You are on page 1of 13

TUGAS INDIVIDU

BLOK GERIODONTOLOGI

MODUL 3
KERUSAKAN JARINGAN KERAS GIGI PADA MANULA

TUTOR : DRG . ERI H JUBHARI ST . AISYAH NOVIYANTI J 111 09 142 KELOMPOK 6

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2012

Kata Kunci 1. Ibu usia 65 tahun 2. Kontrol rutin kesehatan gigi 3. GTSL pada gigi 36 dan 46 4. Pada gigi 45 ditemukan defek servikal berwarna kecoklatan dan lunak 5. Pada gigi 14 ditemukan defek servikal yang dangkal 6. Pasien menginginkan optimalisasi kesehatan giginya 7. Memiliki kelainan sistemik 8. Tekanan darah tinggi terkontrol

Pertanyaan penting 1. Jelaskan epidemiologi penyakit jaringan keras gigi pada manula ! 2. Jelaskan perubahan-perubahan morfologi dan fisiologi jaringan keras gigi pada manula ! 3. Jelaskan kelainan-kelainan jaringan keras gigi pada manula! 4. Apa dampak jika tekanan darah tinggi tidak terkontrol terhadap kesehatan gigi manula? 5. Bagaimana hubungan kelainan sistemik terhadap peningkatan karies pada manula? 6. Bagaimana indikasi dan kontraindikasi penggunaan GTSL pada manula? 7. Jelaskan etiologi kasus pada skenario! 8. Jelaskan mekanisme defek servikal pada skenario! 9. Bagaimana respon jaringan akibat pemakaian GTSL pada skenario? 10. Bagaiman cara mendiagnosis dan apa diagnosis pada skenario? 11. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perawatan manula? 12. Bagaimana prognosis pada kasus? 13. Jelaskan perawatan-perawatan yang diberikan pada kasus! 14. Instruksi apa yang diberikan pada pasien pasca perawatan? 15. Bagaimana cara pencegahan pada skenario? 16. Apa dampak apabila tidak dilakukan perawatan pada skenario?

Jawaban pertanyaan 1. Epidemiologi penyakit jaringan keras gigi pada manula Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar ( RISKESDAS) tahun 2007 peningkatan jumlah kerusakan gigi seiring dengan bertambhanya usia. Pada kelompok usia 35 44 tahun DMF-T rata-rata 4,46 dan pada kelompok usia lebih dari 65 tahun DMF-T rata-rata 18,33. Prevalensi karies akar sejalan dengan usia. Di Amerika dan Skandinavia prevalensi karies akar aktif yaitu 56,8 - 69,7%. Pada populasi di Inggris 84,4% menunjukkan adanya karies akar dan 31,5% diantaranya masih aktif. Prevalensi abrasi gigi pada kelompok umur 15 25 tahun sekitar 62,5% dan pada kelompok umur lebihdari 56 tahun prevalensinya sekitar 95%. Penelitian ini dilakukan di kota Medan dengan jumlah responden 350 orang. Hal ini terjadi kemungkinan karena faktor kesalahan menyikat gigi yang terlalu keras dan pemakaian pasta gigi yang bersifat abrasif. 2. Perubahan perubahan jaringan keras gigi manula. a. Enamel Bertambahnya usia mengakibatkan perubahan pada enamel, baik dari segi warna, daya tahan terhadap asam dan volume pori enamel yang semakin menurun. Pada manula perubahan warna pada enamel kemungkinan disebabkan karena adanya pengaruh warna dari dentin sklerotik. Secara fisiologis pemakaian gigi dalam proses mastikasi

