You are on page 1of 48

PT-PLA C3.

1-2010

PEDOMAN TEKNIS
REHABILITASI JARINGAN TINGKAT USAHATANI (JITUT)/ JARINGAN IRIGASI DESA (JIDES)

DIREKTORAT PENGELOLAAN AIR


DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR DEPARTEMEN PERTANIAN 2010

KATA PENGANTAR
Buku Pedoman Teknis Rehabilitasi Jaringan Irigasi Desa (JIDES) / Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT) ini disusun untuk memenuhi kebutuhan para petugas pertanian di daerah sebagai acuan teknis dalam melaksanakan kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT)/ Jaringan Irigasi Desa (JIDES). Buku pedoman ini isinya cukup sederhana dan hanya memuat hal-hal yang bersifat praktis dengan harapan mudah dipahami. Untuk hal-hal yang lebih detil yang belum tertampung dalam Pedoman ini agar dapat dikonsultasikan kepada kami ataupun menggunakan sumbersumber lainnya yang relevan. Untuk memberikan petunjuk secara teknis kepada daerah di dalam pelaksanaannya, maka Pedoman Teknis ini perlu dijabarkan dalam bentuk buku petunjuk pelaksanaan untuk Dinas Pertanian Propinsi dan buku petunjuk teknis untuk Dinas Pertanian Kabupaten dalam rangka arahan dan acuan dalam Rehabilitasi JITUT/JIDES di daerah.

Kami menyadari bahwa buku Pedoman Teknis ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca akan sangat kami hargai. Akhirnya kami berharap semoga buku ini dapat bermanfaat.

Jakarta, Januari 2010 Direktur Pengelolaan Air,

Ir. Tunggul Iman Panudju, M.Sc NIP. 19580526 198703 1 002

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN A. B. C. II. Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Istilah 1 1 3 4 12 14 15 16 18 19 20 21 21 22 27 27 27

V.

PELAPORAN A. B. Alur Pelaporan Frekuensi Pelaporan

29 30 31

LAMPIRAN 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan JITUT/JIDES TA. 2010 Pembobotan Kegiatan JITUT/JIDES TA. 2010 Form Laporan Realisasi fisik dan keuangan Kegiatan Ditjen PLA TA. 2010 (form PLA 01) Form Laporan Realisasi fisik & keuangan Kegiatan Ditjen PLA TA. 2010 (form PLA 02) Laporan manfaat kegiatan Ditjen PLA TA. 2007 dan TA. 2008 (form PLA 03) Rekapitulasi Laporan manfaat kegiatan Ditjen PLA TA. 2007, TA. 2008 dan TA. 2009 (form PLA 04) Rencana Usulan Kelompok Kerja (RUKK) Outline Laporan Akhir Standar Teknis Rehabilitasi JITUT/JIDES Standar Teknis Rehabilitasi Pada Saluran/Talang Ferosemen Alokasi Kegiatan JITUT TA. 2010 Alokasi Kegiatan JIDES TA. 2010 76 83 39 40 41 69 38 37 36 34 35 33

PELAKSANAAN A. B. C. D. E. F. Organisasi Lokasi SID Penyusunan RUKK dan RAB Kontruksi Partisipasi

III.

PENGENDALIAN A. B. Analisa Resiko Penanganan Resiko

IV.

MONITORING DAN EVALUASI A. B. Monitoring Evaluasi

I. A. Latar Belakang Air

PENDAHULUAN

dibiarkan terus dan tidak segera diatasi, maka akan berdampak terhadap penurunan produksi pertanian yang diharapkan, dan berimplikasi negatif terhadap kondisi pendapatan petani dan keadaan sosial, ekonomi disekitar lokasi. Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang SDA dan Peraturan Pemerintah No. 20 tahun 2006 tentang Irigasi mengamanatkan bahwa tanggung jawab pengelolaan jaringan irigasi tersier sampai ke tingkat usahatani (JITUT) dan jaringan irigasi desa (JIDES) menjadi hak dan tanggung jawab petani pemakai air (P3A) sesuai dengan kemampuannya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 38 tahun 2007 tentang pembagian urusan pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah daerah Provinsi Dan Pemerintah daerah Kabupaten/Kota disebutkan bahwa kewenangan pengembangan dan rehabilitasi jaringan irigasi tingkat usahatani dan jaringan irigasi desa menjadi kewenangan dan tanggung jawab instansi tingkat kabupaten/kota yang menangani urusan pertanian. Mengingat sebagian besar pemerintah kabupaten/kota dan perkumpulan petani pemakai air sampai saat ini belum dapat menjalankan tanggung jawabnya, maka Pemerintah
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

merupakan

salah

satu

faktor

penentu

(determinan) dalam proses produksi pertanian. Oleh karena itu investasi irigasi menjadi sangat penting dan strategis dalam rangka penyediaan air untuk pertanian. Dalam memenuhi kebutuhan air untuk berbagai keperluan usaha tani, maka air (irigasi) harus diberikan dalam jumlah, waktu, dan mutu yang tepat, jika tidak maka tanaman akan terganggu pertumbuhannya yang pada gilirannya akan mempengaruhi produksi pertanian. Pemberian air irigasi dari hulu (upstream) sampai dengan hilir (downstream) memerlukan sarana dan prasarana irigasi yang memadai. Sarana dan prasarana tersebut dapat berupa: bendungan, bendung, saluran primer dan sekunder, box bagi, bangunan-bangunan ukur, dan saluran tersier serta saluran tingkat usaha tani (TUT). Terganggunya atau rusaknya salah satu bangunan-bangunan irigasi akan mempengaruhi kinerja sistem yang ada, sehingga mengakibatkan efisiensi dan efektifitas irigasi menjadi menurun. Apabila kondisi ini
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

dalam hal ini Ditjen PLA berusaha untuk membantu meningkatkan pemberdayaan P3A dalam pengelolaan jaringan irigasi. B. Tujuan dan Sasaran 1. Tujuan a. Meningkatkan kinerja jaringan irigasi desa (JIDES)/ jaringan irigasi tingkat usaha tani (JITUT) sehingga dapat meningkatkan fungsi layanan irigasi. b. Meningkatkan penambahan produktivitas. c. Membangun rasa memiliki terhadap jaringan irigasi yang telah direhabilitasi. 2. Sasaran a. Terehabilitasinya jaringan irigasi desa (JIDES) dengan luas 44.901 Ha (30 propinsi, 261 kabupaten) dan jaringan irigasi tingkat usaha tani (JITUT) dengan luas 57.164 Ha (31
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

propinsi, 285 kabupaten). b. Meningkatnya penambahan peningkatan ton/Ha. c. Terbangunnya rasa memiliki petani terhadap jaringan irigasi. C. Istilah Bangunan boks bagi adalah bangunan yang luas IP areal lebih tanam dari lebih melalui dan 0,5 dari

30%

produktivitas

areal indeks

tanam pertanaman

melalui dan

terletak di saluran tersier yang berfungsi untuk membagi aliran air ke cabangnya. Bangunan pelengkap adalah bangunan yang dibuat agar aliran air irigasi tidak terhambat akibat dari kondisi topografi yang dilewati oleh saluran irigasi. Bangunan terjun adalah bangunan yang

berfungsi menurunkan muka air dan tinggi energi yang dipusatkan di satu tempat Bangunan Utama adalah bangunan yang

dipergunakan untuk menangkap atau mengambil


Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

air dari sumbernya seperti sungai atau mata air lainnya. Bendung adalah usaha untuk menaikkan tinggi permukaan air, mengarahkan air sungai dengan cara membendung sungai tanpa reservoar. Jumlah dan tinggi permukaan dipengaruhi oleh debit sungai musim hujan dan kemarau. Bendungan adalah dengan cara usaha untuk menaikkan membendung sungai

berfungsi untuk penyaluran air. Irigasi adalah usaha penyediaan, pengaturan, dan pembuangan air irigasi untuk menunjang pertanian yang jenisnya meliputi irigasi permukaan, irigasi rawa, irigasi air bawah tanah, irigasi pompa, dan irigasi tambak. Jaringan Irigasi adalah saluran bangunan dan bangunan pelengkapnya yang merupakan satu kesatuan yang diperlukan untuk pengaturan air irigasi irigasi. Jaringan Irigasi Desa (JIDES) adalah jaringan irigasi berskala kecil yang terdiri dari bangunan penangkap lainnya yang air (bendung, dan bangunan dikelola oleh pengambilan), saluran dan bangunan pelengkap dibangun masyarakat desa atau pemerintah desa baik dengan atau tanpa bantuan pemerintah. Jaringan Irigasi Pemerintah adalah jaringan irigasi yang dibangun dan dikelola oleh
6

tinggi permukaan air, mengarahkan air sungai mengumpulkannya dengan reservoar sebelum dialirkan ke saluran pembawa. Dengan demikian pada musim hujan air dapat disimpan dan dialirkan pada musim kemarau, selain untuk air pengairan digunakan juga untuk air minum dan energi. Daerah Irigasi adalah kesatuan wilayah yang mendapat air dari satu jaringan irigasi yang bisa disingkat dengan DI. Gorong-gorong adalah Bangunan fisik yang dibangun memotong jalan / galengan yang
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

yang mencakup penyediaan, pembagian,

pemberian, penggunaan dan pembuangan air

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

pemerintah atau jaringan irigasi yang dibangun oleh pemerintah. Jaringan irigasi tersier/ tingkat usaha tani (JITUT) adalah jaringan irigasi yang berfungsi sebagai prasarana pelayanan air irigasi dalam petak tersier yang terdiri dari saluran tersier, saluran kwarter dan saluran pembuang, boks tersier, boks kwarter serta bangunan pelengkapnya pada jaringan irigasi pemerintah. Jaringan Utama adalah jaringan irigasi yang berada dalam satu sistem irigasi, mulai dari bangunan utama (bendung/ bendungan) saluran induk / primer, saluran sekunder dan bangunan sadap serta bangunan pelengkapnya. Jembatan adalah bangunan penyeberangan di atas saluran air minimal dapat dilalui hand traktor, motor, dsb. Operasi pengaturan termasuk Jaringan air kegiatan Irigasi dan adalah upaya pintu

menyusun sistem golongan, menyusun rencana pembagian air, melaksanakan kalibrasi pintu/bangunan, mengumpulkan data, memantau dan mengevaluasi. Pemeliharaan Jaringan irigasi adalah upaya menjaga dan mengamankan jaringan irigasi agar selalu dapat berfungsi dengan baik guna dan memperlancar pelaksanaan operasi

mempertahankan kelestariannya. Pengembangan pembangunan Jaringan irigasi Irigasi baru adalah dan/atau

jaringan

peningkatan jaringan irigasi yang sudah ada. Partisipatif adalah peran serta petani dan pemerintah atas prinsip kesetaraan dalam setiap tahapan pengawasan, evaluasi serta pembiayaan. Pengambilan bebas adalah bangunan yang dibuat di tepi sungai yang mengalirkan air sungai ke dalam jaringan irigasi, tanpa mengatur tinggi
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

