You are on page 1of 3

Resume pemeriksaan fisik dan penunjang Pemeriksaan fisik suhu : 39,50C Palpasi : nyeri area suprapubik

Kunjungan pertama

Pemeriksaan laboratorium Kultur urin : Salmonella typhi >100.000 koloni/ml sensitive amoksisilin Kultur feses : negative Salmonella typhi

Urinalisis Darah rutin

: infeksi dengan eritrosit dan banyak leukosit : Hmt Hitung leukosit Kalsium serum Potassium : 32 % : 10.600/mm3 : 2.52 mmol/l : 4.6 meq/l
Kunjungan ke-2

Kultur urin kultur feses kultur darah widal

: menunjukkan Salmonella typhy : negative Salmonella typhi : negative : titer O titer H (metode latex) : 1/1320 : 1/80

ultrasound ginjal : mikrolitiasis sebesar 2.5 mm pada sistem pielokalises inferior dextra

Kultur urin

: tidak menunjukkan Salmonella typhy


Kunjungan ke-3

Ultrasound ginjal : urolitiasis hilang

Resume terapi Pada kunjungan awal pasien diberikan amoksisilin 2 gram/hari selama 5 hari, tetapi 10 hari kemudian pasien datang kembali dengan keluhan yang hampir sama dan diberikan obat ceftriaxone Intra Vena 2 gram/hari kemudian diganti dengan cefixime peroral selama 10 hari.

Analisis penegakan diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis di lakukan anamnesis mendalam, pemeriksaan fisik dan disertai pemeriksaan penunjang (Swartz, M.H., 1995). Dari hasil anamnesis pasien mengeluh demam, nyeri suprapubik, hematuria dan disuria. Nyeri punggung disangkal dan riwayat penyakit gastrointestinal pada pasien dan keluarga disangkal. Pasien memiliki riwayat infeksi saluran kemih 6 bulan yang lalu dengan pengobatan empiris amoksisilin . Setelah melakukan anamnesis, dokter melakukan pemeriksaan fisik dengan mengukur suhu dan palpasi. Karena pasien datang dengan keluhan demam, maka untuk menegakkannya diukur suhu agar dapat mengetahui secara pasti berapa derajat kah pasien demam, apa itu sub febris atau febris. Pada kasus ini pasien datang dengan suhu 39,50C dan termasuk febris. Kemudian dilakukan palpasi di daerah supra pubik dan didapatkan ada nyeri pada bagian tersebut. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik, dokter melakukan pemeriksaan penunjang laboratorium. Pemeriksaan ini selain berguna untuk menegakkan diagnosis, juga berfungsi untuk memberikan terapi apa yang tepat untuk si pasien. Menurut Basuki B. Purnomo tahun 2011, pemeriksaan laboraturium yang dapat dilakukan pada infeksi saluran kemih adalah pemeriksaan urine dengan ; >10 leukosit/mm3 atau >5 leukosit/lapang pandang besar dikatakan piuria, >105 cfu/ml dengan mid stream atau >103cfu/ml dengan aspirasi suprapubik dikatakan bakteriuria, darah rutin; terdapat penigkatan leukosit dan LED, apusan darah; sel muda , dan pada keadaan infeksi berat, perlu diperiksa faal ginjal, faal hepar, faal hemostasis, elektrolit darah, analisis gas darah, serta kultur kuman. Pada kasus ini, pada kunjungan pertama dokter melakukan pemeriksaan kultur urin dan menunjukkan hasil Salmonella typhi >100.000 koloni/ml sensitive amoksisilin. Kultur feses menunjukan negative Salminella typhi. Kemudian kunjungan kedua dilakukan urinalisis yang menunjukkan infeksi dengan eritrosit dan banyak leukosit. Pemeriksaan darah rutin; Hmt 32% (interprestasi turun , Hmt normal anak-anak 33-38%), hitung leukosit 10.600/mm3 (interprestasi normal, hitung leukosit normal anak 9.000-

12.000/mm3), Kalsium serum 2.52 mmol/l, Potassium 4.6 meq/l , Kultur urin masih menunjukkan Salmonella typhy, kultur feses negative Salmonella typhi, kultur darah negative, widal titer O (metode latex) 1/1320, titer H 1/80 dan ultrasound ginjal menunjukkan mikrolitiasis sebesar 2.5 mm pada sistem pielokalises inferior dextra. Dan pada kunjungan ketiga pada kultur urin tidak menunjukkan Salmonella typhy Sedangkan untuk Ultrasound ginjal menunjukkan urolitiasis telah hilang. Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan penunjang yang telah dilakukan, pasien di diagnosis infeksi saluran kemih recurrent dengan relaps oleh Salmonella typhi disertai gejala urolitiasis.

Analisis terapi

You might also like