You are on page 1of 8

Resume Pertemuan II

KONSEP PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU


LATAR BELAKANG Semenjak manusia mengenal bercocok tanam, maka usaha untuk memperoleh hasil maksimal telah dilakukan.. Berbagai cara dilakukan, namun hasilnya selalu belum memuaskan. Penyebab berkurangnya hasil usaha tani karena faktor abiotis dan biotis. Faktor abiotis itu berupa gangguan yang disebabkan oleh faktor fisik atau kimia, seperti keadaan tanah, iklim dan bencana alam. Sedangkan faktor biotis adalah makhluk hidup yang menimbulkan kerusakan pada tanaman, seperti manusia, hewan/binatang, serangga, jasad mikro ataupun submikro dan lain sebagainya. Setelah diketahui kedua faktor tersebut sebagai pembatas ( penyebab produksi tanaman tidak maksimal ), maka usaha untuk meningkatkan dan mengurangi kehilangan hasil mulai dilaksanakan. Untuk mengurangi gangguan yang disebabkan oleh Hama dan Penyakit pada tahun lima puluhan mulailah dibuat dan menggunakan Pestisida serta pupuk Kimia yaitu bubur bordeux dan DDT yang berlebihan. Karena itulah muncul konsep Pengendalian Hama dan Penyakit terpadu untuk mengatasi penggunaan Pestisida serta pupuk Kimia yang berlebihan. Konsep PHPT merupakan suatu konsep pengelolaan agro-ekosistem yang bertujuan untuk mempertahankan populasi hama dan kerusakan tanaman yang diakibatkannya pada aras yang tidak merugikan (secara ekonomi), dengan memadukan dan memanfaatkan semua metode pengendalian hama, termasuk pemanfaatan predator dan parasitoid, varietas tahan hama, teknik bercocok tanam, serta bila perlu menggunakan pestisida secara selektif. Konsep PHT muncul sebagai tindakan koreksi terhadap kesalahan dalam pengendalian hama yang dihasilkan, berawal dari pertemuan panel ahli FAO di Roma tahun 1965. Di Indonesia, konsep PHT mulai dimasukkan dalam GBHN III, dan diperkuat dengan Keputusan Presiden No. 3 tahun 1986 dan undang-undang No. 12/1992 tentang sistem budidaya tanaman, dan dijabarkan dalam paket Supra Insus, PHT menjadi jurus yang dianjurkan. Konsep PHPT muncul dan berkembang sebagai koreksi terhadap kebijakan pengendalian hama secara konvensional, yang sangat utama

dalam manggunakan pestisida. Kebijakan ini mengakibatkan penggunaan pestisida oleh petani yang tidak tepat dan berlebihan, dengan cara ini dapat meningkatkan biaya produksi dan mengakibatkan dampak samping yang merugikan terhadap lingkungan dan kesehatan petani itu sendiri maupun masyarakat secara luas. PHPT merupakan suatu cara pendekatan atau cara berpikir tentang pengendalian OPT yang didasarkan pada dasar pertimbangan ekologi dan efisiensi ekonomi dalam rangka pengelolaan agro-ekosistem yang berwawasan lingkungan yang berkelanjutan. Adapun tujuan PHT adalah meningkatkan pendapatan petani, memantapkan produktifitas pertanian, mempertahankan populasi hama tetap pada taraf yang tidak merugikan tanaman, dan mempertahankan stabilitas ekosistem pertanian. Dari segi substansial, PHT adalah suatu sistem pengendalian hama dalam konteks hubungan antara dinamika populasi dan lingkungan suatu jenis hama, menggunakan berbagai teknik yang kompatibel untuk menjaga agar populasi hama tetap berada di bawah ambang kerusakan ekonomi.

