You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau kedua ginjal akibat obstruksi. Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu ginjal saja yang rusak. Hal ini menyebabkan timbulnya gagal ginjal. Beberapa sumber menyebutkan setiap tahunnya 50.000 orang amerika meninggal akibat gagal ginjal. Kasus hedronefrosis ini menimbulkan beberapa gejala, yang disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang menyebabkan abnormalitas aliran urin yang banyak dialami oleh masyarakat kita. Dari uraian disamping mendorong kami untuk lebih mengupas masalah hedronefrosis yang mungkin belum begitu dipahami oleh masyarakat kita. B. Tujuan a. Tujuan umum : mahasiswa mampu memahami gambaran penyelesaian keperawatan pasien dengan gangguan urinary : Hydronefrosis b. Tujuan khusus : 1) Mahasiswa mampu menjelaskan definisi hydronefrosis 2) Mahasiswa mampu menjelaskan anatomi dan fisiologi hydronefrosis 3) Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi hydronefrosis 4) Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi hydronefrosis 5) Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis hydronefrosis 6) Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan hydronefrosis 7) Mahasiswa mampu menjelaskan anamnesa pada hydronefrosis 8) Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan fisik pada hydronefrosis 9) Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan diagnostik pada hydronefrosis 10) Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosa keperawatan hydronefrosis 11) Mahasiswa mampu menjelaskan intervensi dan rasional hydronefrosis.

c. Metode penulisan dan tehnik penulisan 1) Refensi buku 2) Searching internet d. Sistematika penulisan BAB I PENDAHULUAN TERDIRI ATAS : 1. Latar belakang 2. Tujuan 3. Metode penulisan 4. Sistematika BAB II KONSEP DASAR TERDIRI ATAS : 1. Definisi 2. Anatomi fisiologi 3. Etiologi 4. Manifestasi klinik 5. Penatalaksanaan BAB III PEMBAHASAN TERDIRI ATAS : 1. Kasus 2. Asuhan keperawatan BAB IV PENUTUP TERDIRI ATAS : 1. Kesimpulan 2. Saran DAFTAR PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Definisi

Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau kedua ginjal akibat obstruksi. Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin mengalir balik, sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi disalah satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan, maka hanya satu ginjal saja yang rusak.( Smeltzer & Bare,2002 ) Hidronefrosis adalah obstruksi aliran kemih proksimal terhadap kandung kemih dapat mengakibatkan penimbunan cairan bertekanan dalam pelviks ginjal dan uretra yang dapat mengakibatkan absorbsi hebat pada parenkim ginjal (Sylvia, 1995). http://dezlicious.blogspot.com/2009/04/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html

B. Anatomi dan Fisiologi

1. Renal pyramid

3. Renal artery 5. Renal hylum 7. Ureter 6. Renal pelvis 8. Minor calyx

2. Interlobar artery 4. Renal vein

Ginjal merupakan organ yang berpasangan dan setiap ginjal memilki berat kurang lebih 125 kg, terletak pada posisi disebelah lateral vertebra torakalis bawah beberapa sentimeter disebelah kanan dan kiri garis tengah. Organ ini terbungkus oleh jaringan ikat tipis yangkenah sebagai kapsula renis.Disebelah anterior, ginjal dipisahkan dari kavum abdomen dan isinya adalah peritoneum. Disebelah posterior,organ tersebut dilindungi oleh dinding toraks bawah. Darah dialirkan kedalam setiap ginjal oeh arteria renalis dan keluar melalui vena renalis. Arteria renalis besaral dari aorta abdominalis dan vena renalis membawa darah ke vena kava inferior.Ginjal dengan efisien dapat

