You are on page 1of 13

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT TERMINAL DITINJAU DARI ASPEK PSIKOSOSIAL I. A.

KONSEP DASAR Pengertian Kondisit terminal adalah suatu proses yang progresif menuju kematian berjalan melalui suatu tahapan proses penurunan fisik, psikososial dan spiritual bagi individu (Carpenito, 1995). Perawatan terminal dapat dimulai pada minggu-minggu, hari-hari dan jaminan terakhir kehidupan dimana bertujuan: 1. 2. 3. Mempertahankan hidup Menurunkan stress Meringankan dan mempertahankan kenyamanan selama mungkin (Weisman) Secara umum kematian adalah sebagian proses dari kehidupan yang dialami oleh siapa saja meskipun demikian, hal tersebut tetap saja menimbulkan perasaan nyeri dan takut, tidak hanya pasien akan juga keluarganya bahkan pada mereka yang merawat dan mengurusnya. Penderita yang akan meninggal tidak akan kembali lagi ke tengah keluarga, kenyataan ini sangat berat bagi keluarga yang akan ditinggalkannya Untuk menghindari hal diatas bukan hanya keluarganya saja yang berduka bahkan klien lebih tertekan dengan penyakit yang dideritanya. B. 1. 2. 3. 4. 5. 6. C. 1. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. Jenis-Jenis Penyakit Terminal Penyakit-penyakit kanker. Penyakit-penyakit infeksi. Congestif Renal Falure (CRF) Stroke Multiple Sklerosis. Akibat kecelakaan fatal. AIDS. Manifestasi Klinik Fisik Gerakan pengindaran menghilang secara berangsur-angsur dimulai dari ujung Aktivitas dari GI berkurang. Reflek mulai menghilang. Suhu klien biasanya tinggi tapi merasa dingin dan lembab terutama pada kaki dan Kulit kelihatan kebiruan dan pucat. Denyut nadi tidak teratur dan lemah. Nafas berbunyi, keras dan cepat ngorok. Penglihatan mulai kabur. Klien kadang-kadang kelihatan rasa nyeri. Klien dapat tidak sadarkan diri. kaki dan ujung jari.

Adapun yang dapat dikategorikan sebagai penyakit terminal adalah:

tangan dan ujung-ujung ekstremitas.

2.

Psikososial Sesuai dengan fase-fase kehilangan menurut seorang ahli E. Kuber Ross mempelajari respon-

respon atas menerima kematian dan maut secara mendalam dari hasil penyelidikan/penelitiannya yaitu: a. 1). 2). 3). b. Respon kehilangan Rasa takut diungkapkan dengan ekspresi wajah (air muka), ketakutan, cara tertentu untuk Cemas diungkapkan dengan cara menggerakkan otot rahang dan kemudian mengendor. Rasa sedih diungkapkan dengan mata setengah terbuka atau menanggis. Hubungan dengan orang lain mengulurkan tangan.

Kecemasan timbul akibat ketakutan akan ketidak mampuan untuk berhubungan secara interpersonal serta akibat penolakan. D. Fase-Fase Kehilangan dan respon cemas yang berhubungan dengan penyakit terminal Masuknya klien ke dalam ancaman peran sakit pada rentang hidup-mati mengamcam dan mengubah hemostatis. Lebih dari rasa takut yang nyata tentang kematian dan pengaruh terhadap anggota keluarga yang dirawat dirasakan oleh keluarga. Banyak faktor yang mempengaruhi klien dalam perawatan penyakit terminal, apabila seseorang sudah divonis/prognosa jelek, ia tiak akan bisa menerima begitu saja tentang apa yang ia hadapi sekarang. Elizabeth Kubbler Ross menggambarkan 5 tahap yang akan dilalui klien dalam menghadapi bayangan akan kematian/kehilangan yang sangat bermanfaat untuk memahami kondisi klien pada saat ini, yaitu: 1. Tahap peningkatan atau denital Adalah ketidakmampuan menerima, kehilangan untuk membatasi atau mengontrol nyeri dan dystress dalam menghadapinya. Gambaran pada tahap denial yaitu: a. b. c. d. e. f. g. h. 2. a. b. c. 3. Tidak percaya diri Shock Mengingkari kenyataan akan kehilangan Selalu membantah dengan perkataan baik Diam terpaku Binggung, gelisah Lemah, letih, pernafasan, nadi cepat dan berdebar-debar Nyeri tubuh, mual Tahap anger atau marah Klien marah-marah Nada bicara kasar Suara tinggi Tahap tawar menawar atau bergaining

