You are on page 1of 14

Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 2 No.

2, 2008
Written by Karmini G. Thursday, 29 October 2009 04:13 - Last Updated Tuesday, 20 April 2010 10:00

JURNAL SUMBERDAYA LAHAN VOL. 2 NO. 2, DESEMBER 2008

ISSN 1907-0799

PEMANFAATAN HARA DARI AIR LAUT UNTUK MEMENUHI KEBUTUHAN TANAMAN

M. Prama Yufdy Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, Jl. A.H. Nasution No. 1B, Medan 20143

ABSTRAK

1 / 14

Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 2 No. 2, 2008


Written by Karmini G. Thursday, 29 October 2009 04:13 - Last Updated Tuesday, 20 April 2010 10:00

Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa unsur hara untuk keperluan tanaman dapat diperoleh dari air laut. Walaupun mempunyai salinitas yang tinggi, air laut juga mengandung kation yang banyak. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menghasilkan pupuk kalium (K). Selain itu telah pula dikembangkan pertanian berbasis air laut. Walaupun air laut dicirikan dengan tingginya kandungan natrium (Na), unsur tersebut dikenal sebagai unsur yang menguntungkan bagi tanaman bahkan juga dapat menggantikan sebagian fungsi K. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa Na diperlukan oleh tanaman yang tergolong non-halophyte seperti padi dan tomat. Selain itu unsur ini juga esensial bagi tanaman yang tergolong CAM seperti nenas. Berkaitan dengan hal tersebut, suatu studi menunjukkan bahwa sebagian kebutuhan K tanaman nenas dapat digantikan oleh Na dari air laut yang diaplikasikan dengan cara diencerkan terlebih dahulu. Aplikasi 30% Na dari air laut untuk menggantikan
2 / 14

Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 2 No. 2, 2008


Written by Karmini G. Thursday, 29 October 2009 04:13 - Last Updated Tuesday, 20 April 2010 10:00

kebutuhan K sebesar 30% memberikan hasil berat basah buah nenas yang sama dengan aplikasi 100% K (300 kg/ha) tanpa pengaruh negatif terhadap tanah dan tanaman. Untuk dapat memanfaatkan air laut sebagai sumber hara, beberapa hal yang perlu dilakukan adalah identifikasi potensi jenis tanaman yang toleran terhadap salinitas dan potensi jenis tanaman yang memerlukan Na sebagai unsur yang menguntungkan bagi tanaman dan dapat menggantikan sebagian fungsi K pada tanaman. Peluang ini sangat besar di Indonesia karena terdapat hamparan pertanian yang sangat luas pada areal dekat laut.

Kata kunci :Pemanfaatan, unsur hara, kebutuhan tanaman, air laut

PROSPEK PENGEMBANGAN RICE ESTATE DI

KABUPATEN MERAUKE : TINJAUAN DARI

ASPEK PENGELOLAAN TANAH DAN AIR

I G.M. Subiksa
3 / 14

Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 2 No. 2, 2008


Written by Karmini G. Thursday, 29 October 2009 04:13 - Last Updated Tuesday, 20 April 2010 10:00

Balai Penelitian Tanah, Jl. Ir. H. Juanda No. 98, Bogor 16123

ABSTRAK

Pengembangan rice estate sebagai instrumen untuk mewujudkan Kabupaten Merauke sebagai lumbung pangan di Kawasan Timur Indonesia telah dimulai dengan disusunnya master plan pengembangan rice estate . Dalam
4 / 14

Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 2 No. 2, 2008


Written by Karmini G. Thursday, 29 October 2009 04:13 - Last Updated Tuesday, 20 April 2010 10:00

master plan tersebut, telah didelineasi 206 unit kawasan pengembangan yang tiap unitnya meliputi areal seluas 5.000 ha. Pengembangan rice estate memerlukan perencanaan pengelolaan tanah dan air yang cermat untuk mencapai produktivitas lahan yang tinggi dan berkelanjutan tanpa merusak lingkungan. Teknologi pengelolaan tanah dan air yang tepat diyakini menjadi kunci keberhasilan pengembangan
5 / 14

Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 2 No. 2, 2008


Written by Karmini G. Thursday, 29 October 2009 04:13 - Last Updated Tuesday, 20 April 2010 10:00

kawasan. Hal ini mengingat sebagian besar lahan yang berpotensi untuk dikembangkan merupakan lahan rawa. Kondisi topografi lahan yang datar dan karakteristik iklim serta hidrologi yang spesifik dan beragam, menyebabkan sistem pengelolaan tanah dan air akan sangat spesifik lokasi. Model rancang bangun rice estate yang dikembangkan sebaiknya sistem integrasi tanaman ternak berbasis padi, karena ternak ruminansia dapat saling bersinergi dengan padi mewujudkan sistem
6 / 14

Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 2 No. 2, 2008


Written by Karmini G. Thursday, 29 October 2009 04:13 - Last Updated Tuesday, 20 April 2010 10:00

pertanian berkelanjutan dengan input luar rendah. Ameliorasi, pemupukan berimbang dan pengelolaan bahan organik menjadi komponen teknologi yang sangat menentukan keberhasilan pengembangan rice estate . Tulisan ini mengulas prospek pengembangan rice estate ditinjau dari aspek pengolahan tanah dan air, pengelolaan bahan organik dan pemupukan berimbang di Kabupaten Merauke
7 / 14

Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 2 No. 2, 2008


Written by Karmini G. Thursday, 29 October 2009 04:13 - Last Updated Tuesday, 20 April 2010 10:00

Papua.

Kata kunci : Rice estate, pengelolaan tanah dan air, ameliorasi, pemupukan berimbang

8 / 14

Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 2 No. 2, 2008


Written by Karmini G. Thursday, 29 October 2009 04:13 - Last Updated Tuesday, 20 April 2010 10:00

PERTANIAN LAHAN RAWA PASANG SURUT DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA DAL AM ERA OTONOMI DAERAH I. Ar-Riza
1 2

1 dan Alkasuma

Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa, Jl. Kebun Karet Lok Tabat, Kotak Pos 31, Banjarbaru 70700 Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian, Jl. Ir. H. Juanda No. 98, Bogor 16123

ABSTRAK

9 / 14

Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 2 No. 2, 2008


Written by Karmini G. Thursday, 29 October 2009 04:13 - Last Updated Tuesday, 20 April 2010 10:00

Lahan rawa merupakan kekayaan alam yang dapat dimanfaatkan secara bijak. Lahan rawa dapat menjadi sumber pertumbuhan yang dapat mendorong laju pembangunan perekonomian dan memakmurkan rakyat. Oleh karena itu walaupun dalam era otonomi yang memberikan wewenang luas bagi daerah, pengelolaan lahan rawa pasang surut harus tetap mengindahkan kondisi dan sifat-sifat lahan yang khas dan unik. Yaitu tidak membuat kegiatan yang mengarah pada perubahan lingkungan yang drastis yang dapat berdampat negatif terhadap kualitas lingkungan diwilyahnya (wilayah administrasi) maupun wilayah lain yang masih menjadi satu kesatuan sistem rawa yang melingkupinya. Pemanfaatan lahan rawa untuk pertanian perlu diarahkan kepada usaha pertanian berkelanjutan yang dapat menjamin keberlanjutan produksi dan kelestarian lingkungan.Untuk menuju ke arah tersebut perlu strategi pengelolaan : (1) Pemetaan sumberdaya lahan secara rinci, (2) Pewilayahan kesesuaian lahan untuk pengembangan komoditas unggulan yang sesuai, (3) Pembenahan dan peningkatan fungsi jaringan tata air, (4) Mengembangan teknologi spesifik lokasi, (5) Peningkatan kemampuan dan keberdayaan masyarakat, dan (6) Pengembangan sarana dan kelembagaan agribisnis. Implementasi strategi ini memerlukan sinkronisasi dan koordinasi kerja yang efektif antar institusi terkait mulai dari perencanaan sampai pelaksanaan di lapangan.

10 / 14

Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 2 No. 2, 2008


Written by Karmini G. Thursday, 29 October 2009 04:13 - Last Updated Tuesday, 20 April 2010 10:00

Kata kunci : Rawa pasang-surut, strategi, pertanian

ARAHAN PENGELOLAAN LAHAN BERKELANJUTAN

DI KAWASAN PERBATASAN KALIMANTAN TIMUR-MALAYSIA

M. Hidayanto
1

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Timur, Jl. PM Noor-Sempaja, Kotak Pos 1237, Samarinda 75119 2 Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Jl. Meranti, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 3 Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Jl. Tentara Pelajar No. 1A, Bogor 16111