kegiatan

sejak

perencanaan, dan hasil termasuk

pelaksanaan, pemanfaatan

pemantauan

irigasi

pembuangannya,

membuka-menutup

bangunan irigasi, menyusun rencana tata tanam,


Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

muka air di sungai. Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) adalah istilah umum untuk kelembagaan pengelola irigasi termasuk irigasi pompa atau reklamasi rawa yang menjadi wadah petani pemakai air dalam suatu daerah pelayanan irigasi termasuk irigasi pompa atau reklamasi rawa yang dibentuk secara demokratis. Petani Pemakai Air adalah semua petani yang mendapat nikmat dan manfaat secara langsung dari pengelolaan air dan jaringan irigasi termasuk irigasi pompa atau reklamasi rawa yang meliputi pemilik sawah, pemilik penggarap sawah, penggarap / penyakap, pemilik kolam ikan yang mendapat air dari jaringan irigasi / reklamasi rawa, dan pemakai air irigasi lainnya. Pintu air adalah : Bangunan fisik yang dapat mengatur keluar masuk air sesuai dengan kebutuhan tanaman yang diusahakan. Produktivitas adalah : Tingkat hasil / produksi yang didapatkan per satuan luas (hektar) dalam
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

satu kali pertanaman. Rehabilitasi Jaringan Irigasi Desa (JIDES)/ Tingkat Usaha Tani (JITUT) adalah kegiatan perbaikan/penyempurnaan jaringan irigasi desa (JIDES) / tingkat usaha tani (JITUT) guna mengembalikan/meningkatkan luas areal pelayanan. Saluran Kwarter adalah saluran yang membawa air dari boks bagi tersier ke petak-petak sawah. Saluran Sekunder adalah saluran pembawa air irigasi yang mengambil air dari bangunan bagi di saluran primer yang berada dalam jaringan irigasi. Saluran Tersier adalah saluran yang membawa air dari bangunan sadap tersier ke petak tersier. Siphon adalah bangunan air yang dipakai untuk mengalirkan air irigasi dengan menggunakan gravitasi melalui bagian bawah sungai. Sumber Air adalah tempat / wadah air baik yang terdapat pada, di atas, maupun di bawah permukaan tanah. (dalam penjelasan termasuk
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

fungsi

dan

pelayanan irigasi seperti semula atau menambah

10

dalam pengertian; sungai, danau, mata air, aquifer, situ, waduk, rawa dan muara serta dijelaskan sifat wadah air yang kering permanen). Stimulan rangsangan mempercepat, adalah bantuan dalam bentuk atau

II.

PELAKSANAAN

Dalam pelaksanaan rehabilitasi/perbaikan JIDES / JITUT , ada beberapa hal yang perlu diperhatikan : (a) organisasi, (b) lokasi, (c) survei, investigasi & desain (SID), (d) Konstruksi, (e) partisipasi petani, (f) pembiayaan Direktorat Pengelolaan Air mengeluarkan kebijakan teknis untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan kegiatan rehabilitasi JITUT/JIDES yaitu : 1. Kegiatan rehabilitasi JITUT dan JIDES dilakukan pada jaringan jitut dan jides yang benar-benar memerlukan rehabilitasi sehingga dapat memberikan dampak yang nyata 2. Dalam keadaan memaksa dan sangat dibutuhkan dana rehabilitasi JITUT dapat dipergunakan untuk memperbaiki jaringan irigasi utama dan berkoordinasi dengan Dinas Pengairan setempat. 3. Pelaksanaan konstruksi rehabilitasi JITUT/JIDES sesuai dengan desain yang sudah ada pada tahun sebelumnya (T-1)

pengadaan bahan dan alat untuk mempermudah,

menyempurnakan kegiatan fisik. Talang adalah bangunan air yang melintas di atas saluran/sungai atau jalan untuk mengalirkan air irigasi ke seberangnya.

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

11

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

12

A. Organisasi 4. Pelaksanaan kegiatan rehabilitasi JITUT/JIDES Dalam rangka pelaksanaan kegiatan rehabilitasi jitut/ jides, Kuasa Pengguna Anggaran/ Pejabat Pembuat Komitmen membentuk Tim Pelaksana yang terdiri dari Tim Teknis dan Koordinator Tim Lapangan. Teknis dan Pembentukan Koordinator Stuktur Lapangan organisasi

dilaksanakan melalui partisipasi masyarakat petani dalam kelompok ( Bantuan Sosial ) 5. Prosedur Administrasi bantuan sosial mengacu pada Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Pengelolaan Lahan Dan Air. 6. Kegiatan rehabilitasi sekaligus dalam rangka

disesuaikan dengan struktur organisasi

Dinas Pertanian

yang menangani kegiatan rehabilitasi JITUT/ JIDES. Penunjukan petugas pelaksana selaku Tim Teknis dan Koordinator Lapangan kegiatan rehabilitasi JITUT/JIDES harus mempertimbangkan kompetensi personil dalam melaksanakan kegiatan yang akan diemban. Penunjukkan personil didasarkan pada kriteria sebagai berikut : 1. Petugas Dinas Pertanian yang menangani rehabilitasi JITUT/JIDES di tingkat Propinsi dan Kabupaten/Kota harus memahami aspek teknis Bansos. 2. Tim Teknis dan Koordinator Lapangan pada kegiatan rehabilitasi kegiatan JITUT/JIDES Rehabilitasi harus menguasai teknis dan JITUT/JIDES dan administrasi

pemberdayaan kelembagaan petani. 7. Biaya yang tersedia dalam mata anggaran sosial lainnya dipergunakan untuk kegiatan fisik rehabilitasi JITUT/JIDES dengan mengacu pada pedoman umum Bansos Ditjen PLA.Sedangkan untuk kegiatan sosialisasi, pembinaan, monitoring dan evaluasi dibiayai dari dana pendukung/sharing yang berasal dari APBD Propinsi atau APBD Kabupaten/kota.

pengadministrasian Bansos.
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

13

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

14

3. Kelompok

tani/

P3A

pelaksana

kegiatan

harus

b.

Syarat Petani Diutamakan telah terbentuk kelompok tani/P3A, apabila belum ada agar segera membentuknya sebelum penetapan lokasi.

menguasai pengadministrasian Bansos. B. Lokasi Kegiatan rehabilitasi/perbaikan JIDES / JITUT dilaksanakan di jaringan irigasi desa / jaringan irigasi tingkat usaha tani dari daerah irigasi pemerintah atau desa yang mengalami kerusakan dan jaringan utama ( primer dan sekunder ) berfungsi dengan baik. Beberapa hal yang harus diperhatikan: a. Syarat Lokasi Lokasi merupakan Daerah Irigasi Desa/ Daerah Irigasi Pemerintah yang jaringan irigasi tingkat usaha taninya yang mengalami kerusakan. Jaringan utama ( primer dan sekunder) berfungsi baik Mempunyai potensi IP (Intensitas Pertanaman) dapat ditingkatkan. Di lokasi tersedia petani pemilik / penggarap. Lokasi harus didelinasi dengan menunjukkan posisi koordinatnya (LU/LS BT/BB).
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

Kelompok

tani/P3A

terpilih

belum

pernah

mendapatkan bantuan sejenis. Diutamakan kelompok tani/P3A yang

mempunyai semangat partisipatif. Membutuhkan dan mau membangun serta memelihara JITUT/JIDES. Sanggup menanam lahan minimal 2X tanam C. Survei Investigasi Desain Survey Investigasi Survey investigasi dilakukan setelah calon lokasi dan calon petani ditetapkan. Survey investigasi dapat dilakukan secara sederhana dengan melakukan penelusuran jaringan (walk through). Berdasarkan survey investigasi akan
16

15

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

didapatkan

bagian-bagian

dari

jides/jitut

Desain (SID) ini, keterlibatan petani sangat diperlukan untuk memberikan masukan terhadap hasil SID sesuai dengan kebutuhan di lapangan. D. Penyusunan RUKK dan RAB Penyusunan RUKK dilaksanakan dengan musyawarah kelompok tani P3A dengan bimbingan tim teknis atau koordinator lapangan. RUKK disusun berdasarkan kebutuhan bahan dari hasil SID dan harga setempat. RUKK sekurang-kurangnya memuat rencana kebutuhan bahan, tenaga kerja, biaya, sumber biaya dan waktu pelaksanaan. RUKK yang telah disusun harus diketahui oleh Tim teknis/koordinator lapangan dimintakan persetujuan dari KPA/PPK. contoh RUKK dapat dilihat pada lampiran 7 E. Konstruksi Pelaksanaan konstruksi rehabilitasi JITUT/JIDES dilaksanakan secara swakelola oleh kelompok tani/P3A, secara bergotong royong dengan memanfaatkan tenaga kerja anggotanya.kepada insentif yang anggota kelompok yang berperan serta/berpartisipasi dalam kegiatan rehabilitasi diberikan besarannya ditentukan
18

yang mengalami kerusakan dan memerlukan perbaikan, dan sketsa bagian-bagian jaringan yang perlu direhabilitasi. Desain (rancangan teknis) Rancangan teknis atau desain sederhana dilaksanakan setelah Survey Investigasi Rancangan teknis ini meliputi pengukuran dan penggambaran rencana kegiatan Rehabilitasi JITUT/JIDES. Hasil rancangan/desain sederhana ini berupa sket lokasi, gambar rancangan teknis sederhana kegiatan rehabilitasi, perkiraan kebutuhan bahan, peralatan dan biayanya atau rencana anggaran biaya (RAB). Dalam hal biaya skala yang prioritas, tersedia maka bagian tidak yang

mencukupi pemilihan

kebutuhan,

dilakukan

dilakukan rehabilitasi adalah bagian dari jaringan yang paling memberikan manfaat. Pada tahap kegiatan Survei Investigasi dan
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

17

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

berdasarkan musyawarah kelompok dan tertuang dalam RUKK. Kegiatan konstruksi rehabilitasi JIDES antara lain meliputi : Rehabilitasi/perbaikan bangunan penangkap air, baik berupa bendung dan pengambilan bebas lainnya serta bangunan kelengkapannya. Rehabilitasi/perbaikan saluran (termasuk lining F.

ferosemen ini dibuat dengan ukuran atau dimensi sesuai dengan kondisi lapangan (lihat lampiran 10). Partisipasi Petani Kelompok tani/P3A diwajibkan untuk berpartisipasi

dalam kegiatan ini sejak dari proses perencanaan sampai dengan pelaksanaan. Partisipasi tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk tenaga kerja, bahan bangunan, dana dan sebagainya.

saluran) dan bangunan lainnya, seperti : box bagi, siphon, talang, bangunan terjun, gorong - gorong dsb. Kegiatan konstruksi rehabilitasi JITUT meliputi : Rehabilitasi/perbaikan saluran tersier dan kwarter (termasuk lining saluran). Rehabilitasi/perbaikan bangunan bagi kwarter dan bangunan lainnya, seperti : siphon, talang, bangunan terjun dan sebagainya.

