You are on page 1of 11

BAR XI JIUKUM DALAM RANGKA MENEGAKKAN KEADILAN

KONSEP KUNCI 1. Menumbuhkan Kesadaran Untuk Taat Hukum Tuhan (Rta/ Dharma) 2. Peran Agama Hindu Dalam Perumusan Dan Penegakan Hukum 3. Fungsi Profetik Agama Hindu Dalam Hukum

KOMPETENSI DASAR Mahasiswa Memahami Pentingnya Hukum Dalam Rangka Menegakan Keadilan

INDIKATOR HASIL BELAJAR 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang hukum Rta 2.. Mahasiswa dapat menjelaskan akibatnya apabila hukum Rta dilanggar 3. Mahasiswa dapat menyebutkan arti sloka Weda (D.S 11.9) 4. Mahasiswa dapat menyebutkan perbedaan antara Hukum dan Agama.

MATERI A. MENUMBUHKAN KESADARAN UNTUK TAAT HUKUM

TUHAN Supremasi hukum sangat mempengaruhi ketentraman, keamanan, kenyamanan dan ketertiban masyarakat. Oleh karena itu penegak hukum harus benar-benar orang yang mempunyai sraddha yang kuat terhadap Tuhan. Di dalam ajaran kepemimpinan Hindu yang disebut Catur Naya Sandhi adalah empat sifat dan tindakan yang bijaksana yang hendaknya dilakukan oleh setiap pemimpin/ negaravvan (Tut De Ariasna 1997: 23-24) dalam bukunya Kepemimpinan Hindu, sebagai berikut: a. Sama, yaitu selalu waspada dan siap siaga untuk menghadapi segala ancaman musuh baik yang datang dan dalam maupun dari luar yang merongrong kewibawaan pemimpin yang sah. b. Bheda, yaitu memberikan perlakuan yang sama dan adil tanpa perkecualian dalam melaksanakn hukum! peraturan bagi bawahan/rakyat sehingga tercipta kedisiplinan dan tata tertib (penegak supremasi hukum). e. Dhana yaitu mengutamakan sandang, pangan, pendidikan dan papan guna mewujudkan kesejahteraan (kemakmuran bawahan), rakyat serta

memberikan penghargaan bagi warga yang berprestasi. Memberikan upah/ gaji bagi para pekerja sebagai balas jasa dari pekerjaan yang dibebankan dengan peraturan keluarganya. ? d. Danda, yaitu menghukum dengan adil kepada semua yang berbuat salah (melanggar hukup sesuaj dengan tingkat kesalahan yang diperbuatnya). Di dalam sastra Hindu terungkap Ia yang menciptakan berbagai ciptaan menjadikan dari dirinya sendiri, diciptakannya mahluk-mahluk hidup yang beraneka ragam, mulai dengan memikirkannya, diciptakannya air, daun, meletakkan benih itu di dalamnya. Untuk menjaga hubungan antara partikel-partikel yang diciptakannya itu, Tuhan menciptakan hukum yang murni dan abadi bersifat absolute berlaku bagi semua ciptaannya. hukum tersebut disebut dengan hukum Rta, kata Rta berasal dan bahasa Sanskerta yang artinya Adil sedangkan lawannya Anrta berarti Tidak adil. yang berlaku agar dapat mencukupi kehidupan