Adalah kekesalan terhadap kehilangan. Gambaran pada tahap anger yaitu:

Adalah cara coping dengan hasil-hasil yang mungkin dari penyakit dan menciptakan kembali tingkat kontrol. Gambaran pada tahap ini yaitu: a. b. Sering mengungkapkan kata-kata kalau, andai. Seirng berjanji pada Tuhan.

c. d. e. 4. tahap ini yaitu: a. b. c. 5. a. b. c. d. e.

Mempunyai kesan mengulur-ulur waktu. Merasa bersalah terus menerus. Kemarahan mereda. Tahap depresi

Adalah ketiada usaha apapun untuk mengungkapkan perasaan atau reaksi kehilangan. Gambaran pada Klien tidak banyak bicara. Sering menanggis. Putus asa. Tahap acceptance atau menerima Tenang/damai. Mulai ada perhatian terhadap suatu objek yang baru. Berpartisipasi aktif. Tidak mau banyak bicara. Siap menerima maut.

Adalah akhir klien dapat menerima kenyataan dengan kesiapan. Gambaran pada tahap ini yaitu:

Tidak semua orang dapat melampaui kelima tahap tersebut dengan baik, dapat saja terjadi, ketidakmampuan menggunakan adaptasi dan timbul bentuk-bentuk reaksi lain. Jangka waktu periode tahap tersebut juga sangat individual. Penerimaan suatu prognosa penyakit terminal memang berat bagi setiap individu. Ini merupakan suatu ancaman terhadap kehidupan dan kesejahteraan pada individu tersebut. Dari ancaman tersebut timbul suatu rentang respon cemas pada individu, cemas dapat dipandang suatu keadaan ketidakseimbangan atau ketegangan yang cepat mengusahakan koping. Rentang respon seseorang terhadap penyakit terminal dapat digambarkan dalam suatu rentang yaitu harapan ketidakpastian dan putus asa. 1. Harapan Mempunyai respon psikologis terhadap penyakit terminal. Dengan adanya harapan dapat mengurangi stress sehingga klien dapat menggunakan koping yang adekuat. 2. Ketidakpastian Penyakit terminal dapat mengakibatkan ketidakpastian yang disertai dengan rasa tidak aman dan putus asa, meskipun secara medis sudah dapat dipastikan akhirnya prognosa dapat mempercepat klien masuk dalam maladaptif. 3. Putus asa Biasanya ditandai dengan kesedihan dan seolah-olah tidak ada lagi upaya yang dapat berhasil untuk mengobati penyakitnya. Dalam kondisi ini dapat membawa klien merusak atau melukai diri sendiri.

II.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PENYAKIT TERMINAL (FOKUS ASPEK PSIKOSOSIAL)

A.

Pengkajian Pengkajian pada klien dengan penyakit terminal, menggunakan pendekatan holistik yaitu suatu