Untuk bahan konstruksi bangunan saluran, agar lebih ekonomis, mudah dikerjakan dan cepat pelaksanaannya diharapkan dapat dibuat dari bahan ferosemen,
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

19

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

20

dampak/resiko yang ditimbulkan. Resiko dapat terjadi III. PENGENDALIAN Kepala Dinas/ Kepala satuan Kerja selaku Kuasa Pengguna Anggaran dan penanggung jawab kegiatan Rehabilitasi JITUT / JIDES harus melakukan pengendalian atas pelaksanaan kegiatan tersebut. Pelaksana Pengendalian dapat dilakukan dengan Internal bertugas melakukan membentuk Satuan Pelaksana Pengendalian Internal, Satuan Pengendalian pengendalian dan review atas kinerja pelaksanaan kegiatan rehabilitasi JITUT/ JIDES sehingga pelaksanaan kegiatan dapat mencapai tujuan dan sasaran yang ditetapkan dengan efektif, efisien, ekonomis, tertib dan akuntabel. Secara singkat pengawasan / pengendalian dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: A. ANALISA RESIKO Dalam mana pelaksanaan yang memiliki rehabilitasi resiko JITUT dan JIDES B. pada setiap tahapan kegiatan rehabilitasi JITUT/JIDES baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan evaluasi, serta tahap pelaporan dan tindak lanjut. Resiko yang tidak dapat terdeteksi atau tidak dapat dikelola dengan baik akan mengkibatkan tujuan dari kegiatan rehabilitasi JITUT/JIDES yang telah ditetpkan tidak tercapai atau pencapaiannya tidak optimal. PENANGANAN RESIKO Dengan telah diketahui titik-titik kritis dalam pelaksanaan kegiatan rehabilitasi upaya JITUT/JIDES penanganan penyebab atau dan dampaknya terhadap pencapaian tujuan, maka dilakukan perumusan/ sehingga tersebut. pembinaan yang perlu tidak terjadi dan kesalahan-kesalahan atau pengawasan

mungkin terjadi pada titik-titik atau tahapan kritis Pembinaan dilakukan lebih insentif pada titik-titik kritis tersebut. Untuk memudahkan pelaksanaan pengendalilan dapat dilakukan dengan menggunakan / membuat daftar analisa resiko, penanganan resiko dan ceklist seperti pada tabel 1 dan 21. dilakukan analisa bagian-bagian atau dalam tahapan dapat mempengaruhi penyebab dan
21
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

keberhasilan pelaksanaan kegiatan. Dilakukan analisa titik-titik kritis pelaksana kegiatan,

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

22

TABEL 1. DAFTAR RESIKO UNIT KERJA NAMA PIMPINAN NIP KEGIATAN TUJUAN
No
1 Risiko Persiapan Lokasikurangsesuaidengan kriteriateknis(termasuk pertimbangankondisijaringan utama) 2 Peny.Desain Desaintidaksesuaikondisi lapangan

: : : : :
Penyebab Petugaskurangmemahami pedomanTeknis/Juklak/Juknis pelaksanaanCPCL Kurangnyakoordinasidengan instansiterkait Bangunantidaksesuai petugaskurangmemahami prosedurSIDataukurangdapat kondisi/kebutuhanLapangan menuangkandalmbentukgambar Dampak Pencapaiantujuankegiatantidak optimal

6.

TahapKonstruksi Pembayarantenagakerjasesuai pasarsetemoat(tidakada partisipasipetani)tenagakerja petanitidaksesuaidenganbukti (terdapatyangtidakbekerja tetapidibayar.Pelaksanaan diborongkanketukangbangunan rehabilitasitidaksesuaidengan rencana. DalamPOKtidakdirincikesalahan Tujuankegiatansecarapartisipatif penyusunRABkontrolkurangoleh tidaktercapai petugaskurangketerlambatan penetapanpengelola,revisi,dsb.

7.

OperasidanPemeliharaan JaringantidakberfungsiOptimal Operasidanpemeliharaantidak berjalanbaik Sasarankegiatantidaktercapai bangunancepatrusak

3.

Material Rencanakebutuhanmaterialdan tenagakerjatidaksesuai

Kesalahandalammenganalisa kebutuhanbahan,materialdan tenagakerja

Petugas/petanikurangmemahami

8.

ArealDampak Kurangmempertimbangkanareal Kurangmemahamidampak dampak perbaikanterhadaparealsekitar PeningkatanIP/Luasarealtanamtidak adaperubahanyangnyata

4.

Kebutuhandanatidaksesuai/ melebihikebutuhannyata

Penghitungan Keb.materialtidaktepat, Penyusunansatuanharga materialtdkberdasarkan hargapasaran,PenyusunanRAB masihmemperhitungkan pajakdankeuntungan

Satuanhargamahal,sasarantidak tercapaidankurangefisien pemanfaatandana

Disetujui Tanggal Pimpinan Unit Kerja


Bangunancepatrusak

Dibuat Tanggal Penyusun,

5.

Spesifikasibangunantidaksesuai Pembelian/penggunan bahan/materialtidaksesuai kebutuhandalamRAB(kurang) Waktuyangmendesakkarena kelalaian/kurangcermat petugas/pelaksanadalam mengantisipasiwaktumusim tanam/perubahaniklim

.............................................. NIP. ......................................

......................................... NIP. .................................. Diperiksa Tanggal : Pemeriksa,

................................

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

23

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

24

TABEL 2. DAFTAR PENANGANAN RESIKO UNIT KERJA NAMA PIMPINAN NIP KEGIATAN TUJUAN KEGIATAN
No
1 Risiko Persiapan

: : : : : :
Penyebab Petugaskurang memahamipedoman Teknis/Juklak/Juknis Dampak Penanganan

5.

Spesifikasibangunan tidaksesuai

Pembelian/penggunan bahan/materialtidak sesuaikebutuhandalam RAB(kurang) Waktuyangmendesak karenakelalaian/kurang cermat petugas/pelaksanadalam mengantisipasiwaktu musimtanam/perubahan iklim

Bangunancepatrusak

PerluPengawasanyangketat

Lokasikurangsesuai dengankriteriateknis (termasukpertimbangan pelaksanaanCPCL kondisijaringanutama) Kurangnyakoordinasi denganinstansiterkait 2 Peny.Desain Desaintidaksesuai kondisilapangan

Pencapaiantujuankegiatan Bimbingandanpelatihan tidakoptimal

6.

TahapKonstruksi Pembayarantenaga kerjasesuaipasar setemoat(tidakada partisipasipetani) tenagakerjapetanitidak sesuaidenganbukti (terdapatyangtidak bekerjatetapidibayar. Pelaksanaan diborongkanketukang bangunanrehabilitasi tidaksesuaidengan rencana. DalamPOKtidakdirinci Tujuankegiatansecara kesalahanpenyusunRAB partisipatiftidaktercapai kontrolkurangoleh petugaskurang keterlambatan penetapanpengelola, revisi,dsb. Sosialosasipelaksanakegiatan, pengawasan,percepatan revisi,penetapanpelaksanaan, dsb.

petugaskurang Bangunantidaksesuai Bimbingandanpelatihan memahamiprosedurSID kondisi/kebutuhanLapangan ataukurangdapat menuangkandalm bentukgambar Kesalahandalam menganalisakebutuhan bahan,materialdan tenagakerja Petugas/petanikurang memahami Bimbingandanpelatihan

7.

3.

Material Rencanakebutuhan materialdantenaga kerjatidaksesuai

Operasidan Pemeliharaan Jaringantidakberfungsi Optimal

Operasidan pemeliharaantidak berjalanbaik Kurangmemahami dampakperbaikan terhadaparealsekitar

Sasarankegiatantidak tercapaibangunancepat rusak

Sosialisasi,Bimbingandan pengawasan.

8.

ArealDampak Kurang mempertimbangkan arealdampak

4.

Kebutuhandanatidak sesuai/melebihi kebutuhannyata

Satuanhargamahal,sasaran Sosialisasi,bimbingandan tidaktercapaidankurang pelatihanSID Keb.materialtidaktepat, efisienpemanfaatandana Penghitungan Penyusunansatuanharga

PeningkatanIP/Luasareal Sosialisasi,Bimbingandan tanamtidakadaperubahan pengawasan. yangnyata

materialtdkberdasarkan hargapasaran, PenyusunanRABmasih memperhitungkan pajakdankeuntungan

Disetujui Tanggal Pimpinan Unit kerja. ...................................... NIP. .....................................

Dibuat Tanggal Penyusun, ......................................... NIP. ................................. Diperiksa Tanggal : Pemeriksa,

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

25

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

26

IV.

MONITORING DAN EVALUASI

usaha tani (JITUT)/jaringan irigasi desa (JIDES) yang dapat berupa adanya peningkatan indeks pertanaman dan produktivitas serta peningkatan pendapatan petani di lokasi rehab jaringan tersebut sebagaimana lampiran 5 untuk Kabupaten dan lampiran 6 untuk Propinsi.

A.

Monitoring a. Monitoring dilaksanakan oleh Dinas Pertanian Propinsi dan kabupaten secara swakelola b. Monitoring dilaksanakan oleh Dinas Pertanian propinsi dan kabupaten sesuai dengan tahapan pelaksanaan kegiatan di masing-masing lokasi. Tahapan kegiatan ini mengacu pada jadwal pelaksanaan jadwal kegiatan dan ceklist analisa penanganan resiko. Sebagai contoh diberikan pelaksanaan kegiatan JITUT/JIDES TA. 2010. (lampiran 1)

B. Evaluasi Evaluasi dilakukan pada pertengahan atau akhir tahun yang bersangkutan terhadap untuk hasil mengetahui dan kegiatan manfaat sebelumnya dan yang sedang berjalan. Evaluasi ini dilakukan (outcome) (benefit) kegiatan rehabilitasi jaringan irigasi tingkat
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

27

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

28

V.

PELAPORAN

Laporan perkembangan / dampak / manfaat kegiatan rehabiliatsi JITUT/JIDES tahun-tahub sebelumnya disusun dengan format laporan form PLA 03 untuk kabupaten/kota dan PLA 04 untuk propinsi terlampir A. Alur pelaporan Kepala Dinas yang membidangi Tanaman Pangan

Dinas pertanian kabupaten/kota selaku pelaksana kegiatan wajib menyusun dan menyampaikan laporan pelaksanaan pengembangan /rehabilitasi JITUT/JIDES terdapat 3 (tiga) jenis laporan yang harus disusun oleh pelaksana kegiatan rehabilitasi JITUT/JIDES, yaitu: Laporan perkembangan pelaksanaan irigasi sejak kegiatan desa mulai selesai

Kabupaten/

Kota/

Satker

Pembinaan

dan

rehabilitasi/perbaikan tahun berjalan (2010)

jaringan dilakukan sampai

Pengembangan Tanaman Pangan di Kabupaten/ Kota yang mendapat alokasi kegiatan rehabilitasi JITUT / JIDES mengirimkan laporan laporan ( PLA 01, PLA 03 dan Laporan Akhir ) tersebut ke propinsi dengan tembusan ke Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan dan Air , dengan alamat Ditjen PLA cq. Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan, Jaksel, via Fax : 021 7816086 atau Email : simonevpla@deptan.go.id. Kepala Dinas yang membidangi Pembinaan dan Pengembangan Tanaman Pangan Propinsi mengirimkan laporan form PLA 02 dan PLA 04 ke
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

(JIDES)/jaringan irigasi tingkat usaha tani (JITUT) dilaksanakan persiapan dengan

kegiatan / kegiatan tahun anggaran dengan format laporan form PLA 01 (lampiran 3) untuk kabupaten / Kota, dan PLA 02 (lampiran 4) untuk propinsi. Laporan akhir kegiatan rehabilitasi JITUT/JIDES harus disusun setelah kegiatan rehabilitasi selesai dilaksanakan. laporan akhir dilengkapi dengan fotofoto dokumentasi yang menggambarkan sebelum konstruksi (0%), sedang konstruksi (50%) sampai dengan konstruksi selesai (100%). Format laporan akhir sebagaimana lampiran 5
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

29

30

dan Air , Ditjen PLA cq. Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan, Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan, Jaksel. via Fax : 021 7816086 atau E-mail : simonevpla@deptan.go.id.
B. Frekuensi pelaporan Laporan kegiatan dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: a. Laporan Bulanan Laporan bulanan perkembangan berupa laporan pelaksanaan pelaksanaan

Direktorat Jenderal Pengelolaan Lahan

b.