Tuhan sebagai pengendali hukum Rta sehingga beliau disebut dengan Rtawan. Hukum Rta mengatur seluruh alam dan komponennya, satupun komponen alam tidak bisa lepas dari hukum Rta tersebut. Namun Rta scbagai pengendali semua ciptaan Tuhan seperti yang diuraikan oleh mantran Rg veda sebagai benikut: Ia yang bersmar, menyebabkan yang tidak bersinar menjadi bersinar dengan hukum (Rta), Ia menyaiakan fajar, ia menjalankan kuda yang dikendalikan oleh hukum Abadi. (Rta) membuat manusia sedang dengan kereta menuju terang (Rg.VI. 39.4). Adapun contoh Rta adalah: - Matahari terbit di Timur dan tengge1am di Barat - Air mengalir dar tempat yang lebih tinggi ke tempat yang lebih rendah - Adanya perputaran siang dan malam - Adanya rangkaian lahir, hidup, mati - Setiap mahluk mempunyai rasa lapar dan haus - Kebutuhan tidur/istirahat setiap mahiluk. Rta yang menyatu padukan alam dengan hukum alam merupakan disiplin hidup, dan juga merupakan disiplin untuk menciptakan kindahan dan keharmonisan dalam hidup ini. Rta juga mewujudkar>> kemakmuran dan kesejahteraan di dunia ini, karena mmberikan kesempatan kepada setiap mahluk untuk tumbuh dan berkembang seperti uraian mantram di bawah ini: Melalui hukum Abadi engkau telah menyebarkan tumbuh-tumbuhan yang berkembang dan berbuah dan mengalirkan air engkau mengeluarkan halilintar di langit, Engkau sangat luas meliputi alam yang amat luas, patut dipuja. (Rg. II. 13. 7). * Apabila Rta ini dilanggar/ tidak dijalankan sesuai dengan aturannya maka akan timbul ketidak harmonisan di dalam kehidupan ini. Seperti penebangan hutan yang mengakibatkan gunung gundul menutup bantaran sungai/tidak membiarkan air itu mengalir dengan

semestinya, itu akan mengakibatkan bencana alam yang merugikan kehidupan manusia, dalam lingkup yang Iebih kecil pelanggaran terhadap Rta, yaitu pada saat malam tiba yang seharusnya kita istirahal/ tidur, kalau itu tidak dilakukan dalam vvaktu cukup panjang, maka tubuh kita akan lesu dan mudah diserang penyakit, pada saat lapar kita tidak akan makan dalam waktu cukup lama juga akan menyebabkan sakit badan kita. Demikianlah Rta itu mengatur alam beserta isinya. Selain Rta Tuhan juga menciptakan hukum yang khusus berlaku untuk manusia yang disebut dengan Dharma. Dharma berasal dari bahasa -Sanskerta dan urat kata Dhr yang artinya: memangku, menjaga, memelihara. Jadi kata Dharma dalam artia yang lebih luas berarti. Ajaran, kewajiban atau peraturan-peraturan suci yang mengatur hidup manusia. Seperti yang diuraikan dalam Sloka Canti Parwa, sebagai berikut: LOKASAMGRAHASAMYUKTAU WIDARTRAWIHITAM PURA SUKSMA DHARMATHANIYATAM SATAMCARITAM UTTA UMAM. Artinya: Kesentosaan umat manusia dan kesejahteraan masyarakat datang dari Dharma. Laksana dan Budi yang luhur untuk kesejahteraan manusia itulah Dharma yang utama ((canti Parwa 259 259. 26). Sesuai dengan anjuran agama yaitu:/Moksartham Jagadhita ya ca iti dharma, yang artinya: Untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat/ lahir dan bathin maka dharmalah sebagai penuntunnya. Sehingga dalam aplikasinya dibedakan menjadi 2 bagian yaitu: a. Swa dharma dan b. Para Dharma. Swa dharma berarti sadar akan tugas dan kewajiban masing-masing dan apabila kewajiban itu dijalankan dengan sebaik-baiknya barulah Mokssartham dan Jagadhita akan terwujud. Dalam menjalankan Swa Dharma ini dibedakan menjadi 4 (empat) kelompok tugas yang disebut: Catur Warna yang terdiri dari :

a.

Brahmana:

