You are on page 1of 22

Gulungan Laut Mati Hj.

Irena Handono (Pengantar Buku Misteri Naskah Laut Mati)

**** Pada pertengahan abad 20, sekitar setengah abad yang lalu, terdapat dua penemuan arkeologi yang menggemparkan bagi dunia Kristen. Pertama, penemuan teks Injil Thomas di Nag Hamadi-Mesir pada tahun 1945. Dua tahun setelahnya, 1957, terjadi penemuan kedua berupa gulungan manuskrip di Qumran dekat Laut Mati, yang kemudian dikenal dengan Gulungan Laut Mati (Dead Sea Scrolls). Bagi sebagian orang, dua peristiwa besar ini juga penemuan-penemuan arkeologis lain yang berkaitan-, terkadang disikapi sebagai peristiwa biasa yang menghiasi majalah dan koran-koran di Barat -di Indonesia informasi tentang hal ini amatlah jarang ditemukan-. Namun jika kita mengikuti perintah Allah dalam al-Quran agar kita selalu melihat dan merenungkan kejadian di dunia ini, maka dua penemuan itu menjadi hal yang sangat luar biasa, apalagi bagi para pengkaji agama, khususnya bagi mereka yang getol menyuarakan paham pluralisme agama. Sebab dua penemuan tersebut tidaklah berhenti sebatas penemuan arkeologi, namun berlanjut pada kajian-kajian yang berpengaruh terhadap mainstream kehidupan beragama bagi pemeluk agama tertentu (Kristiani) yang pada gilirannya mempengaruhi hubungan antar agama, khususnya pada kedekatan pemahaman teologis.

Nag Hamadi dan Qumran. Desember 1945, Seorang Mesir bernama Muhammad Ali pergi ke sebuah karang di tepian sungai Nile, di pedalaman Mesir dekat wilayah Nag Hamadi. Menemukan Kendi yang nyata terlihat sangat kuno dan asli. Dalam kendi tersebut terdapat 13 lembar kulit, berisi 50 risalah. Pada bagian akhir dari risalah kedua di codex II koleksi risalah, terdapat sebuah judul tek yang telah hilang selama ribuan tahun: Peuaggelion Pkata Thomas, Injil menurut Thomas, atau Injil Thomas. Manuskrip koptik dari Injil Thomas berasal dari tahun 350 masehi, sementara fragmen Yunani berasal dari tahun 200 M. Injil Thomas ini diperkirakan dari tahun 100 M, yang edisi paling awalnya diperkirakan dari tahun 50-60 M. Perlu diketahui bahwa Injil Thomas tidak berbentuk cerita naratif seperti 4 Injil lainnya, namun berisi perkataan-perkataan Yesus, kalau dilihat oleh seorang Muslim tampak seperti penulisan Hadits tapi tanpa sanad-. Melihat tingkat keaslian dari Injil Thomas -walaupun dianggap gnostik-, serta cara penyajiannya, para sarjana Bible mulai mengkaji dengan cara membandingkan isinya dengan 4 Injil sinoptik yang diakui oleh Gereja (Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes). Semangat yang mereka bawa adalah, menjawab pertanyaan umum: Apa sebenarnya yang disabdakan