membersihakan bahan limbah dari darah, dan fungsi dilaksanakan karena aliran darah yang melelui ginjal jumlahnya sangat besar, 25% dari curah jantung. Urin terbentuk dalam unit-unit fungsional ginjal yang disebut nefron.Urin yang terbentuk dalam nefron akan mengalis ke dalam duktus pengumpul dan tubulus renal yang kemudian menyatu untuk membentuk pelvis ginjal. Setiap ginjal akan membentuk ureter. Ureter merupakan saluran pipa panjang dengan dinding yang sebagian besar terdiri dari otot polos. Organ ini menghubungkan setiap ginjal dengan kandung kemih yang berfungsi sebagai pipa untuk menyalurkan urin. Kandung kemih merupakan organ yang berongga yang terletak sebelah anterior tepat dibelakang ospubis. Organ ini berfungsi sebagai wadah sementara untuk menampung urin. Sebagian besar dinding kandung kemih terdiri dari otot polos yang dinamakan muskulus detrusor. Kontraksi otot ini terutama berfungsi untuk mengosongkan kandung kemih pada saat buang air kecil (urinasi). Uretra muncul dari kandung kemih; pada laki-laki,uretra berjalan lewat penis dan pada wanita bermuara disebelah anterior vagina. Pada laki-laki, kelenjar prostat yang terletak tepat dibawah leher kandung kemih mengililingi uretra sebelah posterior dan lateral. Sfingter urinarius eksterna merupakan otot volunteer yang bulat untuk mengendalikan proses awal urinasi. Nefron . Ginjal terbagi menjadim bagina eksternal yang disebut korteks dan bagin internal yang disebut medulla. Pada manusiasetiap ginjal tersusun dari kurang lebih 1 juta nefron. Nefron yang dianggap sebagai unit fungsional ginjal, terdiri atas sebuan glomelurus dan sebuah tubulus. Seperti halnya pembuluh kapiler, dinding glomelurus tersusun dari lapisan sel-sel endotel dan membrane basalis. Sel-sel epitel berada pada salah satu membrane basalis, dan sel oendotel pada sisi lainnya. Glomelurus membentang dan membentuk tubulus yang terbagi menjadi tiga bagian : tubulus proksimal, ansa henle, dan tubulus distal. Tubulus distal bersatu membentuk duktus pengumpul. Duktus ini berjalan lewat korteks dan medulla renal untuk mengosongkan isinya ke pelvis ginjal.

Fungsi nefron . Proses pembentukan urin dimulai ketika darah mengalir lewat glomelurus. Glomelurus yang merupakan struktur awal nefron tersusun dari jonjot-jonjot kapiler yang mendapat darah lewat vasa aferen dan mengalirkan balik lewat vasa eferen. Tekanan daran menentukan berapa tekanan dan kecepatan alitan darah yang melewati glomelurus. Ketika darah mengalir melewati struktur ini, filtrasi terjadi. Air dan molekul-molekul yang kecil akan dibiarkan lewat sedangkan molekul-molekul yang besar tetap tertahan dalam aliran darah. Cairan disaring lewat jonjot-jonjot kapiler glomelurus dan memasuki tubulus. Cairan ini dikenal sebagai filtrat. Dalam kondisi yang normal, kurang lebih 20% dari plasma yang melewati glomelurus akan disaring kedalam nefron debngan jumlah yang mencapai sekitar 180 liter filtrate perhari. Filtrat tersebut yang sangat serupa dengan plasma darah tanpa molekul yang besar ( protein, sel darah merah, sel darah putih dan trombosit ) pada hakekatnya terdiri atas air, elektrolit, dan molekulm kecil lainnya. Dalam tubulus, sebagian substanti ini secara selektif diabsorpsi ulang kedalam darah. Substansi lainnya disekresikan dari darah ke dalam filtrat tersebut mengalis disepanjang tubulus. Filtrat akan dipekatkan dalam tubulus distal serta duktus pengumpul, dan kemudian menjadi urin yang mencapai pelvis ginjal. Sebagian substansi, seperti glukosa, normalnya akan diabsorpsi kembali seluruhnya dalam tubulus dan tidak akan terlihat dalam urin. Proses reabsorpsi serta sekresi dalam tubulus sering mencakup transpostasi aktif dan memerlukan menggunaan energi. Berbagai subtansi yang secara nofmal disaring oleh glomelurus,diabsorpsi oleh tubulus dan eksekresikan kedalam urin mencakup natrium, klorida, bikarbonat, kalium, glukosa, ureum, kreatinin, serta asam urat.

C. Etiologi Obstruksi dapat disebabkan oleh batu renal yang terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan menghambatnya. Obstruksi juga dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter dan berkas jaringan parut akibat abses atau inflamasi dekat ureter dan mempersempit saluran tersebut. Dapat juga disebabkan sebagai akibat dari bentuk sudut abnormal dipangkal uruter atau posisi ginjal yang salah yang menyababkan ureter berpilin dan kaku. Pada lansia terrjadi karena adanya pembesaran prostat yang menyababkan obstruksi pada pintu kandung kemih,juga disebabkan karena pembesaran uterus pada wanita hamil. ( Smeltzer & bare,2002 ) D. Patofisiologi Apapun penyebab dari hidronefrosis, disebabkan adanya obstruksi baik parsial ataupun intermitten mengakibatkan terjadinya akumulasi urin di piala ginjal. Sehingga menyebabkan disertasi piala dan kolik ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertrofi kompensatori), akibatnya fungsi renal terganggu (Smeltzer dan Bare, 2002).

