You are on page 1of 13

ASUHAN CEREBRO VASKULER ACCIDENT

BY: Kelompok 4 ABDUL AZIZ A. (0911011012)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER 2010-2011

1. PENGERTIAN Stroke / CVA adalah ganguan pada pembuluh darah otak dimana terjadi berhenti/ terganggu aliran darah secara mendadak ke salah satu / lebih daerah otak karena tersumbat / pecahnya pembuluh darah yg ada di otak 2. ETIOLOGI Penyebab dari stroke / CVA adalah karena Thrombosis ,Emboli, maupun perdarahan intra serebral sendiri. Ada pun faktor-faktor yang mempengaruhi atau sebagai pens\cetus terjadinya CVA adalah penyakit seperti; Kencing manis (DM), obesitas/kegemukan ,penyakit jantung ,dan tekanan darah tinggi (Hipertensi). Beberapa keadaan dibawah ini dapat menyebabkan stroke antara lain : 1. Thrombosis Cerebral. Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapa menimbulkan oedema dan kongesti di sekitarnya.Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral.Tanda dan gejala neurologis seringkali memburuk pada 48 jam sete;ah thrombosis. Beberapa keadaandibawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak : a. Atherosklerosis Atherosklerosis berkurangnya adalah atau mengerasnya elastisitas pembuluh dinding darah serta darah.

kelenturan

pembuluh

Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut : - Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran darah.

- Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi thrombosis. - Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan kepingan thrombus - Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan. b. Hypercoagulasi pada polysitemia Darah bertambah kental , peningkatan viskositas /hematokrit

meningkat dapat melambatkan aliran darah serebral. c. Arteritis( radang pada arteri ) 2. Emboli Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah,lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10=30 detik. Beberapa keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli : a. Katup-katup jantung yang rusakakibat Rheumatik Heart Desease.(RHD) b. Myokard infark c. Fibrilasi,. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk

pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolusembolus kecil. d. Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya gumpalan-gumpalan pada endocardium.. 3. Haemorhagi

Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang berdekatan ,sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak. Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi : a. Aneurisma Berry,biasanya defek kongenital. b. Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis. c. Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis. d. Malformasi arteriovenous,terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena. e. Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi pembuluh darah. 4. Hypoksia Umum a. Hipertensi yang parah. b. Cardiac Pulmonary Arrest c. Cardiac output turun akibat aritmia 5. Hipoksia setempat a. Spasme arteri serebral , yang disertai perdarahan subarachnoid. b. Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.

3. TAHAPAN / STAGE DARI STROKE : a. TIA (Trans Iskemik Attack) gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang dengan spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam. b. Stroke involusi: stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologis terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat berjalan 24 jam atau beberapa hari.

c. Stroke komplit: dimana gangguan neurologi yang timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai dengan istilahnya stroke komplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang. 4. FAKTOR-FAKTOR RESIKO TERHADAP STROKE : Faktor risiko yang berhubungan dengan stroke dapat dibagi dalam faktor yang tidak dapat dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko ini akan meningkat/lebih berisiko pada seseorang yang mempunyai lebih dari satu faktor risiko. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi termasuk : a. Gender : Insiden stroke lebih besar pada pria daripada wanita b. Usia : Insiden stroke meningkat hingga usia 75 tahun. Kejadian rata-rata pada usia 55 75 tahun. c. Ras : Suku bangsa Afrika-Amerika berisiko lebih tinggi mengalami stroke akibat hipertensi d. Herediter: Seseorang dengan riwayat keluarga stroke akan berisiko mengalami stroke. Faktor yang dapat dimodifikasi, termasuk : Kebiasaan hidup termasuk mengkonsumsi alkohol yang berlebihan, perokok, kegemukan, makanan dengan tinggi lemak, penggunaan obat-obatan tertentu. Kondisi patologis yang dapat mengkonstribusi terjadinya stroke, termasuk : penyakit jantung, diabetes mellitus, hipertensi, migrain/sakit kepala, polycithemia, dan sickle cell anemia. Rata-rata 9 % dari pria dan 18 % wanita yang menderita penyakit jantung infark akan menderita stroke dalam 6 tahun. Hipertensi yang terkontrol dengan pengobatan yang teratur dapat mencegah terjadinya stroke. Wanita yang perokok lima kali lebih berisiko menderita stroke dibanding yang tidak perokok. 5. TANDA DAN GEJALA Tanda-tanda terjadinya serangan CVA/ Stroke adalah: o Kelumpuhan pada wajah/ angota badan yang lain secara mendadak (PARALYSIS) o Perubahan mendadak status kesadaran ( Sinkop, Coma , stupor). o Afasia ataupun Disartria

o Vertigo, mual muntah nyeri kepala o Ganguan penglihatan (Diplopia) 6. PATOFISIOLOGI Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak. Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah ( makin lmbat atau cepat ) pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler ) atau oleh karena gangguan umum ( hipoksia karena gangguan paru dan jantung ). Atherosklerotik sering/cenderung sebagai faktor penting terhadap ortak, thrombus dapat berasal dari flak arterosklerotik , atau darah dapat beku pada area yang stenosis, dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi. Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan ; 1. Iskemia jaringan otak yang disuplai oleh pembuluh darah yang bersangkutan. 2. Edema dan kongesti disekitar area. Area edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri. Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan,CVA. Karena thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembukluh darah maka akan terjadi abses atau ensefalitis , atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal iniakan me yebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur. Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan hipertensi pembuluh darah.. Perdarahanintraserebral yang sangat luas akan menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler. Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral. Perubahan

disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6 menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya cardiac arrest. 7. WOC
Oklusi

