You are on page 1of 4

Berbicara tentang sulap tak akan lepas dari pembicaraan tentang sihir.

Meski hakikat sulap dan sihir sebenarnya tidaklah sama, namun lantaran secara bahasa kedua jenis ini memiliki beberapa kesamaan, akibatnya penilaian orangpun sering salah kaprah dan cenderung membingungkan. Tak heran di kalangan awam, saat kata sulap diucapkan maka yang terpikir pasti sihir. Secara etimoliogi, dalam bahasa Ingris sulap dan sihir sama-sama disebut dengan magic. Sulap biasa disebut magic show atau atraksi sihir. Munculnya penyebutan yang identik seperti ini dikarenakan kesalahan persepsi (Yang memang disengaja) dimana banyak pelaku sulap jaman dahulu sengaja mengopinikan bahwa mereka memiliki ilmu sihir, kekuatan supranatural maupun bantuan mahluk ghaib sebangsa jin. Budaya masyarakat dunia, termasuk Indonesia umumnya menyamakan hakikat sulap, debus ataupun atraksi luar biasa lainnya dengan kekuatan ghaib dan persekutuan dengan bangsa halus atau dengan kata lain sihir. Kata sihir sendiri berasal dari kata Arab (sahar), yaitu akhir waktu malam dan awal terbitnya fajar. Karena pada saat itu bercampur antara gelap dan terang, sehingga sesuatu menjadi tidak jelas atau tidak sepenuhnya jelas. Al-Azhari berkata bahwa sihir adalah perbuatan yang dilakukan dengan mendekatkan diri kepada setan dan meminta bantuan dengannya, sihir menurutnya juga berarti menipu pandangan sehingga seseorang menyangka bahwa apa yang dilihatnya itu benar padahal sebenarnya tidak. Abu Bakar ibnu Al-Araby seorang fakar tafsir dan hukum islam bermazhab Maliki (w.1148 M) berpendapat bahwa sihir adalah ucapan-ucapan yang mengandung pengagungan kepada selain Allah yang dipercaya oleh pengamalnya dapat menghasilkan sesuatu dengan kadarkadarnya. Imam Al-Alusy berpendapat bahwa sihir adalah perkara-perkara ganjil yang seakan-akan ia adalah perkara yang luar biasa tetapi bukanlah luar biasa, karena sihir dapat dipelajari dan diperoleh melalui takarrub (mendekatkan diri) kepada setan dengan melakukan kejahatan berupa ucapan seperti jampi-jampi yang mengandung makna kemusyrikan serta pujian kepada setan , dan berupa perbuatan seperti beribadah kepada bintang-bintang dan melakukan jinayah serta kefasikan, dan berupa keyakinan seperti menganggap baik perkara yang membawa kepada takarrub serta cinta kepada setan. Masih banyak sebenarnya, pendapat kalangan ulama lainnya yang mendefinisikan makna sihir. Namun dapat ditarik satu persamaan bahwa yang dimaksud sihir adalah suatu kemampuan melakukan hal-hal yang diluar kebiasaan dengan meminta bantuan kekuatan jin dan yang sebangsanya. Sihir yang seperti inilah tentunya yang diharmkan oleh agama karena mengandung unsur kemusyrikan dimana manusia meminta pertolongan kepada selain Allah, bahkan kepada para syaithan yang jelas-jelas mendurhakai Allah SWT. Lalu bagaimanakah dengan sulap? Secara umum, sebagaimana dijelaskan di atas mungkin orang menyamakan antara sulap dengan sihir. Iini terjadi karena sedikitnya manusia yang mengetahui hakikat sulap yang sebenarnya. Sedikit sekali orang yang mengetahui bahwa Ilmu sulap tidaklah memanfaatkan kekuatan mahluk ghaibsebangsa Jin. Namun bagi yang