pendekatan yang menyeluruh terhadap klien bukan hanya pada penyakit dan aspek pengobatan dan penyembuhan saja akan tetapi juga aspek psikososial lainnya. Salah satu metode untuk membantu perawat dalam mengkaji data psikososial pada klien terminal yaitu dengan menggunakan metode PERSON. P: Personal Strenghat Yaitu: kekuatan seseorang ditunjukkan melalui gaya hidup, kegiatannya atau pekerjaan. Contoh yang positif: 1. Bekerja ditempat yang menyenangkan bertanggung jawab penuh dan nyaman. 2. Bekerja dengan siapa saja dalam kegiatan sehari-hari. Contoh yang negatif: 1. Kecewa dalam pengalaman hidup. 2. Bekerja dengan siapa saja dalam kegiatan sehari-hari. E: Emotional Reaction Yaitu reaksi emosional yang ditunjukkan dengan klien. Contoh yang positif: Binggung tetapi mampu memfokuskan keadaan. Contoh yang negatif: Tidak berespon (menarik diri) R: Respon to Stress Yaitu respon klien terhadap situasi saat ini atau dimasa lalu. Contoh yang positif: 1. Memahami masalah secara langsung dan mencari informasi. 2. Menggunakan perasaannya dengan sehat misalnya: latihan dan olah raga. Contoh yang negatif: 1. Menyangkal masalah. 2. Pemakaian alkohol. S: Support System Yaitu: keluarga atau orang lain yang berarti. Contoh yang positif: 1. Keluarga 2. Lembaga di masyarakat Contoh yang negatif: Tidak mempunyai keluarga O: Optimum Health Goal Yaitu: alasan untuk menjadi lebih baik (motivasi) Contoh yang positif: 1. Menjadi orang tua 2. melihat hidup sebagai pengalaman positif Contoh yang negatif: 1. Pandangan hidup sebagai masalah yang terkuat

2. Tidak mungkin mendapatkan yang terbaik N: Nexsus Yaitu: bagian dari bahasa tubuh mengontrol seseorang mempunyai penyakit atau mempunyai gejala yang serius. Contoh yang positif: Melibatkan diri dalam perawatan dan pengobatan. Contoh yang negatif: 1. Tidak berusaha melibatkan diri dalam perawatan. 2. Menunda keputusan. Pengkajian yang perlu diperhatikan klien dengan penyakit terminal menggunakan pendekatan meliputi. 1. Faktor predisposisi Yaitu faktor yang mempengaruhi respon psikologis klien pada penyakit terminal, sistem pendekatan bagi klien. Klas Kerud telah mengklasifikasikan pengkajian yang dilakukan yaitu: a. b. c. d. support tambahan. e. f. g. h. i. j. k. Tingkat perkembangan Fase penyakit cepat terdiagnosa, pengobatan dan post pengobatan. Identitas kepercayaan diri, pendekatan nilai-nilai dan filosofi hidup. Adanya reaksi sedih dan kehilangan Pengetahuan klien tentang penyakit Pengalaman masa lalu dengan penyakit Persepsi dan wawasan hidup respon klien terhadap penyakit terminal, persepsi terhadap dirinya, sikap, keluarga, lingkungan, tersedianya fasilitas kesehatan dan beratnya perjalanan penyakit. l. Fokus Sosiokultural: Klien mengekpresikannya sesuai dengan tahap perkembangan, pola kultur atau latar belakang budaya terhadap kesehatan, penyakit, penderitaan dan kematian yang dikomunikasikan baik secara verbal maupun non verbal. 2. a. b. c. d. Faktor predisposisi Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya reaksi klien terminal, yaitu: Prognosa akhir penyakit yang menyebabkan kematian. Faktor transisi dari arti kehidupan menuju kematian. Support dari keluarga dan orang terdekat. Hilangnya harga diri, karena kebutuhan tidak terpenuhi sehingga klien menarik diri, cepat tersinggung dan tidak ada semangat hidup. Selain itu etiologi dari penyakit terminal dapat merupakan faktor predisposisi, diantaranya: Kapasitas individu untuk membuat psikosial kembali dalam penderitaan. Riwayat psikosisial, termasuk hubungan-hubungan interpersonal, penyalahgunaan zat, perawatan psikiatri sebelumnya. Banyaknya distress yang dialami dan respon terhadap krisis. Kemampuan koping. Sosial support sistem termasuk sumber-sumber yang ada dan dibutuhkan

a. b. c. d. e. 3. a.

