You are on page 1of 4

E Layanan Konseling Perorangan

Pada bagian ini konseling dimaksudkan sebagai pelayanan khusus dalam hubungan langsung tatap muka antara konselor dan klien. Dalam hubungan itu masalah klien dicermati dan diupayakan pengentasannya,sedapat dapatnya dengan klien sendiri. Dalam kaitan itu, konseling diangga sebagai upaya layanan yang paling utama dalam pelaksanaan fungsi pengentasan klien. Konseling merupakan jantung hatinya pelayanan bimbingan secara menyeluruh,konseling merupakan layanan inti yang pelaksanaannya menuntut persyaratandan mutu usaha yang benar benar tinggi. Ibarat seorang jejaka yang menaksir seorang gadis,apabila jejaka itu telah mampu memikat jantung hati gadis itu, maka segala urusan dan kehendak akan dapat diselenggarakan dan dicapai dengan lancar. Implikasi lain jantung hati itu ialah, seorang konselor telah mengusai dengan sebaik baiknya apa, mengapa, dan bagaimana pelayanan konseling itu (dalam arti memahami, menghayati, dan menerapkan wawasan,pengetahuan dan keterampilan dengan berbagai teknik dan teknologinya), maka dapat diharapkan ia akan dapat menyelenggarakan layanan layanan bimbingan lainnya dengan tidak mengalami banyak kesulitan. Hal itu dapat dimengerti karena, layanan konseling yang tuntas telah mencakup sebagian fungsi fungsi pemahaman, pencegahan, pengentasan, serta pemeliharaan dan penggembangan. Untuk dapat mengusai jantung hati bimbingan sebagaimana dijabarkan di atas konselor perlu mempelajari menerapkan dan berpengalaman luas dalam layanan konseling itu dengan segenap seluk beluknya.

1. Layanan Konseling Diselenggarakan Secara Resmi


Konseling merupakan layanan yang teratur,terarah, dan terkontrol,serta tudak diselenggarakan secara acak ataupun seadanya. Pelaksanaan layanan konseling , Munro dkk.(1979)mengemukakan tiga dasar etika konseling,yaitu (a) Kerahasian, (b) Keterbukaan, dan (c) tanggung jawab pribadi pada klien. Konseling yang berhasil dan bersifat etis hanya apabila didasarkan pada ketiga hal itu konseling bersifat etnis apabila kerahasiaan klien terlanggar, demikian pula tidaklah etnis suatu layanan konselingyang diselenggarakan dalam suasana keterpaksaan klien. Sifat resmi layanan konseling ditandai dengan adanya cirri ciri yang melekat pada pelaksanaan layanan itu, yaitu bahwa : a. b. c. d. e. Layanan itu merupakan usaha yang disengaja. Tujuan layanan tidak boleh lain daripada untuk keentingan dan kebahagiaan klien. Kegiatan layanan diselenggarakan dalam format yang telah ditetapkan. Metode dan teknologi dalam layanan berdasarkan teori yang telah teruji. Hasil layanan dinilai dan diberi tindak lanjut.

Format konseling meliputi terutama jarak, arah ,dan sikap duduk konselor dan klien, serta tatap muka atau kontak mata antara klien dan konselor. Sebenarnya format standar berkenaan

dengan duduk dan tatapan wajah itu adalah konselor dank lien duduk berhadap hadapan, konselor duduk dengan sikap sempurna ( tidak membungkuk ataupun menyandarkan pinggang ke kursi), dan wajah konselor menatap klien tanpa adu pandang antara klien dan konselor. Format apapun yang berbentuk,standar atau hasil modifikasi,efek yang diharapkan dari terbentuknya format itu ialah : a. Konselor sepenuhnya menghadapi (mencurahkan perhatian kepada) klien. b. Klien benar benar melihat dan merasakan bahwa konselor dalam sikap sempurna selalu memperhatikan diri klien dan permasalahannya. c. Suara, mimic dan gerak gerik klien dan konselor jelas ditagkap oleh pihak lainnya. d. Klien dan konselor mudah bergerak. e. Klien dan konselor merasa dekat satu sama lain. Format hubungan konseling yang diterapkan oleh seorang konselor boleh jadi tidak sama untuk semua kliennya. Format standard an berbagai modifikasinya dipakai secra bervariasi sesuai dengan kondisi klien. Kondisi sosial budaya, kondisi ruangan dan peralatan yanga ada, dan kondisi konselor sendiri.