mengetahui akan ilmu sulap niscaya akan mengerti bahwa sihir yang dilarang oleh agama dan dimaksudkan oleh ayat Al-quran maupun hadits Nabi tentu sihir dalam pengertian kesaktian yang diperoleh dengan melakukan kerjasama dengan jin-jin kafir atau syaithan. Karena Nabi Saw juga bersabda sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh ibnu Umar: Sesungguhnya di antara susunan kata yang indah terdapat apa yang disebut sihir,. Tentu perkataan indah ini bukan termasuk sihir yang dilarang atau diharamkan oleh agama, karena para daI dan tokoh agama sekalipun pasti sering menyampaikan tausiah , wejangan, dan ceramah dengan bahasa yang indah hingga mempengaruhi audienc mereka. Untuk bisa menilai hukum sulap baik secara khusus maupun secara umum, hendaklah seorang daI atau ulama mengetahui dahulu hakikat sulap dengan mempelajarinya. Artinya, dia takboleh hanya mendengar informasi dari orang kedua atau bahkan hanya melalui asumsiasumsi yang melahirkan kesimpulan sepihak. Pasalnya, penjelasan orang lain, meskipun dari para pesulap sendiri terkadang diwarnai kebohongan. Tak sedikip pesulap dan paranormal yang menggunakan ilmu sulap dalam prakteknya ingin dianggap hebat lalu mengklaim bahwa kemampuan mereka diperoleh dari ilmu sihir dengan melakukan ritual-ritual tertentu. Saya banyak menemukan orang yang dikenal sebagai orang pintar yang mengumbar cerita bohong tentang latarbelakang dan metode keahlian yang dimilikinya. Mereka mengaku melakukan tirakat, membaca mantera, sampai memiliki benda pusaka yang diakui membuat mereka mampu melakukan atraksi-atraksi hebat. Padahal dengan jelas dan terang benderang saya melihat kemampuan mereka tersebut sama sekali tidak menggunakan ilmu ghaib apaapa. Sebutlah contoh, paranormal yang melakukan pembedahan dengan tanpa anastesi (pembiusan) dan jahitan. Sebagian besar orang, bahkan banyak kalangan medis, yang meyakini bahwa hal tersebut dilakukan dengan menguasai ilmu ghaib yang notabene hasil kerjasama dengan kalangan jin dan syaithan. Padahal kenyataannya, praktek pembedahan tanpa bius dan tanpa jahitan tersebut dilakukan dengan trik yang sangat mudah jika kita mengetahui rahasianya. Contoh lain yang mungkin lebih membekas di ingatan kita bersama adalah bagaimana sebuah buku berjudul Dialog Dengan Jin Muslim yang ditulis oleh Muhammad Isa Daud. Di dalam buku tersebut dengan gamblang dikisahkan tentang perjanjian pesulap dunia David Copperfield dengan Syaithan lengkap dengan deskripsi nya. Ketika itu mayoritas kita mungkin percaya kekuatan mistik yang ada pada diri David dengan atraksi-atraksi spektakulernya seperti; terbang bagai burung, membelah tubuh dengan gergaji mesin, menembus tembok china, menghilangkan pesawat terbang, menghilangkan patung Liberty , dan beragam atraksi lainnya. Bahkan dalam buku Dialog dengan Jin Muslim tersebut diceritakan bahwa saat terbang David diangkat oleh beberapa Jin. Laa Haula wa Laa Quwwata Illa Billah, benarkah semua itu? Ternyata semua itu adalah bohong besar!!! Saya tak berani lancang menuduh Muhammad Isa Daud telah berbohong, tapi kenyataannya bahwa atraksi-atraksi tersebut ternyata memiliki penjelasan Ilmiah, bahkan atraksi terbang David Copperfield telah didaftarkan di lembaga Hak Paten Amerika sehingga scenario atraksi hingga detil rancang bangun peralatan dijelaskan dengan gamblang pula. Ternyata terbangnya David Copperfiled bukan karena diangkat Jin, tapi karena diderek dengan tali khusus setebal 1 milimeter yang memiliki kekuatan menahan berat hingga 100 kg.