oleh Yesus? Dari kajian 75 sarjana Bible terkemuka yang bersidang selama 6 tahun, keluarlah hasil kajian mereka yang dikenal melalui laporan berjudul The Five Gospel pada tahun 1993. Pertanyaan itu akhirnya terjawab dalam sebuah kesimpulan dalam laporan mereka bahwa, dari Injil-Injil yang ada, hanya terdapat 18% saja yang diperkirakan asli perkataan Yesus, sementara sisanya.?. Hasil kajian ini tentu saja membuat geger dunia Kristen. Lain dari pada itu, satu hal yang patut dicatat bahwa, dari 114 sabda Yesus dalam Injil Thomas, tidak satupun ada pernyataan ataupun isyarat terhadap doktrin penyaliban atau penebusan dosa melalui kematian Yesus di tiang kayu salib. Penemuan kedua tahun, 1947 di Qumran, oleh seorang anak (penggembala kambing) bernama Muhammad Ad-Dib. Gulungan manuskrip yang ditemukan berisi tulisan kitab perjanjian lama, oleh sebuah komunitas yang diidentifikasi sebagai salah satu sekte Yahudi, yaitu sekte Esenes. Tulisan-tulisan mereka memberikan gambaran tentang masa-masa awal sejarah Kristen, keterkaitan gerakan Nazaren (pengikut Yesus dari Nazaret) dengan sekte Esenes, dalam komunitas ini terdapat seorang Nabi yang sezaman dengan Yesus yaitu Yahya As, atau Yohanes Pembabtis menurut tradisi Kristen-. Penemuan arkeologi ini akhirnya mendorong sekian banyak pemerhati Kristologi untuk mengkaji naskah-naskah tersebut. Beragam kajian dari masing-masing peneliti mulai bermunculan, baik para peneliti Barat maupun Timur. Buku yang ada dihadapan pembaca ini adalah salah satu hasil penelitian oleh pemerhati dari Mesir. Salah satu kesimpulannya bahwa sekte Esenes berkaitan erat dengan masa awal sejarah Kristen. Ia bahkan memprediksi bahwa Guru yang jujur yang diceritakan berseberangan dengan Pendeta jahat dalam Naskah Gulungan Laut Mati, adalah Yesus itu sendiri. Hal ini ia perkuat dengan kajian terhadap nama Isaiyah yang tertulis sebagai nama kelompok tersebut, sebenarnya adalah Esenes. Kajian-kajian tentang Dead Sea Scrolls amatlah banyak, diantaranya yang membuat geger dunia Kristen adalah laporan Barbara Theiring, dalam bukunya Jesus the Man. Dari penelitiannya selama 20 tahun terhadap naskah Laut Mati, Barbara Theiring mampu menyuguhkan sosok Yesus sebagai seorang manusia, yang menikah (bahkan berpoligami), juga meninggal secara wajar dan bukan ditiang salib. Secara umum, kajian terhadap Naskah Laut Mati, lebih menempatkan Yesus sebagai sosok manusia yang pernah ada dalam sejarah, dan bukan sosok imajiner yang kemudian di mitoskan dan disembah. Setidaknya, inilah inti terpenting dari hasil kajian Naskah Laut Mati.

Membaca kejadian alam Dari dua penemuan besar seperti yang kami paparkan secara singkat di atas, mungkin kita bertanya-tanya, apa sebenarnya yang sedang berlangsung disekeliling kita? Dan pertanyaan ini berkaitan erat dengan pertanyaan: Kenapa setelah 2000 tahun, naskahnaskah itu baru ditemukan? Apakah penemuan itu berkaitan dengan dengan Janji Allah dalam al-Quran, seperti terjemah dari dua ayat di bawah ini:

Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al Qur'an itu adalah benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu? (QS. Fushilat 53)

Al Masih putera Maryam hanyalah seorang Rasul yang sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang yang sangat benar, kedua-duanya biasa memakan makanan. Perhatikan bagaimana Kami menjelaskan kepada mereka (ahli Kitab) tanda-tanda kekuasaan (Kami), kemudian perhatikanlah bagaimana mereka berpaling (dari memperhatikan ayat-ayat Kami itu). (QS. Al-Maidah 75). Bagi umat Kristiani yang mungkin tidak meyakini kebenaran al-Quran, terdapat dalam Injil Thomas satu pernyataan Yesus sebagai berikut: Jesus said, Know what is in front of your face, and what is hidden from you will be disclosed to you. For there is nothing hidden that will not be revealed. Jesus mengatakan, Ketahuilah, apa yang ada dihadapanmu, dan apa yang tersembunyi darimu akan dibuka untukmu. Sebab tidak ada sesuatu yang tersembunyi kecuali akan dijelaskan. Thome 5:2 Makna dari pernyataan Yesus/Isa As, di atas juga sejalan dengan yang ada pada Injil Lukas 12:2, Tidak ada sesuatu pun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Juga pada Markus 4:22. Tanpa berani memastikan bahwa penemuan tersebut merupakan bukti dari janji Allah, namun sebagai seorang Muslim yang diajari al-Quran untuk mengkaji segala yang terjadi, kita patut meneliti dan mencari hikmah apa dibalik penemuan dari benda-benda yang sudah terkubur selama + 2000 tahun. Jika kita melihat perkembang sain dan tekhnologi masa kini, di mana rasionalitas ditempatkan di urutan pertama oleh dunia barat yang telah lelah dengan keimanan terhadap dogma Gereja. Maka penelitian arkeologis dapat sepenuhnya dilakukan tanpa direcoki oleh Gereja, seperti yang pernah dilakukan terhadap Galeleo pada masa dulu. Apalagi bahwa penelitian arkeologi pada masa kini dilengkapi dengan ilmu-ilmu lain yang berbasis teknologi tinggi, seperti analisa DNA, carbon dating (untuk mengetahui masa per menit dari sampel yang dikaji), Satelit (untuk melihat outline dari daerah lokasi penemuan), serta tes kimia. Adalah hikmah dari yang Maha Mengetahui, jika penemuan itu terjadi pada masa sekarang, masa dimana manusia telah siap menerima penyingkapan tabir baik secara mental (obyektifitas berdasarkan sain dan bukan kepentingan kelompok agama) serta kemampuan manusia dalam memahami penyingkapan tersberdasarkan ilmu dan pengetahuan yang mereka miliki. Sebab, mungkin- jika ditemukan pada masa-masa dulu, kepentingan dan ketidakmampuan-lah yang berbicara, maka manuskrip-