Penyakit kanker Penyakit akibat infeksi yang parah/kronis Congestif Renal Failure (CRF) Stroke Multiple Sklerosis Akibat kecelakaan yang fatal Faktor perilaku Respon terhadap klien

Bila klien terdiagnosa penyakit terminal maka klien akan mengalami krisis dan keadaan ini mengakibatkan keadaan mental klien tersinggung sehingga secara langsung dapat menganggu fungsi fisik/penurunan daya tahan tubuh. b. Respon terhadap diagnosa Biasanya terjadi pada klien yang terdiagnosa penyakit terminal adalah shock atau tidak percaya perubahan konsep diri klien terancam, ekspresi klien dapat berupa emosi kesedihan dan kemarahan. c. Isolasi sosial Pada klien terminal merupakan pengalaman yang sering dialami, klien kehilangan kontak dengan orang lain dan tidak tahu dengan pasti bagaimana pendapat orang terhadap dirinya. 4. a. Mekanis koping Denial Adalah mekanisme koping yang berhubungan dengan penyakit fisik yang berfungsi pelindung kien untuk memahami penyakit secara bertahap, tahapan tersebut adalah: 1). penyakit ini 2). Tahap kronik (kronik stage) Persetujuan dengan proses penyakit aku menyadari dengan sakit akan meninggal tetapi tidak sekarang. Proses ini mendadak dan timbul perlahan-lahan. 3). kepercayaan. b. Regresi Mekanisme klien untuk menerima ketergantungan terhadap fungsi perannya. Mekanisme ini juga dapat memecahkan masalah pada peran sakit klien dalam masa penyembuhan. c. dialami. Selain dari faktor-faktor yang mempengaruhi diatas, yang perlu dikaji saat pengkajian pada klien terminal singkat kesadaran antara lain adalah: 1. Belum menyadari (closed awereness) Yaitu klien dan keluarga tidak menyadari kemungkinan akan kematian, tidak mengerti mengapa klien sakit, dan mereka yakin klien akan sembuh. 2. Berpura-pura (mutual pralensa) Kompensasi Suatu tindakan dimana klien tidak mampu mengatasi keterbatasannya karena penyakit yang Tahap akhir (finansial stage) Menerima kehilangan saya akan meninggal kedamaian dalam kematiannya sesuai dengan Tahap awal (initial stage) Yaitu tahap menghadapi ancaman terhadap kehilangan saya harus meninggal karena

Yaitu klien, keluarga, perawat dan tenaga kesehatan lainnya tahu prognosa penyakit terminal. 3. Menyadari (open awereness) Yaitu klien dan keluarga menerima/mengetahui klien akan adanya kematian dan merasa tenang mendiskusikan adanya kematian. B. 1. a. b. c. 2. a. b. c. 3. 4. teratur 5. a. b. c. d. e. f. g. 6. a. b. c. d. 7. a. b. c. d. 8. a. b. c. 9. a. b. Gangguan komunikasi verbal Perubahan status mental Denial Kehilangan kepercayaan (trust) Depresi Riwayat keterampilan komunikasi verbal Menarik diri/isolasi diri Ketidakmampuan mengekpresikan perasaannya Tidak efektifnya koping individu b.d. Rasa bersalah Rasa takut Gangguan mood Gangguan mengambil keputusan Tidak efektifnya koping keluarga b.d. Rasa takut Ketidakmampuan mengekpresikan perasaannya Denial Aspek fisik perawatan klien Perubahan proses keluarga Perubahan peran Kehilangan anggota keluarga Stress finansial Takut (kematian atau ketidak tahuan) b.d. Hilang kontrol Tidak memprediksi masa depan Diagnosa Keperawatan Anxietas/cemas b.d. Antisipasi kehilangan Konflik yang tidak terselesaikan Rasa takut Isolasi diri b.d. Perasaan tidak berharga Perasaan meninggalkan aktivitasnya Menarik diri Perubahan rasa nyaman b.d. nyeri fisiologi atau emosional Depresi b.d. keadan fisik yang bertambah peran dan kunjungan keluarga yang tidak

10. a. b. c. 11. a. b. c. d. 12. a. b. c. d. 13. 14. a. b. 15. a. b. 16. a. b. c. d. C. 1. 2. 3. 1. dengan: a. disukai. b. c. 2.