akan mengakibatkan gigi menjadi atrisi. Secara normal gigi akan mengalami pengurangan sekitar 29m/tahun. Hal ini dapat memicu erupsi pasif agar proporsi gigi dan dimensi vertical dapat dipertahankan. Erupsi pasif akan menyebabkan terjadinya resesi gingiva, sehingga adanya resesi gingiva ini rentan untuk terjadinya karies akar. b. Dentin Secara fisiologis dentin terus terbentuk seiring dengan bertambahnya usia. Pembentukan dentin ini disebut dentin sekunder. Dentin sekunder terbentuk pada seluruh area kavitas pulpa. Selain itu seiring bertambahnya usia, sklerotik dentin juga terus terbentuk sebagai akibat dari penuaan, iritasi ringan dan beberapa perubahan komposisi dentin primer. Peritubular dentin menjadi lebih lebar, lebih besar, dan tubulus dentinalis berisi metarial-material yang telah terkalsifikasi sebagai akibat dari perkembangan dentin kea rah DEJ, sehingga terjadi penurunan sensasi nyeri pada manula. c. Pulpa Pertumbuhan pulpa semakin mengecil seiring dengan bertambahnya usia karena adanya pertumbuhan dentin sekunder yang diikuti dengan pembentukan reparative dentin. Akibatnya vaskularisasi menurun dan mengakibatkan penurunan fungsi defentif pulpa serta penurunan sensasi nyeri akibat adanya kalsifikasi dari dentin sklerotik dalam tubulus dentinalis.

d. Sementum Seiring bertambahnya usia , sementum semakin tebal karena adanya deposisi atau kalsifikasi dari sementum seluler. Kalsifikasi ini adalah suatu keadaan yang fisiologis akibat dari adanya perubahan proporsi dan atrisi selama penggunaannya. Bentuk sementum yang

terkalsifikasi ini tidak beraturan, sehingga hal ini menjadi salah satu faktor perdisposisi mudahnya pertumbuhan plak. 3. Kelainan kelainan jaringan keras gigi a. Karies akar. Lesi karies ini mencul di semua permukaan akar yang terbuka , tapi banyak ditemukan pada bagian proksimal dan bukal. Kareis ini dapat terjadi akibat meningkatnya permukaan akar yang terpajan lingkungan mulut. b. Erosi ., yaitu hilangnya email dan dentin yang khusu diakibatkan oleh paparan bahan kimia. Pada manula erosi disebabkan oleh berbagai faktor. c. Atrisi, yaitu gesekan fisik antar gigi dengan gigi akibat bruksixm dan penggunaan mastikasi dalam waktu yang lama. d. Abrasi , yaitu keausan gigi yang diakibatkan oleh objek lain selain dari gigi itu sendiri, seperti cara menyikat gigi yang terlalu kuat dan penggunaan pasta gigi yang bersifat abrasif.

4. Dampak bila hipertensi yang tidak terkontrol terhadap kesehatan gigi dan mulut Hipertensi pada orang dewasa umumnya ditandai dengan adanya tekanan darah sistolik yang melebihi dari 140mmHg dan tekanan darah diastolik yang melebihi dari 90mmHg. Pada penderita hipertensi mula-mula akan terjadi hipertropi dari tunika media diikuti hilianisasi setempat dan penebalan fibrosis dan tunika intima dan akhirnya terjadi penyempitan pembuluh darah. Adanya penyempitan pembuluh darah ini menyebabkan operator akan kesulitan melakukan proses ekstraksi gigi pasien khususnya pada manula. 5. Hubungan penyakit sistemik terhadap peningkatan karies pada manula a. Penyakit cerebrovascular. Salah satuh penyakit serebrovaskular ialah hemiparesis . hemiparesis menyebabkan keterbatasan tubuh untuk melakukan gerakan, sehingga akan mengganggu aktivitas pasien sehari-hari seperti menyikat gigi. Kurangnya kontrol terhadap kesehatan gigi dan mulut pada pasien hemiparesis ini akan memicu penigkatan karies dalam rongga mulutnya. b. Diabetes mellitus. Penyakit diabetes mellitus bias menjadi faktor perdisposisi peningkatan karies pada manula. Pada penderita diabetes mellitus , aliran cairan crevikularnya mengandung banyak glukosa yang berperan sebagai substrat kariogenik, sehingga sangat

memudahkan terjadinya karies.

