Professional Documents
Culture Documents
Lintah dan pacet adalah hewan yang tergabung dalam filum Annelida subkelas Hirudinea. Terdapat jenis lintah yang dapat hidup di daratan, air tawar, dan laut. Seperti halnya kerabatnya, Oligochaeta, mereka memiliki klitelum. Seperti cacing tanah, lintah juga hermaprodit (berkelamin ganda). Lintah obat Eropa, Hirudo medicinalis, telah sejak lama dimanfaatkan untuk pengeluaran darah (plebotomi) secara medis. Lintah dibedakan dari pacet bukan berdasarkan taksonomi, tetapi lebih pada habitat kesukaannya. Lintah sehari-hari hidup di air, sedangkan pacet sehari-harinya melekat pada daun atau batang pohon (di luar air). Semua spesies lintah adalah karnivora. Beberapa merupakan predator, mendapat makanan dari berbagai jenis invertebrata seperti cacing, siput, atau larva serangga. Bekicot atau Achatina fulica[2] adalah siput darat yang tergolong dalam suku Achatinidae. Berasal dari Afrika Timur dan menyebar ke hampir semua penjuru dunia akibat terbawa dalam perdagangan, moluska ini sekarang menjadi salah satu spesies invasif terburuk di bumi[3], sehingga beberapa negara bahkan melarang pemeliharaannya sebagai hewan
kesayangan/timangan[4] termasuk Amerika Serikat. Hewan ini mudah dipelihara dan di beberapa tempat bahkan dikonsumsi, termasuk di Indonesia. Meskipun berpotensi membawa parasit, bekicot yang dipelihara biasanya bebas dari parasit. Saat ini diketahui ada tiga subspesies bekicot:
Achatina fulica rodatzi Dunker, 1852 Achatina fulica sinistrosa Grateloup, 1840 Achatina fulica umbilicata Nevill, 1879
Bekicot
Achatina fulica di Bali
(tidak termasuk) clade Heterobranchia informal group Pulmonata clade Eupulmonata clade Stylommatophora informal group Sigmurethra Superfamili: Famili: Upafamili: Genus: Upagenus: Spesies: Achatinoidea Achatinidae Achatininae Achatina Lissachatina A. fulica
4 Votes
BAB I PENDAHULUAN Mollusca merupakan hewan yang mempunyai ciri bertubuh lunak. Tubuhnya bersimetri bilateral, pada anterior terdapat kepala, kaki terletak di ventral dan bagian dorsal berisi organ visceral. Memiliki kepala yang jelas dengan organ reseptor kepala yang bersifat khusus, dinding tubuh tebal dan berotot, mempunyai mantel atau pallium yang berfungsi untuk mensekresi cangkang dan melingkupi rongga mantel yang di dalamnya berisi insang. Habitatnya mulai dari laut sampai garis pasang surut tertinggi. Sifat hidupnya bebas dan ada yang bersifat parasit pada organisme lain. Adapun hewan yang termasuk dalam filum ini antara lain remis, tiram, cumi-cumi, oktopus dan siput. Menurut para ahli, filum mollusca ini dapat dibedakan dalam beberap kelas, yaitu Aplacophora, Monoplacophora, Polyplacopora, Schapopoda, Gastropoda, Bivalvia dan Cephalopoda. Untuk lebih memahami Mollusca, dalam laporan ini saya membahas tentang pengamatan morfologi dan anatomi pada cumi-cumi (Loligo sp) yang termasuk dalam kelas Cephalopoda dari filum Mollusca. 1.1 Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari morfologi dan anatomi tubuh cumi-cumi (Loligo sp). 