Antisipasi berduka b.d. Antisipasi kehilangan Rasa takut Perubahan self image Disfungsi berduka b.d. Kehilangan Rasa bersalah Marah Konflik yang tidak terselesaikan Putus harapan b.d. Melihat harapan hidup Perubahan fisik dan mental Hilang kontrol Merasa hidup sendiri Gangguan peran b.d. perubahan fungsi Potensial self care defisit b.d. Hilangnya fungsi mental Meningkatnya ketergantungan pada orang lain tentang perawatan Gangguan self konsep b.d. Kehilangan fungsi fisik/mental Meningkatnya ketergantungan pada orang lain tentang perawatan Dystress spiritual b.d. Rasa salah yang tak terselesaikan Marah yang tidak terselesaikan Perasaan putus harapan dan putus pertolongan Ketidakmampuan untuk memaafkan diri dari orang lain

Perencanaan Keperawatan Tujuan perawatan pada klien terminal: Membantu klien untuk hidup lebih nyaman dan sepenuhnya sampai meninggal. Membantu keluarga memberi support pada klien Membantu klien dan keluarga untuk menerima perhatian Kriteria hasil dan manajemen efektif: Koping yang efektif, klien dan keluarga yang tidak mengetahui kematian, ditandai Percakapan antara keluarga dan klien tentang hari terakhir dan jam terakhir yang Percakapan antara klien dan keluarga tentang kepercayaan spiritual dan tentang Interaksi antara klien dan keluarga yang berhubungan dengan arti kehidupan dan Proses pemisahan yang berguna bagi klien dan keluarga, ditandai dengan:

adanya kematian. ketakutan yang berhubungan dengan kematian.

a. b. c. d. e. 3. a. b. c. 4. a. b. c. d. D. 1. a. 1). a). b). c). 2). a). b). 3). b.

Klien memberi kenang-kenangan pada anggota keluarga. Klien mengucapkan selamat tinggal pada tiap-tiap anggota keluarga. Perubahan ekspresi verbal tentang cinta antara kelurga dan klien. Klien membuang semua harapannya. Diskusi antara klien dan pasangannya tentang bagaimana mengelakan kematian Tanda aktif, nyaman bagi klien sampai kematian, ditandai dengan: Tidak ada ekpresi dystress berhubungan dengan nyeri. Komunikasi dengan pengunjung meskipun klien menjadi pendengar, berusaha Menonton TV atau membaca sendiri. Grieving untuk klien dan keluarga pada kehilangan yang akan terjadi dan saling

pada anaknya dan bagaimana anak berpartisipasi dalam upacara pemakaman.

memberikan perhatian dan sedikit komentar.

menghibur, ditandai dengan: Saling berbicara tentang perasaan mereka. Menanggis bersama. Saling berpelukan. Mempertahankan kontak fisik selama klien mengalami kemunduran fisik.

Intervensi Keperawatan Komunikasi Denial, pada tahap ini dapat mempergunakan teknik komunikasi: Listening Dengarkan apa yang diungkapkan klien. Pertahankan kontak mata. Observasi komunikasi non verbal. Silent Duduk bersama klien Mengkonsumsikan minat perawat pada klien secara non verbal Broad opening Angger, pada tahap ini kita dapat mempergunakan teknik komunikasi

Mengkonsumsikan topik/pikiran yang sedang dipikirkan klien. Listening: perawat berusaha dengan sabar mendengarkan apapun yang dikatakan klien lalu diklarifikasikan. c. 1). 2). kerancuan. d. 1). Acceptance Informing Bargaining Fucusing Sharing perception Bantu klien mengembangkan topik atau hal yang penting. Menyampaikan pengertian perawat dan mempunyai untuk kemampuan meluruskan

Membantu dalam memberikan pendidikan kesehatan tentang aspek yang sesuai dengan kesejahteraan dan kemandirian klien. Example: a). b). c). 2). 3). Melaksanakan kegiatan sesuaai dengan kemampuan Lebih mendekatkan diri kepada Tuhan Gunakan waktu luang dengan aktivitas bermanfaat dan pemikiran positif Broad opening Focusing