manuskrip itu hanya tersimpan dan mungkin tidak akan diketahui oleh umum, atau hilang lagi entah kemana. Hal yang sama telah terjadi pada Injil Barnabas yang oleh kalangan Gereja dianggap sebagai hasil bikinan seorang Muslim di Itali, sehingga kita tidak tahu apakah Injil Barnabas tersebut asli atau bukan, ia menjadi kurang bermakna bisa disebut hilang- karena kehilangan otentisitasnya.

Hikmah bagi kaum Muslim Dalam pergaulan antar agama, berkenaan dengan isu pluralisme agama yang dihembuskan oleh Barat dan diimani oleh dunia Islam, umat muslim hendaklah mampu melihat dirinya berdasarkan hal-hal yang terjadi, serta kecenderungan pada agamaagama lain yang sedang berkembang dewasa ini. Berkaitan dengan dunia Kristen, penemuan dua buah naskah sebagaimana yang kita bahas di atas, telah membawa dunia Kristen pada pengakuan akan adanya satu sesembahan saja. Artinya, penemuan yang memperkuat kedudukan Yesus sebagai seorang manusia biasa -seperti nabi dan rasulrasul yang lainnya-, akan mengeluarkan Yesus dari jajaran Trinitas yang diajarkan sebagai dogma oleh Gereja. Entah apa lagi yang akan terjadi sehingga Roh Kudus pun akan ditempatkan pada posisi yang sebenarnya sebagai Malaikat. Kalaupun hal ini belum bersifat final, namun kajian kristologi sedang mengarah ke titik ini. Tanpa campur tangan kaum muslim pun, kedewasaan rasional manusia akan membawa kepada keyakinan terhadap adanya satu Tuhan saja yang patut disembah dan tidak terbagi-bagi dalam beberapa pribadi, seperti yang diserukan oleh otoritas Kristen. Saya katakan otoritas, sebab kenyataanya tidak semua umat kristiani memahami doktrin trinitas, para pendetanya pun kebanyakan menerimanya sebagai dogma dengan mengorbankan segala rasio yang dimilikinya. Kini dengan isu pluralisme beragama umat muslim dengan riang menyatakan bahwa teologi gereja yang tidak mampu ditembus rasio, dinyatakan benar dan sama monoteisnya dengan keyakinan umat Muslim. Ada baiknya, mereka yang menyamakan teologi Islam dan Kristen mengkaji lagi makna monoteisme menurut tradisi dan kaca mata gereja, bukan dengan kacamata kita sendiri, maka kita akan tahu perbedaanya, apa makna monoteisme menurut Kristen dan apa maknanya menurut umat Islam. Kecenderungan di dalam komunitas Barat kepada keyakinan akan adanya satu Tuhan saja, sebagai satu-satunya sesembahan, sebenarnya sejalan dengan seruan al-Quran dalam kerangka pergaulan antar agama, yaitu: Katakanlah: "Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: "Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (Ali Imran 64). Maka, menurut hemat kami, umat muslim tidak perlu menyamakan teologinya dengan

yang lain, cukup menyeru kepada mereka, satu seruan yang bersifat universal dan sesuai fitrah manusia sebagai makhluq, untuk kembali kepada satu-satunya Pencipta manusia dan alam sekitarnya. Sedang soal ritual dan masalah fikh, maka yang berlaku adalah lakum diinukum waliyadiin, bagimu agamamu dan bagiku agamaku.