Laporan Akhir Tahun Laporan yang akhir tahun. Laporan seluruh pelaksanaan kegiatan fisik dan keuangan dilengkapi dengan foto - foto dokumentasi pada kondisi awal pekerjaan, sedang dalam pelaksanan 50 % dan setelah pekerjaan selesai 100% selambatlambatnya satu bulan setelah berakhirnya tahun anggaran.

kegiatan fisik dan keuangan (sesuai form laporan PLA 01 dan 03) harus disusun dan dikirim ke Propinsi dan Pusat selambatlambatnya tanggal 5 bulan berikutnya. Sedangkan laporan Form PLA 02 dan PLA 04 selambat-lambatnya tanggal 10 bulan bulan berikutnya.

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

31

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

32

Lampiran 1 JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN JITUT/JIDES TA. 2010


No. A. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 B. 1 Komponen Kegiatan Persiapan Juklak diterima dari Provinsi Pembuatan Juknis oleh Kab/Kota Koordinasi dengan Instansi terkait SK-SK Tim CP CL (SI) Pembuatan Desain Sederhana Penyusunan RUKK Pembuatan rekening kelompok Transfer dana Pelaksanaan Konstruksi a. Penyediaan bahan/material b. Pelaksanaan fisik c. Pemeliharaan Monitoring Evaluasi Laporan Bulanan Laporan Akhir Bulan April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Januari Pebruari Maret Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke Minggu ke I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

2 3 4 5

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

33

Lampiran 2 Tahapan Kegiatan dan Pembobotan Pelaksanaan Kegiatan Fisik dan Keuangan NO. A 1 2 3 4 5 6 KEGIATAN Bobot (%) 20 2 5 4 2 4 3 80 80 100
Dinas Kabupaten Provinsi Subsektor Program Bulan : .. : .. : .. : .. : .. : .. Pagu DIPA Keuangan Fisik (Rp) (Ha) 4 5 Realisasi Keuangan (Rp) 6 (%) 7 Fisik Konstruksi (Ha) Tanam (Ha) 8 9 Nama Kelompok 10

Lampiran 3

LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR T.A. 2010

Form PLA.01

Persiapan SI(CP/CL) Desain RUKK SKSK PEMBUKAANREKENING TRANSFERDANA B PELAKSANAAN 1 KONSTRUKSI TOTAL

No.

Aspek

Kegiatan 3 1. JITUT 2. JIDES 3. TAM 4. dst

1 2 A. Pengelolaan Air

Lokasi Kegiatan Desa/ Koordinat Kecamatan 11 12

Keterangan 13

B. Pengelolaan Lahan 1. JUT 2. Optim asi Lahan 3. Reklamasi Lahan 4. dst .. C. Perluasan Areal) 1. SID (TP/Horti/Bun/Nak*) 2.Konstruksi 3. Pengadaan Saprodi 4. dst .. JUMLAH
Catatan : 1. Laporan dikirim ke Dinas Propinsi terkait tembusan ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 5 setiap bulan 2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jakarta Selatan via Fax : 021-7816086 atau E-mail : simonevpla@deptan.go.id 3. Realisasi adalah realisasi kumulatif s/d bulan ini (bulan laporan) 4. Kolom (13) dapat diisi serapan tenaga kerja, dll *) Coret yang tidak perlu

Ket: Pembobotandilakukanberdasarkanjumlahpencairandanake rekeningkelompoksesuaidenganRUKK(RencanaUsulan KegiatanKelompok) Contoh: Tahap1: 20% 20/100*80 =16 Tahap2: 80% 80/100*80 =64

., .... 2010

Penanggung jawab kegiatan Kabupaten

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

34

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

35

Lampiran 4

Lampiran 5
Form PLA.03 LAPORAN MANFAAT KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA. 2007 DAN TA. 2008 Dinas Kabupaten Provinsi Subsektor Tahun : .. : .. : .. : .. : .. Target Fisik DIPA 3

Dinas Propinsi Subsektor Program Bulan No. Dinas Kabupaten/Kota*) 1 Aspek

LAPORAN REALISASI FISIK DAN KEUANGAN KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA 2010
: .. : .. : .. : .. : .. Kegiatan 4 1. JITUT 2. JIDES 3. TAM 4. dst Pagu DIPA Keuangan Fisik (Rp) (Ha) 5 6 Realisasi Keuangan (Rp) (%) 7 8 Fisik Konstruksi (Ha) Tanam (Ha) 9 10

Form PLA.02

Keterangan
No. Kegiatan 2 Aspek Pengelolaan Air JITUT JIDES TAM dst Aspek Pengelolaan Lahan JUT Pengembangan Jalan Produksi Optimasi Lahan dst Aspek Perluasan Areal Cetak Sawah Perluasan Areal Hortikultura Perluasan Areal Perkebunan dst

Realisasi Fisik 4

Manfaat 5

2 3 1 Dinas.*) Pengelolaan Air Kab/Kota

11

1 A. 1 2 3 4 B. 1 2 3 4 C. 1 2 3 4

Pengelolaan Lahan 1. JUT 2. Optim asi Lahan 3. Reklamasi Lahan 4. dst .. Perluasan Areal) 1. SID (TP/Horti/Bun/Nak**) 2.Konstruksi 3. Pengadaan Saprodi 2 Dinas.*) Kab/Kota 3 Dinas.*) Kab/Kota 1. JITUT 2. JIDES 3. TAM 4. JUT 5. Optim asi Lahan 6. Reklamasi Lahan 7. Perluasan Areal 8. dst

JUMLAH

Ctt: 1. Laporan dikirim ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 10 setiap bulan 2. Laporan ke Pusat ke Bag Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel. Fax : 021 7816086 atau E-mail : simonevpla@deptan.go.id 3. Realisasi adalah realisasi kumulatif s/d bulan ini (bulan laporan) 4. Kolom (13) dapat diisi serapan tenaga kerja, dll *) Diisi nama Dinas Kabupaten/Kota yang melaksanakan kegiatan PLA. **) Coret yang tidak perlu ., .... 2010 Penanggung jawab kegiatan Propinsi

Catatan : 1. Laporan dikirim ke Dinas Propinsi terkait tembusan ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 5 setiap bulan 2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Ja via Fax : 021-7816086 atau E-mail : simonevpla@deptan.go.id 3. Manfaat harus terukur, contoh : a. Kegiatan JITUT/JIDES seluas 500 Ha, menaikan IP 50 % dengan produktivitas 5 ton/Ha, sehingga manfaat kegiatan berupa peningkatan produksi sebanyak 500 X 0,5 X 5 Ton = 1.250 ton b. Rehab JUT/JAPROD Manfaat mengurangi ongkos angkut Rp. 25; / Kg atau Rp. 25.000; / Ton pada areal dengan tingkat produksi 1.000 ton sehingga manfaat kegiatan dapat mengurangi ongkos angkut Rp. 25.000 X 1.000 = Rp. 25.000.000; c. Cetak Sawah Seluas 200 Ha Menyebabkan perluasan areal tanam seluas 200 Ha dengan produktivitas 2,5 ton/Ha dan IP 150 %, sehingga manfaat kegiatan cetak sawah berupa peningkatan produksi sebesar 200 X 2,5 ton X 1,5 = 750 ton

. .. 2010

Penanggungjawab Kegiatan Kabupaten

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

36

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

37

Lampiran 6
Form PLA.04 REKAPITULASI LAPORAN MANFAAT KEGIATAN PENGELOLAAN LAHAN DAN AIR TA. 2007 ,2008 DAN TA. 2009 Dinas Provinsi Subsektor : .. : .. : ..

Lampiran 7
Kelompok : ............................. Desa/Kelurahan : ............................. Kecamatan : ............................. Kab./Kota : ............................. Provinsi : ............................. RENCANA USULAN KERJA KELOMPOK ......................,..................................... Kepada Yth : Kuasa Pengguna Anggaran ........................ Kab/Kota ..................................................... Sesuai dengan Surat Keputusan *)......No......tanggal...........tentang penetapan kelompok sasaran kegiatan....................dengan ini kami mengajukan permohonan Dana Bantuan Sosial kepada petani sebesar Rp................(terbilang................) sesuai Rencana Usulan Kerja Kelompok (RUKK) dengan rekapitulasi kegiatan sebaga berikut : Biaya (rupiah) No. 1 Kegiatan 2 Pemerintah 3 Partisipasi Masyarakat 4 Jumlah

No. 1

Kegiatan 2

Target Fisik 3

Realisasi Fisik 4

Manfaat 7

A. Aspek Pengelolaan Air 1 JITUT 2 JIDES 3 TAM 4 dst B. 1 2 3 4 C. 1 2 3 4 Aspek Pengelolaan Lahan JUT Pengembangan Jalan Produksi Optimasi Lahan dst Aspek Perluasan Areal Cetak Sawah Perluasan Areal Hortikultura Perluasan Areal Perkebunan dst

Catatan : 1. Laporan dikirim ke Ditjen PLA Pusat, paling lambat tanggal 10 setiap bulan 2. Laporan ke Pusat ke Bagian Evaluasi dan Pelaporan d/a. Kanpus Deptan Gedung D Lantai 8 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel via Fax : 021-7816086 atau E-mail : simonevpla@deptan.go.id 3 Manfaat harus terukur, contoh : a. Kegiatan JITUT/JIDES seluas 500 Ha, menaikan IP 50 % dengan produktivitas 5 ton/Ha, sehingga manfaat kegiatan berupa peningkatan produksi sebanyak 500 X 0,5 X 5 Ton = 1.250 ton b. Rehab JUT/JAPROD Manfaat mengurangi ongkos angkut Rp. 25; / Kg atau Rp. 25.000; / Ton pada areal dengan tingkat produksi 1.000 ton sehingga manfaat kegiatan dapat mengurangi ongkos angkut Rp. 25.000 X 1.000 = Rp. 25.000.000; c. Cetak Sawah Seluas 200 Ha Menyebabkan perluasan areal tanam seluas 200 Ha dengan produktivitas 2,5 ton/Ha dan IP 150 %, sehingga manfaat kegiatan cetak sawah berupa peningkatan produksi sebesar 200 X 2,5 ton X 1,5 = 750 ton

5 A. Insentif Tenaga Kerja 1................................ 2.................................. 3.................................. B. Bahan/Material 1................................ 2.................................. 3.................................. C. Lainnya..................... Jumlah Selanjutnya kegiatan tersebut akan dilaksanakan sesuai dengan Surat Perjanjian Kerjasama Nomor..................tanggal................., Dana Bantuan Sosial kelompok tersebut agar dipindahbukukan ke rekening petani/kelompok......................No. Rekening...........pada cabang/unit Bank...................di..................... MENYETUJUI Ketua Tim Teknis, .................................. NIP Ketua Kelompok, ............................. MENGETAHUI/MENYETUJUI Pejabat Pembuat Komitmen Kabupaten/Kota..............