1.2 Kajian Teori Cephalopoda merupakan salah satu kelas yang terdapat dalam filum Mollusca. Di dalamnya mencakup semua gurita, cumi-cumi, dan sotong. Namanya berasal dari bahasa Yunani, yaitu cephal yang berarti kepala dan poda yang berarti alat gerak. Jadi, cephalopoda adalah kaki yang bergabung di kepala dengan bentuk tangan/sifon. Ciri khas hewan ini memiliki tentakel di sekitar kepalanya, yang berfungsi seperti tungkai (lengan dan kaki). Ilmu yang mempelajari Cephalopoda disebut sebagai teutologi (theutology, ilmu mengenai cumi-cumi), dan merupakan cabang dari malakologi. Hidup Cephalopoda seluruhnya di laut dan secara umum lebih aktif dari mollusca lain, pergerakannya dilakukan dengan merayap atau berenang di dasar laut secara cepat dengan menekan dinding tubuh untuk menghasilkan gerakan meluncur dan menyemprotkan air melalui sifon, sedangkan tentakel dan tangan digunakan untuk mencari makan. Makananya berupa kepiting atau invertebrata lainnya. Sebagai hewan pemangsa, hampir semua Cephalopoda bergerak cepat dengan berenang. Umumnya Cephalopoda memiliki organ pertahanan berupa kantong tinta, kecuali Nautilus. Kantong tinta berisikan cairan seperti tinta berwarna coklat atau hitam yang terletak di ventral tubuhnya. Tinta ini akan di keluarkan jika hewan ini merasa terancam dengan cara menyemburkannya. Untuk melindungi dirinya dari serangan musuh, Cephalopoda dapat mengubah warna tubuh sesuai warna lingkungan. Hal ini dimungkinkan
karena pada kulit terdapat pembawa warna atau kromatofora. Cephalopoda memiliki sistem saraf yang berpusat di kepalanya menyerupai otak. Chalopoda bernapas dengan insang dan memiliki organ indera serta sistem saraf yang berkembang baik. Di dalam mulutnya terdapat radula. Ukuran tubuhnya bervariasi, dari beberapa centimeter hingga puluhan meter. Kecuali Nautilus, semua anggota tubuh Cephalopoda tidak terlindungi oleh cangkang. Untuk reproduksi hewan ini berlangsung secara seksual. Cephalopoda memiliki organ reproduksi berumah dua (dioseus). Pembuahan berlangsung secara internal dan menghasilkan telur. Pada dasarnya kelas Cephalopoda dapat dibedakan menjadi dua sub kelas berdasar perbedaan jumlah dan bentuk tentakel. Subkelas Coleidea terdiri atas cumi-cumi, sotong, dan oktopus yang kesemuanya memiliki 8 tangan dengan batil isap pada permukaan dalam tangan. Subkelas kedua adalah Nautiloidea, termasuk Nautilus. Hewan ini mempunyai lebih dari 90 tentakel tanpa batil isap dan tiap tentakel dapat ditarik masuk ke dalam sarungnya. Berikut akan dibahas lebih jauh tentang Cephalopoda pada hewan cumi-cumi (Loligo sp). Secara morfologi, tubuh cumi relatif panjang, langsing dan bagian belakang meruncing (rhomboidal). Tubuh cumi-cumi dibedakan atas kepala, leher dan badan. Kepala terletak di bagaian ventral serta memiliki dua mata yang besar dan tidak berkelopak, berfungsi sebagai alat untuk melihat. Leher pendek dan badan berbentuk tabung dengan sirip lateral berbentuk segitiga di setiap sisinya. Pada kepala terdapat mulut yang dikelilingi oleh empat pasang tangan dan sepasang tentakel (8 tangan dan 2 tentakel panjang). Pada permukaan dalam tangan dan tentakel terdapat batil isap yang berbentuk mangkok terletak pada ujung tentakel. Gigi khitin atau kait terletak pada tepi batil isap untuk memperkuat melekatnya mangsa yang diperolehnya. Di posterior kepala terdapat sifon atau corong berotot yang berfungsi sebagai kemudi. Jika ia ingin bergerak ke belakang, sifon akan menyemburkan air ke arah depan, sehingga tubuhnya bertolak ke belakang. Sedangkan gerakan maju ke depan menggunakan sirip dan tentakelnya. Di bagian perut, tepatnya sebelah sifon akan ditemukan cairan tinta berwarna hitam yang mengandung pigmen