You are on page 1of 4

TUGAS PSIKOLOGI KEPRIBADIAN Kelompok Kurt Goldstein (Teori Organismik)

Nama Kelompok : 1. Jhonatan Octosa Napitupulu (1511409071) 2. Murti Mujamiasih (1511409072) 3. Vitria Lilian Purba (1511409073) 4. Moh. Zulfa Noor Ilmi (1511409074) 5. Hana Nur Afifah (1550406016) 6. Nurul Huda (1550406031) 7. Yudi Prasetyo (1550407086)

Dosen Pengampu : Dyah Indah Noviyani S.Psi, M.Psi. Tugas Diberikan Tanggal : 15 Maret 2011

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2011

KASUS Anak laki-laki berusia 11 tahun yang disebut idiot savant (cendikiawan yang idiot) (Shreerer, Rothman dan Goldstein). Walaupun dalam beberapa hal ini nyata-nyata lemah secara intelektual, namun ia dapat mengerjakan soal-soal hitungan secara menakjubkan. Kalau diberitahu tanggal kelahiran seseorang, ia dapat mengatakan dengan cepat tanggal kelahiran tersebut jatuh pada hari apa pada tahun berapa. Ia juga disebut sebagai seorang genius dibidang musik, karena ia dapat mengulangi setiap lagu yang didengarnya pada piano. Akan tetapi sesungguhnya, suatu analisis yang lebih cermat tentang tingkah lakunya mengungkapkan bahwa perhitungan kilatnya dan bakatnya dibidang musik itu semata-mata merupakan reproduksi mekanis. Tak ada sesuatu yang kreatif disana. Berbekal kemampuan menghitung dan bermain dengan telinga yang merupakan bawaan sejak lahir, maka ia akan memusatkan seluruh energinya untuk mengaktualisasikan kedua potensi ini. Sejak masih sangat kecil ia belajar bahwa inilah cara-cara yang memuaskan untuk menyesuaikan diri dengan dunia, maka kedua cara itu menjadi perbuatan yang disukainya. Secara praktis ia tidak memiliki kemampuan untuk menangani lambang-lambang, konsepkonsep, kata-kata, bentuk-bentuk dan abstraksi-abstraksi yang lain. Hubungan-hubungan sosialnya sebenarnya tidak ada, walaupun ia telah belajar untuk mengucapkan kata-kata sopan santun secara otomatis. Semua kekurangannya ini bersumber pada cacat dalam sikap abstraknya. Para penulis menyimpulkan bahwa konsep tentang sikap abstrak merupakan frame of reference metodologis, untuk memahami simtom-simtom ini dari segi pandangan yang utuh.

KASUS II Contoh lain yang dilakukan oleh goldstein adalah pengamatan atas kasus seorang laki laki setengah baya yang menderita cedera otak. Laki laki ini dirawat di ruah sakit, tinkah lakunya sehari hari dan juga performansinya diamati dan dicatat. Ia dapat menemukan dengan mudah jalan di sekitar ruah sakit tetapi kemampuannya ini tergantung pada pengenalan atas benda benda yang agak kongkret, bukan pada frae of reference yang uu. Misal, ia mengenal kamar testing karena kamar itu menmpunyai tiga jendela tidak seperti kamar lainnya. Akan tetapi ia harus membuka terlebih dahulu pintu kamar sebelum menemukan kamar yang tepat karena ia tidak memiliki orientasi ruang yang menunjukkan kamar tersebut. ia belajar mengikuti pasien pasien lain ke toko tempat ia bekerja dan ruang makan, tetapi kalau terpisah dari mereka maka ia akan tersesat. Ia dapat mengenali kamar tidurnya sendiri karena ia sudah memasangi tali pada salah satu kaki tempat tidurnya. Ia biasanya suka bergaul dan ramah ketika berada dengan orang lain, tetapi tidak pernah memperlihatkan suatu bentuk persahabatan yang tetap kepada orang lain. Alasannya adalah karena ia tidak dapat mengingat atau mengenali orang yang sama dari hari ke hari. Ketidakmampuannya berhubungan debgan orang lain ini disebabkan karena ketidakmampuannya mengenali sifat sifat yang dapat diingat, bukan karena tidak menyukai hubungan sosial atau tidak mau bergaul. Ia sangat sulit mendengarkan orang lain membacakan atau mengisahkan suatu cerita, bukan karena ia susah meusatkan perhatian atau karena kurang memahami, melainkan karena ia tidak dapat membedakan antara kenyataan dan fiksi. Ia juga tidak dapat memahami apa yang dimaksud dengan masa lampau, masa sekarang dan masa yang akan datang. Pernah kepadanya diperlihatkan sebuah gabar binatang dan ia diinta menyebutkan binatang apakah itu. Ketika ia tidak dapat memutuskan apakah itu anjing atau kuda, aka ia langsung berbicara pada gambar itu, katanya apakah anda seekor kuda?. Ia tidak dapat memahai prinsip kerja cermin ketika, namun ketika cerin itu diperlihatkan kepadanya ia berlaku dengan tepat ketika diberi sisir. Ia mengambil sisir itu dan menyisir rambutnya. Tingkah laku ini menunjukkan bahwa penderita tidak memiliki pengertian abstrak tentang cermin itu tetapi ia mengetahui bagaimana memakainya untuk melaksanakan tugas yang kongkret.

Analisis kasus. Analsis terperinci mengenai kerusakan sikap abstrak yang disebabkan oleh luka pada lobus frontalis menunjukkan kekurangan sebagai berikut : 1. Pasien tidak dapat memisahkan dunia luar dari dunia dalam (pengalaman batin). Misalanya, pasien tidak dapat disuruh mengulang kalimat matahari bersinar bila di luar sungguh datang hujan. 2. Tidak dapat mengerjakan sesuatu dengan sengaja dan sadar. Ex: tidak dapat disuruh menyetel jarum jarum arloji pada jam tertentu, meskipun mereka dapat mengetahui jam berapa pada waktu disuruh membaca arloji. 3. Mereka tidak mempunyai pengertian tentang hubungan hubungan ruang. 4. Mereka tidak dapat beralih dari satu tugas ke tugas lain 5. Mereka tidak dapat mengingat perbedaan. 6. Mereka kurang mampu bereaksi terhadap suatu keseluruhan yang teratur, enguraikan keseluruhan ke dala bagian bagian, serta menyintesiskannya kembali. 7. Mereka tidak dapat mengabstraksikan sifat sifat umum dari serangkaian benda benda atau meneukan hubungan hubungan bagian keseluruhan. 8. Tidak dapat merencanakan sesuatu sebelumnya atau berpikir secara simbolis.

You might also like