. .. 2010

Penanggungjawab Kegiatan Propinsi

.................................... NIP *) Bupati/Walikota atau Kepala Dinas lingkup Pertanian atau pejabat yang ditunjuk **) Format ini dapat disesuaikan untuk kegiatan pada DIPA Pusat dan DIPA Propinsi

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

38

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

39

Lampiran 8 OUTLINE LAPORAN AKHIR

Lampiran 9

STANDAR TEKNIS REHABILITASI JITUT/JIDES I. PENDAHULUAN A. B. II. A. B. C. D. III. IV. V. VI. Latar Belakang Tujuan dan Sasaran Lokasi Tahap Pelaksanaan Permasalahan Pemecahan Masalah A. Survei Investigasi dan Desain (SID). Pengumpulan data hidrometeorologi Parameter-parameter hidrometeorologi yang penting untuk perancangan jaringan irigasi antara lain: evapotranspirasi (didapat dari perhitungan empiris melalui Panci kelas A atau menggunakan data iklim yang meliputi: kecepatan angin, penyinaran matahari, suhu, kelembaban relatif yang dihitung dengan metoda Penman Monteith), curah hujan (curah hujan efektif, curah hujan lebih/ excess

PELAKSANAAN

HASIL MANFAAT DAMPAK KESIMPULAN DAN SARAN

rainfall), debit puncak dan debit andalan. Parameterparameter tersebut akan terkait dengan kebutuhan air tanaman, kebutuhan air irigasi, ukuran dan kekuatan bangunan-bangunan irigasi yang harus dibuat, luas areal potensial dan actual yang bisa diairi.
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

40

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

41

Pengukuran situasi dan topografi. Pengukuran situasi dan topografi yang dilakukan tergantung dari pekerjaan konstruksi yang akan dilakukan. dilakukan mercu Bila dalam rehabilitasi pembuatan/ akan yang akan menyangkut peninggian berpengaruh

bergunung-gunung > 20 % - 5 m. Sedangkan untuk pengukuran calon lokasi

bendung, saluran dan bangunan-bangunan lainnya harus dilakukan secara detil di lokasi tersebut dan sekitarnya. Skala peta untuk lokasi bendung dibuat 1 : 200. Sedangkan untuk saluran: peta trase saluran dan profil memanjang dengan skala 1 : 2.000, dan untuk vertikal 1 : 100. Untuk bangunanbangunan lainnya dengan skala 1 : 100. Penyelidikan geoteknik Karena bangunan irigasi yang harus dibangun skalanya relatif kecil, maka penyelidikan geoteknis tidak perlu dilakukan, tetapi cukup mengambil data/ informasi terkait dari lokasi terdekat. Peta desain. Berdasarkan data dan informasi diatas selanjutnya dilakukan pembuatan rancangan disain dari jaringan irigasi yang ada. Dalam disain yang dibuat harus memuat: peta situasi dan topografi dari seluruh areal proyek; peta penyebaran titik-titik tetap (benchmark)/ patok beton; peta tata letak
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

bendung

sehingga

terhadap luas areal yang diairi pengukuran situasi dan topografi dilakukan untuk seluruh areal proyek yang akan dilayani. Tetapi bila sifatnya hanya normalisasi saluran, rehabilitasi/ mengembalikan kepada bentuk semula/ lining pengukuran dilakukan sesuai kebutuhan untuk pembuatan disain dan perhitungan anggaran biaya. Untuk yang lengkap, peta yang dihasilkan dengan skala 1 : 2.000, dengan memuat saluran dan bangunan yang telah ada, batas wilayah administrative, tata guna lahan (sawah, tegalan, kampung, kuburan), vegetasi utama, kondisi tanah misalnya berpasir, lempung, dan sebagainya. Interval garis kontour yang dibuat adalah sebagai berikut: pada tanah datar < 2 % - 0,5 m, tanah berombak dan landai 2 5 % - 1 m, berbukit-bukit 5 20 % - 2 m, dan
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

42

43

jaringan irigasi termasuk pembagian petak-petak tersier, subtersier, kwarter, dsb; peta skema irigasi; peta skema bangunan; dan gambar bangunan (tempat disain (boks dari bagi, ternak, bendung, bangunan saluran

B.

Kriteria Saluran dan Bangunan Irigasi Bangunan yang direhab/ ditingkatkan antara lain meliputi: pengambilan bebas (free intake), bendung, saluran pembawa/ pembuang, pintu air, boks bagi, bangunan terjun, siphon, bangunan pelimpas, dsb tergantung dari kebutuhan masing-masing lokasi. 1). Bangunan Utama Pengambilan bebas Rehabilitasi jaringan irigasi desa untuk

gorong-gorong, talang, siphon, terjunan, serta pelengkap mandi tangga, dsb) yang akan dibangun; peta trase saluran; peta profil memanjang dan melintang dari bangunan yang dibuat; perhitungan teknis disain dari saluran dan bangunan yang dibuat; debit dan luas areal yang diairi; pola tanam; kalender pertanaman; dilaksanakan; tersebut SK dan serta pola pergiliran yang akan biaya. rencana pula anggaran

bangunan pengambilan bebas dapat berupa perbaikan pengambilan bebas yang ada maupun rehabilitasi dan peningkatan menjadi bendung. Dalam hal perbaikan bangunan masih mempertahankan bebas yang bangunan ada, maka pengambilan

Dalam perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) dilengkapi dengan pada perhitungan tahun yang volume pekerjaan, harga satuan biaya berdasarkan Bupati setempat bersangkutan. Pengukuran, kelengkapan informasi dan peta

bangunan pengambilan bebas tersebut harus memenuhi kriteria sebagai berikut: Bangunan yang ada harus cukup stabil dan kuat untuk menahan tekanan air yang ada. Bangunan tersebut harus mampu
45

desain yang dibuat agar disesuaikan dengan kebutuhan dan dana yang tersedia.

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

44

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

mengalirkan

air

sedemikian

rupa

Dapat

menahan

bocoran-bocoran

yang

sehingga dapat memenuhi kebutuhan pertanaman baik pada musim hujan maupun kemarau. Konstruksi bangunan diupayakan dapat mencegah sedimen masuknya yang dapat kotoran dan menyebabkan

disebabkan oleh aliran sungai itu sendiri dan aliran air yang meresap kedalam tanah. Tinggi mercu/ ambang bendung harus

memenuhi tinggi air minimal yang diperlukan untuk seluruh daerah pengaliran.

Spillway/ peluap bendung harus berbentuk


sedemikian rupa sehingga air dapat membawa material (pasir, kerikil, batu,

terjadinya pendangkalan saluran dan perlambatan kecepatan aliran. Untuk mengarahkan aliran air sungai masuk ke bangunan pengambil bebas perlu dipasang bangunan pengarah arus (krib). Bendung Sedangkan kriteria yang harus dipenuhi untuk konstruksi bendung adalah sebagai berikut: Cukup tekanan berlaku. stabil air, dan kuat untuk menahan

kayu) ke belakang (sebelah hilir) bendung dengan tidak menimbulkan kerusakan yang berarti pada bendung yang bersangkutan. Muka air terbendung pada waktu banjir harus serendah mungkin, sehingga bila dananya memungkinkan perlu dibuat konstruksi pintu pembilas/ penguras. Dalam hal bendung yang akan dibuat berupa bronjong (susunan atau tumpukan bronjong kawat diisi batu kali) maka harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: Lebar sungai maksimum yang dibendung 15

sedangkan

konstruksinya

dihitung berdasarkan disain kriteria yang

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

46

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

47

m. Ukuran bronjong: panjang tubuh/ bentang bendung terbatas 10 15 m, tinggi dari dasar sungai kurang dari 2 m, lebar mercu (bagian atas tubuh) bendung minimum 2 m, panjang lantai hilir minimum 3 m atau di sesuaikan dengan kondisi setempat. Ikatan antara bronjong lantai hilir ke tubuh bendung harus merupakan ikatan engsel (dapat dibuat dengan melilitkan kawat pengikat dengan diameter 3 mm sepanjang salah satu sisi bronjongnya). Pangkal bendung yang merupakan tumpuan tubuh bendung ke tebing sungai harus masuk ke dalam tebing sungai minimum 2 m. Panjang sayap hilir bendung harus lebih besar dari panjang lantainya, sedangkan sayap hulu dibuat sampai ke mulut bangunan pengambilan (intake).

2).

Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani Air irigasi selalu mengalir melalui bangunan bagi atau pintu sadap dari saluran primer atau sekunder (jaringan untuk utama) ke jaringan irigasi tingkat usahatani, dan kemudian ke petak lahan (sawah) mengairi tanaman. Letak penempatan bangunan-bangunan sadap atau bagi di dalam jaringan utama sangat penting untuk tata letak jaringan tingkat usahatani. Namun pada jaringan irigasi desa, dimana luas arealnya relatif lebih sempit, setelah air keluar dari bangunan sadap/ pengambilan, selanjutnya dialirkan ke jaringan utama yang ukurannya relatif kecil/ setara dengan jaringan tingkat usaha tani. Oleh karena itu, pada daerah irigasi desa setelah air keluar dari bangunan sadap utama (dari bendung/ pengambilan bebas), selanjutnya dialirkan ke jaringan tingkat usaha tani. Pada petak prinsipnya, usahatani jaringan dari pembawa kwarter. tingkat Dalam
49

usahatani adalah untuk menyediakan air untuk tiap saluran

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

48

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

keadaan khusus seperti kemiringan lahan yang amat curam dan petak-petak lahan yang tidak teratur, dimana air irigasi sulit untuk disediakan langsung dari saluran-saluran, maka irigasi dari petak ke petak dapat digunakan. Agar pengoperasian pembawa irigasi tingkat bisa lebih efektif, biasanya Tata letak pada lahan miring Pada lahan yang miring biasanya saluransaluran tersier dibuat hampir sejajar dengan garis-garis tinggi (kountur), dan saluransaluran dikurangi saluran kwarter jumlah kwarter diletakkan bangunan agar dapat di melintang saluranbaik terhadap garis-garis kountur, sehingga dapat lebih

jaringan

usahatani

dibuat secara terpisah dari jaringan pembuang. Namun dibeberapa wilayah dimana musim kering dan hujan terpisah secara nyata, dengan curah hujan yang terbagi rata dimusim hujan dan keadaan drainase sangat baik, maka jaringan pembawa dan pembuang dapat digabungkan menjadi satu. Hal ini dapat dilakukan apabila pengaturan demikian itu tidak akan mempengaruhi pengelolaan pembuangan usahatani. Prinsip-prinsip dasar untuk tata letak jaringan tingkat usahatani dapat diuraikan sebagai berikut ini : air tingkat air usahatani dari serta kelebihan petak-petak

mencapai petak-petak sawah. Tata letak di areal yang datar Di areal yang datar biasanya saluran-saluran tersier ditata letakkan melintas garis-garis tinggi, garis dan tinggi saluran-saluran (kountur) dengan kwarter derajat diletakkan hampir sejajar terhadap gariskemiringan yang layak. Dengan pengaturan ini tampang-melintang saluran-saluran tersier akan menjadi lebih kecil untuk mengurangi biaya pembangunannya; dan saluran-saluran kwarter akan lebih mudah mencapai petak-

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

50

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

51

petak usahatani. Panjang saluran-saluran Saluran pembawa tersier Saluran tersier harus diupayakan

ikan.