c. Penyakit ekstrapiramidal. Slah satu penyakit ekstra pyramidal yaitu panyakit Parkinson yang memiliki tiga tanda utama yaitu bradikinesia, kekakuan, dan tremor. Kondisi seperti ini akan menyulitkan pasien khususnya manula untuk melakukan peroses pembersihan giginya, sehingga kontrl plak menjadi kurang memadai dan memicu peningkatan karies dan penyakit periodontal. 6. Indikasi dan kontraindikasi penggunaan GTSL pada manula a. Indikasi Memperbaiki estetik dan fonetik Memperbaiki mastikasi Sebagai antagonis GTP Pada kehilangan satu atau lebih gigi

b. Kontaindikasi Kondisi OH yang buruk Pasien dengan keterbatasan fisik yang menyebabkannya tidak bias membersihakan gigitiruannya. Kehilangan gigi yang banyak yang tidak memungkinkan pemakain GTSL 7. Etiologi kasus di skenario Usia . seiring bertambahnya usia prevalensi resesi gingiva semakin menigkat karena adanya penurunan funsi-fungsi tubuh, termasuk fungsi jaringan dalam rongga mulut. Adanya resesi menyebabkan terlihatnya permukaan akar pada gigi dan akan memudahkan

proses melekatnya makanan sehingga menyebabkan terjadinya karies akar. Penyakit periodontal. Kondisi gigi penderita penyakit periodontal menyebabkan terpajannya sementum dan dentin dalam lingkungan mulut sehingga menudahkan terjadinya karies. Xerostomia, yang merupakan faktor predisposisi terjadinya karies. Kondisi mulut yang kering menyebabkan mudahnya makan

melekat pada gigi akibat fungsi saliva yang menurun sebagai self cleansing. Diet. kecenderungan manula untuk diet karbohidrat, makanan lunak dan mudah melekat menyebabkan peningkatan karies pada manula itu. 8. Mekanisme defek servikal Dengan bertambahnya usia, fungsi jaringan dalam rongga mulut berkurang, adanya pergerakan mrgin gingiva kea rah apical menyebabkan terbukanya permukaan akar gigi. Permukaan akar gigi yang terbuka dan tingkat konsumsi makanan kariogenik memudahkan melekatnya makanan pada daerah itu, sehingga terjadilah defek di daerah servikal tersebut. 9. Respon jaringan terhadap pemakaian GTSL pada manula Denture stomatitis, yaitu suatu istilah yang digunakan untuk menjelaskan perubahan-perubahan patologik pada mukosa

penyangga gigitiruan di dalam rongga mulut. Kelainan ini ditandai dengan adanya eritema di bawah gigitiruan. Denture stomatitis

dapat disebabkan oleh banyak faktor , seperti pemakaian gigitiruan yang terus menerus, trauma, oral hygiene yang buruk, gangguan faktor sitemik, dan alergi. Hyperplasia gingiva . pada keadaan lanjut usia terjadi proses degenerasi yang menyebabkan menurunnya resistensi mukosa. Mukosa mulut menjadi mudah terluka akibat makanan yang keras dan adanya gigitiruan. Xerostomia. Pertambahan usia juga menyebabkan penurunan produksi saliva, sehingga mukosa yang kering menyebabkan pemakaian gigitiruan menjadi tidak adekuat, dan dapat

menyebabkan halitosis. 10. Cara mendiagnosis dan diagnosis kasus pada skenario a. Cara mendiagnosis 1. Pemeriksaan subjektif, antara lain: menanyakan penyakit / kelainan sistemik yang dialami seperti hipertensi, diabetes mellitus dll. Menanyakan kebiasaan buruknya seperti mengunyah pada satu sisi atau mengalami kebiasaan bruxism. Menanyakan apakah pernah memakai gigitiruan , jika pernah bagaimana keluhan gigitiruan yang lama. 2. Pemeriksaan objektif , antara lain: Pemeriksaan ekstraoral, meliputi pemeriksaan bentuk wajah, bentuk bibir, dan bentuk rahang.