Golongan

yang

mempunyai

tugas

untuk

mengembangkan dan menyebarkan ilmu pengetahuan. b. Ksatria: Golongan yang mempunyai tugas untuk menjalankan tugas pemerintahan dan perlindungan kepada semua orang, yang tercakup di dalamnya seperti: - Hakim sebagai penegak Hukum - ABRI sebagai penegak keamanan - Jaksa, Pangacara dan lain-lain c. Wesya: Golongan yang bergerak di bidang ekonomi serta kesejahteraan masyarakat seperti para pengusaha. wiraswasta dan yang lainnya. d. Sudra: Golongan yang bergerak di bidang jasa yang disebut dengan buruh/pekerja. Apabila masing-masing golongan ini menunaikan tugas dan kewajibannya dengan baik akan terwujud ketentraman, keharmonisan di masyarakat. Para Dharma: adalah peraturan yang berlaku pada setiap orang. apapun profesinya ataupun warnanya, apapun jenis kelaminnya, dalam setiap tingkat umur, di manapun berada, diikat leh aturan tersebut. Apabila melanggar aturan ini akan terjadi benturan-benturan yang menyebabkan kesengsaraan dalam hidup ini. Di samping hal tersebut di atas masih ada sumber dalam Weda yang memberikan tuntunan pada umatnya untuk sadar dan taat pada hukum sebagai berikut : Cruti smrtyudita dharma manutisthanti manawah iha kirthnawapnoti canuttamam sukham. (D.& IL 9,) Artinya: Orang yang mengikuti hukum yang diajarkan oleh pustaka-pustaka suci dan mengikuti adat istiadat yang keramat mendapat kemasyhuran di dunia ini dan setelah meninggal menerima kebahagiaan yang tak terbatas.

Dan uraian di atas jelaslah bahwa agama hindu menuntun umatnya untuk selalu sadar dan taat pada Hukum Tuhan.

B.

PERAN

AGAMA

HINDU

DALAM

MERUMUSKAN

DAN

MENEGAKAN HUKUM YANG AWL Sebagai landasan berpikir bagi pemimpin dalam menegakkan hukum menurut Sri Rama kepada Bharata yang akan dinobatkan menjadi raja Ayodya Asta Brata disimbulkan dengan sikap-sifat mulia dari alam semesta yang patut dijadikan pedoman bagi setiap pemimpin atau penegak hukum yaitu : a. Indra brata, seorang pemimpin hendaknya seperti hujan yaitu senantiasa mengusahakan kemakmuran bagi rakyatnya dan dalam setiap tindakannya dapat membawa kesejukan dan penuh kewibawaan. b. Yama Brata, pemimpin hendaknya meneladani sifat-sitat Dewa Yama, yaitu berani menegakkan keadilan menurut hukum atau peraturan yang berlaku demi mengayomi masyarakat\ c. Surya Brata, pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat seperti Matahari (surya) yang mampu memberikan semangat dan kekuatan pada kehidupan yang penuh dinamika dan sebagai sumber energi. d. Candra Brata, pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat seperti bulan yaitu mampu memberikan penerangan bagi rakyatnya yang berada dalam kegelapan/kebodohan dengan menampilkan wajah, yang penuh kesejukan dan penuh simpati sehingga masyarakatnya merasa tentram dan hidup nyaman. e. Vayu Brata (Maruta), pemimpin hendakny ibarat angjn, senantiasa berada di tengah-tengah masyarakatny memberikan kesegaran dan selalu turun k bawah untuk mengenal denyut kehidupn masyarakat yang dipimpinnya. f. Bhumi (Danada), pemumpin hendaknya memiliki sifat-sifat utama dari bumi yaitu teguh, menjadi landasan berpijak dan memberi segala yang dimiliki untuk kesejahteraan masyarakatnya.

g.

Varuna Brata, pemimpin hendaknya bersifat seperti samudra yaitu memiliki wawasan yang luas, mampu mengatasi setiap gejolak (riak) dengan baik, penuh kearifan dan kebijaksanaan.

h.

Agni Brata, pemimpin hendaknya memiliki sifat mulia dari api yaitu mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan tetap teguh dan tegak dalam prinsip dan menindak/ menghanguskan yang bersalah tanpa pilih kasih.

Selain Asta Brata Kakawin Ramayana bab I sloka 3 menyebutkan: Gunamanta Sang Dasaratha, wruh sira ring Weda, Bhakti ring Dewa tan Marenpeng Pitra Puja, masih taI sireng Swagotra kabeh. Maksudnya bahwa: Raja Dasaratha adaLah seorang pemimpin yang memahami pengetahuan, kitab suci Weda, taat beragama, Bhakti kepada Tuhan dan tidak lupakan leluhur/ pendahulunya serta adil dan mengasihi seluruh rakyatnya. Perumusan hukum menurut Hindu diatur secara konsepsional, di mana sistem dan azas yang dipergunakan dalam hukum Hindu bersumber pada Kitab .Suci Veda Menurut weda hukum Hindu, bersumber pada : a. Cruti artinya sama dengan Wahyu, atau Wahyu yang dihimpun dalam Mantra Samhita. Kalau kita bandingkan dalam bentuk perundang-undangan Negara, Cruti dianggap sebgai UUD, karena Cruti merupakan sumber dari ketentuanketentuan berikutnya. b. Smerti adalah himpunan-himpunan yang berisi tentang penafsiran dari Cruti. Di dalam Smerti dijabarkan atau diaplikasikan Cruti tersebut. c. Sila mempunyai arti tingkah laku dari orang Suci. Yang dimaksud dengan orang Suci adalah orang yang memiliki kekuatan mata bathin dapat memancarkan kekuatan rohani serta mernpunyai kepekaan untuk menerima getaran- getaran gaib, dalam penampilannya menggunakan keluwesan dan rasa welas asih yang disertai kemurnian dan kebersihan lahir batin