Pada

lahan

yang

miring jarak

atau antara

bergelombang,

pengaturan

saluran-saluran kwarter ditentukan menurut apa yang dimungkinkan oleh topografi. Beda tinggi (Head) di dalam jaringan Beda tinggi (Head) di dalam Jaringan harus direncanakan dengan hati-hati. Jika tidak cukup terdapat beda tinggi (Head) didalam saluran, tidak akan mungkin memberikan air irigasi kepada seluruh areal yang dilayani. Biasanya, permukaan air di saluran, dari mana air irigasi direncanakan untuk Panjang disalurkan ke suatu petak usahatani, harus 15 cm lebih tinggi daripada permukaan petak tersebut. Di saluranareal-areal datar, perencanaan saluran harus

sependek mungkin untuk mengurangi kehilangan air sepanjang penyaluran. Panjang saluran tersier untuk 1 hektar areal irigasi seyogyanya jangan melebihi 25 meter. Saluran pembawa kwarter Saluran kwarter harus dibuat ke petak terakhir blok kwarter. seluruhnya dari bangunan bagi tersier sampai ke ujung kwarter sebaiknya tidak lebih dari 600 meter. Pengaturan saluran Jarak antara saluran-saluran kwarter jarak antara

penampang

memanjang

dilakukan dengan mengurangi kehilangan beda tinggi permukaan air di dalam jaringan saluran, sehingga dapat dipertahankan adanya beda tinggi permukaan air di dalam
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

biasanya dibuat 160 meter sampai 240 meter di areal-areal datar untuk jaringan tulang
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

52

53

saluran-saluran, namun demikian kecepatan aliran air didalamnya juga tidak boleh terlalu lambat karena dapat menimbulkan masalah pengendapan (sedimentasi). Kriteria perencanaan saluran: 1). Saluran irigasi tersier a). Kapasitas saluran kurang l/det/ha kapasitas sama. b). Kecepatan 0,2 sampai 0,6 m/det (saluran tanah). c). Lebar 0,35 m. d). Jagaan (Free board) 0,5 m. e). Miring talud 1 : 1 sampai 1 : 1,5
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

tergantung keadaan tanah. f). Lebar puncak tanggul 0,4 m

sampai 0,7 m. 2). Saluran irigasi kwarter a). Kapasitas saluran-saluran. Arus air tidak kurang dari pada

harus tidak kebutuhan yaitu 1,5 rata-rata; saluran-

kebutuhan

maksimum

irigasi

dari

pada irigasi,

(terkait dengan pergiliran irigasi), yaitu 2,0 l/det/ha sebagai ratarata, dan minimum adalah 1,5 l/det/ha b). Kecepatan m/det. c). Lebar 0,20 m. minimum dasar saluran 0,25 sampai 0,60

maksimum

sebagai sepanjang

saluran tersier adalah lebih baik

minimum

dasar

saluran

d). Jagaan (Free board) 0,20 m. e). Miring talud 1 : 1 atau 1 : 1,5

0,3 sampai

tergantung keadaan tanah. f). Lebar puncak tanggul 0,3 m.

54

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

55

Tata letak bangunan pelengkap 1). Bangunan Boks Bagi (Division box) Bangunan ini harus dipasang di tempat percabangan saluran tersier ke saluran kwarter sesuai dengan persyaratan irigasi. Ini dapat dibangun dari pasangan batu, beton cetakan, dan sebagainya dan balok sekat dapat dibuat dari bahan kayu atau besi. 2). Bangunan Terjun (Drop structure) Bangunan ini adalah untuk mengatur kemiringan dapat dasar saluran dan dengan 4). permukaan air di saluran-saluran. Ini dibangun tergabung bangunan bagi. Umumnya digunakan bahan dari tembok, kayu, bambu, tumpukan batu, dan sebagainya untuk membuatnya. pembawa sebelah hilir Di dalam jaringan perbedaan bangunan56

bangunan tersebut (tinggi bangunan terjun) adalah dari 0,6 sampai 1,5 meter. 3). Talang (Flume) Talang, suatu bagian saluran diatas tanah dibangun yang ditempat besar. Di dimana dalam saluran pembawa melintasi saluran pembuang sebaiknya merencanakan, jika tidak perlu benar, jangan menggunakan talang, karena biayanya cukup mahal dan sulit pembuatannya. Biasanya di buat dari kayu, pasangan, beton, dan sebagainya. Bangunan Lintasan Bangunan lintasan, gorong-gorong dan siphon biasanya dibuat pada persilangan sebuah saluran dengan sebuah jalan, atau sebuah saluran pembawa yang harus diletakan di jalan darat atau jalan air. Untuk menghemat
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

usahatani, terhadap

ketinggian antara sebelah hulu dan

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

57

biaya,

bila

mungkin

menggunakan siphon. pasangan

Perkiraan kuantitas pekerjaan teknis


Kuantitas pekerjaan teknik suatu rencana pembangunan irigasi harus dihitung dengan perkiraan sampai pada desain teknik terakhir. Angka-angka berikut ini dapat digunakan oleh para teknisi untuk secara kasar dan cepat memperkirakan kuantitas bahan dan tenaga manusia yang diperlukan pada tahap pendahuluan. 1). Saluran pembawa tersier Diperlukan sekitar 15 sampai 25 meter untuk 1 hektar areal irigasi. (15 25 m/ha). 2). Saluran pembawa kwarter Diperlukan sekitar 40 sampai 60 meter untuk 1 hektar areal irigasi. (40 60 m/ha).

gorong-gorong untuk

daripada

Biasanya digunakan pipa prefabrikasi pembangunannya, beton, dan sebagainya. 5). Bangunan Akhir Bangunan ini dibuat di bangunan ujung terakhir untuk saluran dan dimaksudkan kelebihan air melepaskan

kedalam saluran pembuang. Pasangan batu, kayu, dan sebagainya, lebih disukai untuk pembangunannya. 6). Alat Ukur Air Alat-alat mengukur ukur debit diperlukan air irigasi untuk yang

3). Bangunan bagi Bangunan bagi ini diperlukan pada segenap

dilepaskan dari satu saluran ke saluran lain. Ada berbagai alat dari bentuk yang rumit sampai pada yang demikian sederhananya seperti mistar yang diberi skala ukuran.

percabangan saluran tersier. Jadi terdapat kira-kira 1 bangunan untuk 10 hektar. 4). Bangunan terjun Jumlahnya tergantung pada kemiringan areal lahan di lapangan, dan sangat berbeda dari satu areal ke

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

58

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

59

areal yang lain. Di tempat yang datar mungkin tidak diperlukan sama sekali, akan tetapi di medan yang terjal, untuk 1 hektar dapatlah dibangun lebih dari 10 bangunan terjun. Kemiringan lahan ratarata dapat digunakan sebagai indikator untuk perkiraan indikasi kira-kira jumlah bangunan terjun yang dibutuhkan didalam suatu hektar areal irigasi. Sebagai contoh, jika kemiringan rata-rata lahan adalah 10 %, maka hal itu secara kasar menunjukan bahwa 1 hektar memerlukan 10/2 = 5 bangunan terjun (5 buah/ha). 5). Talang Jumlah talang didalam jaringan pembawa tingkat usahatani biasanya sedikit sekali. Apabila tidak perlu benar, tidak akan ada talang didalam daerah irigasi tersebut. 6). Bangunan Lintasan Bangunan lintasan ini biasanya diperlukan didalam jaringan pembawa tingkat usahatani. Biasanya gorong-gorong diperlukan lebih banyak daripada siphon. Sebagai perkiraan kasar adalah sekitar satu
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

bangunan lintasan untuk 20 ha areal irigasi (satu buah/20 ha). 7). Bangunan akhir Pada ujung terakhir setiap saluran kwarter biasanya terdapat sebuah bangunan akhir. Dilahan terjal untuk 10 ha harus ada kira-kira satu buah (satu buah/10 ha). Akan tetapi di areal datar, mungkin tidak akan perlu membangun satupun bangunan akhir, karena saluran pembawa sangat datar. Meninggikan air didalam bagian terakhir saluran dapat dicapai dengan membendung saluran dengan tanah atau batu sehingga tidak ada masalah erosi di ujung terakhir saluran kwarter. 8). Alat ukur air Pada ujung awal setiap saluran tersier diperlukan sebuah alat ukur air. Jumlah yang diperlukan sekitar 1 unit alat ukur per 100 ha. Dari hal tersebut diatas, misalnya, bila daerah irigasi desa seluas 100 perkiraan ha dan kemiringan rata-rata 5 % , maka jumlah pekerjaan-pekerjaan teknis irigasi,

dengan menggunakan angka-angka terbesar pada pokokPedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

60

61

pokok diatas, adalah sebagai berikut. 1). Saluran pembawa tersier = 25 m 2500 m 2). Saluran pembawa kwarter = 60 m 6000 m 3). Bangunan bagi = 1 x 100/10 4). Bangunan terjun = 5/2 x 100 = 10 buah x 100 ha = x 100 ha =

dengan jaringan pembawa, apabila pengaturan secara demikian tidak akan mempengaruhi efisiensi pengelolaan air.

Prinsip-prinsip tataletak.
1). Saluran pembuang tingkat usahatani, umumnya terdiri dari saluran pembuang tersier dan kwarter. Saluran-salluran tersebut direncanakan, dan dalam kebanyakan hal dijadikan batas-batas blok tersier/ Daerah Irigasi Desa dan kwarter yang bersangkutan. 2). Saluran pembuang kwarter ditataletakkan diantara blok-blok irigasi kwarter. Saluran tersebut dapat terbentang sejajar dengan jalan usahatani, saluran atau kwarter, atau lembah-lembah cekungan. 3). Pengaturan jarak antara saluran kwarter

= 250 buah

5). Talang, sesuai dengan desain teknis terakhir. 6). Bangunan lintas = 1 x 100/20 = 5 buah 7). Bangunan akhir = 1 x 100/10 8). Alat ukur air = 1 x 100/100 = = 10 buah 1 buah

Tata letak jaringan pembuang tingkat usaha tani.


Jaringan tingkat usahatani direncanakan sesuai dengan keadaan topografi, dengan saluran-saluran pembuang alami dan buatan yang sudah ada. Pada umumnya jaringan pembuang tingkat usahatani ditataletakkan terpisah dari jaringan pembawa untuk tercapainya pengoperasian yang efektif. Akan tetapi di areal-areal khusus tertentu, jaringan pembuang dapat disatukan
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

tergantung pada luas petak-petak usahatani dan blok-blok irigasi sesuai dengan kondisi curah hujan dan aliran permukaan. Sebaliknya, saluran-saluran tersier dan kwarter menentukan ukuran blok tersier dan kwarter. Hubungan pengaruh timbal balik ini harus ditangani secara hati-hati oleh para
63

62

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

perancang desain.

dengan bangunan pengumpul. 2). Bangunan lintasan Bangunan lintasan pada jaringan pembuang tingkat usahatani/ jaringan irigasi desa hanyalah berupa gorong-gorong, yang dibangun pada tempat persilangan saluran pembuang dengan jalan atau saluran pembuang dengan saluran pembawa untuk sebuah saluran pembuang yang hendak dilewati di bawah sebuah jalan atau saluran pembawa. Sebaiknya digunakan sedikit mungkin bangunan lintasan untuk menghemat biaya. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembangunannya adalah sama dengan yang terdapat di jaringan pembawa. 3). Bangunan pengumpul, bangunan pengeluaran dan bangunan pelindung. Bangunan pengumpul terdapat pada tempat

Kriteria disain saluran pembuang.


Tingkat aliran permukaan Hal ini tergantung pada intensitas curah hujan dan keadaan lapangan. Biasanya 60 % dari hujan harian dengan frekuensi 5-10 tahun dianggap sebagai tingkat aliran permukaan. Kecepatan dari 0,2 sampai 0,6 meter/detik

(selokan tanah). Lebar dasar minimum selokan 0,3 meter. Jaringan minimum 0,2 meter. Miring talud 1 : 1 atau 1 : 1,5 tergantung pada keadaan tanah dan dalamnya selokan.

Tata letak bangunan pelengkap pada jaringan pembuang.


1). Bangunan terjun Desain dan konstruksi bangunan terjun adalah sama dengan yang ada pada jaringan pembawa. Bangunan tersebut dapat dibangun tergabungkan
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

pertemuan pembuang kwarter dengan pembuang tersier, dan bangunan pengeluaran pada pembuang tersier melepaskan air kedalam jaringan pembuang utama atau saluran alami; demikian pula biasanya dibutuhkan pekerjaan-pekerjaan pelindung tebing
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

64

65

didekat bangunan-bangunan atau pada tikungantikungan tajam karena debit jaringan pembuang biasanya lebih besar dari pada debit jaringan pembawa. 3)

saluran pembawa kwarter, yaitu sekitar 40 60 m untuk 1 ha (40 60 m/ha). Bangunan terjun Jumlah bangunan terjun yang diperlukan

Perkiraan kuantitas pekerjaan teknis.