melanin. Fungsinya untuk melindungi diri. Jika dalam keadaan bahaya cumi-cumi menyemprotkan tinta hitam ke luar sehingga air menjadi keruh. Pada saat itu cumi-cumi dapat meloloskan diri dari lawan. Sedangkan pada anterior badan terdapat endoskeleton. Sistem skeletal terdiri atas endoskeleton yang berbentuk pen atau bulu dan beberapa tulang rawan. Beberapa tulang rawan tersebut membentuk artikulasi untuk sifon dan mantel, yang lain melindungi ganglia dan menyokong mata. Endoskeleton yang berbentuk pen tersebut homolog dengan cangkang pada Mollusca lain. Pada Loligo endoskeleton tersebut (cangkang) terletak di dalam rongga mantel berwarna putih transparan, tipis dan terbuat dari bahan kitin. Mantel berwarna putih dengan bintik-bintik merah ungu sampai kehitaman dan diselubungi selaput tipis berlendir. Adapun secara anatomi, organ respirasi cumi terdiri atas sepasang insang berbentuk bulu yang terdapat di rongga mantel. Prosesnya, air keluar masuk melalui tepi lingkaran ujung badan. Kontraksi dan relaksasi mantel menyebabkan sirkulasi air dalam rongga mantel sehingga terjadi pertukaran gas. Filamen insang disuplai oleh kapiler-kapiler darah. Darah mengandung pigmen repirasi yaitu hemocyanin. Sistem pembuluh darah berkembang baik dan sistem peredaran darahnya terdiri dari jantung sistematik, aorta, dan arteri bersifat ganda dan tertutup, jadi darah seluruhnya mengalir di dalam pembuluh darah.
Alat ekskresinya berupa dua ginjal atau nefridia berbentuk segitiga berwarna putih yang berfungsi menapis cairan dari ruang perikardium dan membuangnya ke dalam rongga mantel melalui lubang yang terletak di sisi usus. Organ pencernaan terdiri atas mulut yang mengandung radula dan dua rahang yang terbuat dari kitin dan berbentuk seperti paruh burung betet. Gerak kedua rahang tersebut dikarenakan kontraksi otot. Selanjutnya makanan di bawa ke esofagus, lambung, usus, rektum dan anus yang bermuara dalam rongga mantel. Pencernaan dilengkapi dengan dua kelenjar ludah (di masa bukal) dan di dekat ujung anterior hati, digunakan untuk mensekresikan racun di daerah rahang. Selain itu juga memiliki kelenjar pencernaan yaitu kelenjar hati pada anterior dan pankreas di posterior. Makanan cumi-cumi berupa ikan, udang dan Mollusca lainnya. Sistem saraf terdiri atas tiga pasang ganglion dan saraf. Ganglion serebral, pedal, viseral, suprabukal, infrabukal dan optik terletak di kepala. Indera sensoris juga sangat berkembang dan dilengkapi dengan mata, dua statosis pada masing-masing lateral kepala sebagai organ keseimbangan dan organ pembau. Sistem reproduksi cumi-cumi dilakukan secara kawin. Hewan ini umumnya memijah satu kali dan biasanya mati setelah melakukan reproduksi. Alat kelaminnya terpisah (diosius), masingmasing alat kelamin terdapat di dekat ujung rongga mantel dengan saluran yang terbuka ke arah corong sifon. Pada saat kopulasi spermatofor jantan dimasukkan ke dalam rongga mantel betina dengan pertolongan hektokotikulus (modifikasi ujung tangan kiri ke-5 jantan) yang berbentuk seperti sisir. Cumi-cumi betina menghasilkan telur yang akan dibuahi di dalam rongga mentel. Kemudian, telur yang sudah dibuahi dibungkus dengan kapsul dari bahan gelatin, panjang dan berlubang pada ujung-ujungnya. Telur yang menetas menghasilkan cumi-cumi muda berukuran kecil. Hewan ini tidak memiliki stadium larva, embrio setelah lepas menjadi cumi kecil yang dapat berenang bebas. Cumi-cumi bersifat kosmopolit, hidup berkelompok di perairan bagian atas. Hewan ini aktif berburu mangsa yang berupa ikan-ikan kecil dan crustacea pada malam hari. Bila merasa terancam mereka akan berenang mundur dengan cepat atau menyemburkan tinta berwarna hitam kecoklat-coklatan. Hewan ini banyak diperjualbelikan, selain rasanya enak cumi-cumi merupakan sumber protein hewani yang kaya akan protein. 