Kudus, 26 Sept 2004 Spinoza dan Kritik Bibel Oleh Salim Rusydi Cahyono (Pengantar buku Kritik Bibel karya Spinoza) --------------------------------------------Buku yang ada di hadapan Anda ini adalah terjemahan dari bagian kritik kitab Taurat dan Perjanjian Lama dari buku Spinoza yang berjudul Tractatus Theologico-Politicus yang diterjemahkan oleh Prof. Dr. Hassan Hanafi ke dalam bahasa Arab dengan judul Rislah fil lht was siysah. Terjemahannya dalam bahasa Indonesia barangkali Tesis Tentang Teologi Dan Politik. Sedangkan kandungan umumnya, sebagaimana diungkapkan oleh Spinoza di awal bukunya adalah penjelasan bahwa kebebasan berpikir tidak membahayakan takwa dan negara. Atau dalam kata lain, Spinoza ingin memadukan agama dengan akal di satu sisi dan dengan politik di sisi lain. Sedang masalah kritik kitab suci ini dia bahas mulai fasal tujuh hingga fasal sebelas. Untuk memudahkan pembaca, fasal-fasal itu sengaja kami sesuaikan. Fasal tujuh diubah menjadi fasal satu, fasal delapan menjadi fasal dua dan demikian selanjutnya. Insya Allah, penyesuaian ini tidak akan menyimpangkan ide Spinoza. Dia sendiri membolehkan pembaca untuk membaca bagian mana saja dari buku ini. Bahkan, Hassan Hanafi menganggap bahwa sebenarnya, buku Spinoza ini adalah kumpulan artikel yang dia tulis dalam beberapa waktu yang terpisah satu sama lain dan dengan gaya yang berbeda pula. Ada fasal yang ditulis dengan gaya filsafat yang kering dan adapula fasal yang ditulis dengan gaya tulisan sastra. Selanjutnya, menurut saya, bobot kritik kitab suci yang ada dalam buku ini terletak pada penulisnya yang dari kalangan Yahudi sendiri, periode penulisannya yang cukup awal, naskahnya yang dikritik adalah naskah asli berbahasa Ibrani, keilmiahan dan kecermatannya. Selanjutnya, dalam pengantar ini akan kami sampaikan sekilas tentang Spinoza, Taurat dan Perjanjian Lama serta sekilas tentang kandungan kritik ini. Spinoza Baruch Spinoza (1632-1677): filosof dan teolog Yahudi rasionalis. Filosof terpenting dalam peradaban barat modern. Tokoh kritik kitab suci. Filosof dan teolog Yahudi

terbesar yang pernah melakukan analisa kritis terhadap teks-teks kitab-kitab Perjanjian Lama. Hidup di Belanda. Lahir dari ibu-bapaYahudi Spanyol-Portugis (Andalusia). Setelah menetap di Amsterdam, mereka berdua masuk dalam jajaran pimpinan umat Yahudi dan pedagang besar di sana. Kegiatan pokoknya adalah mengimpor barang. Pada abad ketujuh belas (abad Spinoza), Yudaisme Robi (atau Talmud) (Rabbinical [Talmudic] Judaism)[1] mulai diterpa krisis yang mampu merobohkan sendi-sendinya. Akibatnya, Yudaisme aliran ini pun hanya dianut oleh sebagian kecil umat Yahudi di seluruh dunia. Sedang sisanya menganut berbagai macam aliran lain (seperti Yudaisme rekonstruksionisme) yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan Yudaisme Rabbinikal. Pada masa ini, kondisi para robi memang sangat memprihatinkan. Mereka selalu sibuk mengeluarkan bidah-bidah pribadi dari teks-teks kitab suci lalu meligitimasinya dengan kedaulatan tuhan, menafsirkan kitab suci menurut hawa nafsu, memonopoli penafsiran kitab suci, memaksa orang lain untuk menerima pendapat pribadi mereka dan bergelimang dalam khurafat dan takhayul. Adapun ciri terpenting dari krisis itu adalah dianutnya aliran Kabbalah, terutama Kabbalah Lurian (Lurianic Kabbalah)[2] oleh mayoritas umat Yahudi Eropa yang sebenarnya sudah mulai sejak pertengahan abad ke-16. Spinoza menganggap tulisan Kabbalah ini sebagai bualan-bualan yang membuat rasa herannya tidak habis-habis. Meski begitu, menurut Abdul Wahhab al-Masiry, aliran yang merupakan suatu bentuk panteisme emanasi monoisme[3] ini sangat mempengaruhi Spinoza dan anggota komunitas-komunitas Yahudi lain, terutama dalam pandangan mereka terhadap alam. Masa-masa pendidikan Spinoza, dilalui dengan cara-cara tradisional. Mempelajari Talmud. Tetapi tafsiran-tafsiran kabbalah ternyata sudah jauh menyusup ke dalam Yeshiva (Sekolah Talmud Tinggi). Akibatnya, tafsiran-tafsiran Talmud pun banyak diwarnai oleh pikiran-pikiran kabbalah lurian ini. Membaca tulisan-tulisan Musa bin Maimun (Moses Maimonide), Ibnu Ezra (Aben Ezra), Hisdai bin Shaprut, Musa bin Hanuh, Ibnu Naghrilah (Samuel Hanajid), filsafat sufi Ibnu Jabirul, dan karya-karya pemikir Yahudi Andalusia lain. Dari tulisan-tulisan Musa bin Maimun, Spinoza berkenalan dengan pikiran-pikiran Ibnu Rusyd. Sedang dari tulisan-tulisan Ibnu Ezra (Aben Ezra) yang sering dia nukil dalam buku yang ada di hadapan kita ini, diduga mengenal pikiran-pikiran Ibnu Hazm alAndalusi. Ibnu Hazm adalah ulama Muslim klasik yang pernah membahas Alkitab dengan metode -yang menurut saya- paling ilmiah. Dalam bidang ini, dia pernah menulis: Al-Fishal dan Ar-Raddu al Ibni Naghrlah (Bantahan Terhadap Ibnu Naghrlah)[4]. Kembali ke pokok pembicaraan semula, selain mempelajari Talmud, tulisan-tulisan Musa bin Maimun, Ibnu Ezra dan pemikir-pemikir Yahudi Andalusia lain, Spinoza juga mempelajari bahasa Latin. Tetapi sebelum itu dia sudah mengusai bahasa Spanyol, Portugal, Ibrani, Perancis dan Italia. Suatu hal yang membukakan cakrawala yang cukup luas bagi dirinya. Pada gilirannya dia pun bisa mempelajari pikiran renaissance Eropa, membaca karya-karya Ren Descartes (Rene Dekart) dan Thomas Hobbes -dua orang