Kuantitas pekerjaan teknis jaringan pembuang yang diperlukan di dalam suatu rencana pembangunan irigasi (Daerah irigasi desa) harus sesuai dengan desain teknis terakhir. Angka-perkiraan kasar kuantitas bahan dan tenaga manusia yang diperlukan pada tahap pendahuluan. 1). Saluran pembuang tersier Saluran pembuang tersier berguna sebagai batas blok tersier/ Daerah Irigasi Desa Saluran ini umumnya lebih panjang dari pada saluran 5) pembawa tersier yaitu sebesar 20 35 m untuk 1 ha (20 35 m/ha). 2) Saluran pembuang kwarter Jumlah panjang Saluran pembuang kwarter 4)

tergantung pada kemiringan lahan. Persentase kemiringan rata-rata lahan dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah bangunan terjun tersebut. Bangunan lintasan Jumlah bangunan lintasan pada jaringan pembuang tingkat usahatani tergantung pada tataletak jaringan tingkat usahatani. Disarankan agar untuk perkiraan kasar sebaiknya digunakan jumlah yang sama seperti didalam jaringan pembawa, yaitu sebuah bangunan lintasan didalam 20 ha (1 buah/20ha). Bangunan pengumpul, bangunan pengeluaran dan kerjaan pelindung. Tergantung pada debit, tanah dan tataletak jaringan. Dari uraian di atas, misalnya, bila luas suatu daerah irigasi desa adalah 100 ha, dan kemiringan rata-rata lahan 5 %, maka jumlah pekerjaan teknis drainase
67

biasanya hampir sama dengan


Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

jumlah untuk
66

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

dengan menggunakan angka terbesar pokok-pokok tersebut diatas adalah sebagai berikut : 1) Saluran pembuang tersier = 35 m x 100 ha 3500 m 2). Saluran pembuang kwarter = 60 m x 100 ha 6000 m 3). Bangunan terjun = 5/2 x 100 4). Bangunan lintasan = buah 5). Bangunan pengumpul, bangunan pengeluaran, kerjaan pelindung tergantung pada keperluan. 1 x = 250 buah = 5 100 ha/20 = I. Umum =

Lampiran 10 STANDAR TEKNIS REHABILITASI PADA SALURAN/TALANG FEROSEMEN

Saluran/talang ferosemen digunakan sebagai salah satu bahan pelapisan untuk saluran tersier yang desain muka airnya lebih tinggi atau pada bangunan perlintasan yang strukturnya melintang dari aliran pada saluran air. Talang besi semen terdiri dari tiang penguat, kawat ayam dan adukan yang sangat tipis dari dasar kanal. Untuk itu, tingkat kualitas kontrol yang tinggi sangat diperlukan bagi pelaksana (kontraktor) dalam pemilihan bahan dan pabrikasi seperti dalam pemilihan bahan untuk kawat ayam dan jumlah yang tepat dalam pencampuran, pemeliharaan dan pemlesteran.

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

68

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

69

II.

Bahan-bahan 1. Semen Semen sebaiknya memenuhi ASTM C 150-85a dan ASTM C-595-85 atau standar yang setara dengan itu. 2. Pasir Pasir sebaiknya sesuai dengan syarat ASTM C 3386 atau standar yang sama dan butirannya kasar. Pasir harus bersih dan tidak tercampur dengan bahan kimia dan organik yang mengotori serta bebas dari lumpur dan tanah liat. Tingkatan pasir harus disesuaikan dengan 5. 4. 3. Air Air harus bersih, segar, dapat diminum dan bebas dari bahan organik, minyak, gula, klorida dan asam, pH air sebaiknya lebih dari ( >7 ), dan tidak mengandung air garam. Campuran (adonan) Bahan campuran digunakan untuk mengurangi permeabilitas dan memperbaiki tingkat kedap air. Campuran konvensional bisa mengurangi tingkat air yang tinggi harus sesuai dengan ASTM C 494-86. Tiang penguat Tiang penguat untuk besi semen terbuat dari tiang baja berdiameter 6 mm dengan kualitas yang baik. 6. Kawat Ayam Umumnya jenis dan ukuran dari kawat baja antara lain kawat besi berlapis seng, jalinan kawat ayam ataupun kawat bentuk jajaran genjang dapat digunakan. Semua kawat ayam harus sesuai dengan standar kualitas SII atau dengan standar
70
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

persentase pasir yang lolos berdasarkan berat : Ukuran lubang saringan Standar US No. 8 (2,36 mm) No. 16 (1,18 mm) No. 30 (0,60 mm) No. 50 (0,30 mm) No. 100 (0,15 mm)
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

Persentase pasir yang lolos berdasarkan berat 80 100 50 85 25 60 10 30 2 - 10

71

lain yang setara. Kawat ayam harus bebas dari bahan organik, lemak, minyak, korosi dan bahan lain yang mengurangi kekuatan adhesifnya. III. Pabrikasi 1. Umum Hal yang paling penting dari pabrikasi adalah tingkat pengendalian mutu yang tinggi. Kegiatannya meliputi menyiapkan dan memasukkan tahapan pabrikasi antara lain; tempat pabrikasi, metode pelatihan pabrikasi, sistem kualitas kontrol, sistem persediaan, metode transportasi, metode instalasi dan jadwal instalasi. Jadwal instalasi diajukan pada pengawas (ahli teknik) untuk mendapatkan persetujuan dalam waktu 30 hari sebelum dimulainya pabrikasi. 2. Pencampuran adukan (adonan) Pencampuran adukan dapat menggunakan

dan

alat

transportasi

pemuat

adukan

harus

dibersihkan dan bebas dari bahan yang mengotori. Adukan dicampur dalam jumlah yang sesuai untuk satu proses pemlesteran dan proses pengaturan suhu kembali.

Proporsi campuran ferosemen yaitu :


Rasio Semen Pasir (dalam berat) = 1 : 2

Air

dalam

proses

pencampuran

harus

tepat

beratnya untuk mengontrol rasio Rasionya yaitu :

air semen.

Rasio Air Semen (dalam berat) = 35% sampai dengan 50% Rasio air dan semen harus serendah mungkin dan slump tidak lebih dari 6 cm. Kepadatan adukan dibuat dengan menggunakan tes silinder 75 x 150 mm yang sesuai dengan ASTM C39-86.

pengaduk dengan mata pisau spiral atau kincir di dalam drum yang seimbang atau alat lain untuk mencampur adonan. Semua peralatan mengaduk
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

72

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

73

sesudah pemlesteran pertama. Penyelesaian harus 3. Pemasangan Tiang Baja dan Kawat Ayam Besi-semen harus dipasang sesuai dengan gambar atau arahan dari pengawas (Ahli Teknik). 5. Pemasangan tiang baja dan kawat harus diatur agar kuat. Pemasangan baja harus bersih dari debu, sisa cat, minyak atau bahan lain. Kawat harus dipasang dengan jarak sedekat mungkin. Pemasangan tiang harus dilas untuk menjaga bentuknya selama pemasangan adukan. Kawat ayam dijalin paling tidak 10 cm. 4. Pemasangan Adukan (Pemlesteran) Kegiatan ini dapat berupa menyiapkan dan menjamin bisa menutup seluruh permukaan besisemen sampai dengan kawat ayam yang terakhir. Perawatan/Pemeliharaan Pabrikasi semen-besi harus dijaga kelembabannya. Kontraktor harus melakukan sistem perawatan termasuk di dalamnya fasilitas dan metode operasi yang mendapatkan persetujuan dari Ahli Teknik. Metode pemeliharaan alat yang dianjurkan yang adalah akan

penggunaan

pengembunan

menahan kelembaban atau dengan penggunaan 2 lapis karung goni yang direndam dan dilapisi dengan sampai polyethylene. 4 jam Pembasahan dimulai 3 dan sesudah pemlesteran

mengajukan program pelatihan pabrikasi terutama penjelasan mengenai proses pemlesteran dengan tangan ke Ahli Teknik untuk mendapatkan pemlesteran. pencampuran. persetujuan dan harus bersih dari bahan yang mengotori dilakukan sebelum 1 jam dilakukan setelah Pemlesteran dengan tangan dan pemlesteran harus Penambahan plester harus dilakukan setelah 1 jam
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

pembasahan dilakukan selama paling sedikit 14 hari. Suhu harus dijaga agar tidak lebih dari 10 C.

74

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

75

Lampiran 11
ALOKASI KEGIATAN REHAB. JITUT TA. 2010
No 1 1 Prop/Kab 2 Prop. Jawa Barat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 2 Prop. Jawa Tengah 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 Bandung Bekasi Ciamis Cianjur Indramayu Karawang Kuningan Majalengka Purwakarta Subang Sumedang Tasikmalaya Kota Tasikmalaya Sukabumi Cirebon Bogor Bandung Barat Sragen Banjarnegara Sukoharjo Banyumas Pati Kudus Rembang Magelang Wonosobo Batang Kebumen Demak Jepara Semarang Klaten Temanggung Wonogiri Boyolali Karanganyar Pekalongan Blora Brebes Cilacap Grobogan Kendal Pemalang Purbalingga Tegal Kota Pekalongan Kota Semarang Kabupaten 3 Luas JITUT (Ha) 4 200 200 200 400 500 400 300 300 400 400 400 300 150 200 400 100 150 500 200 400 200 200 200 150 250 300 300 300 200 200 100 200 300 200 250 400 300 300 100 400 600 300 400 400 200 200 150 Keterangan 5

Prop. DIY

48 49 50 51

Sleman Bantul Gunung Kidul Kulon Progo Bangkalan Banyuwangi Blitar Bojonegoro Bondowoso Gresik Jember Jombang Kediri Lamongan Lumajang Madiun Magetan Malang Mojokerto Nganjuk Ngawi Pacitan Pamekasan Pasuruan Ponorogo Probolinggo Sampang Sidoarjo Situbondo Sumenep Trenggalek Tuban Tulungagung Aceh Selatan Aceh Singkil Aceh Tengah Aceh Tenggara Simeuleu Aceh Tamiang Bener Meriah

200 150 150 150 1.200 150 100 100 200 300 200 1.500 150 200 300 200 400 150 100 250 100 200 150 200 200 200 800 200 200 400 150 200 200 200 200 200 200 250 200 300

Prop. Jawa Timur

52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80

Prop. NAD

81 82 83 84 85 86 87

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

76

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

77

Prop. Sumatera Utara

88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107

Asahan Dairi Deli Serdang Tanah Karo Labuhan batu Utara Batu Bara Langkat Mandailing Natal Simalungun Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Kota Binjai Kota Pematang Siantar Kota Padang Sidempuan Pakpak barat Humbang Hasundutan Samosir Serdang Bedagai Padang Lawas Padang Lawas Utara Lima Puluh Kota Agam Padang Pariaman Pesisir Selatan Sawah Lunto Sijunjung Solok Tanah Datar Kota Bukit Tinggi Kota Padang Panjang Kota Padang Kota Payakumbuh Kota Sawahlunto Kota Solok Dharmas aya Solok Selatan Sijunjung Indragiri Hilir Indragiri Hulu Kampar Kuantan Singingi Pelelawan Rokan Hilir Rokan Hulu Siak Batanghari Kerinci Merangin Muaro Jambi Sarolangun Tebo Muaro Bungo