E. Pathway Etiologi/ faktor predisposisi

Obstruksi

Kurang informasi

Urine mengalir balik

Penutup haluaran urin

Kurang pengetahuan

Hidronefriosis

Oliguri

Tekanan diginjal meningkat

Gangguan pola eliminasi: BAK

Abses, Inflamasi

Nyeri tekan abdomen

Demam, menggigil

Gangguan rasa nyaman

Mual, Mual

Hipertermi

Nyeri

Intake tidak adekuat

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


8

F. Manifestasi Klinis
1.

Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara bertahap. Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maka disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul, seperti:

2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Hipertensi (akibat retensi cairan dan natrium). Gagal jantung kongestif. Perikarditis (akibat iritasi oleh toksik uremi). Pruritis (gatal kulit). Butiran uremik (kristal urea pada kulit). Anoreksia, mual, muntah, cegukan. Penurunan konsentrasi, kedutan otot dan kejang. Amenore, atrofi testikuler. (Smeltzer dan Bare, 2002)

G. Penatalaksanaan Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki penyebab obstruksi, untuk menangani infeksi, dan untuk mempertahankan serta melindungi fungsi renal. Untuk mengurangi obstruksi, urine harus dialihkan melalui tindakan nefrostomi atau tipe diversi lainnya. Infeksi ditangani dengan agens antimicrobial karena disisa urine dalam kaliks menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk pembedahan untuk mengangkat lesi obstruksi (

batu,tumor,obstruksi areter). Jika salah satu ginjal rusak parah dan fungsinya hancur, nefrektomi (pengangkatan ginjal) dapat dilakukan (Smeltzer dan Bare, 2002)

BAB III TINJAUAN KASUS

Kasus VI : Tn H dirawat diruang penyakit dalam sejak 2 hari yang lalu, saat dilakukan pengkajian oleh perawat jaga klien mengeluh masih nyeri pinggang, nyeri saat berkemih. Tadi malam menggigil / demam diberi obat paracetamol agak mereda. Kadang-kadang uine berwarna keruh kadang berwarna kemerahan.TTV: TD: 155/95 mmHg, S : 37,8 derajat celcius, RR : 24 x /menit, nadi : 88 x/menit. Pada pemeriksaan radiologi didapatkan gambaran adanya distens pada ruang piala ginjal ( hydronefrosis ). A. Anamnesa 1. Identitas Nama : Tn. H

Jenis kelamin : Laki-laki Umur Pekerjaan : 45 th : sopir

Identitas penanggung jawab Nama : Tn.S

Jenis kelamin : Laki-laki Umur Status : 30 th : Adik

2. Data subjektif : mengeluh sakit pinggang, nyeri saat berkemih Data objektif : a. menggigil/demam,dengan paracetamol mereda. b. Kadang-kadang urin berwarna keruh,kadang kemerahan c. TTV :TD: 155/95 mmHg.S: 37,8o C, RR : 24 x/menit d. Nadi : 88 x/menit

10

e. Radiologi : didapatkan gambaran adanya distens pada ruang piala ginjal 3. Riwayat kesehatan : a. Keluhan utama : sakit pinggang, nyeri saat berkemih b. Riwayat penyakit : 1) Riwayat penyakit sekarang : Sakit pinggang, nyeri saat berkemih, menggigil/demam, urin kadang berwarna keruh, kadang berwarna kemerahan 2) Riwayat penyakit dahulu : klien mengatakan dahulu pernah mengalami gangguan saluran kemih, tetapi klien mengatakan tidak melakukan tindakan untuk mengatasinya sehingga penyakitnya semakin parah sehingga mendorong klien untuk pergi ke RS. 3) Riwatat penyakit keluarga : klien mengatakan bahwa keluarga klien tidak pernah ada yang mengalami penyakit saluran kemih

