Kinerja Sistem Lumpur Aktif
Pada Pengolahan Limbah Cair Industri Tahu
Oleh
Nyoman Semadi Antara
Bagian Teknologi Pangan
Program Studi Teknologi Pertanian, UNUD
ABSTRACT:
Sludge taken from Code river from Yogyakarta was
acclimated in the laboratory to develop activated sludge
system. Acclimated sludge was then treated tofu industry
wastewater. The experiment showed that BOD removal
efficiency reached more than 90% iff sludge age was
11.1 days or over and BOD loading was less than 1.32
BOD/L.day. This system generated sludge growth yield
of 0.18 mg MLSS/mg BOD, sludge decay coefficient of
0.002 hr-!; saturation constant of 286.7 mg BOD/L and
maximum specitic rate of BOD removal of 0.093 hr"!
PENDAHULUAN
Industri tahu merupakan industri yang ba-
nyak menggunakan ait sebagai bahan pencuci,
pendingin maupun bahan produks{ dalam sis-
tem pengolahannya, Akibatnya, limbah cair
yang dihasilkan industri tahu cukup tinggi dan
peflu penanganan yang memadai. Penanganan
limbah cair dapat dilakukan dengan cara kimia,
fisis, biologis maupun gabungannya. Salah sa-
tu cara untuk menurunkan kadar cemaran
Nimbah cair industri adalah dengan sistem
lumpur aktif (activated sludge). Istilah lumpur
aktif digunakan untuk suspensi biologis atau
massa mikroba yang stngat aktif menghi-
langkan bahan-bahan organik yang terlarut.
Dengan kondisi yang memadai, cara ini dapat
menurunkan nilai BOD (Biochemical Oxygen
Demand) limbah 70 - 95 persen (Hammer,
1986).
MAJALAH ILMIAH TEKNOLOGI PERTANAN Vo. 2, No. 1, 1996-33,
Penanganan limbah secara biologis sering
menjadi pilihan untuk mengolah limbah rumah
tangga maupun limbah industri, Hal ini dise-
babkan oleh kemampuan mikroba untuk ber-
adaptasi dengan substrat yang beragam untuk
mendegradasinya, dan biaya operasi relatif le-
bib rendah dibandingkan dengan cara pengolah-
an yang lain (Chian dan Klein, 1982).
Maeda (1992) menyatakan bahwa pasokan
oksigen sangat penting dalam sistem lumpur
aktif. Oksigen terlarut yang diharapkan selama
proses adalah di atas 0,5 mg/L. Kondisi ini
dapat dilakukan dengan mengatur kecepatan
aerasi berkisar 0,1-0,2 vvm ke dalam tangki
acrasi, Menurut Hawkes (19832) keoutuhan
oksigen dalam sistem tergantung pada kebutuh-
an oksigen (oxygen demand) dari limbah yang
ditangani, Limbah organik "sangat kuat” mem-
butuhkan oksigen yang tinggi, seperti limbah
cair dari pengolahan makanan. Limbah cair
yang mempunyai BOD tinggi, melebihi 1000
mg/L, akan sangat baik apabila ditangani ter-
lebih dahulu dengan proses anaerobik, dan
diikuti dengan proses aerebik. Nisbah nitrogen
dan fosfor tethadap BOD memegang peranan
yang penting dalam sistem penanganan limbah
secara aerobik. Nisbah ini mempengaruhi jenis
mikroba yang tumbuh dan efisiensi sistem.
Nisbah BOD:N:P = 100:6:1,5 dapat digunakan
sebagai dasar dalam percobaan penanganan
limbah secara aerobik (Hawkes, 1983),
sedangkan Hammer (1986) mengemukankan
nisbah BOD:N:P = 100:5:1 sudah memadai
apabila limbah cair tersebut ditangani dengansistem lumput aktif. Untuk limbah yang me-
ngandung nitrogen atau fosfor yang tinggi, sis-
tem lumpur aktif menjadi tidek efisien untuk
menurunkan kandungan nitrogen maupun fo:
for. Wu dan Okrutny (1982) dalam penel
tianya menghasilkan bahwa kecepatan spesifik
pertumbuhan lumpur aktif maksimum terjadi
pada konsentrasi fosfor 0,756 mg/L, konsen-
trasi yang lebih tinggi tidak mempengaruhi per-
tumbuhannya.
Untuk memantau kemampuan mengendap
sistem umumnya digunakan SVI (Sludge
Volume Index), yaitu volume dalam mililiter
yang dimiliki oleh satu gram SS yang dapat
diendapkan. Kisaran SVI antara 50-150 ml/g
Gambar 1. Skema alir sistem lumpur aktif
Simbol-simbol pada Gambar | artinya adalah
Q =~ laju aliran influen limbah, L hr!
Qw = laju lumpur yang dibuang, L he!
Q-Qy = lajualiran efluen, L hr!
R= _nisbah resirkulasi (RQ/Q)
RQ = = _ jaja umpur yang diresirkulasi, L hr-!