250 200 300 150 150 300 200 400 500 200 200 150 100 150 150 200 250 450 200 100 250 300 300 300 200 200 250 100 200 100 150 150 100 200 200 200 100 100 150 100 100 150 150 94 200 150 200 300 200 150 200

10

Prop. Sumatera Selatan

139 140 141 142 143 144 145

Lahat Musi Rawas Muara Enim Ogan Komering Ilir Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ulu Timur Empat Lawang Lampung Barat Lampung Tengah Lampung Utara Lampung Timur Tanggamus Tulang Bawang Way Kanan Mesuji Pring Sewu Pesawaran Bengkayang Sintang Kubu Raya Barito Selatan Barito Utara Kotawaringin Barat Kotawaringin Timur Sukamara Lamandau Gunung Mas Pulang Pisau Barito Timur Banjar Hulu Sungai Selatan Kotabaru Tabalong Tanah Laut Tapin Balangan Tanah Bumbu Kutai Timur Nunukan Paser Penajam Pasir Utara Bolaang Mongondow Minahasa Minahasa Selatan Minahasa Tenggara Minahasa Utara Kotamobago

300 200 150 50 150 250 150 200 300 250 300 250 100 100 100 100 300 150 150 200 200 100 100 100 200 150 50 150 500 200 200 200 150 150 150 150 150 150 100 250 250 200 150 150 300 100 100

11

Prop. Lampung

146 147 148 149 150 151 152 153 154 155

12

Prop. Kalimantan Barat

156 157 158

Prop. Sumatera Barat

108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123

13

Prop. Kalimantan Tengah

159 160 161 162 163 164 165 166 167

14

Prop.Kalimantan Selatan

168 169 170 171 172 173 174 175

Prop. Riau

124 125 126 127 128 129 130 131

15

Prop. Kalimantan Timur

176 177 178 179

Prop. Jambi

132 133 134 135 136 137 138

16

Prop. Sulawesi Utara

180 181 182 183 184 185

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

78

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

79

17

Prop. Sulawesi Tengah

186 187 188 189 190 191 192 193

Banggai Buol Toli-toli Donggala Morowali Poso Kota Palu Parigi Moutong Barru Bulukumba Enrekang Gowa Jeneponto Luwu Luwu Utara Maros Pangkep Pinrang Selayar Sidenreng Rappang Sinjai Soppeng Tana Toraja Wajo Kota Palopo Luwu Timur Buton Buton Utara Konawe Kolaka Muna Konawe Selatan Konawe Utara Bombana Kolaka Utara Kota Kendari Buru Seram Bagian Barat Maluku Tenggara Barat Maluku Barat Daya Badung Bangli Buleleng Gianyar Jembrana Karangasem Klungkung Tabanan

100 100 150 150 150 150 100 150 150 150 150 200 150 100 100 150 200 200 150 150 150 150 100 150 100 100 150 100 150 100 100 100 150 150 100 100 100 100 100 100 200 100 100 100 100 100 100 100

22

Prop. NTB

234 235 236 237 238 239 240 241

Bima Dompu Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Lombok Utara Sumbawa Sumbawa Barat Kupang Timor Tengah Utara Manggarai Sumba Barat Sumba Timur Rote-Ndao Manggarai Barat Ende Nagekeo Sumba Barat daya Jayapura Jayawijaya Puncak Jaya Kota Jayapura Bengkulu Selatan Bengkulu Utara Rejang Lebong Seluma Lebong Kepahiang Bengkulu Tengah Halmahera Timur Halmahera Selatan Halmahera Utara Lebak Pandeglang Serang Tangerang Bangka Selatan Bangka

100 100 200 100 200 100 100 100 150 100 200 100 200 100 200 200 200 100 100 100 100 100 100 300 100 400 1.000 200 100 100 100 100 300 100 100 200 100 100

18

Prop. Sulawesi Selatan

194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211

23

Prop. NTT

242 243 244 245 246 247 248 249 250 251

24

Prop. Papua

252 253 254 255

19

Prop.SulawesiTenggara

212 213 214 215 216 217 218 219 220 221

25

Prop. Bengkulu

256 257 258 259 260 261 262

20

Prop. Maluku

222 223 224 225

26

Maluku Utara

263 264 265

21

Prop. Bali

226 227 228 229 230 231 232 233

27

Prop. Banten

266 267 268 269

28

Prop. Bangka Belitung

270 271

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

80

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

81

29

Prop. Gorontalo

272 273 274 275 276 277

Boalemo Gorontalo Kota Gorontalo Pohuwato Bone Bolango Gorontalo Utara Sorong Manokwari Fak-fak Raja Empat Mamuju Majene Mamasa Mamuju Utara

100 150 220 200 300 100


No Prop/Kab 2 Prop. Jawa Barat 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 2 Prop. Jawa Tengah 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 3 Prop. DIY 40 41 42 Bandung Bekasi Ciamis Cianjur Garut Indramayu Karawang Kuningan Majalengka Purwakarta Subang Sumedang Tasikmalaya Sukabumi Cirebon Bogor Sragen Sukoharjo Banyumas Pati Kudus Rembang Magelang Wonosobo Batang Purworejo Temanggung Wonogiri Boyolali Karanganyar Pekalongan Blora Brebes Cilacap Grobogan Kendal Pemalang Purbalingga Tegal Sleman Bantul Kulon Progo Kabupaten 3 Luas JITUT (Ha) 4 200 200 200 200 100 200 200 150 150 300 390 150 200 200 200 200 150 250 200 150 300 150 200 150 200 300 200 300 200 150 200 250 100 200 250 200 200 300 100 150 150 100

Lampiran 12
ALOKASI KEGIATAN REHAB. JIDES TA. 2010

Keterangan 5

30

Prop. Papua Barat

278 279 280 281

150 100 100 50 100 250 100 100 57.164


1 1

31

Prop. Sulawesi Barat

282 283 284 285

JUMLAH SELURUH INDONESIA

0
Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

82

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

83

Prop. Jawa Timur

43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71

Bangkalan Banyuwangi Blitar Bojonegoro Bondowoso Gresik Jember Jombang Kediri Lamongan Lumajang Madiun Magetan Malang Mojokerto Nganjuk Ngawi Pacitan Pamekasan Pasuruan Ponorogo Probolinggo Sampang Sidoarjo Situbondo Sumenep Trenggalek Tuban Tulungagung Aceh Selatan Aceh Tengah Simeuleu Aceh Tamiang Asahan Dairi Deli Serdang Tanah Karo Labuhan Batu Labuhan Batu Selatan Batu Bara Langkat Mandailing Natal Simalungun Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Kota Pematang Siantar Kota Padang Sidempuan Pak pak Barat Humbang Hasundutan Samosir Serdang Bedagai Padang Lawas Padang Lawas Utara

1.200 100 100 200 100 200 150 900 100 200 300 200 300 150 110 250 100 200 200 100 200 100 500 200 200 300 150 200 250 200 200 150 200 200 200 200 150 250 250 200 250 400 250 150 150 150 100 150 150 250 150 350 150 150

Prop. Sumatera Barat

97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112

Lima Puluh Kota Agam Padang Pariaman Pesisir Selatan Sawah Lunto Sijunjung Solok Tanah Datar Kota Bukit Tinggi Kota Padang Panjang Kota Padang Kota Payakumbuh Kota Sawahlunto Kota Solok Dharmas Raya Solok Selatan Sijunjung Batanghari Kerinci Merangin Muaro Jambi Sarolangun Tebo Muara Bungo Lahat Muara Enim Ogan Komering Ulu Kota Lubuk Linggau Ogan Komering Ulu Timur Ogan Ilir Empat Lawang Lampung Barat Lampung Tengah Lampung Timur Tanggamus Tulang Bawang Mesuji Pring Sewu Pesawaran Landak Pontianak Sanggau Sintang Kubu Raya

250 300 250 300 200 250 200 100 100 100 100 100 100 200 200 150 150 120 200 200 200 200 150 400 200 150 100 200 100 200 250 200 250 250 150 100 100 100 100 150 150 150 200

Prop. Jambi

113 114 115 116 117 118 119

Prop. NAD

72 73 74 75

Prop. Sumatera Selatan

120 121 122 123 124 125 126

Prop. Sumatera Utara

76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96

10

Prop. Lampung

127 128 129 130 131 132 133 134

11

Kalimantan Barat

135 136 137 138 139

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

84

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

85

12

Kalimantan Tengah

140 141

Barito Utara Gunung Mas Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Kotabaru Tabalong Tanah Laut Tapin Balangan Tanah Bumbu Bulungan Kutai Timur Nunukan Kota Balikpapan Penajam Pasir Utara Bolaang Mongondow Minahasa Minahasa Selatan Minahasa Tenggara Kep. Talaud Minahasa Utara Kotamobago Banggai Toli-toli Donggala Poso Kota Palu Parigi Moutong Tojo Una-una Bantaeng Barru Bulukumba Enrekang Gowa Jeneponto Luwu Luwu Utara Maros Pangkep Pinrang Selayar Sidenreng Rappang Sinjai Soppeng Tana Toraja Wajo Luwu Timur Toraja Utara Kota Palopo

100 50 250 100 200 100 150 150 150 150 200 350 100 50 150 150 150 150 200 100 150 100 150 150 200 150 100 150 200 300 150 150 100 160 150 200 270 150 200 150 100 100 200 150 200 150 100 140 150

18

Sulawesi Tenggara

189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199

Buton Buton Utara Konawe Kolaka Muna Konawe Selatan Konawe Utara Bombana Wakatobi Kolaka Utara Kota Kendari Buru Seram Bagian Barat Maluku Tenggara Barat Maluku Barat Daya Badung Bangli Buleleng Gianyar Jembrana Karangasem Klungkung Tabanan Bima Dompu Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Lombok Utara Sumbawa Sumbawa Barat Alor Sumba Barat Sumba Timur Rote-Ndao Manggarai Barat Ende Nagekeo Sikka Flores Timur Sumba Barat Daya Manggarai Timur

100 100 150 150 100 150 150 150 60 100 150 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 150 100 100 200 50 100 150 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 200

13

Kalimantan Selatan

142 143 144 145 146 147 148 149

14

Kalimantan Timur

150 151 152 153 154

19

Maluku

200 201 202 203

15

Sulawesi Utara

155 156 157 158 159 160 161

20

Bali

204 205 206 207 208 209 210 211

16

Sulawesi Tengah

162 163 164 165 166 167 168

21

NTB

212 213 214 215 216 217 218 219

17

Sulawesi Selatan

169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188

22

NTT

220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

86

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

87

23

Papua

231 232 233

Jayawijaya Puncak Jaya Kota Jayapura Bengkulu Selatan Rejang Lebong Seluma Muko-muko Lebong Kepahiang Bengkulu Tengah Halmahera Tengah Halmahera Timur Halmahera Selatan Halmahera Utara Lebak Pandeglang Serang Bangka Selatan Boalemo Gorontalo Kota Gorontalo Pohuwato Bone Bolango Gorontalo Utara Sorong Fak Fak Raja Empat Sorong Selatan Mamuju Mamasa Mamaju Utara

100 100 100 200 100 150 300 500 200 100 100 100 50 100 100 200 300 100 100 150 100 200 101 100 150 100 50 100 100 100 100 44.901

24

Bengkulu

234 235 236 237 238 239 240

25

Maluku Utara

241 242 243 244

26

Banten

245 246 247

27 28

Bangka Belitung Gorontalo

248 249 250 251 252 253 254

29

Papua Barat

255 256 257 258

30

Sulawesi Barat

259 260 261

JUMLAH SELURUH INDONESIA

Pedoman Teknis Rehabilitasi JIDES/JITUT - 2010

88

You might also like