B. Pemeriksaan fisik: 1. Perhatian khusus pada abdomen ; a) Inspeksi : terjadi pembesaran pada area ginjal di karenakan obstruksi. b) Palpasi : terdapat penumpukan massa didaerah ginjal, terdapat nyeri tekan didearah tulang rusuk atau panggul. c) Perkusi : suara redup, menggambarkan adanya massa. C. Pemeriksaan Diagnostik Kita bisa merasakan adanya massa didaerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul,terutama jika ginjal sangat membesar. Pemeriksaaan darah bisa menunjukkan adanya kadar urea yang tinggi karena ginjal tidak mampu membuang limbah metabolic ini. Beberapa prosedur digunakan untuk mendiagnosis hidronefrosis : 1. USG memberikan gambaran ginjal, ureter dan kandung kemih.
11

2. Urografi intravena bisa menunjukkan aliran air kemih melalui ginjal. 3. Sistoskopi bisa melihat kandung kemih secara langsung. (http://medicastore.com/penyakit/604/hidronefrosis.html) Pemeriksaan radiologi menggambarkan adanya distens pada ruang piala ginjal. Pemeriksaan darah menunjukkan kadar urea yang tinggi karena ginjal tidak mampu membuang limbah metabolic ini.

D. Diagnosa keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d obstruksi akut. 2. Ganguan pola eliminasi : BAK b.d penurunan haluan urin 3. Perubahan nutrisi b.d mual & muntah 4. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi 5. Hipertermi b.d proses infeksi.

E. Intervensi & rasional 1. Gangguan rasa nyaman : nyeri b.d obtruksi akut. Intevensi a) Kaji tingkat nyeri dan gangguan rasa nyaman. b) Anjurkan rendam duduk dalam air hangat. c) Laporkan peningkatan rasa nyeri kepada dokter. d) Berikan analgesic untuk mengurangi nyeri. Rasional a) Memberikan data dasar untuk mengevaluasi keberhasilan intervensi. b) Meredakan gangguan rasa nyaman setempat dan meningkatkan relaksasi. c) Dapat menunjukkan progesivitas disfungsi atau kambuhnya disfungsi, atau tanda-tanda yang tidak diharap ( misalnya, perdarahan, batu ginjal ) d) Dapat diresepkan untuk mengurangi nyeri dan spasme.

12

2. Ganguan pola eliminasi : BAK b.d penurunan haluan urin Intervensi a) Awasi pemasukan dan pengeluaran dan karakteristik urine. b) Tentukan pola berkemih normal pasien dan perhatikan variasi.

c) Dorong meningkatkan masukan cairan. d) Periksa semua urine, catat adanya keluaran batu dan kirim ke laboratium untuk analisa. e) Selidiki keluhan kandung kemih penuh, palpasi untuk distensi suprapubik. Perhatikan penurunan keluaran urine, adanya edema periorbital/tergantung f) Observasi perubahan status mental, perilaku atau tingkat kesadaran. g) Awasi pemeriksaan laboratorium, contoh elekrolit, BUN, kreatinin. h) Ambil urine untuk kultur dan sensitivitas. Rasional a) Memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contoh infeksi dan pendarahan. Pendarahan dapat mengidinkasikan peningkatan obstruksi atau iritasi ureter. Catatan : pendarahan sehubungan dengan ulserasi ureter jarang. b) Kalkulus dapat menyebabkan eksitabilitas saraf, yang menyebabkan sensasi kebutuhan berkemih segera. Biasanya frekuensi dan urgensi meningkat bila dilakukan kalkulus mendekati mendekati uretrovesikal. c) Peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah, dan debris dan membantu lewatnya batu. d) Penemuan batu memungkinkan identifikasi tipe batu dan mempengaruhi pillihan terapi. e) Retensi urine dapat terjadi, menyebabkan distensi jaringan (kandung kemih/ginjal) dan potensi infeksi dan gagal ginjal f) Akumulasi sisa uremik dan ketidakseimbangan elektrolit dapat menjadi toksik pada ssp.
13

g) Penigkatan BUN, kreatinin dan elektrolit mengidentifikasi disfungsi ginjal. h) Menentukan adanya isk, yang penyebab/ gejala komplikasi

3. Perubahan nutrisi b.d mual & muntah Intervensi a) Kaji/ catat pemasukan. b) Berikan makan sedikit tapi sering. c) Berikan pasien/ orang terdekat daftar makanan/ cairan yang diizinkan dan dorong terlibat pada pilihan menu. d) Timbang berat badan tiap hari. Rasoinal a) Membantu mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan diet. b) Meminimalkan anoreksia dan mual berhubungan dengan status uremik. c) Memberikan pasien tindakan kontrol dalam pembatasan diet. Makanan dari rumah dapat meningkatkan nafsu makan. d) Pasien puasa/katabolic akan secara normal kehilangan 0,2-0,5 kg/hari. Perubahan kelebihan 0,5 kg dapat menunjukkan perpindahan

keseimbangan cairan.