Komunikasikan pada klien tentang apa yang dipikirkan dan harapan-harapannya. Membantu klien mendiskusikan hal yang menjadi topik utama dan menjaga agar tujuan komunikasi tercapai. 2. 1). tenang. 2). 3). 4). Konfirmasikan rasa takut terhadap sesuatu yang tidak diketahuinya dengan Tanyakan tentang pengalaman klien menghadapi dying yang diketahui klien, Menganjurkan kien untuk tetap dalam pertahanan dengan tidak menghindar dari menanyakan kepada klien apa yang dipersepsikannya tentang kehidupan setelah mati. tanyakan apa saja ketakutan yang dihadapi proses dying. situasi sesungguhnya. b. Fase angger 1). 2). 3). Pertahankan sentuhan fisik dan suara tenang dan juga rahasia klien. Membicarakan klien untuk mengekpresikan keinginan, apa yang akan dan sedang Beri perhatian dan lingkungan yang nyaman dan cegah injuri. Persiapan klien a. Fase denial Beri keamanan emosional yaitu dengan memberikan sentuhan dan ciptakan suasana

terjadi pada mereka.

c. Fase bargaining 1). 2). Ajarkan kien agar dapat membuat keputusan dalam hidupnya yang bermakna. Dengarkan klien saat bercerita tentang hidupnya mengenai apa yang diperolehnya,

kesukaan dan kegagalannya, kesenangan dan keputusan yang dialaminya. d. Fase depresi 1). 2). 3). 4). 1). Beri kenyataan emosional yaitu dengan memberikan sentuhan dan ciptakan Perlakuan klien dengan sabar, penuh perhatian dan tetap realitas. Kaji pikiran dan perasaan serta persepsi klien jika ada salah pengertian harusnya Untuk klien yang tidak mau berkomunikasi secara verbal tetap berikan support. Bina hubungan saling percaya sehingga klien akan terbuka, menanyakan dan lingkungan/suasana yang tenang.

diklarifikasi. e. Fase acceptance mengklarifikasikan alternatif pemecahan masalah bila klien didiagnosa penyakit terminal.

2). 3). 4). 5). 6). 7). 8).

Identifikasikan dengan siapa klien ingin bicara terbuka beri tahu keluarga untuk Bantu klien memperoleh dan memberitahukan kualitas hidup jika mungkin. Bantu klien dalam mengatur waktu agar merasa kepuasan dalam hidup mereka. Pertahankan hubungan klien dengan orang-orang terdekat. Bantu klien dalam mendapatkan informasi dan apa yang dapat klien lakukan dengan Berikan jawaban terbuka dan jujur terhadap semua pertanyaan yang diajukan klien. Tetap merespon dan mencari tahu bagaimana klien menerima informasi sebelum

menghadapi masalah regesi yang akan terjadi.

informasi yang diberikan olehnya.

mereka mencari kolaborasi lebih jauh. III. 1. 2. perasaan. 3. 4. 5. kematian. IV. 1. INTERVENSI UNTUK PEMBERI ASUHAN Adakan pertemuan untuk mengemukakan atau mengekpresikan perasaan pemberi asuhan tentang kematian yang sudah dekat (study mengidentifikasikan staf yang merawat klien dengan penyakit terminal lebih suka menjauh atau tidak sering berada dekat dengan klien). 2. 3. Dipertemuan tim atau penulisan laporan tentukan apa yang telah dikatakan kien bagi Dengan pertanyaan-pertanyaan klien tentang penyakitnya yang semakin memburuk dan pengetahuan dengan lainnya yang akan berinteraksi dengan klien. beritahu tim lainnya. V. EVALUASI Asuhan keperawatan dapat dievaluasi melalui apakah klien terminal ditinggal sendirian lebih dari klien yang non terminal ketika anggota staf merasa tidak nyaman disekitar klien drying maka mereka tidak dapat memberikan perawatan yang baik pada mereka. Sehingga klien lebih senang ditinggal sendirian. Evaluasi tingkat kenyamanan klien baik fisik, emosi dan spiritual dapat memberikan/menjadikan bukti bahwa perawatan yang efektif meskipun klien mme gaya/pola mereka sendiri. 1. a. b. c. d. Perawat dapat: Menjadi pendengar yang baik Mengkaji pertanyaan untuk menentukan iterest (rasa tertarik), kebutuhanBerkomunikasi secara teratur dengan anggota keluarga klien. Bertindak sebagai penengah antara dokter, klien dan keluarga. Bantu keluarga untuk mengenal koping klien dalam melewati fase ini. Beri keyakinan yang realistik bahwa hubungan yang terbuka dan jujur adalah hal Bantu keluarga dalam melewati proses kematian, resolusi yang dapat dilakukan setelah INTERVENSI DENGAN KELUARGA Bantu klien untuk mengerti tentang pentingnya komunikasi diantara klien dan keluarga. Berikan support yang bermutu yang didapatkan dengan cara berbagi pengalaman dan