yang meninggalkan pengaruh yang cukup jauh ke dalam dirinya- juga menguasai pikiran Gordano Bruno yang memiliki warna emanasi panteisme yang cukup jelas. Tampaknya, sejak semula Spinoza sudah menyiapkan diri untuk menjadi robi (hakham). Tetapi di kemudian hari, jalan hidupnya ini ternyata berbalik. Dia malah diusir dari Jemaat Yahudi Amsterdam setelah dituduh ateis karena pikiran-pikirannya tentang kitab suci dan akidah-akidah Yahudi. Sebelum diusir, dia masih sempat disuap oleh para robi agar menyembunyikan pikiran-pikirannya itu. Tetapi menolak dan bersikeras untuk menyiarkannya. Akhirnya keputusan itu pun dia terima dengan senang hati meskipun tidak memeluk agama baru. Dia cukup meninggalkan Amsterdam dan hidup jauh dari perkampungan Yahudi. Namanya dia ganti dengan Benedictus, yaitu padanan Yunani dari kata Ibrani Baruch yang berarti Yang diberkati (dalam bahasa Arab Mubrak). Mulai saat itu dia hidup dari membuat lensa mata. Dalam hidupnya, Spinoza hanya menerbitkan dua buku. Yang satu dengan membubuhkan namanya, yaitu buku Dasar-dasar Filsafat Descartes dan yang satu lagi tidak, yaitu buku Tractatus Theologico-Politicus (Tesis Tentang Teologi Dan Politik), buku yang sebagiannya kita terjemahkan ini. Sedang buku-bukunya yang lain, seperti Etika, Studi Politik, Perbaikan Akal, beberapa buah tesis dan Gramatika Ibrani diterbitkan setelah dia wafat. Filsafat Spinoza bersifat komprehensif. Mencakup pembahasan tentang agama dan dunia, etika dan perasaan, manusia dan alam serta individu dan masyarakat. Secara garis besar, struktur pikiran itu berputar pada tiga unsur, yaitu: tuhan, alam dan manusia kemudian hubungan antarketiganya. Dalam hal ini, Spinoza menganut paham panteisme, yaitu kesatuan tuhan, alam dan manusia. Taurat Dan Kitab-Kitab Perjanjian Lama Yang Lain Kata Taurat berasal dari verba Yrh yang berarti mengajar atau mengarahkan. Pada mulanya tidak mempunyai arti tertentu hingga digunakan untuk menyatakan pesan, hukum, ilmu, perintah atau ajaran. Dengan demikian, umat Yahudi menggunakannya untuk menyatakan Yudaisme secara keseluruhan. Dalam perkembangan selanjutnya, kata ini dipakai untuk menyatakan Pentateukh atau kitab Musa yang lima, yaitu: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan. Hal ini untuk membedakannya dengan kitab-kitab nabi-nabi, kitab-kitab kebijaksanaan dan kidung. Maksud dari kata Taurat itu kemudian lebih meluas lagi hingga mencakup seluruh Perjanjian Lama untuk membedakannya dengan tafsiran para robi. Selain itu, kata Taurat juga dipakai untuk menyatakan maksud hukum atau syariat. Suatu pemakaian yang sepertinya timbul karena pengaruh naskah Septuaginta[5] yang menerjemahkan kata Taurat dengan kata Yunani Nomos yang berarti hukum atau undang-undang. Dan sepertinya penggunaan ini juga sangat populer dalam terjemahan-terjemahan Alkitab yang beredar hingga saat ini. Sedang yang dimaksud dalam buku ini adalah Pentateukh atau kitab Musa yang lima. Perjanjian Lama adalah nama yang digunakan untuk menyatakansejumlkitab umat Yahudi yang disucikan oleh umat Kristen. Termasuk di dalamnya Taurat Musa yang