4. Kurang pengetahuan b.d kurang informasi Intervensi a) Kaji ulang proses penyakit, prognosi, dan faktor pencetus bila diketahui. b) Kaji ulang rencana diet/ pembatasan. Termasuk lembar daftar makanan yang dibatasi. c) Dorong pasien untuk mengobservasi karakteristik urine dan jumlah/ frekuwensi pengeluaran. d) Diskusikan mengenai nefrostomi bila ini mungkin bagian yang dilakukan di masa datang.

14

Rasional a) Memberikan dasar pengetahuan dimana pasien dapat membuat pilihan informasi. b) Nutrisi adekuat perlu untuk meningkatkan penyembuhan/regenerasi jaringan dan kepatuhan pada pembatasan dapat mencegah komplikasi. c) Perubahan dapat menunjukkan gangguan fungsi ginjal. d) Meskipun bagian ini sudah diberikan sebelumnya oleh dokter pasien harus mengetahui dimana keputusan harus dibuat dan memerlukan masukan tambahan. 5. Hipertermi b.d proses infeksi. Intervensi a) Monitoring TTV b) Beri kompres air biasa c) Jaga lingkungan sekitar pasien d) Anjurkan keluarga memakaikan baju tipis. e) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat penurun panas, contoh paracetamol Rasional a) Memantau suhu setip saat apakah normal, atau terjadi peningkatan. b) Menurunkan suhu tubuh sampai batas normal. c) Pasien tetap nyaman dengan mengatur suhu ruangan. d) Metabolisme dalam tubuh tidak meningkat. e) Akan meredakan hipotalamus sebagai pusat mengatur panas sehingga panas tubuh berangsur-angsur turun.

15

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Hidronefrosis adalah dilatasi piala dan kaliks ginjal pada salah satu atau kedua ginjal akibat obstruksi. Obstruksi di akibatkan adanya batu renal ,juga dapat diakibatkan oleh tumor yang menekan ureter dan berkas jaringan parut akibat abses atau inflamasi.. Dapat juga disebabkan sebagai akibat dari bentuk sudut abnormal dipangkal uruter atau posisi ginjal yang salah yang menyababkan ureter berpilin dan kaku. Pada lansia terrjadi karena adanya pembesaran prostat . mengakibatkan terjadinya akumulasi urin di piala ginjal. Sehingga menyebabkan disertasi piala dan kolik ginjal. Pada saat ini atrofi ginjal terjadi ketika salah satu ginjal sedang mengalami kerusakan bertahap maka ginjal yang lain akan membesar secara bertahap (hipertrofi kompensatori), akibatnya fungsi renal terganggu. obstruksi akut

dapat menimbulkan rasa sakit dipanggul dan pinggang dekat ureter dan mempersempit saluran tersebut. Jika terjadi infeksi maka disuria, menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi. Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal kena maka tanda dan gejala gagal ginjal kronik akan muncul. B. Saran 1. Pasien a. Pasien mampu bekerja sama dalam proses peyembuhan baik dengan tim medis maupun keluarga. b. Pasien menghindari semua penyebab hidronefrosis 2. Keluarga a. Keluarga ikut berpetran aktif dalam penyembuhan pasien b. Keluarga mampu memberikan keperawatn diri.

16

3. Perawat a. Perawat mampu memberikan perawatan optimal untuk pasien

hedronefrosis. b. Perawat sebaiknya mengajarkan kepada keluarga pasien untuk perawatan mandiri dirumah. c. Perawat dapat membantu pasien dalam proses penyembihuhan.

17

DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1990. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC Smaltzer, Suzanne C & Brenda G Bare. Buku Ajar Medikal Bedah edisi 8. Jakarta: EGC http://dezlicious.blogspot.com/2009/04/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html

18

You might also like