ISI Alasan Penggunaan Konsep PHT Seperti yang sudah dijelaskan sekilas pada latar belakang bahwa terjadi pemakaian Pestisida serta pupuk Kimia yang berlebihan pada tahun lima puluhan mengakibatkan

ketidakseimbangan ekosistem pertanian. mengapa demikian, karena, memang pada kenyataan terjadi peningkatan hasil karena faktor biotis dapat dikendalikan. Sehingga pemakaian bahan ini menjadi hal yang penting (utama) dalam dunia pertanian saat itu.Tetapi setelah berlangsung bertahun-tahun akhirnya penggunaan bahan kimia tidak lagi memberikan solusi peningkatan hasil-hasil pertanian. Hal ini disebabkan serangga / hama/ penyebab penyakit justru menjadi tahan ( resisten ) terhadap penggunaan bahan kimia tersebut. Hama dan penyakit tanaman bersifat dinamis dan perkembangannya dipengaruhi oleh lingkungan biotik (fase pertumbuhan tanaman, populasi organisme lain, dsb) dan abiotik (iklim, musim, agroekosistem, dll). Pada dasarnya semua organisme dalam keadaan seimbang (terkendali) jika tidak terganggu keseimbangan ekologinya. Di lokasi tertentu, hama dan penyakit tertentu sudah ada sebelumnya

atau datang (migrasi) dari tempat lain karena tertarik pada tanaman yang baru tumbuh. Perubahan iklim, stadia tanaman, budidaya, pola tanam, keberadaan musuh alami, dan cara pengendalian mempengaruhi dinamika perkembangan hama dan penyakit. Hal penting yang perlu diketahui dalam pengendalian hama dan penyakit adalah : jenis, kapan keberadaannya di lokasi tersebut, dan apa yang mengganggu keseimbangannya sehingga perkembangannya dapat diantisipasi sesuai dengan tahapan pertumbuhan tanaman. Tetapi setelah diketahui efek negatifnya, maka penggunaan DDT dilarang. Pada tahun enam puluhan terjadi revolusi hijau (Green revolution) yang lebih intensif dalam penggunaan varietas berpotensi hasil tinggi, anakan yang banyak, pengaturan tata air, perlindungan tanaman dan pemupukan. Pada awalnya, usaha ini dapat memberikan hasil pertanian yang memuaskan, namun beberapa tahun berikutnya terlihat gejala-gejala negatif mempengaruhi pertanian itu sendiri, lingkungan dan kesehatan. Efek negatif tersebut berupa timbulnya hama dan patogen yang tahan terhadap pestisida, munculnya hama baru, terjadinya peningkatan populasi hama dan patogen sekunder, berkurangnya populasi serangga yang bermanfaat, keracunan terhadap ternak dan manusia, residu bahan kimia dalam tanah dan tanaman, dan kerusakan tanaman. Memperhatikan berbagai efek negatif yang terjadi dari penggunaan bahan kimia tersebut, maka mulai diadakan penelitian-penelitian yang mengarah kepada penggunaan jasad hidup untuk penanggulangan kerusakan di dunia pertanian, yang dikenal dengan pengendalian biologi (Biologic control). Dalam metode ini dimanfaatkan serangga dan mikro organisme yang bersifat predator, parasitoid, dan peracun. Usaha untuk meningkatkan hasil pertanian terus berlanjut dengan memperhatikan aspek keamanan lingkungan, kesehatan manusia dan ekonomi, maka muncul istilah integrated pest control, integrated pest control dan selanjutnya menjadi integrated pest management (IPM), yang dikenal dengan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) juga ada istilah Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT).