baru saja kita bicarakan. Yang pertama kali menggunakannya adalah umat Kristen. Pertama kali pada awal abad kelima belas Masehi. Pada waktu itu, umat Kristen telah mengukuhkan dua puluh tujuh kitab suci yang kemudian mereka sebut dengan Perjanjian Baru. Jadi penamaan Perjanjian Lama tadi adalah untuk membedakan dua kumpulan kitab suci ini. Yang pertama adalah perjanjian lama yang kembali ke zaman Musa sedang yang kedua adalah perjanjian baru yang dimulai setelah munculnya Almasih. Selanjutnya, terdapat perbedaan dalam Perjanjian Lama. Orang Protestan dan orang Yahudi non-Sumerian mengakui bahwa Perjanjian Lama terdiri dari 39 kitab; sementara Perjanjian Lama orang Katolik terdiri dari 46 kitab. Secara sederhana, kita dapat mengatakan demikian: ada tujuh kitab dan tambahan dua kitab dari Perjanjian Lama yang terdapat dalam Kitab Suci Katolik, tetapi tidak ada dalam Kitab Suci Protestan. Ketujuh kitab tersebut, yaitu Tobit, Yudit, I Makabe, II Makabe, Yesus Sirakh, Kebijaksanaan Salomo dan Barukh. Sedang tambahan dari kitab itu adalah beberapa bagian dari kitab Daniel dan Ester. Orang Katolik menyebutnya kitab-kitab Deuterokanonika, sedang orang Protestan menyebutnya Apokrip. Persoalannya cukup rumit. Namun secara garis besar dapat dikatakan demikian: kitabkitab tersebut tersimpan dalam bahasa Yunani, bukan dalam bahasa Ibrani atau Arami. Kitab-kitab itu dikenal orang Kristen melalui Septuaginta, yaitu Kitab Suci Perjanjian Lama dalam bahasaYunani, yang diterjemahkan oleh orang Yahudi sebelum Kristus dan menjadi Kitab Suci yang diterima secara umum oleh Gereja Perdana. Dalam usaha menerjemahkan Kitab Suci dari bahasa-bahasa asli, para pendukung Reformasi sangat curiga terhadap kitab-kitab yang tidak tersedia dalam bahasa Ibrani dan Arami tersebut. Kebanyakan dari mereka menolak kitab-kitab itu. Persoalannya tambah rumit, karena para teolog Katolik justru menggunakan kitab-kitab itu sebagai acuan doktrin-doktrin yang ditolak oleh para pendukung Reformasi. Adapun kitab-kitab Perjanjian Lama yang disepakati tiga semua kelompok itu adalah: Bagian pertama: Taurat, Pentateukh atau kitab Musa yang lima, yaitu: Kejadian, Keluaran, Ulangan, Hakim-Hakim (dinamakan juga dengan orang-orang Lewi) dan Bilangan. Kitab-kitab ini diyakini telah ditulis sendiri oleh Musa. Kitab Keluaran menceritakan sejarah dunia sejak penciptaan langit dan bumi hingga menetapnya Yakub atau Israel di tanah Mesir. Di dalamnya, cerita tentang Adam dan Hawa, Nuh, topan dan anak turun Sam, salah satu putra Nuh yang menurunkan bangsa Israel, terutama Ibrahim, Ishak, Yakub dan anak-anaknya diceritakan secara terperinci. Sedang cerita-cerita lain dituturkan secara global saja. Kitab Keluaran menuturkan sejarah Bani Israel di Mesir, kisah Musa, misinya, keluarnya dari Mesir bersama Bani Israel dan sejarah mereka pada masa tih di padanga

