You are on page 1of 21

SUMBER-SUMBER AJARAN ISLAM

Oleh : Mamduh Aufan Nada, S.Th.I.

1. AL-QURAN
PENGERTIAN

AL-QURAN

Secara Etimologi = Al-Quran --> Qaraa --> Yaqrau --> Quranan yang berarti bacaan.

Secara Terminologi = Al-Quran adalah Kalam Allah swt. yang merupakan mujizat yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad saw., ditulis dalam Mushaf, diriwayatkan secara mutawatir dan membacanya adalah ibadah.

Al-Quran diwahyukan secara berangsurangsur selama kurang lebih 23 tahun. 13 tahun sebelum hijrah hingga 10 tahun setelah hijrah.
FUNGSI AL-QURAN

1. Sebagai pedoman hidup. 2. Sebagai korektor dan penyempurna kitabkitab Allah swt. yang terdahulu. 3. Sebagai sarana peribadatan.

KANDUNGAN AL-QURAN 1. Prinsip-prinsip keimanan kepada Allah swt., malaikat, rasul, hari akhir, qadha dan qadar, dan sebagainya. 2. Prinsip-prinsip syariah baik mengenai ibadah khusus maupun ibadah umum sepertiperekonomian, pemerintahan, pernikahan, kemasyarakatan dan sebagainya. 3. Janji dan ancaman.

4. Kisah para nabi dan Rasul Allah swt. serta umat-umat terdahulu ( sebagai itibar / pelajaran ). 5. Konsep ilmu pengetahuan, pengetahuan tentang masalah ketuhanan ( agama ), manusia, masyarakat maupun tentang alam semesta.

2. AS-SUNNAH / AL-HADITS
PENGERTIAN

AS-SUNNAH / AL-HADITS

Secara Etimologi = jalan / tradisi, kebiasaan, adat istiadat, dapat juga berarti undangundang yang berlaku. Secara Terminologi = berita / kabar, segala perbuatan, perkataan dan taqrir ( keizinan / pernyataan ) Nabi Muhammad saw.

KEDUDUKAN AS-SUNNAH / AL-HADITS


As-Sunnah / al-Hadits adalah sumber hukum Islam yang kedua sesudah Al-Quran.

Apabila as-Sunnah / al-Hadits tidak berfungsi sebagai sumber hukum, maka kaum muslimin akan mengalami kesulitan-kesulitan seperti :

1. Melaksanakan Shalat, Haji, Zakat dan lain sebagainya, karena ayat al-Quran dalam hal tersebut hanya berbicara secara global dan umum, sedangkan yang menjelaskan secara rinci adalah as-Sunnah / al-Hadits.
2. Menafsirkan ayat-ayat al-Quran, untuk menghindari penafsiran yang subyektif dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.

3. Mengikuti pola hidup Nabi, karena dijelaskan secara rinci dalam Sunnahnya, sedangkan mengikuti pola hidup Nabi adalah perintah al-Quran.
4. Menghadapi masalah kehidupan yang bersifat teknis, karena adanya peraturanperaturan yang diterangkan oleh as-Sunnah / al-Hadits yang tidak ada dalam al-Quran seperti kebolehan memakan bangkai ikan dan belalang, sedangkan dalam al-Quran menyatakan bahwa bangkai itu haram.

HUBUNGAN AS-SUNNAH /AL-HADITS DENGAN AL-QURAN 1. Sebagai Bayan ( menerangkan ayat-ayat yang sangat umum ). 2. Sebagai Taqrir ( memperkokoh dan memperkuat pernyataan al-Quran ). 3. Sebagai Bayan Tawdih ( menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ).