Pemeriksaan intraoral , meliputi pemeriksaan gigi yan hilang, keadaan gigi yang tinggal, oklusinya, warna gigi, kondisi OH, resesi gingiva, vitalitas gigi, pemeriksaan bentuk tulang alveolar, dan pemeriksaan ruang antar rahang.

Pemeriksaan penunjang, seperti rontgen foto untuk melihat kualitas tulang dll.

b. Diagnosis pada kasus Gigi 14 pulpitis reversible dengan lesi pasif dengan tanda klinis karies akar yang dangkal. Gigi 45 pulpitis irreversible dengan lesi aktif dengan tanda klinis karies akar yang dalam dan lunak. 11. Faktor faktor yang mempengaruhi perawatan pada manula Usia. Usia tua menyebabkan penurunan fungsi oragan- organ tubuh sehingga biasanya manula kesulitan untuk mengontrol perawatan kesehatannya sendiri. Kondisi sistemik. Kondisi sistemik seperti diabetes mellitus dan hipertensi menyebabkan operator harus hati-hati dalam melakukan perawatan. Kondisi oral hygiene. Perawatan yang terbaik apapun yang diberikan dokter oleh pasien, jika ia tidak mampu menjaga kondisi oral hygienenya, maka perawatan yang diberikan tidak terlalu berpengaruh.

Pola makan ( diet ). Diet yang kurang baik, seperti tingkat konsumsi makanan kariogenik yang tinggi yang disertai dengan kurangnya kontrol oral hygiene menyebabkan tingkat karies meningkat.

Motivasi, biasanya manula memiliki emosi yang sulit terkontrol sehingga butuh pengarahan dan motivasi untuk perbaikan fungsi organ dalam rongga mulutnya.

12. Prognosis pada kasus Prognosis pada kasus kemungkinan sedang baik , karena dilihat dari kondisi pasien yang menginginkan optimalisasi kesehatan giginya dan penyakit sistemik yang diderita sudah terkontrol dengan baik. 13. Perawatan yang diberikan pada kasus Gigi 14, dilakukan rekounturing dan penghalusan bersama aplikasi topikal fluor yang bertujuan untuk perawatan lesi yang dangkal. Tujuan rekounturing dan penghalusan ini ialah untuk

menghilangkan jaringan lunak, sehingga didapatkan permukaan akar yang halus dan mudah dibersihkan. Gigi 45, dilakukan pemasangan over denture. Overdenture (OD) adalah gigi tiruan sebagian atau lengkap lepasan yang menutupi dan bersandar pada satu atau lebih gigi asli, akar-akar gigi. Dengan mempertahankan elemen gigi asli dan/atau akarnya, keuntungan yang didapat adalah peningkatan stabilitas dan retensi gigitiruan, serta mempertahankan rangsang sensoris dan dimensi vertikal.

14. Instruksi yang diberikan pasca perawatan Menjaga kebersihan mulutnya Kontrol diet Kontrol GTSL apabila sudah terjadi kelonggaran/patah Berkunjung ke dokter gigi minimal 6 bulan sekali.

15. Cara pencegahan pada skenario Pemberian DHE tentang cara menyikat gigi yang baik dan benar. Memberi pengetahuan tentang cara membersihkan gigitiruan yang baik dan benar, dan melepasnya saat malam hari atau saat akan tidur malam. Kontrol diet yang benar, serti mengurangi konsumsi karbohidrat.

16. Dampak apabila kasus tidak ditangani Prevalensi karies terus meningkat. Karies pada gigi 14 dan 45 akan bertambah parah dan bisa menjadi nekrosis. Terjadi denture stomatitis apabila gigitiruan yang digunakan terlalu lama, tidak pernah dilepas dan kurangnya pembersihan gigitiruan.

You might also like