gurun Sinai yang memakan waktu empat puluh tahun. Selain itu, kitab Keluaran juga membahas beberapa hukum agama Yahudi tentang ibadah, muamalah dan hukuman. Adapun kitab Ulangan sebagian besarnya membahas syariat Yahudi yang berkaitan dengan peperangan, politik, ekonomi, muamalah, hukuman dan ibadah. Dinamakan Ulangan karena menyebut kembali ajaran-ajaran yang diterima oleh Musa dari Tuhannya dan diperintahkan agar disampaikan kepada Bani Israel. Kitab Hakim-Hakim sebagian besarnya membahas masalah-masalah ibadah, terutama yang berkaitan dengan korban, makanan-makanan yang diharamkan dari jenis daging hewan dan burung. Orang-orang Lewi adalah anak turun Lewi, salah seorang anak Yakub. Di antara mereka adalah Musa dan Harun. Mereka ini adalah pengurus rumah suci dan penanggung jawab atas urusan mezbah, korban dan undang-undang umat Yahudi. Kitab ini disandangkan kepada mereka karena sebagian besarnya membahas ibadah-ibadah dan muamalah-muamalah yang mereka urusi. Kitab Bilangan sebagian besarnya membahas sensus kabilah-kabilah Bani Israel, tentara dan harta mereka serta urusan dan hukum peribadatan dan muamalah mereka yang bisa disensus. Bagian kedua: dinamakan dengan kitab-kitab sejarah. Jumlahnya dua belas buah. Membahas sejarah Bani Israel sejak pendudukan mereka atas negeri Kanaan dan mapan di Palestina, menceritakan sejarah hakim, raja dan peristiwa-peristiwa penting mereka. Yang termasuk dalam bagian ini adalah: Yosua, Hakim-Hakim, Rut, Samuel I dan II, Raja-Raja I dan II, Tawarikh I dan II, Ezra, Nehemia dan Ester. Bagian ketiga: dinamakan dengan kitab-kitab nyanyian atau syair. Sebagian besarnya berupa nyanyian dan nasihat-nasihat agama. Disusun dalam bentuk syair dengan struktur yang indah. Jumlah ada lima, yaitu: Ayub, Mazmur Daud, Amsal Salomo, Pengkhotbah dan Kidung Agung. Bagian keempat: dinamakan dengan kitab nabi-nabi. Jumlahnya ada tujuh belas. Yaitu: Yesaya, Yeremia, Ratapan Yeremia, Yehezkial, Daniel, Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus atau Yunan, Mikha, Nahum, Habakuk, Zefanya, Hagai, Zakharia dan Maleakhi. Semua nabi ini diutus kepada Bani Israel kecuali nabi Yunus yang terlihat dari keterangan yang ada dalam kitabnya diutus kepada penduduk Niniveh. Sedang tujuh kitab yang disucikan oleh umat Katolik dan tidak disucikan oleh umat Yahudi dan Protestan adalah: Tobit: menuturkan kehidupan seorang Yahudi bernama Tobit dan anaknya. Mereka berdua jatuh dalam tawanan pada abad ketujuh sebelum Masehi. Yudit: Yudit adalah janda Yahudi kaya dan saleh. Kitab ini menuturkan kemenangan Yahudi atas panglima Asyuria berkat bantuannya.

asa Kebijaksanaan Salomo: berisi amsal-amsal bijak dan nasihat-nasihat Salomo. Ditulis untuk membendung arus paganisme. Sirakh: kumpulan amsal-amsal bijak yang mirip dengan Amsal Salomo. Barukh: Barukh adalah murid Yeremia. Yeremia mendiktekan kepadanya nubuatnubuatnya. Kitab ini berisi doa-doa agama Yahudi. Disusun dengan struktur yang sangat indah. Muncul pertama kali pada sekitar abad keenam sebelum Masehi. Makabe I dan II: Makabe adalah penguasa nasionalis Palestina pada masa Romawi pada abad kedua sebelum Masehi. Nama mereka ini diambil dari semboyan yang selalu mereka bawa pada saat perang, yaitu: Me Kamukho Bijuyyim Yehova yang artinya: Siapa yang menyerupai Kamu di antara bangsa-bangsa wahai Tuhanku? Dari ungkapan ini diambil huruf-huruf pertama dari setiap kata, hingga didapatkan kata: MK-B-Y yang kemudian digabungkan menjadi Makabe. Selain itu masih ada perselisihan lagi di kalangan umat Yahudi sendiri. Seperti umat Yahudi Sumerian yang mempunyai Taurat khusus. Menolak Taurat dan kitab-kitab lain yang ada dalam Perjanjian Lama sekarang. Selain itu, beberapa bagian dari Taurat ini juga berbeda dengan Taurat versi Masorti[6] dan Septuaginta. Kritik Kitab Suci Sebetulnya, Spinoza ingin mengritik semua kitab suci, tetapi karena keterbatasan bah dia hanya mengritik Perjanjian Lama saja. Meski begitu, dia juga tidak meninggalkan Perjanjian Baru sama sekali, meskipun hanya membahas masalah rasul (apostel) dalam satu fasal saja. Menurutnya, para rasul ini menulis surat-surat Selanjutnya, sebelum menganalisa Taurat dan kitab-kitab Perjanjian Lama satu per satu, lebih dulu, Spinoza menyampaikan metode penafsiran kitab suci atau sebenarnya yang dia maksudkan adalah metode kritik historis kitab suci (Fasal satu). Dalam hal ini, dia berpegang pada prinsip Protestan, Sola Scriptura (Alkitab saja), tanpa mempertimbangkan institusi para pendeta atau warisan pemikiran Kristen sepanjang zaman. Oleh karena itu, dia memenuhi buku ini dengan banyak sekali dalil naqli dan tidak menyebutkan dalil-dalil lain, kecuali beberapa tradisi pemikiran Yahudi atau teori filsafat Ibnu Ezra, Ibnu Maimun dan Bakkar yang kadang-kadang dia nukil ketika membahas sejarah bangsa Ibrani. Spinoza betul-betul menolak tafsiran yang berdasarkan hawa nafsu, takhayul atau ilusi. Semua itu adalah bidah yang diklaim sebagai firman Tuhan kemudian dipaksakan kepada orang lain. Sebagian tafsiran itu ada juga yang berlindung kepada kedaulatan tuhan agar tidak ada yang berani menyalahkannya. Ada juga yang mempercayai takhayul dan merendahkan akal. Dan terakhir ada juga yang berpegang pada rahasia, ambiguitas, takwil, mengartikan kata atau ungkapan dengtidak sedan menciptakan keyakinan-keyakinan irasional yang dihasilkan oleh emosi.