1, S. Sabiham

2, S. Yahya

2, dan L.I. Amien

ABSTRAK
Permasalahan pembangunan pertanian di kawasan perbatasan cukup komplek dan memerlukan penanganan yang lebih komprehensif dan berkelanjutan. Hasil-hasil penelitian selama ini menunjukkan bahwa penanganan berbagai masalah di sektor pertanian telah banyak dilakukan, namun masih parsial dan ternyata belum mampu mengatasi masalah yang kompleks. Oleh karena itu untuk menyelesaikan berbagai permasalahan pembangunan pertanian di kawasan perbatasan tersebut perlu dilakukan secara holistik, yang memadukan aspek teknis, sosial, ekonomi, ekologi, dan kelembagaan. Pulau Sebatik merupakan salah satu kawasan perbatasan negara antara Indonesia dan Malaysia yang terletak di Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur. Sampai saat ini tanaman kakao merupakan komoditas unggulan, namun produktivitasnya relatif masih rendah. Sesuai dengan potensi dan kendala sumberdaya lahan di Pulau Sebatik, arahan pengelolaan lahan berkelanjutan untuk meningkatkan produktivitas lahan tanaman kakao adalah melalui: (1) pengelolaan dan teknik konservasi lahan dan air, (2) penambahan bahan organik, (3) pemupukan berimbang, (4) pemberian mulsa, (5) integrasi tanaman, (6) integrasi tanaman-ternak, serta (7) peningkatan kapasitas kelembagaan petani.

Kata kunci :Pertanian berkelanjutan, produktivitas lahan, kakao, kawasan perbatasan

11 / 14

Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 2 No. 2, 2008


Written by Karmini G. Thursday, 29 October 2009 04:13 - Last Updated Tuesday, 20 April 2010 10:00
REFORMASI

SWASEMBADA PANGAN

PENGELOLAAN LAHAN KERING UNTUK

MENDUKUNG

A. Abas Idjudin dan S. Marwanto Balai Penelitian Tanah, Jl.Ir. H. Juanda no. 98, Bogor 16123

ABSTRAK

Lahan kering di Indonesia yang belum diusahakan secara intensif untuk pertanian relatif cukup luas (12,90 juta ha), yang disertai indeks pertanaman yang rendah terutama di luar P. Jawa, menunjukkan bahwa sebagian lahan ini belum dikelola secara baik. Kekurangan dan kelemahan pengelolaan lahan kering di Indonesia selama ini telah mengakibatkan degradasi berbagai fungsi tanah yang berdampak semakin beratnya usaha mensejahterakan masyarakat/bangsa. Memasuki era milenium ke 3 saat ini perlu dirumuskan kembali paradigma dan konsepsi tentang pengelolaan sumberdaya alam termasuk reformasi pengelolaan lahan kering. Berdasarkan pertimbangan faktor-faktor biofisik lahan kering berpotensi sedang sampai tinggi seluas 5,09 juta ha dan berpotensi rendah seluas 7,81 juta ha, dan kendala fisik lingkungan, untuk mendukung pemantapan swasembada pangan dapat ditempuh melalui program jangka pendek dan jangka panjang.
12 / 14

Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 2 No. 2, 2008


Written by Karmini G. Thursday, 29 October 2009 04:13 - Last Updated Tuesday, 20 April 2010 10:00

Program jangka pendek adalah upaya-upaya yang terkoordinasi untuk membangun pertanian lahan kering yang produktif dengan memasyarakatkan teknologi dan inovasi baru melalui pendekatan pengelolaan tanaman dan sumberdaya lahan secara terpadu. Program jangka panjang adalah kelanjutan dan perluasan penerapan program jangka pendek secara bertahap, serta beberapa upaya lain untuk meningkatkan produksi pangan melalui optimalisasi pemanfaatan sumberdaya lahan kering, teknologi (pengendalian erosi tanah, pengembangan kolam penampung air, penataan distribusi air, dan sistem perbenihan) dan kelembagaan. Melalui reformasi pengelolaan lahan kering, akan diperoleh perkiraan produksi pangan sebanyak 11,34 juta ton padi gogo dan 6,91 juta ton kacang-kacangan per tahun. Reformasi pengelolaan lahan kering ini mutlak perlu dilaksanakan guna mendukung dan sekaligus memantapkan swasembada pangan di Indonesia sehingga tidak tergantung lagi pada pasokan impor pangan dari luar negeri.

Kata kunci :Lahan kering, reformasi, swasembada pangan

13 / 14

Jurnal Sumberdaya Lahan Vol. 2 No. 2, 2008


Written by Karmini G. Thursday, 29 October 2009 04:13 - Last Updated Tuesday, 20 April 2010 10:00

14 / 14

You might also like