penting bagi klien dalam melewati fase ini.

kebutuhan dan tugas-tugas klien serta anggota keluarga.

e. f. g. berguna h. i. j. k. l. m. n. 2. a. b. c. d. e. f. g. h. i. j.

Menjamin kenyamanan fisik dan emosi Mensupport spiritual keluarga Menemukan cara untuk membuat masa-masa terakhir klien menjadi sangat Merawat klien dengan penuh respek dan menjaga martabatnya Membantu klien mengontrol dirinya semaksimal mungkin Tidak memberikan informasi (rahasia) sebanyak mungkin kecuali bagi klien yang Membimbing klien dalam pendekatannya menerima kematian Mengembangkan dan menggunakan support bagi dirinya untuk tetap empati Berbagi kenyamanan dengan menggunakan humor-humor natural. Menemukan keunikan setiap klien. Klien dapat: Mempertahankan kontrol nyeri. Berinteraksi dengan keluarga, teman-teman dan staf perawatan Berdiskusi dan mengekpresikan rasa takutnya Mempersiapkan dirinya terhadap kematian Melakukan aktivitas yang dirasakan sangat bermanfaat bagi dirinya Mengekpresikan perasaan-perasaaannya dengan cara yang tepat Mengembangkan dan menggunakan support spiritualnya Mengembangkan dan menggunakan support sosialnya Menjawab pertanyaan dokter Menemukan cara untuk mengekpresikan keunikan pribadinya dalam menghadapi Setelah kepulanganya dari rumah sakit, klien dan keluarga dapat dirujuk untuk follow-up dan

siap mendengarnya

terhadap kien dying.

kematian atau lifing dying support melalui organisasi-organisasi seperti: hospice, konselor pribadi, kelompok support masyarakat dan kunjungan organisasi perawat. Masalah terminal adalah masa yang dialami seseorang sebelum datang ajalnya atau orang yang sekaratul maut menghadapi kematian. Penyakit terminal itu diantaranya seperti penyakit kanker, AIDS dan lainnya. Dimana seseorang yang mengalami penyakit tersebut akan melalui tahap-tahap/fase-fase kehilangan. Menurut Elizabeth Kuber Ross, ada 5 tahap yaitu: a. b. c. d. e. Denial/mengingkari Anger/marah Bargaining/tawar menawar Depresi Acceptance/menerima Dengan adanya tahap-tahap seperti diatas maka perawat harus dapat memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan masa-masa yang klien alami/hadapi. Pendekatan psikososial sangat penting untuk diterapkan dalam menghadapi klien terminal dengan mengikutsertakan faktor fisik, psikis, sosial, spiritual serta budaya klien.

Meskipun setiap penderita memiliki keunikan sendiri yang berakar pada jenis kelamin, pengalaman hidup, umur, fase hidup, sumber-sumber kekuatan dan dukungan lainnya, kepercayaan, budaya dan sebagainya. Semua petugas kesehatan yang merawat/mendampingi penderita harus mampu menanggani berbagai masalah umum yang utama.

You might also like