tidak terpengaruh oleh materi duniawi dan dipakai panutan di masyarakat (contoh. para Maharsi) d. Acara adalah adat istiadat yang keramat yang berlaku di suatu tempat. e. Atmanastuti Rsa puas din. Rasa puas adalah ukuran yang selalu diusahakan oleh setiap manusia untuk mencapai kepuasan tersebut harus didasarkan pada kebenaran atau ajaran agama. Penegakan hukum yang adil dalam ajaran agama Hindu mempunyai konsep yang jelas dijabarkan atau diaplikasikan dalam konsep Sraddha atau keimanan Hindu dibagian yang ketiga, yaitu: Karma Phala. Karma phala merupakan hukum yang universal memberikan dalil atau rumusan yang pasti. Karma phala berasal dari dua kata, yitu; Karma = Kr = membuat yang berarti perbatan, sedangkan Phala = hasil, jadi arti dan Karma Phala adalah: Setiap perbuatan akan mendatangkan hasil, juga bisa disebut dengan hukum sebab akibat, yaitu segala sebab berupa perbuatan akan membawa hasil dari perbuatannya. Untuk lebih pasti kita perhatikan sloka di bawah ini : Karma Phala ngaran ika paraning gawe ala ayu (slokantara) Artinya: Karma Phala adalah akibat perbuatan baik dan buruk. Karma phala memberikan pahala yang pasti, apa yang kita nikmati dalam kehidupan ini tidak semata-mata merupakan takdir dari Tuhan. Kehidupan ini sendirilah yang menentukan. Kalau kita berbuat yang baik maka kita akan memperoleh pahala yang baik pula demikian pula sebaliknya kalau kita berbuat yang tidak baik maka penderitaanlah ix yang kita nikmati. Namun perlu diingat bahwa penikmatan dari hasil itu sendiri dapat dirasakan dalam tiga kemungkinan, yaitu: a. Prarabda Karma Phala, yaitu:

Perbuatan yang dilakukan pada kehidupan sekarang, hasilnya diterima pada kehidupan sekarang juga. Contoh: Kalau kita makan cabe, maka mulut kita akan terasa pedas Kalau kita mengambil api, tangan kita akan terbakar Kalau kita makan nasi, habis makan kita kenyang b. Kriyamana Karma Phala yaitu: Perbuatan yang dilakukan sekarang di dunia ini tetapi hasilnya akan diterima di alam baka. Contoh: Jika seseorang berbuat baik, suka menolong, jujur maka setelah mati akan mendapat sorga dan sebaliknya. c. Sancita Karma Phala, yaitu: Perbuatan yang sekarang di dunia ini tetapi hasilnya akan diterima pada kelahiran yang akan datang. Ada orang yang dalam kehidupannya sekarang selalu berbuat jahat, suka memfitnah orang lain, tidak jujur, kasar dan yang lainnya namun dia tetap menikmati kebahagiaan. Itu berarti Karma baik yang dahulu pada kehidupan sebelumnya dinikmati pada kehidupan sekarang. (I Wayan Winda Winawan, 2003: 91)

Demikianlah Karma Phala diyakini sebagai Dalil Hukum yang asli, sehingga pada setiap tindakan dan perilaku penganut agama Hindu selalu berpedoman pada hukum Karma Phala,

