat berguna untuk menentukan :
Cepat rambat gelombang akustik Menentukan pembelokan arah perambatan gelombang akustik (refraksi)
Lautan di wilayah ekuator menyerap lebih banyak panas dibandingkan dengan daerah kutub, sehingga terjadi transfer panas dari ekuator ke kutub melalui proses :
Angin yang bertiup di atas permukaan laut, membangkitkan ombak/gelombang, mengaduk air permukaan, dan meniup uap air dari permukaan laut, kemudian uap air tersebut ditransfer ke daratan dan akhirnya turun ke permukaan dalam bentuk hujan, dan selanjutnya air tadi kembali lagi ke laut (Siklus Hidrologi) Sirkulasi air dapat juga terjadi dalam arah vertikal, yang ditentukan oleh perubahan densitas air pada permukaan laut
Eka Djunarsjah, 2005
Pemanasan Lautan
Siklus Hidrologi
Gelombang (1)
Selain membangkitkan arus, tiupan angin di permukaan laut dapat juga membangkitkan gelombang (Wind-generated wave) Gelombang terbentuk oleh adanya transfer energi dari udara ke massa air
Puncak
Keterangan : L - panjang gelombang H - jarak vertikal antara puncak dan lembah (tinggi gelombang) h - kedalaman laut T - periode gelombang C - kecepatan rambat gelombang
H
Gerakan Vertikal Air
Lembah
h
Dasar Laut
Gelombang (2)
Di laut dalam : Air yang bergerak dalam arah horisontal jumlahnya kecil sekali Air bergerak dalam arah vertikal (ke atas dan ke bawah) Terdapat perbedaan antara Gelombang dan Gerakan Partikel air di permukaan (berbentuk lingkaran dengan diameter yang merupakan fungsi dari kedalaman dan kecepatan) Sedangkan Tinggi dan Periode Gelombang merupakan fungsi dari : Kecepatan dan durasi angin, serta jarak vertikal antara air dan angin Kedalaman (khususnya di laut dangkal dan danau) Jenis-jenis Gelombang : Sea : dipengaruhi langsung oleh angin, tanpa pola yang sistematis (periode berubah dan tinggi bervariasi) Swell : merupakan bentuk turunan Sea, mempunyai pola yang teratur (panjang gelombang tetap, tinggi berkurang) Surf : terjadi di sekitar pantai (bila gelombang mencapai kedangkalan dan pecah), bergerak dalam arah horisontal (bukan lingkaran) menuju ke pantai
Eka Djunarsjah, 2005
Gelombang (3)
Gelombang Katastropik (Bencana) Gelombang Badai (Storm Surge) Gelombang yang disebabkan oleh longsoran (Landslide Surge) Gelombang Tsunami, disebabkan oleh gempa bumi baik yang bersifat tektonik maupun vulkanik Gelombang Stasioner, merupakan gelombang yang tidak bergerak maju, tetapi bergerak dalam arah vertikal ke atas dan ke bawah (dapat dibangkitkan oleh badai, gangguan tiba-tiba pada permukaan air, dan perubahan mendadak kondisi atmosfir); dapat terjadi di danau dan di daerah teluk
Gerakan air ke atas Terjadi bila angin bertiup sejajar pantai Arah arus dipengaruhi oleh Gaya Coriolis Ditentukan oleh bentuk topografi dasar laut Bila arus di bawah permukaan kaya akan kandungan nutrisi, maka daerah perairan tersebut akan mempunyai produktifitas biologis yang tinggi
Bila gerakan air dari atas ke bawah, maka disebut dengan Sinking
Sirkulasi Thermohaline
Sirkulasi Thermohaline umumnya merupakan proses yang terjadi di laut dalam Disebabkan oleh variasi densitas air yang terbentuk di bidang batas antara udara air, dan erat kaitannya dengan Sirkulasi Wind-driven Sulit diamati secara langsung mengingat kecepatannya yang sangat lambat, namun bisa disimpulkan melalui pengamatan salinitas, temperatur, dan kadar O2 terlarut Sirkulasi ini merupakan proses konveksi, dimana air dingin dan berdensitas besar terbentuk di daerah kutub (Utara dan Selatan), tenggelam, dan mengalir pelan-pelan ke arah ekuator Di Atlantik Utara, terbentuk North Atlantic Deep Water, sedangkan di wilayah Antartika terbentuk Antartic Bottom Water dan Antartic Intermediate Water Sirkulasi Thermohaline juga dipengaruhi oleh topografi dasar laut
Arus Laut
Tiga sumber utama pembangkit arus adalah :
Pengaruh lainnya dapat disebabkan oleh : Gaya Coriolis, Gaya Berat, Gaya Gesekan, dan Tekanan Atmosfir Peranan pengamatan arus dalam Survei Hidrografi :
Kerekayasaan : konstruksi lepas pantai, perencanaan pelabuhan, dan pemantauan lingkungan Penentuan posisi (metode Dead-Reckoning) Keselamatan pelayaran
Eka Djunarsjah, 2005
Pengukuran-Pengukuran
Pengamatan Arus Tujuan Pengertian Arus Laut Penyebab Jenis Arus Metode Pengamatan Current Meter Pelaksanaan Pengamatan Pengamatan Sifat Air Laut Tujuan Metode Pengamatan
Eka Djunarsjah, 2005
Pengamatan Gelombang Tujuan Pengertian Gelombang Laut Penyebab Parameter Gelombang Laut Klasifikasi Gelombang Laut Metode Pengamatan
Sirip Pengarah
Keuntungan : Pada setiap kedalaman Pencatat secara otomatis Data ukuran relatif teliti
Eka Djunarsjah, 2005
Current Meter
Panjang
Lembah
Bentuk Khusus
Muka Laut
Metode Pengamatan Peralatan di luar permukaan laut (visual, pemotretan udara, laser) Peralatan pada permukaan laut (wave gauge, ship-borne wave recorder, wave rider) Peralatan pada/di bawah permukaan laut (upward-looking echosounder dengan wahana kapal selam)
Eka Djunarsjah, 2005
Metode Pengamatan Pengambilan contoh air laut (tidak langsung) Pengukuran langsung
Eka Djunarsjah, 2005
Besaran Pengamatan
Temperatur Temperatur (profil terhadap Kedalaman) Temperatur Salinitas Salinitas dan Temperatur Salinitas, Temperatur, dan Kedalaman (Tekanan) Konduktivitas, Temperatur, dan Kedalaman (Tekanan) Densitas Tekanan Derajat Keasaman (pH) Kadar Gas terlarut Kekeruhan Kekeruhan Kekeruhan Temperatur, Tekanan, pH, Kekeruhan, Kadar Gas terlarut, dan Konduktivitas
Eka Djunarsjah, 2005