1.3 Metode Penelitian 1.3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 12 Januari 2010 bertempat di laboratorium biologi Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka. 1.3.2 Alat dan Bahan 1. Cumi-cumi segar ukuran sedang 2. Baki lilin/papan lilin 3. Peralatan bedah 4. Kaca objek 5. Mikroskop 6. Baskom 7. Alat tulis
1.3.3 Cara Kerja Morfologi: 1. Menyiapkan seekor cumi-cumi yang sudah mati dan masih segar. 2. Meletakkan cumi-cumi pada baki lilin. 3. Menentukan bagian dorsal, ventral, anterior dan posterior. 4. Menggambar cumi dan memberi keterangan selengkap mungkin. 5. Menentukan jenis kelamin. Anatomi: 1. Meletakkan cumi pada baki lilin/papan bedah dengan sisi posterior menghadap ke atas. 2. Memotong cumi secara hati-hati dengan menggunakan gunting kemudian membedah bagian tengah posterior mantel dari ujung ventral sampai dorsal, lalu menyibakkan kedua sisi mantel sampai terlihat struktur anatomi dalamnya. 3. Menggambar struktur anatomi cumi dan memberi keterangan lengkap. 4. Setelah itu membersihkan tinta pada cumi secara hati-hati pada air kran yang mengalir, lalu mengeluarkan cangkang yang terdapat pada bagian tip of pen dengan menariknya secara hatihati. 5. Menggambar cangkang. 6. Mengambil satu batil isap pada pasangan lengannya dengan menggunakan pinset kemudian melihat batil dengan mikroskop lalu menggambar batil isap tersebut. 7. Menentukan struktur batil isap yang dilihat dan menentukan spesiesnya dengan mencocokkan pada petunjuk gambar. BAB II HASIL DAN PEMBAHASAN 2.1 Hasil Penelitian Berikut adalah hasil penelitian dari morfologi cumi-cumi. Adapun hasil penelitian dari anatomi cumi-cumi yang telah dibedah sebagai berikut: 2.2 Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang didapat, diketahui bahwa cumi-cumi mempunyai morfologi dengan ciri-ciri: Tubuh panjang, langsing dan bagian belakang meruncing (rhomboidal). Terdiri atas kepala, leher dan badan. Kepala memiliki dua mata besar dan tidak berkelopak, Leher pendek dan badan berbentuk tabung mempunyai sirip di setiap sisinya. Pada kepala terdapat 8 tangan dan 2 tentakel panjang yang ujungnya terdapat batil isap. Di posterior kepala terdapat sifon atau corong berotot yang berfungsi sebagai kemudi. Di bagian perut, terdapat cairan tinta berwarna hitam yang mengandung pigmen melanin. Pada anterior badan terdapat endoskeleton yang berbentuk pen atau bulu. Endoskeleton tersebut (cangkang) terletak di dalam rongga mantel berwarna putih transparan, tipis dan terbuat dari bahan kitin. Mantel berwarna putih dengan bintik-bintik merah ungu sampai kehitaman dan diselubungi selaput tipis berlendir. Cumi-cumi yang diteliti merupakan cumi berjenis kelamin betina, karena terdapat telur pada saat cumi dibedah. Sedangkan secara anatomi, dari hasil penelitian terdapat beberapa organ seperti sifon, katup sifon, cangkang (endoskeleton), telur, oviduk, articulating ridge, kantung tinta, integument dll.