Aspek Ekonomi Pengendalian denganManfaat penggunaan PHPT bisa dibagi menjadi dua. Dampak makro dan mikro. Salah satu contoh dampak makro adalah penghapusan subsidi pestisida sekitar 120 juta USD per tahun. Selama sepuluh tahun sebelumnya subsidi pestisida mendekati 1.5 milyar USD (Ministry of Agriculture, 1996). Selanjutnya penghematan tersebut dapat dialokasikan untuk keperluan yang lain. Dan dampak mikronya adalah bisa menjadi salah satu jalan kluar untuk mengurangi pengeluaran dalam melakukan usaha tani, dengan mengurangi pembelian pestisida. Ambang Ekonomi (AE), yaitu batas populasi hama telah menimbulkan kerusakan yang lebih besar daripada biaya pengendalian. Karena itu secara berkelanjutan tindakan pemantauan atau monitoring populasi hama dan penyakit perlu dilaksanakan. Ambang Ekonomi adalah batas populasi hama atau kerusakan oleh hama yang digunakan sebagai dasar untuk digunakannya pestisida. Diatas AE populasi hama telah mengakibatkan kerugian yang nilainya lebih besar daripada biaya pengendalian. Ambang Ekonomi adalah kepadatan populasi hama yang memerlukan tindakan pengendalian untuk mencegah peningkatan populasi hama berikutnya yang dapat mencapai Aras Luka Ekonomi, ALE (Economic Injury Level). Sedangkan ALE didefinisikan sebagai padatan populasi terendah yang mengakibatkan kerusakan ekonomi. Kerusakan ekonomi terjadi bila nilai kerusakan akibat hama sama atau lebih besarnya dari biaya pengendalian yang dilakukan, sehingga tidak terjadi kerugian. Dengan demikian AE merupakan dasar pengendalian hama untuk menggunakan pestisida kimia.

Aspek Berkelanjutan Sistem pertanian berkelanjutan merupakan tujuan jangka panjang PHT dengan sasaran pencapaian produksi tinggi, produk berkualitas, perlindungan dan peningkatan kemampuan tanah, air, dan sumber daya lainnya, pembangunan perekonomian desa agar makmur (thriving), dan kehidupan yang lebih baik bagi keluarga petani dan komunitas pertanian pada umumnya. Hal ini baru akan terwujud pada beberapa dekade mendatang karena pertanian berkelanjutan

sampai saat ini belum memiliki model atau alternatif dalam hubungannya dengan pertanian yang ekonomis yang dapat dirujuk (Earles 2002). Yang dimaksud dengan aspek PHT yang berkelanjutan yaitu memberikan dampak kerusakan pada ekosistem seminim mungkin secara berkala. Dengan penggunaan pestisida yang efesien serta efektif maka akan terjadi keseimbangan ekosistem tanpa memusnahkan musuh alami serta hasil usaha taninya pun meningkat tanpa harus mengandalkan pestisida sebagai satusatunya jalan untuk mengurangi hama dan penyakit yang terdapat pada tanaman. Pengembangan PHT dalam pertanian berkelanjutan didasari oleh terjadinya resistensi hama terhadap insektisida, ledakan hama sekunder, dan pencemaran lingkungan akibat pemakaian insektisida. Di lain pihak, pengembangan pertanian berkelanjutan didasari oleh munculnya gerakan pertanian organik pada tahun 1920 dan 1930-an. Gerakan ini menuntut perlunya pengkajian pengaruh pupuk sintetis terhadap kualitas tanah, penyediaan pangan bagi penduduk dunia yang tumbuh dramatis, dan revolusi hijau yang telah menyebabkan meningkatnya penggunaan varietas unggul yang responsif terhadap pupuk sintetis dan penggunaan pestisida secara tidak bijaksana dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman (Ohmart 2002)

Aspek Politis

Aspek Keefektifan

Konsep Pengendalian Hama dan Penyakit Terpadu Usaha untuk memperoleh hasil tanaman yang maksimal bermacam cara dilakukan, caracara pengendalian tersebut digolongkan kepada lima cara yaitu: fisik dan mekanik, penggunaan varietas tahan, bercocok tanam, biologi, dan kimia. Penggunaan varietas tahan merupakan usaha pengendalian hama atau penyakit yang mudah dan murah bagi petani. Telah banyak varietas-varietas padi yang dilepas oleh Badan Penelitan dan Pengembangan Pertanian dan lembaga riset dalam dan luar negeri yang tahan terhadap hama dan penyakit utama tanaman.