C. FUNGSI PROFETIK AGAMA HINDU DALAM HUKUM Ajaran agama adalah ajaran kebenaran, sedangkan hukum adalah penegak kebenaran dan keadilan, yang menjadi dasar pemikiran untuk tegaknya kebenaran dan keadilan. Setiap manusia memiliki moral keagamaan tujuan hidup yang sebenarnya menurut ajaran agama. Penegak hukum harus lebih daripada itu, termasuk kesadaran moral bahwa: dia akan berdosa kalau menghukum orang yang tidak bersalah, dan tidak menghukum

orang yang bersalab (Manawa Dharma Sastra). Menurut Narada Smerti kebenaran adalah alat terbaik untuk menyucikan jiwa. Kebenaran menurut Manu adalah tapa (pengekangan difi) terbesar yang dapat dilakukan oleh manusia dan seseorang yang mempraktekkan kebenaran memperoleh moksa dalam hidup ini. Adalah kekurangan kebenaran dan pengucapan kepalsuan yang membuat hidup kita menderita. derita berbohong, kita sesungguhnya menghukum diri untuk memperoleh tujuan-tujuan sementara untuk kita harus membayarnya di masa depan dengan masalah yang sangat besar. Adalah merupakan kebiasaan pada. sekelompok banyak orang untuk mengatakan kebohongan, dalam pikirannya mereka menderita karena hati nuraninya merasa bersalah. Lebih jelasnya perlu diberikan contoh perilaku kebenaran berikut: Bila kamu salesman mobil, beritahu calon pembeli mengenai kekurangan atau keterbatasan dan mobil kamu jual beserta kelebihan-kelebihan dan mobil itu. Dengan menyatakan kebenaran kamu sebagai selesman akan menjual mobil lebih banyak lagi selama mobilmu mempunyai segi-segi positif bagi mereka. Bila kamu menipu lain dalam profesimu ingatlah selalu bahwa orang lain dapat menipu kamu seribu kali dalam profesi mereka. misalnya seorang mekanik mobil dapat mengembalikan mobilmu dengan remnya selesai dikerjakan hanya setengah saja dan ittu bisa menyebabkan kecelakaan yang fatal Dapat diakui bahwa kebenaran akan menyakiti untuk sementara, tapi dalam panjang ia akan membalas dengan kebaikan. Bila kamu suka dengan tingkah laku dan seseorang temanmu, kamu lebih baik memberitahu dia dari pada mencoba untuk menutupi dengan kebohongan dan kemudian menderita karenanya. Jadi adalah lebih baik bagimu untuk mengatakan kebenaran dan menjalaninya bahkan bila itu akan melukaimu untuk sementara. Dari uraian tersebut di atas dapat dikatakan bahwa kebenaran dan setnua pihak dapat sebagai dasar penegakan hukum dan keadilan di dalam masayarakat sehingga mencapai kedamaian bersama. Bagi setiap orang yang menjalankan kebenaran perlu mengetahui puisi Rabindranath Tagore (1998: 183-184) sebagai berikut:

Ke mana engkau melangkah dalam kesatuan dengan jagad raya, disanalah aku telah bersatu denganMu. Tidak di hutan, tidak dalam kesendirian, ataupun pada pikiran dalamku sendiri, di mana engkau milik semua, oh yang tercinta, disanalah engkau punyaku. Ke mana lengan-lengan ini terentang bagi semua di sanalah cintaku bangkit. Cinta tak mengenai tempat sembunyi, cinta tersebar bagaikan cahaya. Engkau adalah suka cita semuanya, oh yang tercinta. Suka cita itulah yang diakui sebagai milikku. Di dalam Slokantara 1oka 1(1) menyebutkan: Seperti halnya golongan Brabmana, di antara manusia, sebagai halnya matahari di antara sumber cahaya, seperti halnya kepala di antara anggota badan demikian. pulalah halnya kebenaran (satya) di antara kewajiban dharma manusia).

(TjokRai Sudharta, 1997: 6) Dalam Sloka ini yang dipersoalkan adalah tentang: a. Bahwa kebenaran ialah dharma (kewajiban suci) yang tertinggi b. Tentang Brahmacari Dari uraian di atas berarti semua pekerjaan yang dilakukan harus didasari oleh kebenaran yang merupakan kewajiban suci untuk melaksanakannya .

You might also like