Berdasarkan struktur batil isapnya, cumi yang di bedah termasuk dalam spesies Loligo devaucelli. BAB III KESIMPULAN Berdasarkan hasil kesimpulan yang telah diteliti dapat disimpulkan bahwa cumi-cumi (Loligo sp) merupakan hewan yang bertubuh lunak dan termasuk kedalam filum Mollusca kelas Cephalopoda. Hewan ini mempunyai kaki yang terdapat di kepala dengan bentuk tangan dan tentakel . Memiliki delapan tangan dan dua tentakel yang mempunyai batil isap pada ujungnya serta mempunyai cangkang yang terletak di dalam mantel berwarna putih transparan berbentuk pena terbuat dari kitin. Serta mempunyai kantung tinta sebagai alat pertahanan. Secara anatomi, alat pencernaan cumi-cumi terdiri atas mulut, esofagus, lambung, usus, rektum dan anus. Sistem pencernaan dilengkapi kelenjar pencernaan yaitu kelenjar ludah, hati, dan pankreas. Sistem pembuluh darah cumi-cumi adalah sistem pembuluh darah tertutup. Hewan ini bernafas dengan insang yang terdapat di rongga mantel. Ekskresi dilakukan dengan ginjal berupa nefridium yang terletak di sebelah jantung. Reproduksi terjadi secara seksual dengan fertilisasi internal. Alat reproduksinya terpisah, masing-masing dengan gonad yang terletak dekat ujung rongga mantel. Sistem saraf terdiri atas tiga pasang ganglion. Indera sensoris dilengkapi dengan dua stasista dan alat pembau.
Octopus The Common Octopus, Octopus vulgaris. Scientific classification Kingdom: Animalia Phylum: Mollusca Class: Cephalopoda Superorder: Octopodiformes Order: Octopoda Leach, 1818[1] Suborders
Cirrina Incirrina
Synonyms
Octopoida
Leach, 1817
[2]
Autoklaf adalah alat pemanas tertutup yang digunakan untuk mensterilisasi suatu benda menggunakan uap bersuhu dan bertekanan tinggi (1210C, 15 lbs) selama kurang lebih 15 menit.[1][2] Penurunan tekanan pada autoklaf tidak dimaksudkan untuk membunuh mikroorganisme, melainkan meningkatkan suhu dalam autoklaf[1]. Suhu yang tinggi inilah yang akan membunuh microorganisme[1]. Autoklaf terutama ditujukan untuk membunuh endospora, yaitu sel resisten yang diproduksi oleh bakteri, sel ini tahan terhadap pemanasan, kekeringan, dan antibiotik[1]. Pada spesies yang sama, endospora dapat bertahan pada kondisi lingkungan yang dapat membunuh sel vegetatif bakteri tersebut[1]. Endospora dapat dibunuh pada suhu 100 C, yang merupakan titik didih air pada tekanan atmosfer normal[1]. Pada suhu 121 C, endospora dapat dibunuh dalam waktu 4-5 menit, dimana sel vegetatif bakteri dapat dibunuh hanya dalam waktu 6-30 detik pada suhu 65 C[1]. Perhitungan waktu sterilisasi autoklaf dimulai ketika suhu di dalam autoklaf mencapai 121 C[3]. Jika objek yang disterilisasi cukup tebal atau banyak, transfer panas pada bagian dalam autoklaf akan melambat, sehingga terjadi perpanjangan waktu pemanasan total untuk memastikan bahwa semua objek bersuhu 121 C untuk waktu 10-15 menit[1]. Perpanjangan waktu juga dibutuhkan ketika cairan dalam volume besar akan diautoklaf karena volume yang besar membutuhkan waktu yang lebih lama untuk mencapai suhu sterilisasi[1]. Performa autoklaf diuji dengan indicator biologi, contohnya Bacillus stearothermophilus[4][5] .