Penurunan perfusi jaringan cerebral Iskemia

Metebolisme anaerob Terganggu

Nekrosis jaringan otak

aktifitas

elektrolit

Volume Cairan bertambah

Asam laktat

TIK meningkat Edema cerebral

Pompa Na dan K gagal

- Tekanan darah tinggi. - Konsumsi obat-obat anti koagulantia

Tanda/ gejala klinis sebelum terjadinya perdarahan: - Ketegangan occipital, leher, vertigo/ syncope. - Pusing, gangguan motoris/ sensorik seperti

- Pecahnya pembuluh darah otak. - Menurunya kemampuan pembekuan darah. - Perdarahan pada arteri serebri - Perdarahan pada sub

Manifestasi klinis: - Kebutaan, hemiplegia, parapelgia, gangguan dalam berbicara, kekacuan mental.

- Anoksia pada jaringan di otak 4-6 bersifat reversibel. - Anoksia pada jaringan otak > 10 bersifat ireversibel/ permanen.

8. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan diagnostik/ penunjang 1. Angiografi serebral Membantu menentukan penyebab dari stroke secara apesifik seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur. 2. CT Scan Memperlihatkan secara spesifik letak oedema, posisi henatoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia serta posisinya secara pasti. 3. Pungsi lumbal. Tekanan yang meningkat dan di sertai dengan bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan adanya haemoragia pada sub arachnoid atau perdarahan pada intrakranial. Peningkatan jumlah protein menunjukan adanya proses inflamasi. 4. MRI (magnetic Imaging Resonance) Dengan menggunakan gelombang magnetic untuk menentukan posisi serta besar/ luas terjadinya perdarahan otak. 5. USG Dopler. Untuk mengidentifikasi adanya penyakit arteriovena (Masalah sistem karotis). 6. EEG Melihat masalah yang timbul dampak dari jaringan yang infark sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.

9. BAHAYA CVA / STROKE Bahaya yang dapat ditimbulkan dari serangan CVA / Stroke adalah dapat menimbulkan nekrosis /kematian jaringan pada otak yang dapat berakibat kecacatan berupa kelumpuhan pada anggota gerak badan ataupun dapat menyebabkan kematian. 10. CARA PENCEGAHAN STROKE /CVA Cara pencegahan atau menghindari CVA /Stroke adalah dengan

membiasakan dengan perilaku hidup sehat diantarany ;

Makan secukupnya untuk menghindari kegemukan Olah raga secara teratur Hindari stress, depresi/ sedih berkepanjangan dengan berpikir sehat Hindari makanan dengan kolesteol tinggi penyakit; kencing manis (DM) Hipertensi, dan penyakit jantung diobati Check up /periksa ke dokter atau layanan kesehatan 11. PERAWATAN PASIAEN PASCA SERANGAN CVA /STROKE Perawatan pasien dengan stroke dirumah atau sehabis dari RS ialah sangat diperlukan karena hampir semua pasien pasca stroke mengalami kelumpuhan (PARALYSIS) pada anggota gerak tubuhnya jadi terjadi kerusakan mobilitas fisik dari pasien Perawatan yang dapat dilakukan keluarga dirumah antar lain : Melakukan latihan rentang gerak secara pasif /ROM (Range Of Motion) pada setiap persendian pasien. Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya KONTRAKTUR/ (kaku pada sendi) pasien dan juga untuk mencegah terjadinya atrofi pada otot terutama pada otot bagian ekstermitas Melakukan perubahan posisi pada tubuh pasien dalam waktu minimal 2 - 3 jam (miring kanan, miring kiri, telentang ataupun tengkurap). Hal ini perlu dilakukan untuk menghindari penekanan yang lama pada satu sisi tubuh yang dapat menimbulkan gangguan integritas kulit sepaeri Ulcus Decubitus Keluarga perlu membawa pasien pasca serangan CVA dengan kerusakan motorik/ mengalami kelumpuhan pada ahli Fisio-terapi setiap hari pada idelnya Hal ini perlu untuk dilakukan untuk membantu pemulihan koordinasi pergerakan sistemj motorik dari pasien dengan melakukan latihan-latihan Fisio-terapi

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian 1. Riwayat kesehtan yang bergubungan dengan faktor pendukung terjadinya stroke, serta bio- psiko- sosio- spiritual. 2. Peredaradan darah Pernah menderita penyakit jantung, denyut nadi yang tidak teratur, Polisitemia, atau riwayat tekanan darah tinggi. 3. Eliminasi Perubahan pola eliminasi (Anuria, inkontinensia uri), distensi abdomen, menghilangnya bising usus. 4. Aktivitas/ istirahat