Pengendalian Hama dan Penyakit dengan dilakukan secara Fisik dan mekanik. Pengendalian hama atau penyakit dengan cara ini biasanya dilakukan pada usaha pertanian dalam skala kecil atau dalam rumah kawat atau rumah kaca. Pengendalian hama atau penyakit dengan fisik adalah penggunaan panas dan pengaliran udara. Sedangkan mekanik adalah usaha pengendalian dengan cara mencari jasad perusak tanaman, kemudian memusnahkannya. Cara ini dapat dilakukan dengan tangan atau menggunakan alat berupa perangkap. Pengendalian Hama dan Penyakit dengan dilakukan dengan cara Bercocok tanam Berbagai usaha dalam bercocok tanam dapat menekan perkembangan jasad pengganggu tanaman, mulai dari pengolahan tanah, jarak tanam, waktu tanam, pengaturan pengairan, pengaturan pola tanam, dan pemupukkan. Penggunaan musuh alami serangga hama berupa predator dan parasitoid (parasit serangga hama ) telah lama dilakukan, tetapi keberhasilanya belum optimal, dan pada umumnya digunakan untuk pengendalian hama, sedangkan untuk pengendalian penyakit masih belum banyak dilakukan. Pengendalian hama berdasarkan manipulasi musuh alami dimaksudkan untuk memberikan peranan yang lebih besar kepada musuh alami, sebelum memakai insektisida. Pada prinsipnya musuh alami akan selalu berkembang mengikuti perkembangan hama. Selama musuh alami dapat menekan hama maka pengendalian dengan bahan kimia tidak diperlukan karena keseimbangan biologi sudah tercapai. Namun bila perkembangan musuh alami sudah tidak mampu mengikuti perkembangan hama, artinya keseimbangan biologi tidak tercapai, maka diperlukan taktik pengendalian yang lain, termasukpenggunaan bahan kimia. Pengendalian Hama dan Penyakit dengan cara Kimiawi

Penggunaan pestisida kimia untuk pengendalian hama dan penyakit sangat jelas tingkat keberhasilannya. Penggunaan pestisida kimia merupakan usaha pengendalian yang kurang bijaksana, jika tidak dikuti dengan tepat penggunaan, tepat dosis, tepat waktu, tepat sasaran, tepat jenis dan tepat konsentrasi. Keadaan ini yang sering dinyatakan sebagai penyebabkan peledakan populasi suatu hama . Karena itu penggunaan pestisida kimia dalam pengendalian hama dan patogen perlu dipertimbangkan, dengan memperhatikan tingkat serangan, ambang ekonomi, pengaruhnya terhadap lingkungan dan kesehatan manusia dan hewan.

KESIMPULAN 1. PHT merupakan pengelolaan hama secara ekologis, teknologis, dan multidisiplin dengan memanfaatkan berbagai taktik pengendalian yang kompatibel dalam satu kesatuan koordinasi sistem pengelolaan pertanian berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. 2. Implementasi PHT memerlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk petani, peneliti, pemerhati lingkungan, penentu kebijakan, dan bahkan politisi. Implementasi PHT dapat mendukung keberlanjutan pengembangan pedesa an dengan mengamankan suplai air dan menyediakan makanan sehat melalui praktek pertanian yang baik. 3. PHT mengakomodasikan teknologi ramah lingkungan dengan pendekatan hayati, tanaman inang tahan, hemat energi, budi daya, dan aplikasi pestisida berdasarkan ambang ekonomi. Bahan kimia yang digunakan harus sesuai dengan persyaratan pengelolaan yang diatur dengan undang-undang 4. Pendekatan pertanian berkelanjutan untuk pengelolaan hama, yang meliputi kombinasi pengendalian hayati, kultur teknis, dan pemakaian bahan kimia secara bijaksana, merupakan alat dalam merintis pertanian ekonomis, pelestarian lingkungan, dan menekan risiko kesehatan. PHT, GAP, dan pertanian berkelanjutan mengarah kepada keselarasan lingkungan, secara ekonomi memungkinkan dipraktekkan, serta memperhatikan keadilan masyarakat (socially equitable).

DAFTAR PUSTAKA http://blogs.unpad.ac.id/tarkus7558/files/2011/08/konsep-pengendalian-terpadu2.pdf http://www.aglearn.net/introIPMModule1.html http://www.aglearn.net/introIPMModule3.html

You might also like