Daftar isi
[sembunyikan]
1 Jenis-jenis o 1.1 Gravity Displacement Autoclave o 1.2 Prevacuum atau High Vacuum Autoclave 2 Lihat Pula 3 Referensi
[sunting] Jenis-jenis
Terdapat tiga jenis autoklaf, yaitu gravity displacement, prevacuum atau high vacuum, dan steam-flush pressure-pulse[3]. Perbedaan ketiga jenis autoklaf ini terletak pada bagaimana udara dihilangkan dari dalam autoklaf selama proses sterilisasi[3].
1 komentar:
Anonim mengatakan...
Clock
Asmaul Husna
Calender Pengunjung
We offer a wide range of free services and information sites for you please visit some of our free websites.
Arsip
Perbedaan Drosophila melanogaster (lalat buah) jantan dan betina Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H Pola Pengembangan Paragraf
Hubungan Antar Spesies Ekologi Kekentalan Jenis Zat Cair Teknik Dasar Permainan Sepak Bola Kalimat Mayor dan Minor METODE MEMBACA BUKU Teknik Isolasi Media Kesetaraan Kalor Listrik PLASMOLISIS PENDIDIKAN IPA YANG BERORIENTASI PADA PESERTA DIDIK DENGAN WAWASAN LINGKUNGAN Permainan Sepak Bola Cathode Ray Oscilloscope (CRO) LAJU REAKSI Lempar Cakram Keanekaragaman Hewan Pengenalan alat dan teknik Sterilisasi CONTOH KEANEKARAGAMAN INTRA SPESIES Laporan Praktikum Fotosintesis (Sachs dan Ingenhousz) Praktikum Pembelahan Mitosis Pendidikan IPA yang Berwawasan Lingkungan
SIfat Keelektronegatifan Drosophila melanogaster (Lalat Buah) PERMUKAAN DAUN PLANTS TEROPONG STRUKTUR TUMBUHAN MONOKOTIL & DIKOTIL Merancang Termometer
Labels
Bahasa (3) Biologi (14) English (1) Fisika (5) Kimia (2) laen2 (1) Makalah (2) Orkes (3)
Chat networkedblogs
Powered by
Translate
Blog Archive
2010 (31) o September (7) Perbedaan Drosophila melanogaster (lalat buah) jan... Selamat Hari Raya Idul Fitri 1431 H Pola Pengembangan Paragraf Hubungan Antar Spesies Ekologi Kekentalan Jenis Zat Cair Teknik Dasar Permainan Sepak Bola o Agustus (5) Kalimat Mayor dan Minor METODE MEMBACA BUKU Teknik Isolasi Media Kesetaraan Kalor Listrik o Juni (4) PLASMOLISIS PENDIDIKAN IPA YANG BERORIENTASI PADA PESERTA DIDI... Permainan Sepak Bola Cathode Ray Oscilloscope (CRO) o Mei (12) LAJU REAKSI Lempar Cakram Keanekaragaman Hewan Pengenalan alat dan teknik Sterilisasi CONTOH KEANEKARAGAMAN INTRA SPESIES Laporan Praktikum Fotosintesis (Sachs dan Ingenhou... Praktikum Pembelahan Mitosis Pendidikan IPA yang Berwawasan Lingkungan SIfat Keelektronegatifan Drosophila melanogaster (Lalat Buah) PERMUKAAN DAUN PLANTS o April (2) TEROPONG
Feedjit
Feedjit Live Blog Stats