Terdapat penurunan aktivitas karena kelemahan tubuh, kehilangan sensasi atau parese/ plegia, mudah lelah, sulit dalam beristirahat karena kejang otot atau spasme dan nyeri. Menurunnya tingkat kesadaran, menurunya kekuatan otot, kelemahan tubuh secara umum. 5. Nutrisi dn cairan Adanya riwayat menderita Diabetes Melitus, anoreksia, mual muntah akibat peningkatan TIK (tekanan intra kranial), gangguan menelan, dan kehilangan sensasi pada lidah. 6. Persarafan Pusing/ syncope, nyeri kepala, menurunya luas lapang pandang/ pandangan kabur, menurunya sensasi raba terutama pada daerah muka dan ekstrimitas. Status mental koma, kelmahan pada ekstrimitas, paralise otot wajah, afasia, pupil dilatasi, penurunan pendengaran. 7. Kenyamanan Ekspresi wajah yang tegang, nyeri kepala, gelisah. 8. Pernafasan Batuk, dyspnea, riwayat perokok. 9. Keamanan Memungkinkan terjadinya kecelakaan akibat dari pandangan yang kabur, penurunan sensasi rasa (panas dan dingin). 10. Psikolgis Tidak kooperatif, merasa tidak berdaya, tidak mempunyai harapan, perubahan pada konsep diri, dan kesukaran dalam mengekspresikan perasaannya. 11. Interaksi sosial Kesulitan dalam melakukan komunikasi karena afasia. B. Masalah dan rencana tindakan keperawatan 1. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan neuromuskuler pada ekstrimitas. Tujuan: Pasien menunjukan adanya peningkatan kemampuan dalam melakukan aktivitas fisik. a. Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas.

b. Ajarkan pada pasien tentang rentang gerak yang masih dapat di lakukan. c. Lakukan latihan secara aktif dan pasif pada akstrimitas untuk mencegah kekakuan otot dan atrofi. d. Anjurkan pasien untuk mengambil posisi yang lurus. e. Bantu pasien secara bertahap dalam melakukan ROM sesuai kemampuan. f. Kolaborasi dalam pemberian antispamodic atau relaxant jika di perlukan. g. Observasi kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas 2. Penurunan perfusi jaringan otak berhubungan dengan edema cerebri, perdarahan pada otak. Tujuan: Pasien menunjukan adanya peningkatan kesadaran, kognitif dan fungsi sensori. a. Kaji status neurologis dan catat perubahannya. b. Berikan pasien posisi terlentang. c. Kolaborasi dalam pemberian O2. d. Observasi tingkat kesadaran, tanda vital. 3. Resiko dingin) Tujuan: Pasien menggunakan alat yang aman dalam melakukan aktivitas a. Lakukan tindakan untuk mengurangi resiko terjadinya cidera. b. Ajarkan pada pasien untuk menggunakan alat bantu secara benar dan aman. c. Ciptakan lingkungan yang aman. d. Sajikan makanandan minuman dalam keadaan hangat. e. Observasi kemampuan klien dalam melakukan aktivitas secara aman. 4. Kerusakan komunikasi verbal berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area bicara pada himisfer otak. tinggi terhadap terjadinya cidera berhubungan dengan

penurunan luas lapang pandang, penurunan sensasi rasa (panas,

Tujuan: Pasien mampu melakukan komunikasi untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dan menunjukan peningkatan kemampuan dalam melakukan komunikasi. a. Lakukan komunkasi dengan pasien (sering tetapi pendek serta mudah di pahami). b. Ciptakan suatu suasana penerimaan terhadap perubahan yang dialami pasien. c. Ajarkan pada pasien untuk memperbaiki tehnik berkomunikasi. d. Pergunakan tehnik komunikasi non verbal. e. Kolaborasi dalam pelaksanaan terapi wicara. f. Observasi kemampuan pasien dalam melakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal. 5. Perubahan konsep diri berhubungan dengan perubahan persepsi. Tujuan: Pasien menunjukan peningkatan kemampuan dalam menerima keadaan nya. a. Kaji pasien terhadap derajat perubahan konsep diri. b. Dampingi dan dengarkan keluhan pasien. c. Beri dukungan terhadap tindakan yang bersifat positif. d. Kaji kemampuan pasien dalam beristirahat (tidur). e. Observasi kemampuan pasien dalam menerima keadaanya. 6. Resiko terjadinya ketidakpatuhan terhadap penatalaksanaan yang berhubungan dengan kurangnya informasi. Tujuan: Pasien menunjukan kemauan untuk melakukan kegiatan penatalak- sanaan. a. Identifikasi b. Diskusikan c. Jelaskan faktor dengan yang dapat menimbulkan untuk ketidak patuhan faktor terhadap penatalaksanaan. pasien cara-cara dari mengatasi patuhan penghambat tersebut. pada pasien akibat ketidak terhadap penatalaksanaan. d. Libatkan keluarga dalam penyuluhan. e. Anjurkan pada pasien untuk melakukan kontrol secara teratur.

You might also like