asa Kebijaksanaan Salomo: berisi amsal-amsal bijak dan nasihat-nasihat Salomo. Ditulis untuk membendung arus paganisme. Sirakh: kumpulan amsal-amsal bijak yang mirip dengan Amsal Salomo. Barukh: Barukh adalah murid Yeremia. Yeremia mendiktekan kepadanya nubuatnubuatnya. Kitab ini berisi doa-doa agama Yahudi. Disusun dengan struktur yang sangat indah. Muncul pertama kali pada sekitar abad keenam sebelum Masehi. Makabe I dan II: Makabe adalah penguasa nasionalis Palestina pada masa Romawi pada abad kedua sebelum Masehi. Nama mereka ini diambil dari semboyan yang selalu mereka bawa pada saat perang, yaitu: Me Kamukho Bijuyyim Yehova yang artinya: Siapa yang menyerupai Kamu di antara bangsa-bangsa wahai Tuhanku? Dari ungkapan ini diambil huruf-huruf pertama dari setiap kata, hingga didapatkan kata: MK-B-Y yang kemudian digabungkan menjadi Makabe. Selain itu masih ada perselisihan lagi di kalangan umat Yahudi sendiri. Seperti umat Yahudi Sumerian yang mempunyai Taurat khusus. Menolak Taurat dan kitab-kitab lain yang ada dalam Perjanjian Lama sekarang. Selain itu, beberapa bagian dari Taurat ini juga berbeda dengan Taurat versi Masorti[6] dan Septuaginta. Kritik Kitab Suci Sebetulnya, Spinoza ingin mengritik semua kitab suci, tetapi karena keterbatasan bah dia hanya mengritik Perjanjian Lama saja. Meski begitu, dia juga tidak meninggalkan Perjanjian Baru sama sekali, meskipun hanya membahas masalah rasul (apostel) dalam satu fasal saja. Menurutnya, para rasul ini menulis surat-surat Selanjutnya, sebelum menganalisa Taurat dan kitab-kitab Perjanjian Lama satu per satu, lebih dulu, Spinoza menyampaikan metode penafsiran kitab suci atau sebenarnya yang dia maksudkan adalah metode kritik historis kitab suci (Fasal satu). Dalam hal ini, dia berpegang pada prinsip Protestan, Sola Scriptura (Alkitab saja), tanpa mempertimbangkan institusi para pendeta atau warisan pemikiran Kristen sepanjang zaman. Oleh karena itu, dia memenuhi buku ini dengan banyak sekali dalil naqli dan tidak menyebutkan dalil-dalil lain, kecuali beberapa tradisi pemikiran Yahudi atau teori filsafat Ibnu Ezra, Ibnu Maimun dan Bakkar yang kadang-kadang dia nukil ketika membahas sejarah bangsa Ibrani. Spinoza betul-betul menolak tafsiran yang berdasarkan hawa nafsu, takhayul atau ilusi. Semua itu adalah bidah yang diklaim sebagai firman Tuhan kemudian dipaksakan kepada orang lain. Sebagian tafsiran itu ada juga yang berlindung kepada kedaulatan tuhan agar tidak ada yang berani menyalahkannya. Ada juga yang mempercayai takhayul dan merendahkan akal. Dan terakhir ada juga yang berpegang pada rahasia, ambiguitas, takwil, mengartikan kata atau ungkapan dengtidak sedan menciptakan keyakinan-keyakinan irasional yang dihasilkan oleh emosi.

You might also like