Jadi siapa yang sebenarnya bekerjasama dengan Jin? David Copperfieldkah? ataukah si penulis buku dan kita semua yang percaya saja pada keterangan Jin yang jadi narasumber buku tersebut? Coba bayangkan, bagaimanakah para ustadz akan mengeluarkan fatwa (Vonis?) jika tak ada yang membongkar (mempelajari) trik sulap tersebut? Apakah tidak kemudian ayat-ayat al-Quran dan Hadits Nabi SAW justeru diperhinakan dengan menempatkannya pada tempat yang tak semestinya? Contoh penempatan ayat yang mulia pada tempat yang tak semestinya saya temukan dalam sebuah artikel yang kemudian d copas (copy paste) oleh banyak situs/blog internet. Saat membahas hukum menonton pertunjukan sulap dengan meyakinkan sang Usatdz menulis: Tanpa diragukan, tidak boleh menyaksikannya dan haram bagi seseorang melihatnya. Semestinya seseorang memperingatkan anak-anaknya agar tidak melihat yang semacam itu. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Taala: Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok- olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika setan menjadikan kamu lupa (akan larangan ini), maka janganlah kamu duduk bersama orangorang yang zalim itu sesudah teringat (akan larangan itu). (Al-Anam: 68) Penempatan dalil tersebut di atas jelas tidak pas. Karena beranggapan bahwa sulap itu sama dengan sihir yang meminta bantuan Jin atau mahluk ghaib lainnya, atau dengan melakukan ritual dan bacaan-bacaan yang mengolok-olok ayat Allah, maka si ustadz menjadikan Surah Al-Anam tersebut sebagai dalil. Sebab pkoknya jelas, karena dia tak mengetahui hakikat sulap, melainkan hanya berdasar cerita orang ataupun asumsi pribadi saja. Lalu asumsi tersebut dicocok-cocokkan dengan ayat Al-Quran. Jadilah sebuah fatwa yang terkesan ilmiah karena berdalilkan Firman Allah. Padahal uraiannya sungguh jauh panggang daripada api. Katakanlah (hai Muhammad) apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak mengetahui?(QS. 45: 7) Sayapun banyak menerima kritik yang aneh-aneh dan lucu-lucu, bahkan lebih aneh dari atraksi sulap yang saya kuasai yang pada dasarnya n dilandasi oleh pemahman yang kurang atau bahkan pemahaman yang salah tentang hakikat Ilmu sulap sendiri. Hal ini terjadi tentu saja karena penjelasan yang salah dari para guru/ustadz tentang hakikat sulap dan sihir. Saya tidak ingin memprotes hukum haram yang difatwakan oleh banyak ulama atau dai. Selain karena kafasitas saya yang bukan seorang ulama sehingga tak berhak mengutak-atik persoalan hukum fiqih, saya juga punya banyak kritik terhadap kalangan pesulap, terlebih kepada kalangan paranormal yang juga mayoritas memanfaatkan ilmu sulap dalam prakteknya. Namun saya sering merasa tidak sreg (bahkan tak sependapat) dengan alasan pengaharaman itu sendiri. Seperti dalam soal hukum menonton sulap seperti yang disebutkan di atas. Menyandingkan keharaman menonton sulap dengan dalil surat Al-Anam: 68, menurut saya sangat tidak pas. Saya lebih sependapat jika alas an pengharaman tersebut dikarenakan adanya penyerupaan (tasyabbuh) sang pesulap dengan penyihir melalui kostum maupun gerak gerik dan ucapan (mantra) yang dilakukan. Padahal Nabi SAW bersabda: Siapa yang meniru suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka.

Banyak pesulap yang melakukan kebohongan dengan mengaku bisa meramal (prediksi) sebagaimana layaknya dukun yang bekerjasama dengan kalangan jin, padahal kecocokan permainan dengan prediksi yang dibuat sebenarnya telah direkayasa dengan rapi. Atau kebohongan lain pesulap yang mengaku bisa melakukan perhitungan super cepat, daya ingat yang sangat kuat, padahal hasil perhitungan yang diperoleh si pesulap dikarenakan dia menguasai rumus-rumus matematika yang sangat ilmiah. Nah, jika pengharaman dikarenakan kebohongan-kebohongan, tasyabbuh dengan kemusyrikan dan penipuan yang menyebabkan kesalah fahaman tentu akan lebih bisa diterima secara logika maupun ilmu pengetahuan. Saya menganggap bahwa atraksi sulap yang dibumbui kebohongan sama berbahayanya dengan fatwa ulama atau daI yang dilandasi oleh pemahaman yang salah tentang hakikat sulap yang salah. Kedua-duanya sama-sama menyesatkan dari segi aqidah. Oleh karena itu perlu adanya pelurusan tentang pemahaman akan hakikat atraksi sulap agar jangan sampai fatwa dan penjelasan yang dimaksudkan untuk menjauhkan umat dari kesesatan justeru melahirkan kesesatan lainnya. Perlu kiranya kalangan agamawan mempelajari ilmu sulap, bukan untuk menjadi magician, namun agar bisa menjelaskan kepada umat tentang hakikat sulap yang sebenarnya. Selain itu agar dapat membedakan mana atraksi yang menggunakan keahlian tertentu atau merupakan hasil persekutuan dengan mahluk halus sebangsa jin atau syaithan. Dan hal penting lainnya adalah saat menemukan suatu hal yang belum diketahui penjelasan ilmiahnya sehingga menimbulkan keheranan, jangan kita buru-buru menjadikan Ilmu Sihir dan Jin sebagai kambing hitam. Perlu analisa mendalam dengan dilandasi pengetahuan yang juga luas tentang segala fenomena kehidupan ini. Semoga tulisan singkat ini memberi sedikit pencerahan bagi kita semua dalam memandang dan menyikapi beragam fenomena ajaib dalam kehidupan ini. Terlebih berkenaan dengan dunia sulap, sihir, hingga perdukunan yang saat ini begitu semarak hingga ke taraf menghawatirkan. Betapa tidak, tayangan sulap yang penuh kebohongan, layanan ramal meramal, dan promosi jasa perdukunan yang sedemikian fulgar begitu mudah ditemui. Semua ini menjadi tugas berat bagi kita semua (sesuai kapasitas kita masing-masing) untuk mengatasinya. WALLAHU ALAM (***)
Sumber: http://abahguru.com/2011/03/kesesatan-sulap-dan-sihir/

You might also like