QUER)=_—_ laju aliran dari tangki aerasi, L hr“!
VY = volume tangki aerasi, L
X = konsentrasi biomassa dalam
tangki aerasi, mg L"! MLSs
X, = konsentrasi biomassa yang
diresirkulasi, mg L"! SS
Xe =
mg L-! ss.
So = konsentrasi substrat influen, mg
Ll BOD atau COD
Se = _konsentrasi substrat efluen, lurnpur
resirkulasi, dan dalam tangki aerasi.
MAJALAH ILMIAH TEKNOLOGI PERTANAN Vol 2,No. 1, 1996-34
menunjukkan daya mengendap lumpur yang
baik (Hammer, 1986). Apabila SVI lebih besar
dari 200 ml/g_menunjukkan terjadinya bulking
pada sistem (Hawkes, 1983a).
Secara prinsip kinetika biologis yang
didefinisikan olch Monod telah diterapkan da-
lam pengembangan model metematika untuk
sistem lumpur aktif, Untuk menurunkan persa-
maan-persamaan matematika pada proses pena-
nganan Jimbah dengan lumpur aktif digunakan
skema umum seperti Gambar 1. Model ini
banyak digunakan dalam penelitian-penelitian
sebelumnya (Aggarwal dan Tare, 1988;
Mayabhate dkk., 1988; Eckhoff dan Campana,
1990; Hollingsworth dkk., 1991).
Pada sistem lumpur aktif proses pertum-
buhan lumpur berlangsung pada fase endo-
genous, sehingga pada sistem terjadi kompetisi
untuk memperoleh nutrisi yang tinggal sedikit.
Pada fase ini terjadi penurunan jumlah bio-
massa akibat adanya sel-sel yang lisis. Laju
penurunan biomassa proporsional dengan bio-
massa yang ada, sehingga:
dX/dt =~ kg.X QD
kq= koefisien kerusakan biomassa, hari,
Dengan demikian [ju spesifik pertumbuhan
bersih selama fase endogenous adalah:
atau u'= Y.q-kg.. @)
Pada sistem lumpur aktif laju_ spesifik
pertumbuhan bersih adalah kebalikan dari
MCRT (8¢),UW = Og serrssnteetecnseerneneee(4)
maka apabila digabung dengan persamaan (3)
diperoleh:
10, = ¥.q-kd . dS)
Dari hubungan linear antara 1/0, dan q dapat
ditentukan nilai ¥ dan kg.
Hubungan matematika antara lajupeng-
gunaan substrat dan konsentrasi substrat sama
dengan hubungan matematika yang diperlihat-
kan persamaan Monod
kS,
a
= (6)
Ks,
q
Untuk miendapatkan hubungan linear, maka
persamaan (6) dibalik menjadi :
K
dots! yt
qk Sek
Dari hubungan linear ini dapat ditentukan nilai
k dan Ky
(7)
BAHAN DAN METODE
Aktimasi Lampur Aktif
Sumber mikrobe yang digunakan untuk di-
kembangkan menjadi lumpur aktif adalah sedi-
‘men sungai. Sedimen ini, yang diharapkan me-
ngandung mikroba yang dibutuhkan, dikem-
bangkan di laboratorium dengan cara fill and
draw, Selama pengembangan ini mikroba yang,
ada akan teraklimasi dengan limbah yang akan
diolah.
Karakterisasi limbah cair tahu.
Karakterisasi limbah tahu meliputi analisis
COD, BOD, pH, total nitrogen, total fosfor, dan
total padatan tersuspensi (TSS).
MAJALAMILMIAH TEKNOLOGI PERTANIAN ol 2, No.1, 1996- 35
Pengolahan Limbah dengan Sistem
kontinyu.
Model pengolah limbah yang digunekan
seperti Gambar 2.
Keterangan:
{. Tangki reservoar limbah
2. Pomapa peristaltik
3, Aerator
4. Plow meter
S. Tangki aerasi
6. Tangki pengendapen
7. Propeler
8. Difuser
Gambar 2, Model pengolah limbah dengan sistem
lumpur aktif
Tangki aerasi dan tangki pengendapan
menjadi satu, dengan volume tangki aerasi
8,76 liter dan volume tangki pengendapan
sekitar 4,44 liter. Laju influen diatur dengan
menggunakan pompa peristaltik. — Aerasi
dilakukan dengan aerator dengan kecepatan
aerasi rata-rata 1,6 liter/menit atau 0,18 vvm.
Untuk memperoleh gelemabung udara yang
kecil digunakan stone difuser dan untuk
mencampur secara merata antara Jumpur dan
\imbah yang diolah dila-kukan agitasi dengan
kecepatan putar propeler (pj. 8 cm dan Ib. 1,8
cm) rata-rata 160 rpm. Limbah cair tahu yang
digunakan dalam percobaan ini diencerkan 10
kali, sehingga diperoleh COD limbah sekitar
900 rg/L. Percobaan dilakukan dengan
memwvatiasi laju aliran influen, sehingga