PERBEDAAN AL-QURAN DAN AS-SUNNAH / HADITS SEBAGAI SUMBER HUKUM


Sekalipun al-Quran dan as-Sunnah / al-Hadits sama-sama sebagai sumber hukum Islam, namun diantara keduanya terdapat perbedaan-perbedaan yang cukup prinsipil : 1. - Al-Quran bersifat Qathi ( mutlak ) kebenarannya. - As-Sunnah bersifat Dzhanni ( relatif ), kecuali Hadits Mutawatir.

2. - Seluruh ayat al-Quran mesti dijadikan sebagai pedoman hidup. - Tidak seluruh al-Hadits dapat dijadikan pedoman hidup karena disamping ada Hadits yang Shahih, ada pula Hadits yang Dhaif. 3. - Al-Quran sudah pasti autentik lafadz dan maknanya. - As-Sunnah / al-Hadits belum tentu autentik lafadz dan maknanya.

4. - Apabila al-Quran berbicara tentang masalah-masalah aqidah atau hal-hal yang ghaib, maka setiap muslim wajib mengimaninya. - Apabila as-Sunnah berbicara tentang masalah-masalah aqidah atau hal-hal yang ghaib, maka setiap muslim tidak diharuskan mengimaninya seperti halnya mengimani al-Quran.

5. Berdasarkan perbedaan tersebut, maka : - Penerimaan seorang muslim terhadap alQuran hendaknya didasarkan pada keyakinan yang kuat, sedangkan; - Penerimaan seorang muslim terhadap asSunnah / al-Hadits harus didasarkan atas keragu-raguan ( dugaan-dugaan ) yang kuat.

Hal ini bukan berarti ragu kepada Nabi, tetapi ragu apakah as-Sunnah / al-Hadits itu benar-benar berasal dari Nabi atau tidak karena adanya proses sejarah kodifikasi hadits yang tidak cukup memberikan jaminan keyakinan sebagaimana jaminan keyakinan terhadap al-Quran.

3. IJTIHAD
PENGERTIAN

IJTIHAD

Secara Etimologi = mencurahkan tenaga, memeras pikiran, berusaha bersungguhsungguh, bekerja semaksimal mungkin.

Secara Terminologi = usaha yang sungguhsungguh oleh seseorang ulama yang memiliki syarat-syarat tertentu, untuk merumuskan kepastian hukum tentang sesuatu ( beberapa ) perkara tertentu yang belum ditetapkan hukumnya secara explisit di dalam al-Quran dan as-Sunnah / al-Hadits.

RUANG LINGKUP IJTIHAD Secara ringkas, ruang lingkup Ijtihad dapat dibagi menjadi 3 perkara, yaitu : 1. Perkara yang sama sekali tidak ada nashnya di dalam al-Quran dan as-Sunnah / alHadits. 2. Perkara yang ada nashnya, tetapi tidak Qathi ( mutlak ) wurud ( sampai / muncul ) dan dhalala ( kesesatan ) nya. 3. Perkara hukum yang baru tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.

KEDUDUKAN IJTIHAD
Berbeda dengan al-Quran dan as-Sunnah / alHadits, Ijtihad sebagai sumber hukum Islam yang ketiga terikat dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Yang ditetapkan oleh Ijtihad tidak melahirkan keputusan yang absolut, sebab Ijtihad merupakan aktivitas akal pikiran manusia yang relatif. Sebagai produk pikiran manusia yang relatif, maka keputusan Ijtihad pun relatif.

2. Keputusan yang diterapkan oleh Ijtihad mungkin berlaku bagi seseorang, tetapi tidak berlaku bagi orang lain. Berlaku untuk satu masa / tempat, tetapi tidak berlaku pada masa / tempat yang lain.
3. Keputusan Ijtihad tidak boleh bertentangan dengan al-Quran dan as-Sunnah / alHadits.

4. Berijtihad mempertimbangkan faktor motivasi, kemaslahatan umum, kemanfaatan bersama dan nilai-nilai yang menjadi ciri dan jiwa ajaran Islam.
5. Ijtihad tidak berlaku dalam urusan Ibadah Makhdah.

You might also like