Konseling Direktif Konseling direktif, yang karena proses dan dinamika pengentasan masalahnya mirip penyembuhan penyakit, pernah juga disebut konseling klinis. Pendekatan ini dipelopori oleh E.G Williamson dan J.G Darley yang berasumsi dasar bahwa klien tidak mampu mengatasi sendiri masalah yang dihadapinyanya. Dalam konseling ini,klien bersifat pasif,dan yang aktif adalah konselor. Konseling direktif ini sering juga disebut konseling yang beraliran Behavioristik,yaitu layanan konseling yang berorientasi pada pengubahan tingkah laku secara langsung (Hansen, dkk, 1977) dan Brammer dan Stone,(1982). Konseling direktif berlangsung menurut langkah langkah umum sebagai berikut : 1. Analisis data klien 2. Pensintesisankan data untuk mengenali kekuatan kekuatan dan kelemahan kelemahan klien. 3. Diagnosis masalah 4. Prognosis atau prediksi tentang perkembangan masalah selanjutnya. 5. Pemecahan masalah. 6. Tindak lanjut dan peninjauan hasil hasil konseling. Upaya pemecahan masalah didasarkan pada hasil diagnosis yang pada umumnya bebentuk kegiatan yang langsung ditunjukan pada pengubah tingkah laku klien.

Konseling Non Direktif Konseling non-derektif sering juga disebut Ciient Centered Therapy. Pendekatan ini diperoleh oleh Card Rogers dari Universitas Wisconsin di Amerika Serikat. Konseling non-direktif merupakan upaya bantuan pemecahan masalah yang berpusat pada klien. Melalui pendekatam ini klien diberikan kesempatan mengemukakan persoalan,perasaan dan pikiran pikirannya secara bebas. Pendekatan ini berasumsi dasar bahwa seseorang yang mempunyai masalah pada dasarnya tetap memiliki potensi dan mampu mengatasinya sendiri. Sedangkan kewajiban dan peranan konselor adalah menyiapkan suasana agar potensi dan kemampuan yang ada pada dasarnya ada pada diri klien itu berkembang secara optimal. Dalam suasana seperti itu konselor merupakan agen pembangunan yang mendorong terjadinya perubahan pada diri klien tanpa konselor sendiri bnyak masuk dan terlibat kangsung dalam proses perubahan tersebut. Pendekatan konseling non- derektif sering juga disebut pendekatan konseling yang beraliran Humanistik (Hansen,dkk,1977) dan Brammer S Stone,1982).Aliran ini menekankan pentingnya pengembangan potensi dan kemampuan yang secara hakiki ada pada setiap individu. Potensi dan kemampuan yang telah berkembang itu menjadi penggerak bagi upaya individu untuk mencapai tujuantujuan hidupnya.

Konseling Elektrik Konseling direktif dan konseling non-direktif merupakan dua pendekatan yang amat berbeda, yang satu lebih menekankan peranan konselor,sedangkan yang lain menekankan peranan klien. Pendekatan dan teori-teori konseling itu telah ditempa dan dikembangkan oleh pencetus dan ahlinya,dan telah dipelajari oleh berbagai kalangan dalam bidang bimbingan dan konseling. Disadari bahwa setiap pendekatan atau teori itu mengandung kekuatan dan kelemahan , namun semuanya telah menyumbangkan secara positif dunia bimbingan dan konseling.baik secara teoritis dan secara praktis. Ada masalah yang lebih cocok diatasi dengan pendekatan direktif, dan ada pula yang lebih cocok dengan pendekatan non-direktif atau dengan teori khusus tertentu. Dengan perkataan lain, tidaklah dapat ditempatkan bahwa setiap masalah harus diatasi dengan salah satu pendekatan atau teori saja. Pendekatan atau teori mana yang cock digunakan sangat ditentukan oleh bebetapa faktor, anatara lain : 1) Sifat masalah yang dihadapi (misalnya tingkat kesulitan dan kekompleksannya). 2) Kemampuan klien dalam memainkan peranan dalam proses konseling. 3) Kemampuan konselor sendiri,baik pengetahuan maupun keterampilan dalam menggunakan masing-masing pendekatan atau teori konseling. Mereka yang mempelajari pendekatan dan teori-teori itu mungkin ada yang tertarik dan merasa dirinya lebih cocok untuk mendalami dan mempraktekkan satu pendekatan atau teori konseling tertentu saja, dan ada pula yang berusaha manggabungkan dan tiga teori yang berdekatan dalam wilayah garis kontinum yang dimaksudkan diatas. Kebanyakan diantara mereka bersikap elektrik yang mengambil berbagai kebaikan dari kedua pendekatan atupun dari berbagai teori konseling yang ada. Sikap elektrik ini telah sejak lama dan bahkan dianggap lebih tepat dan sesuai dengan filsafat atau tujuan

bimbingan dan konseling dari pada sikap yang hanya mengandalakan satu pendekatan atau satu-dua teori tertentu saja (Tolbert,1959,Hansen,dkk,1977 dan Brammer dan Shostrom,1982).

You might also like